Anda di halaman 1dari 2

Nama : Miftakhur Rokhim

NIM

: 13503241052

Kelas : P2

ALAT PENGUPAS BIJI METE


IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Siapa yang tidak mengenal Kecamatan Jatiroto? Daerah yang memiliki kebun pohon
mete terbesar, yang luasnya 62,77 km2 tersebut, ternyata mampu menghasilkan biji mete yang
begitu melimpah. Tepatnya di daerah Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, disana banyak sekali
petani mete yang masih bekerja secara manual, baik dalam proses perawatannya, pemupukan,
pemanenan, maupun dalam bidang pengolahan lebih lanjut.
Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil
Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian
menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya,
Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara
sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama
jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di
Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat
dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali
jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
Tanaman jambu mete yang dapat tumbuh di daerah panas tersebut sangat berpotensi
dalam segala bidang bila dapat dikelola dengan baik, apalagi bila produksiya bisa efektif dan
efisien. Jambunya sangat bermanfaat bagi tubuh, begitu juga dengan biji metenya.
Seperti yang diketahui biji mete memiliki banyak sekali manfaat, antara lain:
meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi kolesterol, dan mengoptimalkan daya pikir.
Dan juga kulit biji mete tersebut dapat dimanfaatkan sebagai perekat kayu (lem kayu).
Kebanyakan dalam pengolahan biji mete, mereka masih menggunakan metode
manual. Metode manual tersebut lebih dikenal dengan sebutan dipukul. Pengolahan biji
mete kurang efektif dan efisien, dan tidak menjamin kualitas biji mete yang dihasilkan. Dan
juga meninggalkan sampah atau limbah yang berupa kulit biji mete tersebut. Dalam
pengolahan saja banyak menguras tenaga, waktu, maupun biaya, sehingga hasil yang mereka
dapat kurang maksimal.

Oleh karena itu, saya merasa prihatin yang akhirnya termotivasi untuk membuat suatu
alat pengupas biji mete. Alat yang akan saya buat tersebut, akan membantu pengrajin dalam
meningkatkan pendapatan mereka, dan secara langsung juga mengurangi tenaga yang keluar
dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Alat ini dapat mengolah biji mete secara efektif dan efisien,dan dapat meningkat
kualitas biji mete yang dihasilkan. Tidak hanya biji mete yang bersih saja yang diambil, tapi
juga kulit mete yang dapat diproses menjadi perekat kayu sesuai study yang telah dilakukan
di Universitas Negeri di Yogyakarta .

Anda mungkin juga menyukai