Anda di halaman 1dari 19

TUGAS GEOLOGI

BATUBARA
PROSES TERBENTUKNYA
BATUBARA

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN
DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA,
2014

NAMA KELOMPOK

Fadil Muhammad Akrom


072.13.045
Saeed
072.13.121
Yuda Pratama
072.13.124
R.Panji wicaksono
072.13.086
Wahyu Reza.F
072.13.107
Teguh Eko.S
072.12.206
Ilham Kurniawansyah
072.12.110
Muhammad Arif Zamzam Lubis
072.12.150

Ghozi Zul Fauzi


072.12.093
Radityo Harimurti
072.12.172

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas rahmat
tuhan yang maha kuasa karena berkat ridho-NYA lah
kami dapat menyelesaikan suatu karya ilmiah yang
berjudul PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA dengan
baik dan selesai dengan tepat waktu. Juga terima
kasih kepada rekan-rekan kelompok yang senantiasa
membantu dalam mengerjakan tugas ini, karena
selesai-NYA tugas ini tidak lain merupakan buah dari
kerjasama kelompok yang kami lakukan.

Di dalam karya ilmiah ini kami akan menjelaskan


proses pembentukan batubara, blablabla. Kiranya
dalam pembuatan karya ilmiah ini terdapat
kesalahan, maka dari itu kami mohon kritik dan
saran agar karya ilmiah ini dapat menjadi karya
ilmiah yang sempurna.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Batubara merupakan campuran dari beberapa macam
zat, baik zat organik, an-organik, dan air ,yang
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen dalam suatu ikatan kimia bersama-sama
dengan sedikit sulfur dan nitrogen.

B.

Tujuan

I.1 Untuk mengetahui pembentukan BatuBara

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN BATU BARA

Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil.


Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur
memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS
untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous
Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara)
dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh

suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang


disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal
(batu bara coklat) Ini adalah batu bara dengan jenis
maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara
jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya
bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus
menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu
bara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan
warnanya lebh hitam dan membentuk bitumen atau
antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.

PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA


Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah
kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta
tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun
dan mengalami proses pembatubaraan (coalification)
dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh
karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan
yang terjadi, yakni:

A.

PENGGAMBUTAN (PEATIFICATION)

Gambut merupakan batuan sedimen organik (tidak


padat) yang dapat terbakar dan berasal dari sisa sisa
hancuran atau bagian tumbuhan yang tumbang dan mati di

permukaan tanah, pada umumnya akan mengalami proses


pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga
setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk
asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada
dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh
adanya oksigen dan aktivitas bakteri atau jasad renik lainya.
Jika tumbuhan tumbang disuatu rawa, yang dicirikan dengan
kandungan oksigen yang sangat rendah sehingga tidak
memungkinkan bakteri anaerob (bakteri memerlukan
oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang
sempurna sehingga tidak akan terjadi proses oksidasi yang
sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri-bakteri
anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi
yang kemudian membentuk gambut (peat). Daerah yang
ideal untuk pembentukan gambut misalnya rawa, delta
sungai, danau dangkal atau daerah yang kondisi tertutup
udara. Gambut bersifat porous, tidak padat dan umumnya
masih memperlihatkan struktur tumbuhan asli, kandungan
airnya lebih besar dari 75% (berat) dan komposisi
mineralnya kurang dari 50 % (dalam keadaan kering).

Menurut Bend (1992) dalam Diessel (1992)


untuk dapat terbentuknya gambut, beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu:
1) Evolusi tumbuhan
2) Iklim
3) Geografi dan tektonik daerah
Syarat untuk terbentuknya formasi batubara
antara lain adalah ketika kenaikan mukan air tanah
lambat, perlindungan rawa terhadap pantai atau

sungai dan energi relatif rendah. Jika muka air tanah


terlalu cepat naik (atau penurunan dasar rawa cepat)
maka kondisi akan menjadi limnic atau bahkan akan
terjadi endapan marine. Sebaliknya kalau terlalu
lambat, maka sisa tumbuhan yang terendapkan akan
teroksidasi dan terisolasi. Terjadinya kesetimbangan
antara penurunan cekungan (land subsidence) dan
kecepatan penumpukan sisa tumbuhan
(kesetimbangan bioteknik) yang stabil akan
menghasilkan gambut yang tebal (Diessel, 1992).
Lingkungan tempat terbentuknya rawa gambut
umumnya merupakan tempat yang mengalami
depresi lambat dengan sedikit sekali atau bahkan
tidak ada penambahan material dari luar. Pada
kondisi tersebut muka air tanah akan terus mengikuti
perkembangan akumulasi gambut dan
mempertahankan tingkat kejenuhannya. Kejenuhan
tersebut dapat mencapai 90 % dan kandungan air
menurun drastis hingga 60 % pada saat
terbentuknya brown-coal.
Sebagian besar lingkungan yang memenuhi
kondisi tersebut merupakan topogenic low moor.
Hanya pada beberapa tempat yang mempunyai
curah hujan sangat tinggi dapat terbentuk rawa
ombrogenic (high moor)

B.

PEMBATUBARAAN (COALIFICATION)

Proses pembatubaraan adalah perkembangan


gambut menjadi lignit, subbituminuous, bitominous,

antracite hingga meta-antracite. Proses


pembentukan gambut dapat berhenti karena
beberapa proses alam seperti misalnya karena
penurunan dasar cekungan dalam waktu yang
singkat. Jika lapisan gambut yang telah terbentuk
kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka tidak
ada lagi bahan anaerob, atau oksigen yang dapat
mengoksidasi, maka lapisan gambut akan
mengalami tekanan dari lapisan sedimen. Tekanan
terhadap lapisan gambut akan meningkat dengan
bertambahnya tebal lapisan sedimen. Tekanan yang
bertambah besar pada proses coalification akan
mengakibatkan menurunya porositas dan
meningkatnya anisotropi. Porositas dapat dilihat dari
kandungan airnya yang
menurun secara cepat selama proses perubahan
gambut menjadi brown coal. Hal ini memberikan
indikasi bahwa masih terjadi proses kompaksi. Proses
coalification terutama dikontrol oleh kenaikan
temperatur, tekanan dan waktu. Pengaruh
temperatur dan tekanan dipercaya sebagai faktor
yang sangat dominan, karena sering ditemukan
lapisan batubara high rank (antracite) yang
berdekatan dengan daerah intrusi batuan beku
sehingga terjadi kontak metamorfisme. Kenaikan
peringkat batubara juga dapat disebabkan karena
bertambahnya kedalaman.
Sementara bila tekanan makin tinggi, maka
proses coalification semakin cepat, terutama
didaerah lipatan dan patahan.

JENIS JENIS BATUBARA


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya
yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas :
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan
warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86%-98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%. Biasanya
digunakan untuk proses sintering bijih mineral,
proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu
gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap.
Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon
(C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu
bara yang paling banyak ditambang di Australia. Dan
batubara ini masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. batubara ketel uap atau batubara termal atau
yang disebut steam coal, banyak digunakan
untuk bahan bakar pembangkit listrik,
pembakaran umum seperti pada industri bata
atau genteng, dan industri semen.
b. batubara metalurgi (metallurgical coal atau
coking coal) digunakan untuk keperluan
industri besi dan baja serta industri kimia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan
banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara


yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas
75% serta nilai kalori yang paling rendah.

MATERI PEMBENTUK BATUBARA


Hampir seluruh pembentuk batubara berasal
dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batubara dan umurnya menurut Diessel (1981)
adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga
Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon
Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon
Atas. Materi utama pembentuk batubara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di
iklim hangat.

d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari


Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus

dalam buah, semisal pinus, mengandung


kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara
Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga
kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu
bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.

FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMBENTUKAN


BATUBARA
Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara
sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun
kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
a. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan
yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu,
yang kemudian terakumulasi pada suatu
lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim
clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari
batubara yang terbentuk.

b.

Proses dekomposisi, yakni proses


transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara.
Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang
terendapkan akan mengalami perubahan
baik secara fisika maupun kimia.

c.

Umur geologi, yakni skala waktu (dalam


jutaan tahun) yang menyatakan berapa
lama material dasar yang diendapkan
mengalami transformasi. Untuk material
yang diendapkan dalam skala waktu geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi
yang terjadi adalah fase lanjut clan
menghasilkan batubara dengan kandungan
karbon yang tinggi.
Posisi geotektonik, yang dapat
mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
Tekanan yang dihasilkan oleh proses
geotektonik dan menekan lapisan batubara
yang terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut,
yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau
patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi
dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.

d.

e.

f.

g.

LINGKUNGAN PENGENDAPAN

yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi


dari material dasar menjadi material sedimen.
Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat
ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
Struktur cekungan batubara, yakni posisi
di mana material dasar diendapkan.
Strukturnya cekungan batubara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi
geotektonik.
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan
kenampakan dari tempat cekungan
pengendapan
material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan pada saat pengendapan sangat
penting karena menentukan penyebaran
rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi
oleh proses geotektonik.
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pembentukan
batubara karena dapat mengontrol
pertumbuhan flora atau tumbuhan
sebelum proses pengendapan. Iklim
biasanya dipengaruhi oleh kondisi
topografi setempat.
TEORI BERDASARKAN TEMPAT TERBENTUKNYA

Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan


atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara
tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai
dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah
dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa
tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan
secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil
tumbuhan yang membentuk sedimen organik.

Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau


pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat
dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi
di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara
tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya
(multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi).

BATU BARA DI INDONESIA


Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai
ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak
di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan
batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan
sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier

Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen


atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang
lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut
pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip
dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah
rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan
kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air
dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk
lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal.
Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara
Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen
umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi.
Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi
saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.
MANFAAT BATUBARA
Sebagai sumber daya dari alam batubara bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh para manusia,
diantaranya adalah :
1. Pemasok bahan bakar yang potensial dan
dapat dihandalkan untuk rumah tangga dan
industri kecil

2.
3.
4.

5.

6.

7.

8.

Sumberdaya energi yang mampu menyuplai


dalam jangka panjang / PLTU.
Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri
Kecil dan Rumah Tangga
Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja
yang cukup berarti baik di pabrik briketnya,
distributor, industri tungku, dan mesin briket
dsbnya.
Merupakan bahan bakar yang harganya
terjangkau bagi masyarakat pada daerahdaerah terpencil.
Memberikan sumber pendapatan kepada
penyuplai bahan baku briket seperti
batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas,
dsbnya.
Sebagai wadah pengalihan teknologi dan
keterampilan bagi tenaga kerja Indonesia
baik langsung maupun tidak langsung.
Menghasilkan briket batubara yang sangat
dibutuhkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dan UKM dalam kebutuhan
energinya yang akan terus meningkat setiap
tahunnya

BAB III
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah
kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjutajuta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisasisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap
selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh
fisika, kimia, maupun geologi. Oleh karena itu,

batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil.


Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan
yang terjadi, yakni:
1. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada
saat material tanaman terdeposisi hingga
lignit terbentuk. Agen utama yang berperan
dalam proses perubahan ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik
serta membentuk gambut.
2. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
http://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/2
1/pembentukanbatubara/
http://sulunshare.blogspot.com/2010/11/makal
ah-batu-bara.html
http://ptba.co.id/id/library/detail/2
http://logku.blogspot.com/2011/02/prosespembentukan-batubara.html

Anda mungkin juga menyukai