Anda di halaman 1dari 18

IV.

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses tender


selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan oleh konsultan perencana dan pemilik proyek dan telah disepakati di
dalam kontrak. Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek, kontraktor harus
mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan
bangunan dan mutu bangunan.
Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung memiliki
beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah penyelidikan tanah,
pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan substruktur, pekerjaan struktur,
pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mechanical, elektrikal dan plumbing. Semua
pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan
satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda
pelaksanaannya maka akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.
Adapun pekerjaan yang diamati penulis dalam kerja praktik pada proyek
Pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung Paket Pekerjaan Pondasi Tiang
Pancang terdiri dari

pekerjaan substruktur yang terdiri dari pekerjaan

pemancangan, PDA test, loading test, lateral test dan pengendalian mutu
pekerjaan.

41

A. Pekerjaan Pemancangan
Pelaksanaan pemancangan dilaksanakan sampai kedalaman 12 m sesuai dengan gambar kerja.
Keterangan :
Tiang Pancang
Lokasi PDA Test
Lokasi Axial dan Lateral Test
Loading Test
Pilecap

Gambar 16. Skema Pemancangan

42

Pemancangan yang dilakukan pada proyek ini dilakukan berdasarkan metode


pelaksanaan pemancangan milik PT. JHS Piling System (Simanjuntak, 2013).
Adapun tahapan pemancangan yang dilakukan adalah:
1. Pengadaan tiang pancang dari pabrik ke lokasi.

Gambar 17. Mobilisasi Tiang Pancang dari Pabrik ke Lokasi


2. Membuat marking pada lokasi yang akan dipancang.

Gambar 18. Membuat Marking


3. Memosisikan alat HSPD pada koordinat yang ditentukan, melakukan
pengecekan posisi HSPD sehingga HSPD berada pada posisi yang rata
dengan bantuan alat Nivo yang terdapat dalam ruang operator.

43

Gambar 19. Memosisikan alat HSPD


4. Selanjutnya setelah kondisi HSPD tepat pada posisinya, tiang pancang
dimasukan ke dalam alat penjepit (clamping box), kemudian memosisikan
tiang pancang tepat pada koordinat telah ditentukan. Setelah semuanya
terpenuhi selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan maksimum
20 Mpa.

Gambar 20. Memasukan Tiang Pancang ke Alat Penjepit


5. Setelah penjepitan dilakukan, kemudian dilakukan penekanan tiang pancang
dengan menggunakan 2 cylinder jack, selanjutnya dilakukan penekanan
dengan menggunakan 4 cylinder jack , sampai mencapai daya dukung yang
diijinkan. Dalam proses pemancangan tiang harus dicatat (pilling record)
tekanan yang timbul terhadap kedalaman tiang tertanam.

44

Gambar 21. Melakukan Penekanan Tiang


6. Melakukan pengecekan verticality tiang pancang setiap kedalaman 50 cm
s/d kedalaman 2 meter.

Gambar 22. Mengecek Posisi Vertikal Tiang


7. Apabila dalam proses pemancangan ternyata tiang tersebut tidak dapat
ditekan lagi, sehingga mengakibatkan terdapat sisa tiang di atas permukaan
tanah, maka tiang tersebut harus dipotong rata tanah untuk memberikan
jalan kerja bagi HSPD untuk berpindah ke titik yang lain. Untuk mengetahui
bahwa pemancangan tiang sudah sesuai dengan daya dukung yang ijiinkan,
kita melakukan pressing sebanyak banyaknya.

45

Gambar 23. Memotong Tiang Pancang


8. Melakukanlah pengukuran ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi
pergeseran as tiang terpasang dan rencana dapat segera diketahui, yang
selanjutnya akan dibuatkan keputusan cara-cara perbaikan dari pergeseran
tersebut.

Gambar 24. Melakukan Pengukuran Ulang


B. Pile Driving Analyzer (PDA)
Pile Driving Analyzer adalah alat untuk menganalisa daya dukung tiang
pancang yang sudah dalam keadaan terpancang (daya dukung tiang pancang
disertai daya lekat). Dynamic loading test ini dilaksanakan dengan memasang
strain tranducer dan accelemeter dibagian atas tiang pancang, kemudian
hasilnya dianalisa dengan Pile Driving Analyzer. Tes ini dilaksanakan terhadap

46

empat buat tiang uji (test pile) sesuai bill of quantity dan yang telah ditentukan
oleh pengawas lapangan.
Metode Pelaksanaan PDA Test :
1. Memasang strain transducer dan accelerometer yang dipasang pada jarak
2x diameter tiang dari kepala tiang agar diperoleh penyebaran gelombang
yang merata dan untuk menghindari end effect akibat tumbukan hammer.
Tanah disekitar tiang perlu di gali dengan lebar yang cukup untuk
memudahkan pemasangan dan agar posisi penempatan transducer diatas
bisa dipenuhi.

Gambar 25. Memasang Strain Transducer dan Accelerometer


2. Pengujian diawali dengan satu pukulan untuk melihat konektifitas dan
penyesuaian data yang dirasa perlu, selanjutnya dilakukan beberapa pukulan
sesuai dengan kekuatan beton hingga diperoleh data yang diharapkan tanpa
merusak tiang.

47

Gambar 26. Melakukan Pemukulan


3. Hasil pengujian kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
program CAPWAP untuk memperoleh besarnya daya dukung tiang,
distribusi setiap lapisan dan ujung tiang, tegangan tiang dan kurva beban
dengan penurunan seperti yang diperoleh dari hasil uji pembebanan statik.
C. Loading Test
Uji pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang digunakan
dalam Pemeriksaan terhadap sejumlah beban yang dapat didukung oleh suatu
struktur dalam hal ini adalah pondasi. Pile loading test diperlukan untuk
membuktikan akurasi perhitungan desain kapasitas daya dukung tiang di
lapangan.
Uji pembebanan tiang (pile loading test) ini dilaksanakan dengan
menggunakan Kentledge System, tetapi dalam pelaksanaan pengujian
pembebanan tiang pada proyek ini, balok beton diganti dengan menggunakan
Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). Pengujian lapangan yang dilaksanakan
adalah pengujian pembebanan statis (static loading test) pada pondasi tiang
pancang berdasarkan ASTM D3966-90, yaitu Cyclic Loading (Pembebanan
Siklik). Pengujian dilakukan sebanyak 4 siklus pembebanan di mana beban
puncak terjadi pada siklus ke-4 sebesar 200% dari beban rencana.
Metode Pelaksanaan Loading Test :
1. Tinggi test pile / tiang uji dari permukaan tanah yang diperlukan adalah
sekitar 50 cm 70 cm tergantung kepada besar main beam dan tinggi jack /
dongkrak hidrolik yang akan dipakai, kebutuhan akan ketinggian tersebut

48

dicapai dengan cara memotong tiang uji jika tingginya > 50 cm atau
menurunkan permukaan tanah disekitar tiang uji atau menambah tinggi
tiang uji dengan beton atau semen grouting jika tingginya < dari 50 cm,
menyesuaikan kondisi tiang uji di lokasi.

Gambar 27. Menggali Tanah di Sekitar Test Pile


2. Permukaan kepala tiang uji di proteksi dan diratakan dengan cara digrouting
dengan conbextra lalu permukaannya diletakkan plat tebal 2 cm untuk
menyama-ratakan beban jack atau dongkrak hidrolik di atasnya ke kepala
tiang.

Gambar 28. Meletakan Plat dan Jack Hidrolik


3. Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) ditempatkan di atas test pile / tiang uji
sehingga nantinya diharapkan resultant keseluruhan beban yang ada pada

49

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) berada atau menumpu pada bagian
tengah main beam dan segaris dengan as jack/dongkrak hidrolik..

Gambar 29. Menempatkan HSPD di Atas Test Pile


4. Main beam di tempatkan di antara beban jack / dongkrak hidrolik dan
Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). Setelah kondisi hubungan beban +
main beam diyakini berada dalam keadaan stabil dan aman, maka proses
pembacaan penurunan terhadap pembebanan tiang pancang bisa dimulai.

Gambar 30. Menempatkan Main Beam


5. Setelah kondisi poin 4 di atas tercapai, maka disekitar test pile mulai
dipasang reference beam yang dudukannya harus bebas dari pengaruh
pembebanan tiang uji dan dijaga agar tidak tersentuh pengaruh dari luar

50

misalnya tertendang pelaksana uji atau yang lain. Reference beam nantinya
akan menjadi acuan reaksi displacement tiang uji akibat penambahan dan
pengurangan pembebanan.

Gambar 31. Memasang Reference Beam


6. Pada tiang pancang dipasangi sabuk untuk tempat dudukan alat ukur dial
indicator dan bagian ujung dial indicator dipasang sedemikian sehingga
jarum dial indicator menumpu pada permukaan atas reference beam sebagai
tumpuan tetapnya.

Gambar 32. Memasang Dial Indicator


7. Pembacaan penambahan beban dibaca atau dilihat pada Pressure Gauge
yang dipasang pada pangkal hose hidrolik dari pompa ke dongkrak / jack
hidrolik.

51

Gambar 33. Membaca Pressure Gauge


8. Korelasi sebab akibat penambahan atau pengurangan beban yang
menyebabkan tiang uji turun atau naik kemudian dicatat pada form
pembacaan.
9. Hasil pembacaan aksi penambahan beban dan reaksinya terhadap tiang uji
nantinya akan dianalisa dan dijadikan dasar rekomendasi daya dukung tiang
pancang uji tersebut.
D. Lateral Test
Uji beban lateral (lateral test) adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui kelakuan defleksi tiang pada waktu beban telah bekerja. Beban
lateral yang diijinkan dapat ditentukan dari nilai beban pada defleksi tiang
tertentu yang dibagi dengan faktor aman. Lateral test diperlukan untuk
membuktikan akurasi perhitungan beban lateral tiang di lapangan.
Pengujian lapangan yang dilaksanakan adalah pengujian pembebanan statis
(static loading test) pada pondasi tiang pancang berdasarkan ASTM D3966-90,
yaitu Cyclic Loading (Pembebanan Siklik). Pengujian dilakukan sebanyak 4
siklus pembebanan di mana beban puncak terjadi pada siklus ke-4 sebesar
200% dari beban rencana.

52

Metode Pelaksanaan Lateral Test


1. Tinggi test pile / tiang uji dari permukaan tanah yang diperlukan adalah
sekitar 50 cm 70 cm tergantung diameter jack / dongkrak hidrolik yang
akan dipakai, kebutuhan akan ketinggian tersebut dicapai dengan cara
memotong tiang uji jika tingginya > 50 cm atau menurunkan permukaan
tanah disekitar tiang uji atau menambah tinggi tiang uji dengan beton atau
semen grouting jika tingginya < dari 50 cm, menyesuaikan kondisi tiang uji
di lokasi.

Gambar 34. Menggali Tanah di Sekitar Test Pile


2. Jack hidrolik dipasang di antara salah satu sisi test pile dan tiang pancang
yang terdekat. Tiang pancang tersebut akan difungsikan sebagai penahan
jack hidrolik. Tiang pancang yang akan digunakan sebagai penahan, diberi
beban dengan alat HSPD, sehingga tiang tidak kalah pada saat dilakukan
pengujian beban lateral. Setelah kondisi hubungan test pile + jack hidrolik
diyakini berada dalam keadaan stabil dan aman, maka proses pembacaan
penggeseran terhadap pembebanan tiang pancang bisa dimulai.

53

Gambar 35. Memasang Jack Hidrolik


3. Setelah kondisi poin 2 di atas tercapai, maka disekitar test pile mulai
dipasang reference beam yang dudukannya harus bebas dari pengaruh
pembebanan tiang uji dan dijaga agar tidak tersentuh pengaruh dari luar
misalnya tertendang pelaksana uji atau yang lain. Reference beam nantinya
akan menjadi acuan reaksi displacement tiang uji akibat penambahan dan
pengurangan pembebanan.

Gambar 36. Memasang Reference Beam


4. Pada tiang pancang dipasangi sabuk untuk tempat dudukan alat ukur dial
indicator dan bagian ujung dial indicator dipasang sedemikian sehingga
jarum dial indicator menumpu pada permukaan atas reference beam sebagai
tumpuan tetapnya.

54

Gambar 37. Memasang Dial Indicator


5. Pembacaan penambahan beban dibaca atau dilihat pada Pressure Gauge
yang dipasang pada pangkal hose hidrolik dari pompa ke dongkrak / jack
hidrolik.

Gambar 38. Membaca Pressure Gauge


6. Korelasi sebab akibat penambahan atau pengurangan beban yang
menyebabkan tiang uji bergeser kemudian dicatat pada form pembacaan.
7. Hasil pembacaan aksi penambahan beban dan reaksinya terhadap tiang uji
nantinya akan dianalisa dan dijadikan dasar rekomendasi daya dukung tiang
pancang uji tersebut.
E. Pengawasan Proyek
1.

Pengawasan Terhadap Mutu Material/Bahan

55

Dalam manajemen proyek ada tiga batasan pokok yang harus dikendalikan
yaitu, biaya, waktu dan mutu. Untuk pengawasan mutu diawali dengan
mengawasi mutu material yang akan digunakan. Pengawasan mutu bahan
dilakukan dengan cara pengetesan material sebelum digunakan. Pengawasan
mutu bahan sangat penting dilakukan karena bahan merupakan material
dasar dalam pekerjaan, sehingga apabila terjadi kegagalan dalam bahan
yang digunakan akan mengakibatkan kegagalan terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
Alat-alat ukur secara berkala dikalibrasi agar selalu dapat berfungsi dengan
akurat. Peralatan yang lain setiap selesai digunakan dibersihkan dan bagianbagian yang perlu secara berkala dilumasi. Setiap bagian diperiksa
barangkali ada suku cadang yang perlu atau sudah waktunya diganti agar
peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik selama digunakan dan tidak
mengalami kerusakan secara tiba-tiba di tengah-tengah pelaksanaan
pekerjaan.
2.

Pengawasan Terhadap Mutu Pekerjaan


Salah satu pengendalian mutu adalah pengendalian terhadap mutu pekerjaan
itu sendiri. Sebagai penyedia jasa, pekerjaan dituntut untuk tepat waktu,
hemat biaya dan mutunya terjaga, sehingga perlu dilakukan pengawasan
terhadap mutu pekerjaan dengan cara intensif, meliputi pengetesan yang
rutin, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Hasil dari pengawasan ini
ditulis dalam laporan kerja, yang kemudian dijadikan bahan untuk rapat

56

evaluasi pekerjaan yang dihadirkan oleh pihak-pihak yang berhubungan


dengan pelaksanaan proyek.
Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada lokasi Proyek Pembangunan Hotel
Whiz Prime Lampung dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat pada
Lampiran C yang menyajikan hasil pengujian PDA test, loading test dan
lateral test yang sesuai dengan daya dukung yang direncanakan.
F. Permasalahan Pekerjaan di Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan suatu konstruksi seringkali ditemukan permasalahan
dalam setiap pekerjaan baik di dalam bidang perencanaan, pelaksanaan
maupun pengawasan yang dapat berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.
Permasalahan yang terjadi dalam konstruksi tentu akan mengganggu jalannya
suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari.
Dalam proyek pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung Paket Pekerjaan
Podasi Tiang Pancang didapati beberapa permasalahan yang terjadi pada
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan
pondasi tiang pancang pada Proyek Pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung
yaitu sebagai berikut:
1) Pada pelaksanaan kegiatan proyek, jaminan keselamatan kerja di lokasi
proyek dapat dikatakan belum baik, dikarenakan seluruh pekerja yang
kurangnya kesadaran dari seluruh pekerja untuk menggunakan alat
pelindung seperti helm, sarung tangan dan sepatu safety.
2) Pada saat kegiatan proyek telah berlangsung terjadi beberapa kali perubahan
Shop Drawing dikarenakan faktor kondisi di lapangan yang tidak sesuai
untuk dilakukan pemancangan sehingga menghambat pekerjaan yang lain
dan tentunya mempengaruhi efektivitas waktu.

57

3) Pada kegiatan proyek ini terjadi beberapa kali keterlambatan pengiriman


material sehingga menghambat pekerjaan pemancangan dan mempengaruhi
efektivitas waktu.
4) Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang pada proyek pembangunan
Hotel Whiz Prime Lampung ini bisa dikategorikan baik. Namun terdapat
satu titik pemancangan dimana tiang pancang mengalami patah di bagian
head sehingga kekuatan tiang pancang berkurang, walaupun begitu tiang
pancang masih dalam kondisi yang cukup aman untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai