Gambar 4.1. Non-disjungsi dari kromosom kelamin selama meiosis pada jantan XY.
Normal mengacu ke disjungsi normal, sebagaimana diilustrasikan
pada Gambar 1.4.
Seperti dengan betina XO dan XXX, jantan XXX umumnya tidak dapat
dikenali pada hewan domestik sampai mereka diketahui kariotipenya. Satu
kekecualian yang dapat dicatat adalah kucing tortoiseshel jantan. Pada Bab
1, kita melihat bahwa kucing tortoiseshel bersifat heterosigous pada lokus
warna bulu yang terpaut-X, dan karena jantan hanya mempunyai satu
kromosom X, kita akan mengharapkan semua tortoiseshel berkelamin
betiana. Tetapi jantan tortoiseshel tidak demikian. Mereka biasanya steril,
dan bila diperiksa secara sitogenetik, sebagian besar mereka ditemukan
mempunyai XXY sedikitnya pada sebagian selnya. Jantan tortoiseshel yang
paling menarik adalah jantan yang mempunyai karyotip XY normal. Bersifat
tortoiseshel, mereka harus mempunyai dua tipe kromosom X berbeda, tetapi
tiap sel tampaknya hanya mempunyai satu kromosom X. Penjelasan yang
paling mungkin adalah bahwa jantan tortoiseshel XY berasal dari gabungan
dua embrio jantan, satu membawa alel oranye pada kromosom X nya, dan
satu lainnya membawa alel non-oranye. Dengan mempunyai genom normal
pada setiap sel, jantan ini fertil. Oleh karena itu, dimungkinkan munculnya
kucing jantan tortoiseshel fertil. Tetapi mereka merupakan kelompok jantan
tortoiseshel minoritas, dan oleh karena itu sangat jarang.
Tabel 4.1
Zigot yang secara teori dapat dihasilkan dari semua kombinasi yang
mungkin dari sperma dan sel telur abnormal, dalam hubungannya dengan
kromosom kelamin.
SPERMA
Normal
TELUR
Normal
Abnormal
X
XX
O
X
XX
XXX
XO
Y
XY
XXY
YO
XY
XXY
XXXY
XY
Abnormal
XX
YY
XXX
XYY
XXXX
XXYY
XX
YYO
O
XO
XX
O
sebagian dari satu kromosom telah bertukar tempat dengan sebagian dari
kromosom lain, melalui proses yang dinamakan reciprocal translocation. Ini
melibatkan tiap dua kro kromosom non-homolog yang patah menjadi dua
segmen, yang diikuti dengan pertukaran segmen tersebut antara dua
kromosom.
Gambar 4.2. Karyotipe pita-Q dari babi jantan Landrace Swedia, yang menunjukkan
reciprocal translocation antara kromosom 11 dan 15, yang menyebabkan babi jantan tersebut menghasilkan anak-sekelahiran yang jauh
lebih sedikit daripada bebi jantan lain (Dari Hageltorn et al. (1973).
Hereditas, 75, 147-51.)
15q-). Karena hanya satu kromosom dari setiap pasangan kromosom yang
mengalami hal itu, individu tersebut pada Gambar 4.2. dikatakan sebagai
translocation heterozygote atau translocation carrier.
Banyak reciprocal translocation telah dilaporkan pada hewan
domestik, termasuk yang melibatkan pertukaran antara tiga kromosom yang
berbeda (Appendix 4.1). Hewan yang membawa reciprocal translocation
mempunyai fenotip normal, tetapi menunjukkan penurunan signifikan
dalam hal fertilitas. Alasan untuk fenotip normal adalah bahwa hewan
dengan reciprocal translocation masih mempunyai komplemen normal dari
material kromosom; itu baru saja terjadi pengaturan kembali. Penurunan
dalam fertilitas muncul dari problem yang dihadapi selama meiosis I pada
hewan ini.. Pada kondisi normal, seperti kita lihat pada Bab 1, pasangan
kromosom homolog bersynapse membentuk bivalents. Tetapi pada hewan
yang heterozygous untuk reciprocal translocation, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.3, empat struktur kromosom harus ada untuk memungkinkan
semua daerah yang homologo bersynapse. Kombinasi empat kromosom ini
dinamakan quadrivalent. Ada banyak produk yang mungkin dihasilkan
disjunction dari quadrivalent, yang tergantung pada seberapa dekat titikpatahnya terhadap centromer, dan pada tipe disjunction. Beberapa
produknya ditunjukkan pada Gambar 4.3; rincian lengkap disajikan pada
seksi 4.3.2.1 pada Veterinary Genetics. Sebagai ringkasan, kita dapat
mengatakan bahwa pada banyak kasus, sedikitnya beberapa gamet takseimbang dihasilkan, yang mengandung satu atau lebih segmen kromosom
tambahan, atau kehilangan beberapa segmen. Kebanyakan gamet takseimbang dapat berfungsi cukup baik seperti sel ovum dan sel sperma.
Tetapi jika satu gamet tak-seimbang bergabung dengan gamet lainnya
membentuk zygote, zygot itu menjadi tak-seimbang, dan mati sebelum
waktunya. Jadi, gamet tak-seimbang menyebabkan kematian embrio. Secara
teori, penurunan signifikan pada fecunditas dapat bervariasi dari nol sampai
100 persen, yang tergantung pada faktor-faktor yang disebutkan di atas.
Secara praktis, selalu ada penurunan substansial pada fecunditas.
Pentingnya penurunan pada fecunditas adalah bahwa itu merupakan
cacat turunan: itu diwariskan dari tetua kepada keturunannya. Ini
disebabkan karena separo dari gamet seimbang hasil dari meiosis
mengandung kromosom translocation, yang, jika digabung dengan gamet
normal, menyebabkan suatu translocation heterozygote lain. Jadi, diantara
keturunan yang dihasilkan oleh translocation heterozygote, separonya
merupakan translocation heterozygotes.
Akhirnya, jika dua gamet yang membawa kromosom translokasi
seimbang (balanced translocation chromosomes) menyatu, hasilnya
translocation homozygote, dengan pasangan kromosom yang benar-benar
homolog dan yang konsekuensinya hanya membentuk bivalents selama
meiosis. Jadi, hewan yang homozygous untuk reciprocal translocations
Gambar 4.3. Atas: quardrivalent yang dibentuk oleh sinapsis dari segmen homolog
pada kromosom 11 dan 15 pada hewan yang bersifat heterozigot untuk
translokasi resiprokal t (11p+; 15q-). Bawah: enam hasil yang mungkin
dari quardrivalent, dengan asumsi tidak ada pindah silang antara
sentromer dan titik patah, yaitu pada segmen interstisial.
Tandem translocations
Suatu saat ada laporan mengenai bagian dari tangan satu kromosom
yang patah dan bergabung ke ujung dari kromosom lainnya. Ini dinamakan
tandem translocation. Pada hewan domestik, tipe translocation ini cukup
jarang dibandingkan dengan reciprocal translocation. Tandem translocation
yang telah dilaporkan didaftar pada Apendix 4.1.
Centric fusions and fissions
Gambar 4.4. Satu karyotip tak-seimbang dari sapi Merah Swedia dan Putih Swedia
yang bersifat heterozygous untuk centric fusion translocation antara
kromosom 1 dan 29. (Dari Gustavsson and Rockburn (1964). Nature,
203, 990.)
Gambar 4.5. Dua contoh tentang trivalents dalam meiosis I pada domba jantan yang
heterozygous untuk centric fusion antara kromosom 9 dan 12. (Dari
Chapman and Bruere (1977). Canadian Journal of Genetics and Cytology,
19, 93-102.)
Evolusi Kariotipe
Walaupun jumlah kromosom sangat bervariasi pada spesies yang
berbeda, jumlah total DNA di dalam semua mamalia hampir identik. Pada
kenyataannya, evolusi dari mamalia modern telah terkait dengan banyak
penataan dan shuffling dari jumlah total DNA yang sama. Satu dari bentuk
shuffling yang paling umum tampaknya merupakan centric fusion. Sebagai
contoh, kromosm metacentric (1, 2, dan 3) pada domba domestik tampaknya
merupakan hasil dari centric fusion masing-masing dari akrosentrik 1 dan 3,
2 dan 7, dan 5 dan 10 dari kambing.
Mengingat hal ini, menarik untuk membandingkan jumlah total
tangan kromosom pada spesies berbeda. Jika evolusi kromosom mendahului
terutama dengan akumulasi dari penyatuan pusat, kita akan mengharapkan
untuk menemukan bahwa jumlah dari tangan kromosom utama (dinamakan
Nombre Fondamental atau NF) seharusnya agak konstan pada lintas
Perkawinan Interspesies
Apresiasi tentang perbedaan kariotipe diantara spesies perlu untuk
memahami hasil perkawinan antara hewan dari spesies yang berbeda.
Perkawinan ini dikenal sebagai interspecific hybridization. Pada satu ekstrim,
hasilnya adalah fertilisasi yang tak berhasil yang direfleksikan pada
kegagalan tetua betina untuk berreproduksi. Pada ekstrim lain adalah
produksi keturunan subur dan viable. Hasil di antara kedua ekstrim tadi
adalah semua kombinasi keberhasilan dan kegagalan. Ini merupakan hal
yang diharapkan dari kenyataan bahwa konsep spesies adalah penemuan
manusia tiruan yang dengan itu kita berupaya mengkategorikan menjadi
unit-unit terpisah dalam suatu realitas dalam rangkaian kesatuan. Pada
banyak kasus, hasil interspecific hybridization terutama ditentukan oleh
derajat kemiripan antara kromosom dari dua spesies tersebut, daripada
derajat kemiripan fisik.
Butir terakhir ini kadang-kadang dapat merupakan sumber frustrasi
dalam upaya mengamankan suatu spesies dengan membawa bersama
hewan yang berasal dari daerah yang berbeda. Walaupun hewan berkerabat
dekat satu sama lain, dan jadi tampak merupakan spesies yang persis sama,
sangat mungkin bahwa mereka cukup berbeda pada level kromosom karena
hanya ada peluang kecil menghasilkan keturunan subur dan viable. Aspek
lain tentang program penangkaran didiskusikan pada Bab 13.
Freemartins
Jauh dimasa lampau sejak abad pertama sebelum masehi, telah
diketahui bahwa kebanyakan pedet betina yang dilahirkan kembar bersama
pedet jantan mengalami kemandulan (steril). Betina semacam ini dinamakan
freemartins. Sejak itu, kondisi yang sama dikenali pada spesies lain, dan
istilah freemartin sekarang digunakan untuk menerangkan betina steril yang
dilahirkan kembar bersama jantan pada semua spesies. Dalam pembahasan
Pengklasifikasian Interseks
Ini bukti dari bab ini bahwa ada kejadian yang berlanjut tentang
individu interseks, yaitu individu yang mempunyai campuran sifat
kejantanan dan kebetinaan.
Beberapa istilah digunakan untuk
mengklasifikasikan interseks. Pertama adalah hermaphrodite.
Dalam
pengertian yang paling luas, istilah ini sama dengan interseks seperti yang
didefenisikan di atas. Akan tetapi, istilah itu kadang kadang digunakan
dalam pengertian yang lebih sempit untuk menunjukkan adanya jaringan
testikuler dan ovarium saja. Individu semacam itu seringkali dinamakan true
hermaphrodite, untuk membedakan dengan pseudohermaphrodite, yang
adalah interseks yang hanya mempunyai jaringan testikuler atau ovarium
saja, tetapi tidak dua-duanya. Jika hanya ada jaringan ovarium saja, interseks
tersebut dinamakan pseudohermaphrodite betina, sedangkan jika hanya
ada jaringan testikuler saja, istilah yang digunakan adalah
pseudohermaphrodite jantan.
2.
3.
Evolusi karyotip:
Gallagher, D.S. and Womack, J.E. (1992). Chromosome conservation in the
bovidae. Journal of Heredity, 83, 287-98.
Robinson, T.J. and Elder, F.F.B. (1993). Cytogenetics - its role in wildlife
management and the genetic conservation of mammals. Biological
Conservation, 63, 47-51.
Freemartin:
Khan, M.Z. and Foley, G.L. (1994). Retrospective studies on the
measurements, karyotyping and pathology of reproductive organs of
bovine freemartins. Journal of Comparative Pathology, 110, 25-36.
Penetuan jenis kelamin:
Bogan, J.S. and Page, D.C. (1994). Ovary - testis - a mammalian dilemma. Cell,
76, 603-7.
Goodfellow, P.N. and Lovell-Badge, R. (1993). SRY and sex determination in
mammals. Annual Review of Genetics, 27, 71-92.
Gustafson, M.L. and Donahoe, P.K. (1994). Male sex determination - current
concepts of male sexual differentiation. Annual Review of Medicine, 45,
505-24.
Halverson, J.L. and Dvorak, J. (1993). Genetic control of sex determination in
birds and the potential for its manipulation. Poultry Science, 72, 890-6.
Meyers-Wallen, V.N. (1993). Genetics of sexual differentiation and anomalies
in dogs and cats. Journal of Reproduction and Fertility, Suppl. 47, 441-52.
Wachtel, S.S. (ed.) (1993). Molecular genetics of sex determination. Academic
Press, San Diego.
Intersex:
Frankenhuis, M.T., Smith-Buijs, C.M.C., de Boer, L.E.M., and Kloosterboer,
J.W. (1990). A case of combined hermaphroditism and autofertilisation
in a domestic rabbit. Veterinary Record, 126, 598-9.
XXXY
XXXXY
Aneuploidi autosom
trisomi 12, trisomi 16, trisomi 17, trisomi 18, sapi
trisomi 20, trisomi 22, trisomi 23, trisomi 24
trisomi 23, trisomi 26, trisomi 28, trisomi 30
kuda
Ploidi
triploidi
ayam
Translokasi, resiprokal
1/8/9, 8/13, 8/15, 10/11, 20/24, Y/17
sapi
1/4, Z/1, Z/mikrokromosom
ayam
1/3
kuda
babi
1/6, 1/7, 1/8, 1/11, 1/14, 1/15, 1/16, 1/17,
2/4, 2/4/15, 2/14, 3/7, 4/13, 4/14, 5/8,
5/14, 5/15, 6/14, 6/15, 7/11, 7/12, 7/13,
7/17, 8/14, 9/11, 11/15, 13/14, 13/17,
14/15, 15/16, 16/17, X/13, X/14
1/20, 13/20, 23/24
domba
Translokasi, tandem
1/16, 1/18, X/23
sapi
X/15
kuda
Translokasi, penggabungan terpusat (centric fusioni)
23/24
1/4, 1/21, 1/23, 1/26, 1/28, 1/29, 2/4, 3/27,
4/4, 4/8, 5/18, 5/23, 5/26, 6/28, 7/12, 7/21,
8/9, 9/23, 11/21, 11/22, 13/21, 14/20,
14/21, 14/28, 15/25, 16/18, 21/27, 27/29
1/31, 13/23, 21/33
6/15
blue fox
sapi
anjing
kambing
domba
babi
keledai
kuda
sapi
babi
sapi
ayam
sapi
anjing, kambing, kuda,
llama, babi
kucing, sapi, kuda, domba