SCUBA
Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA) adalah alat
pernapasan bawah air yang dibawa sendiri oleh penyelam.
Scuba diving adalah penyelaman yang memakai peralatan selam lengkap
atau mungkin umum dimaksud peralatan SCUBA (Self Breathing Underwater
Breathing Apparatus) yang umumnya dipakai untuk aktivitas penyelaman ilmiah
(Scientific Diving), penyelaman komersial (engginering dive, ship salvage,
inspection & repair), maupun penyelaman yang dikerjakan oleh beberapa marinir
untuk aktivitas pertahan serta keamanan (Tactical/Combat Diving).
Prinsip:
Logistik sedikit
kedalaman 33 feet. Pemakaian SCUBA type ini dituntut keahlian spesifik lantaran
benar-benar beresiko.
Sistem Sirkulasi Terbuka
Terdiri dari Demand Regulator serta Tabung Hawa yang dimampatkan
(Compressed Air Tank) yaitu type alat scuba yang pada sekarang ini adalah alat
yang paling aman dipergunakan. Hawa yang dimampatkan disalurkan melewati
regulator ke penyelam, serta hawa yang sudah dihisap dibuang segera ke air
tiada dipergunakan lagi.
Sumber
:
http://www.coremap.or.id/downloads/menyelam_1158562081.pdf 15:47 8-32015
http://www.portalrenang.com/2013/10/peralatan-dasar-selam-dan-scuba.html
15.56 8-3-2015
https://www.scribd.com/doc/192024048/Syarat-Penyelaman-Ssd-Scuba 16:06 83-2015
1.
2.
Zona Respiratorik
Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang
berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam
alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti
bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikelpartikel yang masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan
tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak.
Sumber
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23552/5/Chapter%20II.pdf 16:16
https://www.google.co.id/search?q=anatomi+sistem+respirasi.com 16:26
Gambar.pernapasan dada
b. Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni :
1. Fase Inspirasi.
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya
rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi
semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
Beberapa fungsi pernafasan antara lain adalah:
1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh darah keseluruh tubuh.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran
pernafasan kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke luar tubuh.
Sumber
:
https://www.scribd.com/doc/251422185/Mekanisme-Pernapasan 17:03
https://ml.scribd.com/doc/225056337/Mekanisme-Pernapasan-Normal 17:03
https://ml.scribd.com/doc/249623815/Mekanisme-pernafasan-inspirasi 17:04
https://www.google.co.id/search?q=pernapasan+dada&biw 17:09
Pola pernafasan yang terjadi adalah nafas lambat, dalam dan teratur karena
paru-paru tertekan akibat besarnya tekanan atmosfer di dalam air. Tekanan paruparu yang mengecil membuat volume paru membesar sehingga membutuhkan
udara yang banyak maka tekanan udara SCUBA meningkat. Hal tersebut
mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala narkosis
nitrogen.
Bila seorang penyelam di bawa ke permukaan perlahan-lahan, nitrogen
terlarut dapat dihilangkan melalui paru. Namun bila seorang penyelam naik ke
permukaan dengan cepat, nitrogen dilepas melalui respirasi dengan cepat sekali.
Pola pernafasan berubah menjadi cepat, dalam, dan teratur karena paru-paru
kehilangan udara dari alat SCUBA sehingga membutuhkan udara yang banyak
lagi untuk mengisi volume paru-paru yang membesar. Hal tersebut akan
membentuk gelembung gas dalam jaringan yang mengakibatkan decompression
sickness atau cassion atau cassion bends. Penyakit ini khusus akibat dari adanya
gelembung gas dalam jaringan saraf, bisa pada tingkat sedang atau hebat
bergantung pada jumlah gelembung gas yang terbentuk. Gejalanya meliputi rasa
sakit di persendian, terutama lengan dan kaki, pusing, napas pendek, sangat
lelah, paralisis dan rasa tidak enak badan. Hal tersebut dapat dicegah dengan
cara menaikkan secara perlahan ke atas permukaan laut.
Frekuensi Nafas
Normal
12-20 x/menit
Pola Nafas
Eupnea
Irama Nafas
Tekanan Udara
Pparu-paru = P atmosfer permukaan
Volume
Paruparu
Volume paru-paru normal
Menyelam
<12 x/menit
Narkosis Nitrogen: Bradipnea
dan Apnea
Dekompresi: Takipnea
Narkosis
Nitrogen:
Lambat,
dalam, teratur
Dekompresi:
Cepat,
dalam,
teratur
Pparu-paru < Patmosfer di dalam laut
Volume paru-paru meningkat
Pada pemicu, pola pernafasan Abi berirama lambat, dalam, dan teratur
sedangkan volume paru-paru meningkat sehingga memerlukan udara lebih
banyak tetapi karena ia menyelam terlalu lama dan semakin dalam maka
kandungan gas nitrogen di alat SCUBA sudah habis yang mengakibatkan Abi
kekurangan udara sehingga pola nafasnya berubah menjadi pola apnea yaitu
henti nafas yang membuat tubuhnya melayang dalam air tidak bergerak.
kapiler paru, sedangkan CO2 berdifusi dari kapiler paru ke alveolus lalu ke
atmosfer. Hal tersebut terjadi karena tekanan parsial oksigen pada udara bebas
lebih tinggi dari tekanan parsial oksigen di alveolus, dan tekanan parsial oksigen
di alveolus lebih tinggi daripada tekanan parsialnya di kapiler paru. Pada kapiler
paru, tekanan parsial karbon dioksida lebih tinggi dari tekanan parsialnya di
alveolus, walaupun bedanya sedikit namun sudah cukup optimal karena karbon
dioksida sifatnya mudah larut dalam plasma, 20 kali lebih cepat dibandingkan
oksigen. Dan tekanan parsial karbon dioksida di alveolus lebih besar dari
tekanan parsial karbon dioksida di atmosfer yang bernilai 0.
Perfusi yaitu proses transpor oksigen dan karbon dioksida melalui plasma darah
dalam kapiler paru-paru.
Hubungan antara ventilasi dan perfusi
ventilasi dan perfusi seimbang dalam unit pernapasan ideal (V/Q normal = 0,8)
(1)
(2)
(3)
Keterangan:
Gbr 1: terjadinya proses ventilasi yang sudah masuk ke dalam alveolus, namun
tidak terdapat proses perfusi dalam kapiler paru
Gbr 2: terjadinya proses perfusi dalam kapiler paru, namun tidak terdapat proses
ventilasi.
Gbr 3: tidak terjadinya proses apapun, baik ventilasi maupun perfusi.
Sumber
https://www.scribd.com/doc/252277777/Ventilasi 17:23
https://www.scribd.com/doc/124754578/Fisiologi-Pernafasan 17:23
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/elisna.syahruddin/material/fisiologirespirasi
05.pdf 17:24
alveolus. Nilai ini berkurang menjadi 95 mmHg di dalam aorta akibat adanya
pintas (shunt) fisiologis. DLO2 meningkat mencapai 65 mL/menit/mmHg selama
latihan fisik dan menurun pada penyakit seperti sarkoidosis dan keracunan
birilium (biriliosis) yang menimbulkan fibrosis dinding alveolus. Penyebab lain
fibrosis paru adalah sekresi PDGP berlebihan oleh makrofag alveolus, yang
merangsang sel mesenkim di sekitarnya.
PCO2 darah vena adalah 46 mmHg, sehingga CO 2 berdifusi dari darah ke
dalam alveoli sesuai selisih tekanan tersebut. P CO2 darah yang meninggalkan
paru adalah 40 mmHg. CO 2 mampu menembus sleuruh membran biologis
dengan mudah, dan kapasitas difusi paru untuk CO 2 jaub lebih besar
dibandingkan O2. inilah sebabnya mengapa retensi CO 2 jarang merupakan
masalah pada penderita fibrosis alveolus welaupun terdapat penurunan
kapasitas difusi O2 yang nyata
Sumber
karena ada impuls yang datang,jika tidak ada maka terjadi ekspirasi (otot
inspirasi melemas)
Kelompok neuron pada pusat pernapasan medulla
- Kelompok respiratorik dorsal (KRD) : terdiri dari neuron inspiratorik yang serat
desendennya berakhir di neuron motorik yanng menyarapi otot inspirasi. Ketika
ada impuls jadi inspirasi dan ketika tidak ada impuls terjadi ekspirasi,ekspirasi
berakhir ketika neuron inspiratorik sudah mencapai ambang dan siap
mengeluarkan impuls lagi
- kelompok respiratorik ventral (KRV) : terdiri dari neuron inspiratorik dan
ekspiratorik. Yg keduanya inaktif jika bernapas normal,KRV bekerja untuk
penguat jika kebutuhan ventilasi meningkat
2. pembentukan irama respirasi
secara luas dipercayao terletak di kompleks pra Botzinger, yaitu suatu
regio yang terletak dekat dengan atas ujung (kepala) pusat respiratorik medula.
Dipercaya berirama didorong oleh sinaptik dari kompleks ini.
3. kekuatan ventilasi,respon dari PO2,PCO2
Jika PO2 menurun dan PCO2 maka ventilasi merangsang untuk memperoleh O2 ata
mengeluarkan kelebihan CO2
Sumber :
Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Ed.6 EGC. Jakarta. 2011
Vestibulum
Fossa Nasalis
Fossa nasalis merupakan rongga hidung bagian belakang. Fossa nasalis
terdiri dari 2 ruang cavernosa yang dipisahkan oleh tulang septum nasalis.
Dinding lateral fossa nasalis ada yang menonjol ke dalam berbentuk seperti
papan yang disebut concha.
Ada 3 buah concha, yaitu concha nasalis superior, media dan inferior.
Concha nasalis superior diliputi oleh epitel olfactory khusus. Concha nasalis
media dan inferior diliputi oleh epitel respirasi. Celah antara concha
mengakibatkan penambahan luas permukaan yang mengandung epitel respirasi
dan menimbulkan aliran udara yang turbulen. Hal ini menyebabkan
bertambahnya kontak antara arus udara dan lapisan mukosa/epitel respirasi
Sedangkan di dalam lamina propria concha terdapat banyak plexus venosus. Hal
ini mengakibatkan udara inspirasi dihangatkan oleh plexus venosus,
dilembabkan oleh lapisan mukosa dan disaring oleh aliran turbulen sebelum
masuk ke saluran nafas bagian bawah. Aliran turbulen dapat menyaring udara
inspirasi, karena udara yang mengalir melalui saluran hidung membentur banyak
dinding penghalang, yaitu concha nasalis, septum, dan dinding pharing. Setiap
kali udara membentur salah satu penghalang ini, maka udara harus merubah
arah alirannya. Partikel yang tersuspensi di dalam udara, karena mempunyai
massa dan momentum jauh lebih besar dari udara, tidak dapat mengubah arah
perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu partikel terus maju ke depan,
sehingga membentur permukaan-permukaan penghalang ini 2 . Melalui
mekanisme ini, hampir tidak ada partikel yang berdiameter lebih besar dari 2-3
mikron memasuki paru-paru melalui hidung
Plexus venosus tampak seperti badanbadan bergelembung (corpus
cavernous). Setiap 2030 menit, corpus cavernous pada salah satu fossa nasalis
penuh dengan darah, yang mengakibatkan peregangan mukosa concha, dan hal
ini menyebabkan sedikit penyumbatan/penurunan aliran udara di sisi tersebut.
Selama waktu ini, sebahagian besar udara berjalan melalui fossa nasalis sisi
lainnya. Oklusi yang terjadi secara periodik ini mengurangi aliran udara, sehinga
epitel respirasi dapat memperbaiki diri dari keausan. Reaksi-reaksi alergi dapat
menyebabkan pembesaran abnormal pada korpus kavernosum pada kedua fossa
nasalis sampai mencapai 5 mm dan mengakibatkan gangguan aliran udara yang
berat 3 . Manfaat pernafasan hidung begitu banyak, oleh karena itu, sangat
dianjurkan bernafas melalui hidung. Hindarilah bernafas melalui mulut, karena
dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
Refleks menelan
Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan
ke dalam trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan
bagian atas esophagus diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa
melalui saraf cervical. Menelan memiliki beberapa stadium, yaitu stadium
volunter, faringeal dan oesofageal.
Pada stadium volunter, benda ditekan atau didorong ke bagian belakang
mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang terhadap palatum, sehingga lidah
memaksa benda ke pharing. Pada stadium faringeal, palatum mole didorong ke
atas untuk menutup nares posterior, sehingga mencegah makanan balik ke
rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah,
Refleks batuk
Merupakan mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke
atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Bronkus dan trakea sangat peka
dengan benda asing ataupun iritasi lain, sehingga bisa menimbulkan refleks
batuk. Laring dan karina sangat peka. Bronkiolus terminalis dan alveolus
terutama peka terhadap rangsang kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan
klor. Impuls aferen dari saluran pernafasan terutama berjalan melalui nervus
vagus ke medulla oblongata.
Di sana suatu rangkaian otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla
oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: Mula-mula 2,5
liter udara dihirup. Kemudian epiglottis menutup, dan pita suara menutup
dengan erat-erat untuk menjerat udara di dalam paru-paru. Otot perut
berkontraksi dengan kuat, yang mendorong diafragma, begitu juga otot ekspirasi
berkontraksi kuat, sehingga tekanan di dalam paru-paru meningkat menjadi
setinggi 100 mm Hg atau lebih. Pita suara dan epiglottis tiba-tiba terbuka lebar
sehingga udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus ke luar.
Kecepatan udara ini bisa 75100 mil/jam. Udara yang mengalir cepat ini akan
membawa serta benda asing apapun yang ada di dalam bronkus dan trakea 2 .
Pada umumnya manusia tidak menyukai batuk, karena batuk merupakan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan. Hal ini tidak selamanya benar, karena batuk
adalah suatu mekanisme pertahanan alamiah untuk melindungi saluran
pernafasan, bahkan dapat menjadi alat terapeutik untuk melayani suatu tujuan
yang pasti. Bagi orang yang membutuhkannya, batuk bukanlah suatu gangguan,
bahkan suatu mekanisme yang sangat penting untuk membersihkan jalan,
contoh pada penyakit kistik fibrotik. Batuk yang efektif dapat membantu
membersihkan jalan nafas pasien, mempertahankan fungsi paru, dan memberi
kualitas hidup yang lebih baik.
Refleks Bersin
Refleks bersin mirif dengan refleks batuk, hanya refleks bersin tejadi di
saluran hidung, bukan pada saluran nafas bagian bawah. Rangsang yang
memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya
berjalan di dalam saraf maksilaris ke medulla oblongata dimana refleks ini
digerakkan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada
refleks batuk, di sini uvula tertekan sehingga sejumlah besar udara mengalir
dengan cepat melalui hidung dan mulut, sehingga membersihkan saluran hidung
dari benda asing. Makrofag alveolar Merupakan pertahanan yang paling akhir
dan paling penting terhadap invasi benda asing ke dalam paru-paru. Partikelpartikel kecil yang berdiameter kurang 0,5 mikron bisa masuk ke alveolus contoh
asap rokok yang berdiameter kira-kira 0,3 mikron. Walaupun biasanya 2/3
dikeluarkan kembali bersamasama udara ekspirasi. Tetapi sisanya akan
dikeluarkan oleh makrofag alveolar.
Makrofag alveolar
Merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan
mempunyai sifat enzimatik. Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus dan
bisa meliputi serta menelan benda asing/ mikroba. Setelah meliputi partikel
mikroba, maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh dan
mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan
yang nyata. Partikel benda asing ini pun kemudian ditranspor oleh makrofag ke
pembuluh lymfe atau ke bronkiolus, dimana mereka dibuang oleh kerja mucus
dan silia.
Sumber
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18350/1/mkn-mar200942%20(1).pdf 17:50
Volume
1. Tidal (500 ml pada pria dewasa muda normal)
Volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan pada setiap pernapasan
normal
2. Inspirasi cadangan (3000 ml pada pria dewasa muda)
Volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal
normal
3. Ekspirasi cadangan (1100 ml pada pria dewasa muda)
Volume udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah
akhir suatu ekspirasi tidal yang normal
4. Residual (1200 ml pada pria dewasa muda)
Volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat
Kapasitas
1. Kapasitas Inspirasi
Volume tidal + volume inspirasi cadangan = 3500 ml
Udara yang dapat dihirup pada tingkat ekspirasi
normal
&
Sumber
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/volume-dankapasitas-paru-2/ 18:04
latihan
bertahun-tahun
untuk
melakukan
hyperventilasi
dengan
sempurna.
4. Mengatur pernapasan saat naik ke permukaan dengan tidak menahan
napas dan bernapas dengan teratur dan harus bergerak secara perlahanlahan agar nitrogen yang terdapat dalam tubuh dapat dihilangkan melalui
paru karena jika terlalu cepat akan beresiko membentuk gas dalam
jaringan dan dapat mengalami decompression illness (DCI).
Tekanan Gas Pernafasan saat Menyelam
Saat menyelam, individu akan terpajan tekanan yang tinggi dan terjadi
peningkatan tekanan dalam pembuluh darah tertutup. Peningkatan
tekanan berhubungan langsung dengan kedalaman, densiti air dan
gravitasi.
Jaringan tubuh tersusun terutama oleh air, dengan demikian hampir tidak
mengalami kompresi, tetapi gas-gas akan mengalami kompresi. Selama
menyelam volume gas dalam paru akan berbanding terbalik dengan
kedalaman. Pada tiap kedalaman 10 meter (33 kaki) air laut terjadi
peningkatan tekanan ambient 1 atm (760 mmHg). Tekanan pada
kedalaman tersebut sebesar 2 atm, yaitu 1 atm disebabkan oleh tekanan
udara di atas laut
intinya,
saat
menyelam
semakin
dalam,
tekanan
yang
Kedalaman
Di permukaan
10 meter
20 meter
30 meter
Tekanan Absolut
1 ATA
2 ATA
3 ATA
4 ATA
Gauge Pressure
0 ATG
1 ATG
2 ATG
3 ATG
menjadi
12
liter,
maka
penyelam
tersebut
harus
suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di
atas cairan (Anonim, 2008a). Pada kondisi di atas permukaan laut gas
nitrogen terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak
mempengaruhi fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma
darah, sebab rendahnya koefisien kelarutan pada tekanan di atas
permukaan laut. Tetapi bagi seorang penyelam Scuba atau pekerja
Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air) yang berada pada
kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah nitrogen yang
terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala
nitrogen narcosis (Soewolo, et al. 1999).
Bila seorang penyelam di bawa ke permukaan perlahan-lahan,
nitrogen terlarut dapat dihilangkan melalui paru. Namun demikian bila
seorang penyelam naik ke permukaan dengan cepat, nitrogen keluar
larutan dilepas melalui respirasi dengan cepat sekali, malahan akan
membentuk
gelembung
gas
dalam
jaringan,
yang
mengakibatkan
F: (Fibrilation Treatment)
Gambaran EKG pada Ventrikel Fibrilasi ini menunjukan gelombang listrik
tidak teratur baik amplitudo maupun frekuensinya.
Terapi definitifnya adalah syok electric (DC-Shock) dan belum ada satu
obatpun yang dapat menghilangkan fibrilasi.
Pada resustansi pernafasan buatan mulut ke mulut, mula-mula operator
menempatkan korban pada posisi terlentang dan membebaskan jalan napas
engan cara meletakkan satu tangan dibawah leher serta mengangkatnya,
sementara tangan yang lain ditekankan pada dahi koraban.Hal ini akan
mengekstensikan leher dan mengangkat lidah menjauhi bagian belakang
tenggorokan.
Operator menempatkan mulutnya pada mulut pada mulut korban
sementara jari-jari tangan yang menekan dahi menutup lubang hidung. Operator
meniupkan udara sebanyak dua kali volume alun napas ke dalam mulut korban,
dengan frekuensi 12 kali permenit, dengan setiap kali memberikan kesempatan
daya rekoil elastik paru korban untuk melakukan ekspirasi pasif. Leher korban
tetap dipertahankan dalam posisi ekstensi. Gas yang tertiup kedala lambung
dapat dikeluarkan dengan melakukan penekanan keatas abdomen dari waktu ke
waktu. Pada individ apnea tanpa ditemukan denyut jatung, pernapasan mulut ke
mulut diselingi pemijitan jantung.
Kegawatdaruratan
Apabila melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera
mungkin memberikan pertolongan dengan terlebih dahulu mengamati
kesulitannya. Yang perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami
kepanikan. Untuk itu lakukan teknik mendekati penyelam sebagai berikut:
https://www.scribd.com/search?query=bantuan+hidup+lanjut
Pencegahan barotrauma
Pencegahan risiko terjadinya kecelakaan akibat tekanan yang berlebihan
pada paru selama penyelaman dimulai dengan pemeriksaan fisik yang baik pada
penyelam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan tidak terdapatnya
riwayat kelainan paru sebelumnya yang mungkin sebagai faktor predisposisi
terjadi gas trapping yaitu terdapat bleb, bula, penyakit paru obstruktif yang tidak
diterapi dengan adekuat termasuk asma. Selain itu perlu penjelasan tentang
tingkah laku penyelam yang tidak tepat yaitu menahan napas selama naik ke
permukaan dengan cepat.
Pemeriksaan spirometri perlu dilakukan untuk menilai derajat obstruksi
saluran napas. Uji faal paru dengan flow volume curve dengan aliran ekspirasi
tengah 80% dari nilai prediksi merupakan batas keamanan untuk menyelam.
Manifestasi klinis
Emfisema mediastinal memberikan keluhan nyeri ringan substernal yang
dirasakan sebagai nyeri tumpul yang menjalar ke bahu, leher dan belakang, rasa
berat di dada dan batuk. Tanda-tanda tersebut berhubungan dengan sakit
tenggorokan, disfagia dan perubahan suara.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan barotrauma paru harus dilakukan segera untuk
menghindari kematian pada penyelam. Penatalaksanaan disesuaikan dengan
keadaan barotrauma yang terjadi, emfisema dan pneumotoraks. Pada emfisema
subkutis dan mediastinal tanpa komplikasi cukup diobservasi, tak perlu terapi
rekompresi, pada keadaan berat dibutuhkan terapi oksigen 100% dengan
tekanan atmosfer. Pada pneumotoraks dibutuhkan rekompresi segera dan
pemasangan pipa atau kateter melalui ruang interkostal (WSD)
DECOMPRESSION ILLNESS
Decompression illness terjadi saat gelembung gas terbentuk dalam darah
dan jaringan interstisial sebagai akibat penurunan tekanan ambient.
Decompression illness meliputi 2 masalah yaitu emboli gas
arteri dan
decompression sickness. Keduanya berhubungan dengan pembentukan gas.
DECOMPRESSION SICKNESS
Insidens decompression sickness (DCS) bervariasi pada populasi yang
berbeda. Penyelam olahraga dan militer mempunyai angka insidens yang sama
sedangkan insidens tertinggi terjadinya decompression sickness adalah pada
penyelam komersial. Pada tahun 1990, insidens decompression sickness adalah
1 dari 10.000 penyelam olahraga dan 1 dari 100.000 penyelam untuk
kepentingan akademi atau penelitian.
Decompression sickness dikelompokkan ke dalam 2 tipe yaitu tipe 1 bentuk
musculoskeletal dan tipe 2 bentuk kelainan sistemik (neurologis dan
kardiorespirasi). Decompression sickness terjadi saat gelembung gas terbentuk
dalam jaringan tubuh. Gas akan terlarut kedalam jaringan menurut hukum Henry.
Jaringan tubuh menjadi supersaturasi terhadap gas inert (tidak aktif), biasanya
Nitrogen. Kemungkinan terjadinya decompression sickness tergantung pada
tingkat kedalaman, lama menyelam, gas campur yang digunakan dan jenis
dekompresi. Waktu yang dibutuhkan jaringan tubuh untuk terjadinya saturasi
tergantung aliran darah dan kelarutan gas dalam jaringan.
Mekanisme Decompression Sickness
Selama menyelam terjadi peningkatan tekanan ambient yang menyebabkan
peningkatan tekanan parsial gas nitrogen dalam tubuh. Peristiwa tersebut
menyebabkan kalarutan gas tersebut dalam jaringan tubuh meninggi, pada
keadaan normal kelarutan gas nitrogen dalam jaringan tubuh buruk. Pada
kedalaman yang lebih dalam jaringan tubuh menjadi supersaturasi (lewat jenuh)
terhadap gas nitrogen. Selama penyelam naik ke atas, tekanan ambient
berkurang dengan cepat dan nitrogen keluar dari larutan membentuk gelembung
gas dalam jaringan dan cairan tubuh. Gelembung yang terbentuk akan masuk ke
dalam darah atau persendian ekstremitas. Bila gelembung tersebut masuk ke
vena maka biasanya terjebak dalam sirkulasi paru. Interaksi gelembung dengan
endotel pembuluh darah menyebabkan terjadi respons inflamasi sehingga
dinding kapiler mengalami kerusakan karena edema, kompresi mikrovaskuler
dan penurunan oksigenasi jaringan.
Manifestasi klinis
Gejala klinis jarang terjadi, gejala yang biasanya terjadi adalah rasa tercekik,
nyeri dada substernal, sesak, batuk, hemoptisis, hipoksemia berat yang mungkin
bersamaan dengan hipertensi pulmoner, edema paru dan hipoksemia. Gambaran
pernapasan menjadi cepat dan dangkal, sianosis mungkin terjadi secara cepat
sebagai manifestasi dari kegagalan jantung kanan dan kolaps kardiovaskuler.
Pada penelitian terhadap 90 kasus, gejala timbul mulai dari 10 menit sampai 12
jam setelah naik ke permukaan.
EMBOLI GAS ARTERI PULMONER
Emboli gas arteri adalah gelembung gas yang terdapat dalam darah arteri
dan merupakan penyebab utama kematian pada penyelam. Penyebab awalnya
(barotrauma paru) biasanya sulit dideteksi. Penyebab tersering adalah
pengembangan gas-gas respirasi selama penyelam naik ke atas. Gas yang tidak
dapat keluar akan mengembang sehingga alveoli akan makin mengembang dan
mengalami rupture. Gelembung gas akan masuk ke dalam kapiler paru dan
dibawa masuk ke darah arteri. Emboli gas dalam arteri bisa fatal saat penyelam
naik dari kedalaman 7 kaki (2 meter). Manifestasi klinis yang muncul adalah
nyeri dada, hemoptisis, penurunan kesadaran yang tiba-tiba, vertigo, henti
jantung dan gejala neurologis lain.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan kasus decompression sickness atau emboli gas arteri
adalah mempercepat pengecilan ukuran gelembung gas dengan cara