Lapkas Galih
Lapkas Galih
PENDAHULUAN
persalinan
dengan
tindakan-tindakan
untuk
mengatasi
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. Pariatik
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 29 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
:Bukit Tiga
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Kawin
Tanggal Masuk
: 12 Februari2015
Jam masuk
: 13.00 WIB
Nama Suami
: Tono
Umur
: 33 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Bukit Tiga
Pekerjaan
: Guru Bakti
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Keluar cairan dari kemaluan.
b. Telaah :
Hal ini dialami os sejak 10jam SMRS. Sebelumnya, os mengeluhkan 2
hari yang lalu sering buang air kecil. Berwarna kuning jernih. Riwayat keluar
lendir darah (+), mules-mules (-), BAB (+) Normal. Os
merupakan pasien
kiriman dari bidan puskesmas Bukit Tiga, dengan indikasi pecah ketuban dan
letak bokong, sewaktu perjalanan ke RS pasien mengalami demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Hipertensi
: Disangkal
R. DM
: Disangkal
R. Operasi
: Disangkal
: Disangkal
R. DM
: Disangkal
R. Asma
: Disangkal
f. Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Lama Haid
: 6-7 hari
Siklus Haid
: 28 hari
: Disangkal
Haid terakhir
: 7 Mei 2014
Tafsiran Persalinan
g. Riwayat Obstetri
ANC
: 14 Februari 2015
: Hamil ini
: Tiap bulan di Posyandu
: (-)
: Baik
Tanda Vital
:
Sensorium: ComposMentis
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
:-
RR
: 40 x/menit
:-
Suhu
: 38,5 .
Ikterik
Dypsnoe
: -/-
Oedem
: -/-
Status Obstetri :
Abdomen
Leopold I
: Membesar,Asimetris
: TFU 3 jari bpx, TFU = 33 cm
teraba bulat, keras, melenting (kesan kepala)
Leopold II
Leopold III
Gerak
: (+)
His
: Sesekali
DJJ
TBBJ
: 3000-3300 gram
Inspekulo
VT
: pembukaan 5-6 cm
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 12 Februari2015:
HB : 10,1 gr/dl
(12-16 gr/dl)
HT : 31,7 %
(36-47%)
Eritrosit : 4.,8jt/L
(3,9-5,6jt/L)
Leukosit : 18.800/L
(4000-11000/L)
Trombosit : 223.000/mm3
(150-450rb/L)
LED : 60 mm/jam
(0-20mm/jam)
Gol. Darah : AB
Malaria : (-)
SGOT : 21
(49)
SGPT : 13
(46)
Urine
Warna
: kuning keruh
PH
: tidak dilakukan
Protein
: (+)
Bilirubin
: (-)
Reduksi
: (-)
Urobilinogen
: tidak dilakukan
Sedimen
Leukosit
: penuh
Eritrosit
: penuh
Epitel sel
: 0-1
Ca. Oksalat
: tidak dilakukan
Cilinder
: tidak dilakukan
WIDAL
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi A
Salmonella paratyphi B
Salmonella paratyphi C
O
1/80
1/80
1/160
1/160
H
1/320
1/80
1/80
1/80
V. DIAGNOSA
Primigravida (G1P0A0) + KDR (36-38) minggu + Letak Sungsang
VI. PENATALAKSANAAN
Lapor Supervisor dr.Novindra TanjungSp.OG
Intruksi : IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
Inf. Metronidazole 500 mg/ 12 jam
Cefotaxim 1 gr/ 8 jam/ iv
Paracetamol 500 mg / 8 jam/ oral
Observasi : menurunkan demam, cek DJJ/jam,
Tindakan : SC tanggal 12 Februari2015 pukul 22.00WIB
VII. FOLLOW UP
7
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 120 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 40 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 39,0OC
Oedem
: -/-
Urine : (+)
DJJ : 158x/menit
Jam 18.00
Sens
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 100 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 22 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 38,3OC
Oedem
: -/-
Urine
: (+)
DJJ
: 168 x/ menit
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 110/70 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 100 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 22 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 37,6OC
Oedem
: -/-
Urine
: (+)
DJJ
: 147 x/ menit
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 110/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 88 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Jam 19.00
Sens
Jam 20.00
Sens
Temp
: 37,5OC
Urine
: (+)
DJJ
: 153 x/ menit
Oedem
: -/-
P : - O2 2-3 liter
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
- Inf. Metronidazole 500 mg/ 12 jam
- Cefotaxime 1 gr/ 8 jam/ iv
- Paracetamol 500 mg / 8 jam/ oral
: composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 110/90 mmHg
Ikterik
: -/-
HR : 78 x/menit
Sianosis
:-
RR : 20 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp: 37,4OC
Oedem
: -/-
: (-/-)
Abdomen
TFU
Lochia
: (+), rubra
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (-)
P : - IVFD RL 20 gtt/i
Follow up 3, 14Februari2015
Post SC Presentasi Bokong + hari 2
S:O : SP: Sens : composmentis
Anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 78 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 22 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 35,4OC
Oedem
: -/-
SO : keadaan umum
: baik
Conj. Anemis
: (-/-)
ASI
: (-/-)
Abdomen
TFU
Lochia
: (+), rubra
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (-)
P : - IVFD RL 20 gtt/i
- Metronidazole 3x500 mg
- Neurodex 2x1
- Sohobion 1x1
Follow up 4, 15Februari2015
10
Anemis
: -/-
TD
: 110/80 mmHg
Ikterik
: -/-
HR
: 80 x/menit
Sianosis
:-
RR
: 24 x/menit
Dypsnoe
:-
Temp
: 36,5OC
Oedem
: -/-
SO : keadaan umum
: baik
Conj. Anemis
: (-/-)
ASI
: (-/-)
Abdomen
TFU
Lochia
: (+), kehitaman
BAK
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
P : - IVFD RL 20 gtt/i
- Metronidazole 3x500 mg
- Neurodex 2x1
- Sohobion 1x1
PBJ
BAB III
11
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
terendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
Pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar, dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala.6 Dengan
insiden 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan
( 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai.1
12
III. PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal.Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
terendahnya.Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.Kejadian
letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan pada umur kehamilan 32 minggu dan terjadi
pada 1-3% persalinan dengan umur kehamilan aterm.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih
tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala. 1,2
IV. ETIOLOGI
13
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa.Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
presentasi bokong/letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umunya terjadi pada
trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
Ada berbagai faktor pendukung terjadinya persentase bokong:
Faktor Ibu :
Keadaan rahim
:Rahim Arkuatus
Septum pada rahim
Uterus duplex
Mioma pada kehamilan
Keadaan plasenta
Jalan Lahir
: Panggul sempit
Deformitas tulang panggul
Tumor pada jalan lahir
Faktor anak
V. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadapruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
14
VII. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh di bagian atas dan gerakan lebih banyak di bagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya, mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya.Dapat ditelusuri
dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
PEMERIKSAAN LUAR
1. PALPASI
15
dan sebaliknya jika bokong sudah engagment maka bokong sukar digerakkan.
Leopold IV : seberapa masuk bokong ke dalam panggul.
2. AUSKULTASI
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
di atas umbilikus.
PEMERIKSAAN DALAM
Pada pemeriksaan VT (Vaginal Toucher) teraba bagian-bagian khusus
yaitu tuberositas ischiadika, sakrum, dan anus.Presentasi bokong harus dibedakan
dengan presentasi muka karena anus dapat dikira mulut dan tuberositas ischiadika
dapat dikira penonjolan pipi. Untuk membedakannya, pemeriksa akan merasakan
adanya tahanan otot m.spinchter ani jika jari masuk ke dalam anus. Rahang akan
teraba lebih keras jika dilakukan perabaan melalui mulut, selain itu saat tangan
ditarik keluar dari dalam anus akan ditemukan mekonium.
VIII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dandalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaanultrasonografik
atau
MRI
(Magnetic
Resonance
Imaging ).
Pemeriksaanultrasonografik
16
IX. PENATALAKSANAAN
A. DALAM KEHAMILAN
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan Knee Chest Position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi). 1
1. Versi Spontan(Knee Chest Position)
Knee chest position (posisi sujud) adalah posisi sujud dengan kaki sejajar
pinggul dan dada sejajar lutut, dimulai pada kehamilan minggu 32-35.Dilakukan
2- 3 kali sehari selama 10-15 menit pada saat perut kosong dan bayi aktif. Tujuan
knee chest position adalah dengan gaya gravitasi mendorong kepala bayi ke
fundus, lalu melipat, dan berubah posisi sehingga kepala berada di segmen bawah
rahim. 4
Presentasi bokong yang dijumpai pada 29-32 minggu, 75% mengalami
versi spontan pada umur kehamilan 38 minggu.Pada umur kehamilan 37 minggu,
versi spontan sebesar 18%. Posisi knee-chest ibu selama 15 menit tiap 2 jam
selama 5hari berturut-turut diharapkan dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya versi spontan pada trimester 3 akhir.
17
minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan
karena
kemungkinan
besar
janin
masih
dapat
memutar
sendiri,
frank
breech,
letak
lintang.
18
Skor
Pembukaan serviks
1-2
3-4
5+
Station
-3
-2
-1
+1,+2
Kaku
Sedang
Lunak
Posterior
Mid
Anterior
Konsistensi
Position
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya adalah
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit
dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis
dihindari pada versi luar. 3
lebihpendek
Tahap rotasi
Tahap fiksasi
19
1. PERSALINAN BOKONG
Tipe dari presentasi bokong: 5
a) Presentasi bokong (frank breech)
b) Presentasi bokong sempurna (complete breech)
c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (incomplete or footling)
Teknik :
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam
posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar
panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter
belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
4. Terjadi pers al inan bokong, dengan trokant er depan
s ebaga i hipomoklion.
5. Setelah
belakang
trokanter
lahir,
terjadi
20
7. Terjadi
yang
11. Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter
transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.
2. PERSALINAN BAHU
21
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
3. PERSALINAN KEPALA JANIN
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi
dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan
suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh
kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari
lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali
pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih
daridelapan menit.
X.
1. PERSALINAN PERVAGINAM
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a. PERSALINAN SPONTAN/ BRACHT(spontaneous breech)
22
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenagaibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara Bracht.
b. MANUAL AID(partial breech extraction; assisted breech delivery)
Janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. EKSTRAKSI SUNGSANG(total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga, penolong. 1-3
23
Klasik (Deventer)
Mueller
Lovset
Bickenbach.
Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan cara :
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama : persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua : melahirkan bahu dan lengan oleh penolong, yaitu :
1. CARA KLASIK
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
24
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut
ibu.Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.
Keuntungancara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi didalam
panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat
menimbulkan infeksi.
2. CARA MUELLER
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu
dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua
ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik
ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.1-3
25
3. CARA LOVSET
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah
simpisis dan lengan dapat dilahirkan.Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang
gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi.Cara
Lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin
besar, panggul sempit.1-3
4. CARA BICKHENBACH
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara klasik.1-3
Tahap ketiga :melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
26
1. CARA MAURICEAU
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin
curam
ke
bawah
sambil
seorang
asisten
melakukan
ekspresi
2. CARA NAUJOKS
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
tidak dimasukkan ke dalam mulut janin.Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan
itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah.Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.1-3
27
keatas
bersamaan
dengan
janin
sehingga
perut
janin
mendekati
perut
ibu.
Dengan
laring
sebagai
hipomoklion,
kepala
dimasukkan
dari
arah
bawah
sejajar
dengan
pelipatan
paha
28
29
INSISI DUHRSEN
Tindakan ini dilakukan pada keadaan darurat, yakni bila kepala anak
tersangkut akibat pembukaan yang belum lengkap.Pada keadaan ini bokong dan
badan sebagai bagian lunak yang sudah lahir dan dapat melewati pembukaan yang
belum lengkap, tetapi kepala sebagai bagian yang keras tidak dapat. Dibuat insisi
pada serviks pada jam 10.00, jam 02.00, dan jam 06.00. kemudian setelah kepala
anak lahir, dijahit kembali.4
30
tidak
memecahkan
ketuban
pada
sungsang
letak
sebelum
pembukaan
lengkap.4
31
Nilai
0
Primi
Multi
Tidak
1 kali
2 kali
> 3650 g
3649-3176 g
< 3176 g
> 39 minggu
38 minggu
< 37 minggu
Station
< -3
-2
-1 atau >
Pembukaan
2 cm
3 cm
4 cm
Paritas
Pernah
letak
sungsang
TBJ
Usia kehamilan
serviks
nilai:
3
: Persalinan perabdominam
>5
: Dilahirkan pervaginam.
XI. KOMPLIKASI
1. DARI FAKTOR IBU :
-
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia
janin. keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah,
mukus, cairan amnion, dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat
menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian sudah berada di luar
rahim.
Asfiksia fetalis.
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul.
33
XII. PROGNOSIS
Mordibitas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat
dibandingkan letak kepala. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut :
-
Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling
belakang
34
BAB IV
KESIMPULAN
35
atau
letak
sungsang,
lebih
dianjurkan
melalui
kelahiran
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu kebidanan obstetric ; Presentasi bokong.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka;2010.hal : 588 97.
2. Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising
Division;2005.hal.509-536.
3. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu bedah kebidanan ; Presentasi bokong. Jakarta :
36
37