PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
ii
Lembar Pengesahan
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Direktur
Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana
iii
Ketua
Anggota
iv
PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya tulis
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiean saya sendiri, berarti
gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Wayan Sumandra dan Ibu Ni Kadek Subari, serta adik-adikkku atas doa,
dorongan dan motivasinya kepada penulis selama penulis menempuh perkuliahan
dan menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Gede
Wedantara yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk segera
menyelesaikan studi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu proses penyelesaian
penelitian ini. Penulis meminta maaf kepada semua pihak yang terkait dalam
penulisan ini atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi.
vii
ABSTRAK
PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG
MELANGGAR PERJANJIAN UTANG
viii
ABSTRACT
EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES ON COMPANY WHO
VIOLATING DEBT COVENANT
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM...
PRASYARAT GELAR.
LEMBAR PERSETUJUAN
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
UCAPAN TERIMA KASIH...
ABSTRAK
ABSTRACT.
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR..
DAFTAR LAMPIRAN...
i
ii
iii
iv
v
viii
xi
x
xii
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang..
1.2 Rumusan Masalah.....
1.3 Tujuan Penelitian..
1.4 Manfaat Penelitian
1
1
6
6
7
8
8
12
13
20
21
24
30
30
35
36
41
41
43
43
43
44
44
4.4
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran
Variabel.
Teknik Pengumpulan Data...............................................
Prosedur Penelitian...........................................................
Teknik Analisis Data........................................................
4.7.1
Pengujian Hipotesis Penelitian...
4.7.2
Pengujian Sensitivitas.
46
49
49
50
50
52
55
55
56
58
58
60
62
BAB VI PEMBAHASAN..
6.1 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pertama (H1).
6.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Kedua (H2)...
6.3 Pembahasan Hasil Uji Sensitivitas...
65
65
66
67
69
69
69
DAFTAR PUSTAKA.
71
LAMPIRAN ..
76
4.5
4.6
4.7
xi
DAFTAR TABEL
2.1
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
6.1
xii
27
55
57
59
59
60
61
63
64
67
DAFTAR GAMBAR
3.1
3.2
4.1
Kerangka Berpikir
Konsep Penelitian
Rancangan Penelitian...
xiii
34
36
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
xiv
76
77
78
79
80
81
82
83
84
BAB I
PENDAHULUAN
(kebijakan
pengestimasian
akuntansi).
Discretionary
accruals
utangnya akan mendapatkan penilaian kinerja yang baik dari kreditur. Hal ini
karena perjanjian utang digunakan oleh pemberi pinjaman komersial sebagai
sistem peringatan awal untuk memberikan sinyal masalah-masalah keuangan
peminjam (Herawati dan Baridwan, 2007). Kontrak utang sering kali
memasukkan perjanjian yang bersifat membatasi tindakan peminjam dan
menentukan pengawasan untuk memastikan bahwa syarat-syarat kontrak utang
terpenuhi.
Perjanjian utang dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, kadang
mengacu sebagai perjanjian negatif dan positif. Perjanjian negatif umumnya
menunjukkan aktivitas tertentu yang mengakibatkan substitusi aset atau masalah
pembayaran kembali. Contoh perjanjian utang negatif mencakup larangan
terhadap merger, batasan peminjaman tambahan, batasan pembayaran dividen dan
excess cash sweeps. Perjanjian positif mensyaratkan peminjam melakukan
tindakan tertentu, seperti menjaminkan aset atau memenuhi benchmark tertentu
(biasanya rasio-rasio keuangan) yang mengindikasikan kesehatan keuangan.
Contoh umum perjanjian utang positif mencakup tingkat rasio current, leverage,
probabilitas dan net worth minimal atau maksimum. Jadi perjanjian utang baik
bentuk negatif maupun positif dapat digunakan untuk membatasi konflik
kepentingan yang potensial terjadi antara kreditur dan shareholders perusahaan.
Ketika suatu perjanjian dilanggar maka sebaliknya, perusahaan akan
mendapatkan penilaian kinerja yang buruk dari kreditur. Pelanggaran terhadap
batasan-batasan yang termuat dalam perjanjian utang merupakan hal yang
menakutkan bagi manajemen. Hal ini dikarenakan pelanggaran perjanjian utang
3
hipotesis perjanjian utang. Hipotesis dalam penelitian ini didasari pada motivasi
manajemen berdasarkan the debt covenant hypothesis. Pada perusahaan yang
melanggar perjanjian utang, sebelum melanggar perjanjian utang manajer
termotivasi menggunakan metoda akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan
atau laba untuk menghindari masalah teknis pelanggaran perjanjian utang.
Praktisi
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai praktik
manajemen laba perusahaan yang melanggar perjanjian utang pada industri
manufaktur yang terdaftar di BEI dan dapat menjadi bahan pertimbangan
para investor dalam melakukan penilaian yang tepat terhadap perusahaan.
2)
Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
motivasi manajemen melakukan praktik manajemen laba, serta dapat
dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.
3)
Regulator
Hasil
penelitian
ini
dapat
menguatkan
kebijakan-kebijakan
dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk
keuntungan dirinya sendiri
2)
Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang
berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang
diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer
peluang
agen
untuk
memaksimalkan
kepentingannya
sendiri
10
memperkecil
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat
waktu sangat diperlukan oleh investor dan kreditur sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi dan kredit. Apabila pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis
informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka
terjadi perubahan dalam harga saham, harga saham menjadi naik. Sementara, jika
pengumuman tersebut merupakan sinyal baik bagi kreditur, perusahaan mampu
memenuhi persyaratan perjanjian kredit maka manajer perusahaan mendapatkan
penilaian kinerja yang baik oleh kreditur. Pengumuman informasi akuntansi
memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang (good news) sehingga kreditur tertarik untuk melakukan pemberian
kredit.
Teori signal menjelaskan alasan perusahaan untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal terkait dengan adanya asimetri informasi
antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar dimana pihak manajemen
12
keuangan
yang
disusun
berdasarkan
akuntansi
akrual
kebijakan ini menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengelola laba (Sari dan
Bandi, 2010).
Secara singkat Scott (2003) mendefinisikan bahwa manajemen laba adalah
tindakan yang dilakukan melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh
tujuan tertentu, misalnya untuk memenuhi kepentingan sendiri atau meningkatkan
nilai pasar perusahaan mereka. Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai
pelaporan keuangan yang tidak netral yang didalamnya manajer secara intensif
melakukan campur tangan untuk menghasilkan beberapa keuntungan pribadi.
Manajer dapat melakukan campur tangan dengan memodifikasi tentang
bagaimana mereka menginterpretasikan berbagai standar akuntansi keuangan dan
data akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999). Manajemen laba merupakan tindakan
manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba yang dilaporkan saat kini dari suatu
unit yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang (Fischer dan Rosenzweig, 1995).
14
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus
akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat
memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. Manajer perusahaan
akan lebih memilih metoda akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa
depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini
dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk
masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba
terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba
berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan
jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan.
Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba
dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada perioda berikutnya,
demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada
di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih
perusahaan.
2)
pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi
akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditur bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
3)
manajemen laba diantaranya adalah motivasi pasar modal karena adanya insentif
bagi manajer untuk memanipulasi laba dengan tujuan mempengaruhi kinerja
harga saham dalam jangka pendek. Beberapa faktor yang dapat memotivasi
manajer melakukan manajemen laba (Scott, 2000), yaitu:
1)
2)
4)
5)
6)
Taking a bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive
Officer (CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar.
Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang.
2)
Income minimization
Income minimization adalah menurunkan jumlah laba yang akan dilaporkan.
Cara ini dilakukan saat perusahaan memperoleh tingkat profitabilitas yang
tinggi dengan maksud untuk memperoleh perhatian secara politis. Kebijakan
yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak
berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan
dipercepat.
3)
Income maximization
Income maximization adalah memaksimalkan laba yang dilaporkan agar
memperoleh bonus yang lebih besar, income maximization dilakukan pada
saat
laba
mengalami
penurunan.
Kecenderungan
manajer
untuk
4)
Income smoothing
18
akan dikembalikan pada masa yang akan datang (Rahmadana dan Lumbanraja,
2002).
Kreditur
adalah
pihak
(perorangan,
organisasi,
perusahaan
atau
pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti
atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau
perjanjian)
dimana
diperjanjikan
bahwa
pihak
kedua
tersebut
akan
mengembalikan properti atau jasa yang nilainya sama. Pihak kedua ini disebut
sebagai peminjam atau yang berutang (http://id.wikipedia.org/wiki/kreditur, 20
April 2011).
memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda masa datang ke perioda saat ini.
Alasannya bahwa laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi probabilitas
kegagalan teknis (Scott, 2000). Jadi, sangat dimungkinkan manajer perusahaan
mempengaruhi angka-angka akuntansi pada laporan keuangan, khususnya angka
laba bottom line.
Manajemen laba dilakukan melalui pemilihan kebijakan akuntansi atau
dengan mengendalikan transaksi akrual. Transaksi akrual merupakan transaksi
yang tidak berpengaruh terhadap aliran kas masuk ataupun kas keluar. Transaksi
akrual terdiri dari transaksi diskresioner dan non-diskresioner. Manajemen laba
dapat didefinisikan sebagai pelaporan keuangan yang tidak netral yang
didalamnya
manajer
secara
intensif
melakukan
campur
tangan
untuk
sebagai sesuatu yang pantas dilakukan oleh manajer, karena dimotivasi untuk
mencari pendanaan perusahaan dan terkesan bahwa perusahaan kesulitan menjual
sahamnya di pasar modal.
Penelitian Dechow et al. (1995), Jones dan Sharma (2001) dalam Tarjo
(2009), dan Widyaningdyah (2001) menemukan bahwa leverage berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Temuan tersebut sesuai dengan debt
covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika semua hal yang lain tetap sama
dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis
akuntansi, maka lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur
akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda mendatang ke
perioda sekarang. Hal tersebut dilakukan karena laba bersih yang dilaporkan naik
akan mengurangi kemungkinan kegagalan membayar utang-utangnya pada masa
mendatang (Scott, 2003:277). Naiknya laba yang dilaporkan bisa menarik
perhatian bagi kreditur untuk memberikan tambahan pinjaman. Beberapa studi
lain menyatakan bahwa manajer lebih mungkin melakukan manajemen laba yang
menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan perusahan yaitu De Angelo
et al. (1994); dan Saleh dan Ahmed (2005).
Temuan penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menunjukkan bahwa
pola manajemen laba yang dilakukan manajemen perusahaan bergantung pada
motivasi dilakukannya manajemen laba. Apabila motivasi manajemen perusahaan
adalah untuk mempertahankan posisi/pekerjaannya di perusahaan (Peltier-Rivest,
1999) atau untuk menghindari atau menangguhkan kos pelanggaran (DeFond dan
Jiambalvo, 1994; Sweeney, 1994; Jaggi dan Lee, 2001; Rosner, 2003; Saleh dan
23
yang
25
26
No
1.
Nama
Peneliti
Healy
(1985)
Sweeney
(1994)
Tabel 2.1
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Variabel
Teknik
Hasil Penelitian
Penelitian
Analisis Data
Manajemen
Independent
Jika laba bersih berada
laba
sample t-test
dibawah cap atau laba bersih
diproksikan
berada diatas bogey maka
dengan
manajer terdorong untuk
discretionary
memilih kebijakan akuntansi
accruals
yang mengecilkan laba. Jika
laba bersih berada diantara
cap dan bogey maka manajer
cenderung
menggunakan
metode
akuntansi
yang
meningkatkan laba.
Manajemen
Paired
Manajer perusahaan yang
laba
Sample t-test
melanggar perjanjian kredit
diproksikan
cenderung memilih metoda
dengan
akuntansi yang berdampak
discretionary
pada
peningkatan
laba.
27
accruals
Veronica
Variabel
dan Uttama dependen:
(2005)
manajemen
laba
diproksikan
dengan
discretionary
accruals
Variabel
independen:
struktur
28
Herawati
dan
Baridwan
(2007)
Yasa (2010)
kepemilikan,
ukuran
perusahaan dan
GC
Manajemen
Paired
laba
Sample t-test
diproksikan
dengan
discretionary
accruals
Variabel
dependen:
manajemen
laba
diproksikan
dengan
discretionary
accruals.
Variabel
independen
rasio keuangan
Discriminant
analysis
Independent
Sample t-test
29
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
dengan
membuat
kebijakan
yang
dapat
meningkatkan
pendapatan atau laba dan diharapkan dapat memperbaiki posisi keuangan dalam
negosiasi ulang dengan kreditur.
Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan mendapatkan
penilaian kinerja yang baik dari kreditur. Hal ini karena perjanjian utang
digunakan oleh pemberi pinjaman komersial sebagai sistem peringatan awal untuk
memberikan sinyal masalah-masalah keuangan peminjam. Ketika suatu perjanjian
dilanggar maka sebaliknya, perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang
buruk dari kreditur.
Pelanggaran terhadap batasan-batasan yang termuat dalam perjanjian
utang merupakan hal yang menakutkan bagi manajemen. Hal ini dikarenakan
32
33
Kajian Teoritis:
1. Teori Agensi
2. Teori Signal
Kajian Empiris:
1. Healy (1985)
2. Sweeney (1994)
3. DeFond dan
Jiambalvo
(1994)
4. Neill et al.
(1995)
5. Veronica dan
Utama (2005)
6. Herawati dan
Baridwan 2007)
7. Yasa (2010)
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
34
PAT
Debt
Covenant
Hypothesis
Perusahaan
Pelanggar
Perjanjian
Utang
Perusahaan
Bukan
Pelanggar
Perjanjian
Utang
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
dan rasio-rasio, seperti working capital levels, interest coverage, dan net worth.
Oleh karena itu, hipotesis perjanjian utang menyatakan bahwa manajer
perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas tinggi cenderung memilih metoda
akuntansi dan kebijakan yang meningkatkan laba yang dilaporkan untuk
menghindari kegagalan teknis perjanjian utang.
Perusahaan dengan utang yang semakin tinggi berpotensi mengalami
kebangkrutan yang semakin tinggi pula. Kreditur akan meminta laporan keuangan
perusahaan yang lebih dapat dipercaya untuk melakukan pengawasan secara ketat
terhadap kinerja manajer. Wasilah (2005) menyatakan bahwa rata-rata perusahaan
di Indonesia memiliki utang yang cukup tinggi. Akibatnya para manajer mendapat
banyak tekanan dari pihak luar perusahaan sehingga kesempatan manajer untuk
melakukan manajemen laba terbatasi.
Semakin besar utang maka manajer berusaha keras untuk meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan tidak berhasil
sesuai target yang direncanakan, maka bisa mengurangi kepercayaan kreditur
terhadap perusahaan. Di samping itu, apabila target yang ditentukan tidak
terpenuhi bisa mendorong manajer untuk bertindak oportunistik, misalnya
manajer melaporkan penjualan lebih besar dari yang sesungguhnya, akibatnya
laba perusahaan yang dilaporkan terlalu tinggi dari seharusnya. Tindakan ini
dilakukan untuk meyakinkan kreditur agar mau memberi kucuran dana lagi ke
perusahaan. Padahal sesungguhnya tindakan tersebut hanyalah upaya untuk
mengelabuhi kreditur. Kalau tindakan manajer tersebut tidak dideteksi oleh
kreditur dan berlangsung terus-menerus, maka bisa mengakibatkan kebangkrutan
37
tersebut
di
atas
menunjukkan
bahwa
kepentingan
manajemen terancam seperti penilaian negatif dari pihak investor, kreditur dan
pemakai laporan keuangan lainnya sehingga dapat berakibat pada ketidakamanan
posisi manajemen. Dalam rangka untuk mempertahankan posisinya di perusahaan,
maka manajer perusahaan akan selalu berupaya untuk memperlihatkan kinerja
perusahaan yang baik. Karena hal itu berarti peningkatan nilai perusahaan.
Penelitian ini fokus pada kondisi perusahaan yang mengalami pelanggaran
perjanjian utang berbasis akuntansi.
39
40
BAB IV
METODA PENELITIAN
Kajian Teoritis
Praktik Manajemen
Laba Pada
Perusahaan Yang
Melanggar Perjanjian
Utang
Kajian Empiris
Discretionary Accrual
Permasalahan
Hipotesis
Pengolahan Data
Pembahasan Hasil
42
Metoda Penelitian:
1. Jenis Data: data
kualitatif dan
kuantitatif
Sumber Data: data
sekunder
2. Variabel Penelitian:
Manajemen Laba
3. Teknik Penentuan
Sampel: Purposive
Sampling
4. Teknik Analisis
Data: Uji Beda
kuantitatif dalam penelitian ini berupa komponen laporan laba, laporan arus
kas dan komponen laporan neraca.
4.3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
diperoleh dari sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data
(Sugiyono, 2007:129). Dalam penelitian ini data diperoleh melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) berupa anual report perusahaan
manufaktur.
4.3.3 Metoda Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:115). Dalam
penelitian ini populasi adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.
Sementara sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Sugiyono, 2007:118). Teknik penentuan sampel menggunakan purposive
sampling, yakni suatu teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteriakriteria tertentu.
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
44
1)
2)
3)
45
4)
Perusahaan memiliki data tujuh tahun yaitu lima tahun dari t-2 sampai t-6
merupakan perioda estimasi sedangkan t-1 dan t merupakan perioda
kejadian.
discretionary
accrual
yang
diukur
dengan
model
Kang
dan
46
tidak normal ini merupakan tingkat akrual hasil rekayasa laba yang dilakukan oleh
manajer. Selengkapnya perhitungan manajemen laba adalah sebagai berikut.
Akrual diskresioner yang diukur dari model Kang dan Sivaramakrishnan (1995)
dalam Yasa (2010) adalah:
ABit-1 = 0 + 1 [1,i REVit-1] + 2 [2,iEXPit-1] + 3 [3,iGPPEit-1]
+ it-1 . (1)
Keterangan:
ABit-1
CAit-1
CASHit-1
CLit-1
DEPit-2
REVit-1
EXPit-1
GPPEit-1
ARTit-2
OCALit-2
it
= error term
1,i =
47
2,i =
3,i =
Selanjutnya akrual non diskresioner (NDA) dihitung sebagai berikut.
NDAit-1 = 0 + 1 [1,i REVit-1] + 2 [2,iEXPit-1] + 3 [3,iGPPEit-1](2)
Akrual diskresioner dihitung sebagai berikut.
DAit-1 = ABit-1 NDAit-1... (3)
Contoh perhitungan manajemen laba perusahaan i.
Misal: Perusahaan melanggar kontrak perjanjian utang tahun 2003. Maka
perioda t adalah 2003 dan perioda t-1 2002 sebagai perioda kejadian. Karena
adanya keterbatasan dalam memperoleh perjanjian utang antara perusahaan
dengan kreditur maka perioda sebelum pelanggaran perjanjian utang ditentukan
dari t-1 saat perusahaan telah melanggar perjanjian utang.
Perioda t-2 sampai t-6 adalah 2001 1997 sebagai perioda estimasi.
Pertama-tama dilakukan regresi per kelompok perusahaan berdasarkan perioda
estimasi (t-2 sampai t-6) untuk mengestimasi secara efisien parameter model
akrual non diskresioner untuk setiap perusahaan dari persamaan regresi berikut.
ABi2002 = 0 + 1 [1,i REVi2002] + 2 [2,iEXPi2002] + 3 [3,iGPPEi2002]
+ i2002..(4)
1,i =
48
2,i =
3,i =
Setelah memperoleh nilai parameter model akrual non diskresioner (0,
1, 2, 3) dari persamaan regresi diatas, dilanjutkan dengan perhitungan non
diskresioner akrual pada perioda kejadian yaitu (t-1).
NDAit-1 = 0 + 1 [1,i REVit-1] + 2 [2,iEXPit-1] + 3 [3,iGPPEit-1]..(5)
Selanjutnya akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba diukur
sebagai berikut.
DAit-1 = ABit-1 NDAit-1....(6)
49
diskresioner
perusahaan
bukan
pelanggar
NIit-1
CFOit-1
PENDit-1
PIUTit-1
ATKit-1
Ait-2
dengan proksi akrual diskresioner (AD). Akrual diskresioner dihitung dari akrual
total dikurangi akrual nondiskresioner yang dideflasi dengan aset total, atau
dengan rumus:
ADit-1 = ADit-1/Ait-2 = TAit-1/Ait-2 - ANDit-1/Ait-2 ...................................................(9)
Keterangan:
ADit-1
53
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
hasil pengujian
5.1
Sampel Penelitian
Tabel 5.1 merupakan ringkasan mengenai prosedur pengambilan sampel
Tabel 5.1
Seleksi Sampel
Kriteria sampel
Jumlah
151
(96)
34
Perusahaan pembanding
34
pairs) yaitu perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang dan tidak
melakukan event penting seperti pergantian CEO, pemeringkatan obligasi dan
SEO. Perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang digunakan sebagai
kontrol untuk tujuan membuat simpulan analisis tindakan manajemen laba.
Kelompok pasangan setara ini dibentuk berdasarkan jenis industri dan ukuran
perusahaan (total aktiva) yang setara dengan sampel penelitian (equivalent group).
Penggunaan
jumlah
sampel
kontrol
yang
equivalent
bertujuan
untuk
5.2
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel penelitian akrual untuk perusahaan pelanggar
kontrak utang dan perusahaan bukan pelanggar kontrak utang disajikan pada
Tabel 5.2. Statistik deskriptif meliputi nilai rata-rata, deviasi standar, serta nilai
minimum dan maksimum dari akrual diskresioner, akrual non diskresioner dan
total akrual. Deviasi standar menunjukkan perbedaan nilai data yang diteliti
dengan nilai rata-ratanya.
Nilai minimum dan maksimum akrual diskresioner (DA) untuk perusahaan
yang melanggar kontrak utang adalah sebesar -0,135 dan 0,1283 dengan deviasi
standar sebesar 0,0399. Perusahaan bukan pelanggar kontrak utang memiliki nilai
minimum dan maksimum sebesar -0,1049 dan 0,0072 dengan deviasi standar
sebesar 0,0473. Nilai rata-rata akrual diskresioner (DA) untuk perusahaan yang
56
melanggar kontrak utang adalah sebesar 0,0044 dan untuk perusahaan bukan
pelanggar kontrak utang sebesar -0,0282. Nilai rata-rata akrual diskresioner
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang melanggar kontrak utang lebih
agresif melakukan pengaturan laba yang menaikkan laba (diproksi dengan DA).
Nilai minimum akrual non diskresioner (NDA) untuk perusahaan pelanggar
kontrak utang sebesar -0,6835 dan nilai maksimum sebesar 0,0913. Nilai rata-rata
dari seluruh pengamatan sebesar -0,2309 dengan deviasi standar 0,1796. Nilai
minimum akrual non diskresioner (NDA) untuk perusahaan bukan pelanggar
kontrak utang sebesar -0,6472 dan nilai maksimum sebesar 0,1153. Nilai rata-rata
dari seluruh pengamatan sebesar -0,1934 dengan deviasi standar 0,1953.
Tabel 5.2
Statistik Deskriptif Manajemen Laba
Minimum
Maksimum
Rata-rata
Deviasi Standar
Ket
DEBT
NDEBT
DEBT
NDEBT
DEBT
NDEBT
DEBT
NDEBT
DA
-0,1135
-0,1049
0,1283
0,0072
0,0044
-0,0282
0,0399
0,0473
NDA
-0,6835
-0,6472
0,0913
0,1153
-0,2309
-0,1934
0,1796
0,1953
TA
-0,6833
-0,7389
0,2196
0,1186
-0,2265
-0,2217
0,1845
0,1938
Sumber: Lampiran 3
Keterangan:
DA
= Discretionary accrual
NDA = Non discretionary accrual
TA
= Total accrual
DEBT = Pelanggar utang (N=34)
NDEBT = Non pelanggar utang (N=34)
Nilai terendah total akrual (TA) untuk perusahaan pelanggar kontrak utang
sebesar -0,6833 dan nilai maksimum sebesar 0,2196. Nilai rata-rata dari seluruh
pengamatan sebesar -0,2265 dengan deviasi standar 0,1845. Nilai terendah total
57
akrual (TA) untuk perusahaan bukan pelanggar kontrak utang sebesar -0,7389 dan
nilai maksimum sebesar 0,1186. Nilai rata-rata dari seluruh pengamatan sebesar
-0,2217 dengan deviasi standar 0,1938.
5.3
Tabel 5.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Akrual Diskresioner
58
34
Mean
0,0044
Std. Deviation
Absolute
Most Extreme
Differences
0,03986
0,340
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Lampiran 4
0,202
-0,340
1,984
0,001
30
19,50
2,50
-3,207
0,001
Sumber: Lampiran 5
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata akrual diskresioner dari unsur
kenaikan pendapatan (kelompok 1) sebesar 19,50 lebih besar dari unsur kenaikan
biaya (kelompok 2) sebesar 2,50. Hasil Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa
nilai Z hitung sebesar -3,207 dengan tingkat signifikansi 0,001<0,05. Jadi, dapat
59
Pengujian hipotesis 2
Pengujian hipotesis kedua (H2) membandingkan manajemen laba
meningkatkan laba lebih besar dengan perusahaan yang tidak melanggar kontrak
utang. Pengujian ini menggunakan alat analisis statistik Independent Sampel TTest untuk akrual diskresioner.
Tabel 5.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Akrual Diskresioner
Manajemen Laba Model Kang dan Sivaramakhrisnan Pada Perusahaan
Pelanggar Kontrak Utang dan Perusahaan Bukan Pelanggar Kontrak Utang
DA_KS
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
68
Mean
-0,0119
Std. Deviation
Absolute
0,04643
0,353
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,172
-0,353
2,910
0,000
Sumber: Lampiran 6
persyaratan data tersebut normal jika residualnya > 0,05. Hasil normalitas residual
ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Hasil uji normalitas residual menunjukkan bahwa residual manajamen laba
pelanggar kontrak utang dan perusahaan bukan pelanggar kontrak utang tidak
berdistribusi normal, karena residualnya Asymp. Sig (2-tailed)= 0,000< 0,05.
Selanjutnya, hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test
karena data tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian Mann-Whitney Test
manajemen laba pada kelompok perusahaan pelanggar kontrak utang dan bukan
pelanggar utang secara ringkas disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test Manajemen Laba Model Kang dan
Sivaramakhrisnan Pada Perusahaan Pelanggar Kontrak Utang dan
Perusahaan Bukan Pelanggar Kontrak Utang
Model
Kelompok
Rata-rata
KS
34
42,32
-3,263
0,001
34
26,68
Sumber: Lampiran 7
Tabel 5.6 menunjukkan rata-rata manajemen laba pada perusahaan
pelanggar (kelompok 1) adalah 42,32 sedangkan pada perusahaan pembanding
bukan pelanggar kontrak utang (kelompok 2) rata-rata manajemen labanya 26,68.
Ini berarti bahwa manajemen laba perusahaan pelanggar lebih besar dibanding
dengan perusahaan pembanding bukan pelanggar kontrak utang. Nilai Z hitung
sebesar -3,263 dengan tingkat signifikansi 0,001 di bawah 0,05. Jadi, dapat
61
5.4
Tabel 5.7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Akrual Diskresioner
Manajemen Laba Model Jones Modifikasi Pada Perusahaan Pelanggar
Kontrak Utang dan Perusahaan Bukan Pelanggar Kontrak Utang
DA_JONE
N
Normal
68
-0,0387
Mean
62
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
Std. Deviation
Absolute
0,27878
0,168
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,117
-0,168
1,388
0,042
Sumber: Lampiran 8
Hasil uji normalitas residual menunjukkan bahwa residual manajamen laba
pelanggar kontrak utang dan perusahaan bukan pelanggar kontrak utang tidak
berdistribusi normal, karena residualnya Asymp. Sig (2-tailed)= 0,042< 0,05.
Selanjutnya, hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test
karena data tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian Mann-Whitney Test
manajemen laba pada kelompok perusahaan pelanggar kontrak utang dan bukan
pelanggar utang secara ringkas disajikan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 menunjukkan rata-rata manajemen laba pada perusahaan
pelanggar (kelompok 1) adalah 41,40 sedangkan pada perusahaan pembanding
bukan pelanggar kontrak utang (kelompok 2) rata-rata manajemen labanya 27,60.
Ini berarti bahwa manajemen laba perusahaan pelanggar lebih besar dibanding
dengan perusahaan pembanding bukan pelanggar kontrak utang. Dari uji tersebut
dapat disimpulkan bahwa kedua rata-rata manajemen laba perusahaan pelanggar
kontrak utang dan perusahaan bukan pelanggar kontrak utang adalah berbeda
secara signifikan dengan nilai signifikan 0,004<0,05 dan nilai Z sebesar -2,878.
Apabila dibandingkan hasil uji beda manajemen laba menggunakan model
Kang dan Sivaramakhrisnan dengan model Jones Modifikasi, hasilnya tidak jauh
berbeda yaitu, sama-sama signifikan pada =0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
63
34
41,40
34
27,60
Sumber: Lampiran 9
64
-2,878
0,004
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
akrual (DA) yang bernilai positif (kenaikan pendapatan) dengan DA yang bernilai
negatif (kenaikan biaya). Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata DA dari
unsur kenaikan pendapatan lebih besar dibandingkan DA dari unsur kenaikan
biaya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba yang
meningkatkan laba ketika akan melanggar perjanjian utang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Defond dan Jiambalvo (1994), Sweney (1994), Peltier Rivest (1999), dan
Rosner (2003). Manajer perusahaan yang mengalami tekanan keuangan,
khususnya perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang akan menanggapi
dengan pilihan kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
Teori keagenan menyatakan bahwa agen biasanya bersikap oportunis dan tidak
menyukai risiko (risk averse). Manajemen perusahaan yang melanggar perjanjian
utang berupaya menghindari konsekuensi pelanggaran perjanjian utang, yang
cenderung memberikan beban berat bagi perusahaan.
Perusahaan pelanggar perjanjian utang secara potensial menghadapi
berbagai pinalti keuangan, seperti kemungkinan percepatan jatuh tempo utang,
peningkatan dalam tingkat bunga, dan negosiasi ulang masa utang (Beneish dan
65
6.2
melanggar perjanjian utang lebih besar daripada manajemen laba perusahaan yang
tidak melanggar perjanjian utang. Hipotesis ini diuji dengan uji t yaitu
membandingkan diskresioner akrual (DA) perusahaan pelanggar perjanjian utang
dengan perusahaan setara yang tidak melanggar perjanjian utang sebagai
pembanding.
Tabel 5.6 menunjukkan uji statistik bahwa terdapat manajemen laba pada
perusahaan pelanggar perjanjian utang dan perusahaan bukan pelanggar perjanjian
utang. Nilai rata-rata perusahaan pelanggar perjanjian utang lebih besar dari nilai
rata-rata perusahaan bukan pelanggar perjanjian utang (42,32 > 26,68). Nilai Z
hitung = -3,263 dengan nilai-p dua sisi = 0,001. Hal ini berarti bahwa secara
statistik rata-rata akrual diskresioner untuk perusahaan pelanggar perjanjian utang
lebih besar dibanding perusahaan bukan pelanggar perjanjian utang pada tingkat
signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Surifah (2001), Andriyani
(2004), dan Saleh dan Ahmed (2005). Pelanggaran perjanjian utang akan
menyebabkan semakin besarnya ketidakamanan posisi manajemen perusahaan.
Manajemen perusahaan pelanggar perjanjian utang akan lebih berusaha untuk
menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih baik agar tidak berlanjut pada
66
6.3
Tabel 6.1
Ringkasan Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test Manajemen Laba Pada
Perusahaan Pelanggar Kontrak Utang dan Perusahaan Bukan Pelanggar
Kontrak Utang
Rata-rata
Asymp. Sig. (2Model
Z
Non
tailed)
Pelanggar
Pelanggar
Kang dan
Sivaramakhrisnan
42,32
26,68
-3,263
0,001*
Jones
Modifikasian
41,40
27,60
-2,878
0,004*
68
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Penelitian
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
2)
3)
7.2
Saran
1)
69
2)
4)
70
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, K., I. Subekti, dan S. Atmini. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi
Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Disampaikan
pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.
Aji, Dhamar Yudho dan Aria Farah Mita. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Praktik
Perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII
Purwokerto.
Anderson, R.C., S.A. Mansi, and D.M. Reeb. 2002. Founding Family Ownership
and the Agency Cost of Debt. http:/www.ssrn.com.
Arifin, Zaenal dan Nina Rachmawati. 2006. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Efektifitas Mekanisme Pengurang Masalah Agensi. Jurnal
Siasat Bisnis. Vol.11 No.3. Desember. pp: 237 247.
Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba degan
Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1).
Januari.pp: 35 53.
Babic, Verica. 2001. The Key Aspects of the Corporate Governance Restructuring
in the Transition Process. Ekonomist, Vol.33.No.2
Beneish, Messod D and Eric Press. 1995. Costs of Technical Violation of
Accounting-Based Debt Covenants. The Accounting Review. Vol. 68,
No. 2. pp.233-257.
Budiwitjaksono, Gideon. S. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Disampaikan pada Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) VlII Solo.
DeAngelo, Harry, Linda DeAngelo, and Douglas J. Skinner. 1994. Accounting
Choice in Troubled Companies. Journal of Accounting and Economics
17. pp.1l3-143.
Dechow, P.M. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm
Performance: The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting
and Economics 17. pp: 3-42.
DeFond, Mark L. and James Jiambalvo. 1994. Debt Covenant Violation and
Manipulation of Accruals. Journal of Accounting and Economics 17,
pp.145-176.
71
Surifah. 2001. Studi tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba pada Laporan
Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, Juni Vol. 5, No. 1.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
Sweeney, Amy Patricia. 1994. Debt Covenant Violations and Managers
Accounting Response. Journal Accounting and Economics 17, pp. 281308.
Tarjo. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage
terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity
Capital. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII
Padang.
Veronica, Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba (Earnings Management). Disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
Wardhani, Ratna dan Herunata. 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit Dan
Praktik Manajemen Laba. Disampaikan pada Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) XIII Purwokerto.
Wasilah. 2005. Hubungan antara Asimetri Informasi dengan Praktik Perataan
Penghasilan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2
(1), pp: 23.
Watts, RL. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice
Hall, NJ.
Wedari, L.K. 2004. Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite
Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII Denpasar.
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di
Indonesia, Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2.
Wulandari dan Ratu Ayu. 2010. Pengaruh Sistem Hukum terhadap Managemen
Laba dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Pemoderasi:
Studi Perbandingan Inggris dan Perancis. Disampaikan pada Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) XIII Purwokerto.
Yasa, Gerianta Wirawan. 2007. Manajemen Laba Sebelum Pemeringkatan
Obligasi Perdana: Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia. Disertasi.
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
____________________. 2010. Pemeringkatan Obligasi Perdana sebagai Pemicu
Manajemen Laba: Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia.
74
75
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERUSAHAAN YANG MELANGGAR PERJANJIAN UTANG
PERIODA 2003-2010
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
KODE
PERUSAHAAN
ADES
CEKA
DAVO
PTSP
PSDN
SKLT
HMSP
ARGO
ERTX
SSTM
ESTI
KARW
BIMA
SIMM
BRPT
DSUC
SULI
SAIP
BUDI
POLY
AKPI
DYNA
LMPI
JKSW
LMSH
TIRA
KICI
MLIA
KBLI
VOKS
AUTO
GJTL
LPIN
MRAT
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
MELANGGAR
2006
2005
2005
2006
2003
2003
2005
2003
2005
2003
2005
2006
2004
2006
2004
2004
2004
2006
2004
2006
2007
2004
2004
2004
2003
2006
2003
2007
2004
2004
2004
2004
2004
2004
LAMPIRAN 2
DAFTAR PERUSAHAAN PEMBANDING
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
KODE PERUSAHAAN
BATA
FAST
AMFG
SIMA
INCI
JPRS
GGRM
TKIM
UNIC
TOTO
ASGR
JECC
KONI
IGAR
KLBF
INAI
KAEF
AKRA
SPMA
SMGR
ULTJ
TIRT
IKBI
ETWA
INTD
EKAD
ALMI
UNVR
KDSI
STTP
FASW
AQUA
LION
KKGI
NAMA PERUSAHAAN
Sepatu Bata Tbk
Fast Food Indonesia Tbk
Asahimas Flat Glass Tbk
Siwani Makmur Tbk
Intanwijaya Internasional Tbk
Jaya Pari Steel Tbk
Gudang Garam Tbk
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
Unggul Indah Cahaya Tbk
Surya Toto Indonesia Tbk
Astra Graphia Tbk
Jembo Cable Company Tbk
Perdana Bangun Pusaka Tbk
Champion Pacific Indonesia Tbk
Kalbe Farma Tbk
Indal Aluminium Industry Tbk
Kimia Farma (Persero) Tbk
AKR Corporindo Tbk
Suparma Tbk
Semen Gresik (Persero) Tbk
Ultra Jaya Milk Industry Tbk
Tirta Mahakam Resources Tbk
Sumi Indo Kabel Tbk
Eterindo Wahanatama Tbk
Inter-Delta Tbk
Ekadharma International Tbk
Alumindo Light Metal Industry Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Kedawung Setia Industrial Tbk
Siantar Top Tbk
Fajar Surya Wisesa Tbk
Aqua Golden Mississippi Tbk
Lion Metal Works Tbk
Resource Alam Indonesia Tbk
77
LAMPIRAN 3
STATISTIK DESKRIPTIF MANAJEMEN LABA
Descriptive Statistics
N
DA_PEL
NDA_PEL
TA_PEL
DA_NONPEL
NDA_NONPEL
TA_NONPEL
Valid N (listwise)
34
34
34
34
34
34
34
Minimum
-.1135
-.6835
-.6833
-.0083
-.6472
-.6421
78
Maximum
.1283
.0913
.2196
.0083
.1153
.1186
Mean
.004395
-.230912
-.226518
.001128
-.193435
-.192307
LAMPIRAN 4
ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST
AKRUAL DISKRESIONER UNSUR PENDAPATAN DAN BIAYA PADA
PERUSAHAAN YANG MELANGGAR KONTRAK UTANG
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DA_DEBT
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
34
Mean
.0044
Std. Deviation
Absolute
.03986
.340
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
.202
-.340
1.984
.001
79
LAMPIRAN 5
MANN-WHITNEY TEST AKRUAL DISKRESIONER UNSUR
PENDAPATAN DAN BIAYA PADA PERUSAHAAN YANG
MELANGGAR KONTRAK UTANG
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
DA_KS
KELOMPOK
1.00
2.00
Total
N
30
4
34
Mean Rank
19.50
2.50
Sum of Ranks
585.00
10.00
Test Statistics(b)
DA_KS
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000
10.000
-3.207
.001
.000(a)
80
LAMPIRAN 6
ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST
MANAJEMEN LABA MODEL KANG DAN SIVARAMAKHRISNAN
PADA PERUSAHAAN PELANGGAR KONTRAK UTANG DAN
PERUSAHAAN BUKAN PELANGGAR KONTRAK UTANG
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DA_KS
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
68
Mean
-.0119
Std. Deviation
Absolute
.04643
.353
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
.172
-.353
2.910
.000
81
LAMPIRAN 7
MANN-WHITNEY TEST MANAJEMEN LABA MODEL KANG DAN
SIVARAMAKHRISNAN PADA PERUSAHAAN PELANGGAR
KONTRAK UTANG DAN PERUSAHAAN BUKAN PELANGGAR
KONTRAK UTANG
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
DA_KS
KELOMPOK
1.00
2.00
Total
N
34
34
68
Mean Rank
42.32
26.68
Sum of Ranks
1439.00
907.00
Test Statistics(a)
DA_KS
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Grouping Variable: KELOMPOK
312.000
907.000
-3.263
.001
82
LAMPIRAN 8
ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST
MANAJEMEN LABA MODEL JONES MODIFIKASI PADA
PERUSAHAAN PELANGGAR KONTRAK UTANG DAN PERUSAHAAN
BUKAN PELANGGAR KONTRAK UTANG
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DA_JONES
N
Normal
Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences
68
Mean
-.0387
Std. Deviation
Absolute
.27878
.168
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
.117
-.168
1.388
.042
83
LAMPIRAN 9
MANN-WHITNEY TEST MANAJEMEN LABA MODEL JONES
MODIFIKASI PADA PERUSAHAAN PELANGGAR KONTRAK UTANG
DAN PERUSAHAAN BUKAN PELANGGAR KONTRAK UTANG
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
DA_JONES
nilai
positif
negatif
Total
N
34
34
68
Mean Rank
41.40
27.60
Sum of Ranks
1407.50
938.50
Test Statistics(a)
DA_JONES
343.500
938.500
-2.878
.004
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Grouping Variable: nilai
84