Biologi Laut
Biologi Laut
ditemui antara lain: kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod
(amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis
hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula
yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua
hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani
awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru
dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah
menjadi nekton atau bentos.
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami
bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam (nutrient
cycle) dalam ekosistem laut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya <
1 m), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat
berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes).
Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti
fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan
lagi oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis. d. Virioplankton Virioplankton adalah virus
yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan
menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host).
Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula
memecahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan
banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut. 2.
Berdasarkan Ukuran Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga
yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya,
yakni: a. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan
mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar
dari 20 ,um. b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2,um. Atau
berukuran 2-20 ,um; c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 m. Kini,
dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel yang sangat
halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di
bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang. a. Megaplankton
(20-200 cm) Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur-ubur termasuk dalam
golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya
sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa
meterpajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea
arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih duameter dan dengan panjang tentake130 m lebih
. b. Makroplankton (2-20 cm) Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan
banyak pula termasuk dalam golongan ini. c. Mesoplankton (0,2-20 mm) Sebagian besar
zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod, amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada
juga beberapa fitoplanktonyang berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca. 3.
Berdasarkan Daur Hidupnya Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi : a.
Holoplankton Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani
sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk
dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk
juga umumnya adalah holoplankton. b. Meroplankton Plankton dari golongan ini menjadi
kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada
tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni
hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat
didasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara. Pada
umumnya ikan menjalani hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva
kemudian menjadi nekton setelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh
hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga larva, yang
selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup melekat atau manancap didasar
laut. Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat
berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak
menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini
menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya budidaya udang, crustacea, mollusca, dan
ikan. c. Tikoplankton Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini
dalam keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air
menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.
4. Berdasarkan Sebaran Horizontal Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah
samudra. Dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut
yang tidak dihuni oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi: a.
Plankton Neritik Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas
(kadar garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan
muara dengan salinitas sekitar 510 psu (practical salinity unit; dulu digunakan istilah /oo atau
permil, g/kg). Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah disebabkan arus dan
pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan campuran
plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di antaranya malah telah dapat
beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau, misalnya Labidocera muranoi. b.
Plankton Oseanik Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke
tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi.
Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam
kelompok ini. Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang
hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik. 5.
Berdasarkan Sebaran Vertikal Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan
sampai pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat
dibagi menjadi: a. Epiplankton Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan
sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat
menembus. Namun dari kelompok epilankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang
sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semcam ini disebut
neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium(Gambar 10.), yang
merupakan sianobakteri berantai panjang yang hidup di permukaan dan mempunyai
keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman
sekitar 0-10 cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting
karena bisa mempunyai komposisi jenis yang kompleks. Dari kelompok neuston ini ada juga
yang mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi
Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar.
Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan senyawa organik dapat
digunakan apabila kekurangan nitrat.
pH
Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal,
antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan nutrient, dan
dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran
optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8.
Salinitas
Hampir semua jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas
sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar,
yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt .
Karbondioksida
Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida
dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya
yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan ph kurang dari batas
optimum .
(http://zonaikan.wordpress.com/2009/12/22/parameter-pertumbuhan-fitoplankton/)
Ekologi, Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton
Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka
harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau
atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen
yang memenuhi atmosfer Bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan
organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem
lautan dan di ekosistem air tawar. Di samping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung
dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi
seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara
mekanisme yang disebut pompa biologis dan up welling pada air bernutrisi tinggi dan dalam.
Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan,
fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mikronutrisi besi. Hal ini menyebabkan
beberapa ilmuan menyarankan penggunaan pupuk besi untuk membantu mengatasi
karbondioksida akibat aktivitas manusia di atmosfer.
Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton
yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang ini
dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling dikenal adalah dinoflagellata
seperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan memakan
organisme atau material detritus lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton).
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan
karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai
tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,
maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling
berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut,
stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi
adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat
menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu
merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu
perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur
atau tidak.
Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat
memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi
yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu
perairan. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan laut.
Pentingnya peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton
berperan penting bagi kehidupan laut. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat dijadikan
indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton
yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis
fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan
gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
Produktivitas primer fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting
dalam pembentukan energi di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi primer (laju
fotosintesis) antara lain: cahaya matahari, suhu, nutrien, serta struktur komunitas dan kelimpahan
fitoplankton yang mampu beradaptasi di ekosistem perairan (habitatnya). Sebagai produsen
primer fitoplankton di perairan memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Dilihat dari
fisiologi fitoplankton, spektrum cahaya yang terpenting menunjang proses fotosintesis adalah
cahaya yang mempunyai panjang gelombang 400 700 nm atau lazim dikenal dengan PAR
(Photosynthetically Active Radiation).
Proses pemanfaatan energi matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi
melalui proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh
fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat trofik yang
diatasnya. Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya merupakan faktor pembatas utama
terhadap distribusi vertikal fitoplankton di perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus
menetap di daerah bagian atas perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih
menjangkau dan serasi untuk proses fotosintesis. Peranan cahaya matahari bagi kehidupan
organisme sudah lama diketahui terutama intensitasnya yang merupakan salah satu faktor
penentu produktivitas perairan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata ditemukan 23 genera dari 4 kelas
fitoplankton yang meliputi 10 jenis Chlrophyceae, 5 jenis Cyanophyceae, 5 jenis
Bacillariophyceae, dan 3 jenis Dinophyceae.
Cyanophyceae Chlrophyceae Microcystis (Cyanop hyceae)
Berdasarkan kemampuan fitoplankton dalam memanfaatkan cahaya, maka fitoplankton dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu : fitoplankton tipe terang dan fitoplankton tipe teduh. Fitoplankton
tipe terang pada umumnya hidup dilapisan atas atau di bawah permukaan dan dalam melakukan
proses fotosintesis secara efektif memerlukan cahaya tinggi. Fitoplankton tipe teduh pada
umumnya hidup di bawah atau di dasar perairan dan dalam melakukan proses fotosintesis secara
efektif memerlukan cahaya rendah.
Jenis-jenis dari kelas Cyanophyceae pad umumnya banyak ditemukan di lapisan atas atau di
bawah permukaan . Sehingga jenis-jenis ini termasuk fitoplankton tipe terang. Jenis-jenis dari
kelas Chlrophyceae dan Bacillariophyceae pada umumnya banyak ditemukan dan atau
23
17
Myxophycea
Agmenelium quadeuplictum
1,5
44
38
16
Tabel 3. Komposisi monosakarida hasil hidrolisa sel alga (Parson et al. 1984)
Serat kasar (% KH) Gula dasar (% berat kering sel)
Glukosa Galaktosa Mannosa Ribosa Xylosa Arabinosa Rhamnosa Fukosa Fruktosa Hexosamina
Asam Heksuronik
CHLOROPHYCEAE
Dunaniella salina
9,8
17,2
11,8
1,7
+
PRASINOPHYCEA
Tetraselmis maculata
12,6
11,9
2,3
0,95
+
CHRYSOPHYCEAE
Monochrysis lutheri
3,6
22,1
4,4
1,3
3,5
+
HAPTOPHYCEAE
Syracosphaera carterae
1,7
9,2
7,1
1,5
0,8
1,9
+
BACILLARIOPHYCEA
Chaetoceros sp
Skeletonema costatum
Coscinodiscus wailsii
Phaeodactylum tricornutum
22,8
9,6
29
2,5
3,3
16,4
2,1
10,7
1,5
1,8
0,4
2,7
0,79
0,87
0,41
3,7
0,71
1,2
+
0,72
0,4
0,7
2,8
1,0
0,7
1,5
+
0,9
0,5
+
+
+
+
DINOPHYCEAE
Amphidinium carteri
Exuviaella sp
2,0
37,0
19,0
26,8
8,4
8,3
0,9
+
+
+
+
+
MYXOPHYCEAE
Agmenellum quadruplicatum
17,4
17,4
3,2
1,5
3,5
0,3
+
Keterangan: + gula dideteksi tapi tidak diestimasi - gula tidak terdeteksi
Penyebaran Fitoplankton Laut
Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih
memungkinkan terjadinya proses fotosintesis. Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan
fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini
disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam,
kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air.
Ditribusi Horizontal
Distribusi fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa pergerakan
masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih banyak terjadi pada daerah
neritik terutama yang dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik
yang menyebabkan distribusi fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut,
morfogeografi setempat, dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air
kepantai akibat adanya hembusan angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap perairan
yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada daerah-daerah tersebut.
(Gambar 8). Pada daerah dimana terjadi up welling atau turbulensi, kelimpahan plankton juga
lebih besar dibanding daerah lain yang tidak ada.
(http://www.scribd.com/doc/37771712/Karakteristik-Biologi-Dan-Peranan-Plankton)
Gambar 8. Salah satu citra satelit yang menggambarkan distribusi fitoplankton di laut (Sumber:
www.cnrsfr/presse/communique/564.htm )
Peranan Fitoplankton Laut
Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk
menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai pada siklus
makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil
maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu
perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut
apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang
menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Dewasa ini
fitoplankton laut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain:
1. Bidang perikanan
Sebagai makanan larva ikan, dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu,
misalnya Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha
pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan.
2. Industri farmasi dan makanan suplemen
Fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan
suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh
produk yang beredar dari jenis Chlorella.
3. Pengolahan limbah logam berat
Dalam pengolahan limbah logam berat fitoplankton dapat digunakan untuk mengikat logam dari
badan air dan mengendapkannya pada dasar kolam. Sehingga logam dalam air menjadi
berkurang.
(http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/m_farid.htm)
Kelompok Utama Fitoplankton
Diatom
Diatom (dari bahasa Yunani dia yang berarti ' through ' dan tomos yang berarti 'cutting') adalah
suatu kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling sering ditemui. Kebanyakan
diatom adalah bersel tunggal, walaupun beberapa membentuk rantai atau koloni. Sel diatom
dilapisi dinding sel unik yang terbuat dari silika. Diatom memiliki klorofil dan mampu
berfotosintesis. . (http://id.wikipedia.org/wiki/Diatom)
Diatom
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :Protista
Divisi :Heterokontophyta
Kelas :Bacillariophyceae
Diatom adalah kelompok besar dari ganggang yang memiliki membran inti. Diatoms adalah alga
cell tunggal yang sangat penting dan merupakan sumber carbon organik pada seluruh rantai
makanan pada ekosistem perairan. Bukan hanya itu, Diatoms juga ternyata merupakan struktur
kecil berukuran beberapa micron yang sangat indah dan menarik. Sebagai dasar dari seluruh
rantai makanan, diatoms merupakan producer primer pertama yang di manfaatkan oleh consumer
seperti zooplankton, ikan kecil, udang kecil dan atau beberapa bivalve yang menyring makanan
dari badan air (suspension feeder)
Persebaran diatom
Diatom kebanyakan tersebar pada seluruh perairan dunia, dari perairan air tawar hingga lautan
dalam. Bahkan ada beberapa yang di temukan pada genangan air bekas gunung berapi. Diatom
umumnya di temukan pada laut, sungai, estuary, kolam, aliran air pada irigasi-irigasi, bahkan
kolam-kolam kecil sekalipun.
Yang menarik adalah diatom bahkan dapat di temukan pada sediment dari permukaan laut
bahkan sungai, danau dan estuary. Bahkan di jadikan indicator dari pola pelapisan sediment yang
terbentuk. Tidak jarang juga di jadikan indicator lingkungan pada indikasi pencemaran
lingkungan (akan di bahas pada artikel lainnya).
Dari sumbernya diatom dapat di kelompokkan kedalam Diatom asli perairan tersebut
(Autochthonous) dan Diatom yang berasal dari luar perairan itu (Allochthonous). Pada daerahdaerah pantai atau estuary yang banyak terdapat vegetasi seperti lamun (seagrass) dan
Macroalga, perairan tersebut kebanyakan di jumpai kelompok diatom asli yang berasal dari
perairan tersebut (autochthonous) yang umumnya berasal dari epiphyte yang melekat pada
macrophyte. Kelompok diatom ini juga dikenal dengan epiphytic diatom. Dari bentuknya,
diatom itu sendiri di kenal dengan cell diatom melingkar (Centric diatom) dan cell diatom
memanjang (pennate diatom).
Penggolongan diatom menurut pola hidupnya juga di bedakan atas 8 kelompok. Yaitu :
1. Epiphytic dikenal dengan kelompok diatom yang melekat pada tumbuhan lain yang lebih
besar . .
2. Epipsamic dikenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada pasir.
3. Epipelic di kenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada permukaan
tanah liat (mud) atau sediment.
4. Endopelic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dalam rongga tanah liat
(mud) atau sediment.
5. Epilithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dan melakat pada
permukaan batuan.
6. Endolithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh didalam rongga batuan
pada dasar perairan.
7. Epizoic di kenal dengan kelompok diatom yang melakat pada hewan umunya
invertebrate dasar perairan.
8. Fouling di kenal dengan kelompok diatom yang melekat pada benda-benda yang
keras yang biasannya di tanam atau di letakkan pada dasar perairan.
(http://www.scribd.com/doc/16805962/Tugas-Diatom-EARTH)
Dinoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih
melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta adalah
kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang dihasilkan oleh
Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium sehingga menyebabkan laut
tampak bercahaya pada malam hari.
Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta
sel per liter. Red tide dapat menyebabkan:
1. Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum
dan Gymnodinium breve
2. Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium
3. Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang
blooming adalah Gonyaulax.
Species yang hidup di air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang
merah ( red tide) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa yang
menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi lingkungan yang ideal dan
didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan populasi species tertentu bertambah
jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan bahwa red tide di Monterey Bay, California
kepadatan Gonyaulax mencapai 20 sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide
tidak selalu merah, ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi
metabolic toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan organisme
di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di pantai New England dan Florida,
jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi
industri kerang-kerangan karena larangan memakan remis besar (clam and cysters).
Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat.
Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang cingulumnya
terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan
ventral.
Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga
berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain
yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti kendi dan
Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.
(http://rhariyati.blogspot.com/2008/01/protista-autotrof-eukariotik-pyrrophyta.html)
Peristiwa Red Tide di Pantai Lajolla, California
(Http://en.wikipedia.org/wiki/Algal Bloom,2005)
Beberapa genera Dinoflagellata beracun yang dapat menimbulkan Red Tide
Gambierdiscus Trichodesmium Gymnodinium Pyrodinium
Coccolithophor (Kelas Haptophyceae)
Coccolithophor adalah alga yang memiliki flagel ganda (biflagel) dan bersel tunggal yang
diselimuti oleh lapisan yang disebut Coccolith. Ukuran fitoplankton ini 5-50 m. Plankton ini
melimpah pada daerah tropik dan subtropik, perairan laut terbuka, tetapi kadang-kadang juga
berkembangbiak di perairan pantai. Ada beberapa spesies yang hidup di daerah dingin seperti
Pontosphaera huxleyi dan Syracosphaera spp.
Alga Biru-Hijau /Blue-green algae (Kelas Cyanophyceae)
Blue-green alga (BGA) ini umumnya ditemui pada perairan dangkal, pantai tropis, tetapi dalam
densitas yang rendah. Terkadang terjadi blooming alga ini pada daerah payau dan habitat pantai.
Kandungan klorofil a pada BGA berisi phycobilin dan carotenoid yang menentukan variasi
warna pada beberapa spesies. Pigmen phycocyanin
menyebabkan warna biru-hijau pada beberap individu kelompok ini. Salah satu jenis alga dari
kelompok ini adalah Trichodesmium erythraeum yang
keberadaannya memberi pewarnaan Laut Merah (Gambar 6).
Gambar 6. Bentuk mikroskopis dan Blooming Trichodesmium erythtraeum
Ukuran BGA berkisar dari < 1 m untuk yang bersel tunggal sampai lebih dari 100 m untuk
tipe filamen. Cyanophyceae pelagis mencakup spesies dari Haliarachne, Katagnymene,
Oscillatoria dan Trichodesmium. Spesies bentik sering berad pada lapisan dasar dekat substrat
dan terapung kepermukaan oleh pergerakan air pasang. Chorella salin Emiliania huxleyi
Chrysophyceae Sargassu.
(http://www.scribd.com/doc/37771712/Karakteristik-Biologi-Dan-Peranan-Plankton)
Fitoplankton dalam Ekosistem Laut
Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya adalah
tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme autotrop yaitu
organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui proses
fotosintesis dengan bantuan cahaya. Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai
produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan
organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya.
Fitoplankton merupakan produser terbesar pada ekosistem laut. Pada ekosistem akuatik sebagian
besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton . Steeman-Nielsen menyatakan bahwa
kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari fitoplankton.
Tingkat Tropik 3 Konsumer Sekunder
Tingkat Tropik 2 Konsumer Primer
Tingkat Tropik 1 Produser Primer
Gambar 14. Piramida makanan yang menunjukkan tingkat tropis produser dan konsumer
Sebagai produser primer, fitoplankton menduduki tingkatan terbawah pada piramida makanan
(Gambar 14), artinya fitoplanktonlah yang mendukung seluruh kehidupan di laut. Dengan kata
lain fitoplankton menduduki tropik level paling randah dan berperan mentransfer energi matahari
dan mendistribusikan energi tersebut pada organisme laut melaui rantai makanan. Apabila dilihat
bentuk piramida makanan maka bisa diartikan bahwa semakin ke atas ukuran individu bertambah
sedangkan jumlah individu menurun. Sebaliknya jumlah fitoplankton jauh lebih besar dibanding
zooplankton dan ikan tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Bahan organic hasil proses footsintesis
dapat dimanfaatkan oleh zooplankton yang menduduki tropic level kedua pada piramida
makanan. Pada tingkat tropik ini zooplankton berperan sebagai organisme herbivora atau
konsumer primer. Sebagian besar zooplankton memakan fitoplankton atau detritus dan memiliki
eran penting dalam dalam rantai makanan pada ekosistem perairan. Beberapa spesies
memperoleh makanan melalui uptake langsung dari bahan organik yang terlarut. Zooplankton
pada dasarnya mengumpulkan makanan melalui mekanisme feelter feeding atau raptorial
feedeng. Zooplankton filter feeder menyaring seluruh makanan yang melewati mulutnya
sedangkan pada raptorial feeder sebagian makanannya dikeluarkan kembali. Proses saling
memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut rantai makanan (food chain) sedangkan
rangkaian rantai makanan disebut jaring makanan (food web). Pada rantai makanan maupun
pada jaring makanan fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer.
Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan zooplankton
sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik fitoplankton maupun zooplankton
maka akan menjadi mata rantai pertama dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua
rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut .
(http://www.scribd.com/doc/37771712/Karakteristik-Biologi-Dan-Peranan-Plankton)