Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uterus didelfis terjadi saat penyatuan garis tengah duktus mullerian tidak
dapat menyatu, baik lengkap maupun tidak lengkap. Wanita dengan uterus didelfis
bisa asimtomatik dan tidak mengetahui memiliki uterus ganda, yang tidak ada
hubungan di antara keduanya. Mereka mungkin mengeluhkan dismenorea dan
dispreunia. Uterus didelfis merupakan anomali duktus Mullerian Kelas III. 1,2
Uterus didelfis merupakan anomali kongenital yang jarang, terdiri dari
uterus normal yang terpisah dengan ukuran normal uterus dan kanalis
endoservikal yang normal, sedangkan serviknya menyatu pada segmen bawah
uterus. Masalah yang paling sering pada uterus didelfis adalah inkompeten serviks
yang akibat masalah akomodasi seperti kelemahan anatomi kongenital bagian
dalam.3,4,5
Uterus didelfis merupakan kelainan anomali jarang dan ini menyebabkan
keguguran berulang yang diakibatkan volume uterus yang berkurang dan
berhubungan dengan inkompten serviks. Aborsi spontan terjadi berkisar 32-52%
kasus dan kelahiran prematur dari 20-45%. Kehamilan aterm dapat dicapai dengan
istirahat yang cukup, tokolitik dan cervical encirclage.2
Uterus didelfis, pada beberapa penelitian, ditemukan berhubungan dengan
infertilitas yang tinggi, abortus spontan, intrauterine growth retardation, dan
perdarahan post partum. Hubungan spesifik antara uterus didelfis, hematokolpos
unilateral dan agenesis renal ipsilateral telah digambarkan.2
Anomali kongenital kompleks traktus reproduktif wanita merupakan
kejadian yang jarang dengan hipotesis seringnya terjadi akibat disregulasi
Mullerian selama embrigenesis. Anomali ini terjadi dengan banyak tingkatan
defek penyatuan Mullerian dan agenesis yang berujung pada spektrum luas
fenomena diklasifikasikan oleh American Society for Reproductive Medicine.
Abnormalitas traktus reproduktif wanita baisanya terjadi pada 2-3% wanita.
Jika uterus didelfis tidak ditatalaksana akan menyebabkan endometriosis,
adhesi pelvis, pyosalpinx atau pyocolpos, aborsi spontan saat hamil. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Uterus didelfis terjadi saat penyatuan garis tengah duktus mullerian tidak
dapat menyatu, baik lengkap maupun tidak lengkap. Wanita dengan uterus didelfis
bisa asimtomatik dan tidak mengetahui memiliki uterus ganda, yang tidak ada
hubungan di antara keduanya. Mereka mungkin mengeluhkan dismenorea dan
dispreunia. Uterus didelfis merupakan anomali duktus Mullerian Kelas III. 1,2
Uterus didelfis merupakan anomali kongenital yang jarang, terdiri dari
uterus normal yang terpisah dengan ukuran normal uterus dan kanalis
endoservikal yang normal, sedangkan serviknya menyatu pada segmen bawah
uterus. Masalah yang paling sering pada uterus didelfis adalah inkompeten serviks
yang akibat masalah akomodasi seperti kelemahan anatomi kongenital bagian
dalam.3,4,5
2.2. Insidensi
Uterus didelfis merupakan kelainan anomali jarang dan ini menyebabkan
keguguran berulang yang diakibatkan volume uterus yang berkurang dan
berhubungan dengan inkompten serviks. Aborsi spontan terjadi berkisar 32-52%
kasus dan kelahiran prematur dari 20-45%. Kehamilan aterm dapat dicapai dengan
istirahat yang cukup, tokolitik dan cervical encirclage.2
Kejadian anomali Mulleran dilaporkan 0,1-1% pada populasi umum, yang
lebih banyak berhubungan dengan infertilitas. Ini disebabkan kegagalan
penyatuan yang terjadi pada kehamilan minggu ke-12 dan miggu ke-16, yang
dikarakteristikkan oleh 2 cabang uterus yang berbeda dan dua serviks. Proses saat
segmen bawah sepasang duktus mullerian membentuk uterus, serviks, dan vagina
bagian atas disebut fusi lateral. Kegagalan penyatuan yang menyebabkan anomali
seperti uterus didelfias atau bicornuate. Peluang untuk hamil secara signifikan
berkurang, hanya 20%, dengan setiap tiga kehamilan berujung pada persalinan
premature.2
saluran Wolffian untuk bertemu di garis tengah. Tiga fase berikutnya (fusion,
resorpsi, dan induksi vagina) melanjutkan secara teratur dari 9 sampai minggu
kehamilan ke-22. Pengembangan saluran Mullerian terjadi berhubungan erat
dengan pengembangan dari sistem urin, dan ini menjelaskan asosiasi anomali dari
kedua sistem tersebut. 10
Yang paling sering digunakan sistem klasifikasi MDAs diusulkan oleh
Buttram dan Gibbons; Sistem ini digunakan untuk mengatur anomali ini menjadi
enam kategori. Kelas I anomali terkait dengan hipoplasia atau agenesis sebagian
atau seluruh dari tabung, uterus, leher uterus, atau vagina (sindrom MayerRokitansky-Kuster- Hauser). Kelas II anomali terdiri agenesis sebagian atau
lengkap unilateral (uterus unicornuate) sekitar 15% dari MDAs. Ada empat
subtipe unicornuate uterus: uterus unicornuate sederhana (35%), uterus
unicornuate dengan tanduk noncavitary dasar (33%), uterus unicornuate dengan
noncommunicating tanduk kavitas (22%), dan uterus unicornuate dengan
berhubungan tanduk kavitas (10%). Penampilan MR adalah bahwa dari rongga
uterus berbentuk pisang, dengan atau tanpa tanduk dasar. Pada pasien dengan
uterus didelphys (kelas III anomali), dua tanduk uterus yang terpisah, yang sangat
beragam dan adanya dua serviks. Sebuah septum vertikal memperluas ke vagina
bagian atas dapat diidentifikasi dengan MRI sampai dengan 75% dari pasien.
Dalam sejumlah kecil pasien, septum transversal vagina menghalangi salah satu
kanal uterus, sehingga mengarah ke hematometrocolpos. Bicornuate uterus (kelas
IV anomali) akibat kegagalan parsial fusi duktus Mullerian fusi dan ditandai
dengan kontur fundus eksternal cekung dengan fundus dibelah lebih besar dari 1
cm memisahkan dua tanduk uterus di atas leher uterus tunggal dan peningkatan
jarak intercornual (lebih dari 4 cm). Kadang-kadang, terdapat dua serviks. Uterus
arkuata adalah anomali fusi parsial paling ringan dan dianggap sebagai varian
normal. Rongga endometrium tidak dibagi, dan kontur eksternal uterus adalah
datar atau minimal cekung. Outcome septate uterus (kelas V anomali) dari
resorpsi gagal septum garis tengah setelah biasfusi duktus Mullerian. Fitur kunci
yang memungkinkan perbedaan anomali ini dari uterus bikornuata adalah adanya
cekung normal atau minimal (<1 cm) kontur uterus eksternal; MRI adalah alat
non-invasif terbaik untuk penilaian gambaran ini. Kelas VI anomali anomali
2.5. Diagnosis
2.5.1. Gejala Klinis
Gejala klinis uterus didelfis tidak diarasakan sampai menarche terjadi,
yaitu nyeri pelvis kronik berperiode. Pada pemeriksaan fisik didapatkan msaa
pada abdominal-pelvik yang berakhir pada benjolan kebiruan vagina lateral. 9
Kelainan uterus berhubungan dengan outcome reproduktif normal dan
yang merugikan; terjadi pada sekitar 3-4% wanita subur dan tidak subur, 5-10%
dari wanita dengan keguguran berulang, dan 25% dari wanita dengan kelahiran
prematur akhir trimester pertama dan trimester kedua kehamilan. Secara
keseluruhan, anomali uterus terkait dengan kesulitan mempertahankan kehamilan,
dan bukan gangguan kemampuan untuk hamil. 7
Meskipun banyak wanita dengan anomali mullerian asimtomatik, beberapa
tanda dan gejala ginekologi berhubungan dengan anomali tertentu. wanita
mungkin mengeluhkan nyeri panggul siklik atau nonsiklik dan dismenore sugestif
dari sebuah anomali obstruktif, menstruasi retrograde, dan endometriosis.
Endometriosis adalah temuan umum pada wanita dengan anomali mullerian
obstruktif dan nonobstruktif, dan mungkin menjadi penyebab infertilitas. Amenore
primer dengan nyeri panggul, vagina, atau massa panggul berkaitan dengan
septum transversal vagina atau hymen imperforata. Agenesis Mullerian (tidak
adanya uterus dan vagina sejak lahir) menyebabkan amenore. Perdarahan uterus
abnormal dapat terjadi dengan sebuah septate uterus, suatu obstruksi parsial atau
microperforate, atau septum longitudinal yang ketika hanya satu tampon
digunakan (keduanya diperlukan). 7,14
10
12
HSG biasanya digunakan untuk menilai patensi tabung tuba, dan dapat
memberikan informasi lebih lanjut tentang kontur rongga endometrium dan
adanya komunikasi yang kompleks dalam pengaturan anomali Mullerian.
Diagnosis definitif kelainan uterus seseorang membutuhkan penilaian dari kontur
uterus eksternal, dan ini buruk jika dilihat oleh HSG. HSG mendiagnosa 55%
dari septate dan uteri bikornuata, dan penambahan ultrasonografi meningkatkan
hasil ini sebanyak 90% . 7
atau
hematocolpos,
menegaskan
kehadiran
ovarium,
dan
13
14
15
16
reproduktif
perempuan
dengan
uterus
obstruksi
sehingga
hematometrocolpos besar terkait dengan agenesis ginjal kiri. Temuan dua tanduk
uterus sangat beragam menunjukkan diagnosis diferensial uterus bikornuata,
unicornuate uterus dengan kontralateral dasar tanduk, dan uterus didelphys.
Karena tidak ada komunikasi antara dua tanduk uterus, diagnosis uterus
bikornuata dapat dikecualikan.10
17
2.6. Penatalaksanaan
Uterus didelfis ditatalaksana dengan laparoskopi diagnostik. Adapun, tindakan
yang dilakukan adalah: 9
Insisi lebar pada septum vagina secara vertikal untuk melepas darah
18
uterus,
dan
agenesis
renal
ipsilateral
(Herlyn-Warner-Wunderlich
Syndrome):9
vaginal.
Hemihisterektomi dengan atau tanpa salpingoophorectomu jarang
diindikasikan.
Moawad
et.al
menggunakan
perbedaan
yang
berbeda
pada
kelainan terkait. Gejala umum anomali duktus mullerian dan teknik diagnostik
saat ini telah dibahas. Intervensi bedah untuk anomali mullerian ditujukan kepada
wanita dengan nyeri panggul, endometriosis, anomali obstruktif, keguguran
berulang, dan kelahiran prematur. Meskipun operasi untuk sebagian anomali
uterus adalah intervensi utama, septum uterus istimewa dikelola dengan prosedur
histeroskopi.7,19
Karena ketersediaan pencitraan canggih, prosedur bedah diagnostik seperti
pemeriksaan di bawah anestesi, vaginoscopy, histeroskopi, dan laparoskopi jarang
diperlukan untuk mendiagnosa anomali mullerian. Secara historis, laparoskopi
dan histeroskopi adalah standar emas untuk mengevaluasi kontur. 7
19
20
21
22
rahim yang
mampu
meregang
untuk
23
Hasil luaran dari uterus didelphis telah diteliti dan dibandingkan dengan
anomali uterus yang lain.Uterus didelphis memberikan peluang terbaik untuk
keberhasilan kehamilan dan memiliki tingkat keberhasilan kehamilan yang hampir
sama dengan uterus unicornu.
Uterus Didelphis sering didiagnosa pada usia muda karena septum vagina
dan dua hemicervix teramati pada pemeriksaan spekulum.
Pada Penelitian Heionen , K Penti (2005) dalam artikelnya dikatakan
bahwa fertilitas dari wanita dengan uterus didelfis adalah relatif baik: 34 (94%)
dari 36 wanita yang ingin hamil memiliki setidaknya satu kehamilan, dan 32
(89%) dari mereka memiliki setidaknya satu bayi yang hidup. Tiga puluh empat
wanita memproduksi total tujuh puluh satu kehamilan (rata-rata S.D. 2,11,0;.
Kisaran 1-5). Tabel 2 menunjukkan hasil yang pertama dan dari seluruh
kehamilan. Sepuluh wanita mengalami lima belas kali aborsi spontan (21%)
(jangkauan, 1-3), dan hanya tiga keguguran terjadi selama trimester kedua. Dua
pasien memiliki tiga keguguran yang berulang. Satu kehamilan ektopik terjadi.
Dua belas perempuan telah diberikan terapi pada obstruksi hemivagina,
infertilitas primer, teratoma ovarium atau endometriosis berat sebelum pembuahan
pertama. Tabel 2 menunjukkan hasil dari kehamilan mereka dan orang-orang yang
sama dari 22 wanita tanpa keluhan atau perawatan sebelum konsepsi. Pasien
dengan beberapa keluhan memiliki angka kelangsungan hidup janin lebih baik
(90%) dibandingkan mereka yang tidak memiliki keluhan (68%; P< 0,05, uji
exact Fisher). Lebih lanjut, wanita yang diobati sebelum konsepsi memiliki
tingkat aborsi lebih rendah dibandingkan tanpa pengobatan tetapi kelahiran
prematur lebih umum pada pasien dengan beberapa keluhan (Tabel 2)
24
Kehamilan dengan letak di sebelah kiri sebanyak 17 kasus (24%) dan yang
letaknya di sebelah kanan sebanyak 54 (76%) dari 71 kehamilan. Sembilan wanita
yang sedang hamil dengan letak kehamilan pada kedua sisi, hanya 4 yang terletak
di hemiuterus kiri dan 21 di sebelah kanan (Gbr.3). Kehamilan bersamaan pada
kedua hemiuteri tidak terjadi. Dua kehamilan kembar terjadi dalam dua kasus, dan
keduanya terletak pada kedua rongga hemiuterine yg sama. 6 dari 9 wanita dengan
obstruksi hemivagina terhambat proses kelahirannya. Empat kehamilan terletak
selain pada sisi yang terkena. Satu di sisi yang sama dan satu pada kehamilan di
sisi lain di kedua hemiuteri tersebut.
Tiga puluh tiga wanita memiliki lima puluh lima persalinan (rata-rata
S.D. 1,70,7; kisaran 1-4). (tabel 3)Pada penemuan klinis menunjukkan
inkompetensi serviks pada dua kehamilan dan serviks cerclage digunakan dalam
kedua kasus. Kehamilan ini memuncak berhasil dengan bayi cukup bulan lahir
hidup penuh.
Kehamilan dengan hipertensi (PIH) terjadi pada tujuh (13%) dari lima
puluh lima kehamilan. Lima wanita yang hanya memiliki satu ginjal dengan PIH
pada dua dari dua belas (17%) kehamilan, dan dua puluh dua wanita dengan ginjal
bilateral dengan PIH pada lima (16%) dari tiga puluh satu kehamilan. Proteinuria
ditemukan hanya dalam satu kehamilan dengan PIH.
25
Kelahiran prematur terjadi pada 24% dari 55 kelahiran. Tiga belas bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 g dan empat dari semuanya dibawah 1500
g (845,1075,1110, dan 1420 g). Frekwensi dengan presentasi sungsang dan tingkat
bedah sesar yang tinggi (tabel 3). Hambatan pertumbuhan ditemukan pada enam
(11%) dari lima puluh tujuh bayi. Kematian perinatal adalah 5,3%, dua anak-anak
lahir hidup dan satu meninggal pada usia 48 jam. Penyebab kematian adalah
abrupsi plasental dalam satu kasus dan tidak diketahui penyebab pada kedua kasus
lainnya.tidak ada bayi yang didiagnosa dengan kelainan kongenital.
PEMBAHASAN(8,9,10,11,12,13,15,16)
Septum vagina longitudinal terjadi pada semua wanita dengan rahim
didelfis . Kondisi ini biasanya ditemukan pada pemeriksaan panggul rutin yang
mengarah ke investigasi dari struktur rahim. Sebuah septum vagina tidak
ditemukan semata-mata dengan rahim didelfis, tetapi juga umumnya dengan
uterus septum komplit. Dan dalam beberapa kasus dengan rahim bikornuata
komplit. Septum vagina biasanya fleksibel dan tidak memberikan gejala. Jika hal
itu menyebabkan dispareunia atau vaginal discharge, dapat dieksisi. Septum
vagina mungkin sempit pada satu sisi vagina dan menyebabkan kemandulan
sekunder, seperti dalam satu kasus dalam penelitian ini.
26
27
mungkin terdiri dari ikatan fibrosa yang tipis atau struktur berlayar yang luas. Hal
ini biasanya berhubungan dengan kandung kemih antara kedua badan uterus dan
menempel pada dinding serosa dari kolon sigmoid atau rektum (Gbr. 2). Mungkin
merupakan satu saluran usus yang dekat dengan badan uterus dan kadang-kadang
mungkin mencerminkan situasi pascainfeksi. Hal ini tidak perlu dihilangkan atau
dibebaskan dari perlekatan karena biasanya tidak memberikan gejala.
Dua pasien (4%) memiliki kelainan bawaan yang berat pada saluran
pencernaan (atresia esofagus dan anus imperforata). Mereka juga memiliki
obstruksi, sementara hanya pasien dengan anus imperforata memiliki ginjal
agenesis.Hall dkk melaporkan anomali uterus pada 18 (35%) dari 51 pasien
dengan anus imperforata. Mereka menemukan septum vagina dalam 13 kasus dan
didelfis uterus di delapan anak perempuan.
Sejumlah pasien telah dilaporkan dengan didelfis uterus yang berhubungan
dengan adenokarsinoma endometrium atau kanker serviks. Woods dkk
menjelaskan seorang wanita yang memiliki didelfis uterus dengan septum vagina
dan agenesis ginjal. Dia memiliki endometrium adenokarsinoma dan karsinoma
sel ginjal secara bersamaan. Tidak ada hubungan antara malformasi uterus dan
neoplasma ovarium yang ditemukan. Dalam penelitian ini seorang wanita
menderita kanker ovarium endometrioid dan dua wanita dengan benign teratoma.
Ini dapat dilihat sebagai kasus sporadis. Ia akan ditandai bahwa didelfis uterus
bukan merupakan faktor perdisposisi
keganasan.
Endometriosis ditemukan di 17-35% wanita dengan didelfis uterus pada
penelitian sebelumnya ; angka yang sesuai adalah 16% dalam penelitian ini.
Anomali obstruktif lebih terkait dengan endometriosis dibandingkan dengan
anomali nonobstruktif. Penelitian ini tidak mendukung temuan ini karena enam
dari tujuh pasien dengan endometriosis memiliki nonobstruktif Mullerian
anomali. Endometriosis juga salah satu penyebab infertilitas primer pada dua dari
lima perempuan yang bersangkutan.
Insiden infertilitas primer tidak meningkat secara signifikan pada wanita
dengan didelfis uterus. Hanya lima (13%) memiliki infertilitas primer dan semua
memiliki penyebab lain dari infertilitas malformasi uterus. Dua wanita dengan
28
29
cerclage juga telah digunakan dalam beberapa kasus untuk meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup janin dan prematuritas. Itu digunakan dalam dua kasus, salah
satu sirklase serviks adalah kontroversial: Golan dkk direkomendasikan
penggunaannya dalam seluruh kehamilan dengan anomali uterus. Menurut
penelitian ini inkompetensi Serviks tidak umum pada wanita dengan didelfis
uterus. USG Transvaginal mungkin berguna dalam menilai panjang kanal serviks
dan aplikasi yang sesuai dari sirklase serviks.
Kehamilan lebih umum di sisi kanan dari pada sisi kiri. Juga ditemukan
uterus unicornuate lebih sering di sisi kanan. Alasan untuk ini tidak diketahui.
Kehamilan juga telah dilaporkan secara bersamaan di kedua hemiuteri. Selama
trimester terakhir hemiuterus kanan tumbuh tepat meretriksi celah karena hati
berlokasi di sebelah kanan. Pasien mungkin akan merasakan dispnea saat
diafragma naik, kemungkinan perlu mengakhiri kehamilan sebelumnya.
Tingkat kelangsungan hidup janin dari seluruh kehamilan adalah 75%.
Hasil serupa (72-73%) telah dilaporkan di rumah sakit pendidikan. Tingkat
kelangsungan hidup lebih rendah (55-61%) telah dipublikasikan dalam studi
berdasarkan kasus yang dipilih dari literatur (22,26). Frekuensi tinggi dari operasi
caesar mencerminkan tingginya insiden (51%) dari presentasi sungsang janin
antara pasien dengan didelfis uterus. Pada kondisi ini satu hemiuterus dapat
menutup pelvik inlet dan menyebabkan distosia mirip dengan septum vagina,
yang mungkin juga dapat menyebabkan laserasi padaprosesmelahirkan.
Uterus didelfis dapat dilihat sebagai rahim unicornuate simetris yang
berganda. Di rumah sakit kami 34 wanita dengan rahim unicornuate memiliki
tingkat kelangsungan hidup janin dari 61% (57 dari 93 kehamilan); angka yang
sesuai untuk didelfis uterus selama periode yang sama adalah 75% (Tabel 2).
Perbedaannya tidak bermakna secara statistik (P50.102, x test). Jika hanya
kehamilan intrauterin yang terlibat, tingkat kelangsungan hidup janin mirip, 76
dan 78% pada kedua kelompok uterus. Acie'n telah melaporkan hasil yang sama.
Hambatan pertumbuhan dalam kehamilan ditemukan pada 11% kasus.
Angka tersebut adalah 23% dan 27% dalam dua makalah yang melaporkan angka
yang lebih kecil dari kehamilan. Kehamilan dengan hipertensi ditemukan pada
13% dan hanya satu orang yang terkena pra-eklampsia yang ringan. PIH tidak
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Dhar, Hansa et.al. 2011. Uterus Didelphys with Obstructed Right
Hemivagina, Ipsilateral Renal Agenesis and Right Pyocolpos: A Case
Report. In: Oman Medical Journal Vol.26
2. Gautam, Aher, et.al. 2013. Uterine Didelphys With Cervical Incompetence.
International Journal of Medical Research and Health Services Vol.2.
3. Purandare C.N., et.al. 2011. Hematometra in Uterus Didelphys with Right
Hemivagina and Right Renal Agenesis. In: The Journal of Obstetrics and
Gynecology of India. 210
4. Surg, Maiti, et.al. 2006. Uterine Didelphys with Pregnancy and Cervical
Incompetence. In: MJAFI Vol.62. 200
5. Wolfman, Darcy J. And Susan M. Ascher. 2006. Magnetic Resonance
Imaging of Benign Uterine Pathology. In: Top Magnetic Resonance
Imaging Vol17
6. Rani, Savita et.al. 2012. Uerus Didelphys with Partial Vaginal Septum and
Distal Vaginal Agenesis: An Unusual Anomaly
7. Rackow, Beth W and Aydin Arici. 2007. Reproductive performance of
women with mullerian anomalies. Lippincott William & Wilkins
8. Qublan, Hussein S. et.al. 2002. Didelphys uterus associated with
hematocolpos and ipsilateral renal agenesis presenting as acute abdomen.
In: JMRS Vol. 9
9. Georgiades, Maria. 2010. Uterus Didelphys: Morbidity and Morbidity.
Long Island College Hospital
10. Madureira, Antonio J. 2006. Uterus Didelphys wiht Obstructing
Hemivaginal Septum and Ipsilateral Renal Agenesis. In: Radiology
Vol.239
11. Dixon, Blair. Mullerian Duct Anomalies: Diagnosing Uterine Didelphys
12. Grimbizis, Grigoris F, et.al. 2001. Clinical Implications of Uterine
Malformations and Hysteroscopic Treatment Results. In: Human
Reproduction Update Vol.7
13. Ameh, Nkeiruka et..al. Vaginal and Uterine Duplications
14. Konig H.L.E. 1986. Uterus Didelphys and Septate Vagina Presenting as
Haematocolpos. In: Suplement-South African Journal of Obstetrics and
Gynercology Vol.98
32
15. Eun, Tae Kim. 2007. Hysteroscopic Resection of The Vaginal Septum in
Uterus Didelphys with Obstructed Hemivagina: A Case Report. In: Journal
Korean Medicine Sciene Vol. 22
16. Erika B. et.al. 2008. Diagnosis and Treatment OF A Communicating
Uterus Didelphys With an Atretic Hemivagina: Utility of 3-Dimensional
and Intraoperative Sonography. In: Journal Ultrasound Medicine
17. Del, Riccardo Vescovo et.al. 2012. Herlyn-werner-wunderlich syndrome:
MRI findings, radiological guide (two cases and literature review), and
differential diagnosis. In: BMC Medical Imaging
18. Kabiri, Doron et.al. 2013. Herlyn-Werner-Wuderlich Syndrome: uterus
Didelphys and Obstructed Hemivagina with Unilateral Renal Agenesis. In:
IMAJ Vol.15
19. Alborzi, Saeed et.al. 2014. Hysteroscopic Resection of Vaginal Septum in
Didylphis Uterus With Hemiobstructed Vagina. In: Journal Minim
Invasive Surgery Sciene Vol.3
20. Suhail, Mohammed et.al. 2010. Uterus Didelphys having single pregnancy
in her right horn: a case report. In: Journal of Chinese Clinical Medicine
Vol.5
21. Conti, Sergio Ribeiro et.al. 2009. Mullerian duct anomalies: review of
33