Jajang Japar Sodik
Jajang Japar Sodik
Disusun Oleh :
JAJANG JAPAR SODIK
NPM : 21121111
Kelas : 2FA3/S1 Farmasi
Page
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup
sebagai parasit.Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis
dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang
dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan
hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis
jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan
A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik
adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus
manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan
A.caninum dan
A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping
eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan
adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di
usus.Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya
gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan.tambang tersebar luas di daerah tropis,
pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki.
Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia,
namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah.Bentuk telurnya sulit
dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi.
Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif
untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol.Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan
pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas.Diagnosis dengan
menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita.Pada cacing Nematoda usus ada
beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah
A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering
menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan
cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam
Page
2
atau Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan
tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik
dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal
dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia.Vektor Culex juga
biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di
daerah-daerah rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan
tentu saja Indonesia.Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa
ditemui di kepulauan Timor.Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki
dua bentuk periodisitas.Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan di
daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia.Sedangkan spesies dengan
periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia
(jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria).Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat
yang dilaluinya.Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh
darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang
pembuluh limfe tersebut.Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada
kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa yang
merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan
proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh.Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab
granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing
masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi
reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi
obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral
(seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Page
4
B. Tujuan
Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :
o
o
o
o
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Di Sebabkan Nematoda Usus (Nematoda Intestinum)
Page
5
Morfologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya
(posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Stadium dewasa cacing ini hidup di rongga usus muda.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia.Seekor cacing betina dapat bertelur hingga
sekitar 200.000 telur per harinya.Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45
mikron.Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40
mikron.Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu 3 minggu.
Page
6
Siklus hidup
Usus manusia
Cacing
Jantung
Telur Cacing
Termakan
Paru-Paru
Menetas
Larva
Kerongkongan
Tersebar
Menembus Usus
Tertelan
Usus
Cacing Dewasa.
Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan
telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks atau ke bronkus dan
menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif.
Epidemiologi
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya
antara 60-90%.Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
yang baik.Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki
kelembapan tinggi dan pada suhu 25 - 30 C. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi
bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.
berbagai obat cacing lain masih dapat digunakan untuk mengobati penderita askariasis
Pencegahan penyakit Askariasis
Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan yang baik, misalnya membuat
kakus yang baik untuk menghindari pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah
masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu memaasak
makanan dan minuman sebelum dimakan atau diminum, serta menjaga kebersihan
perorangan.
Mengobati penderita serta pengobatan masal dengan obat cacing bersepektrum
lebar didaerah endemik dapat memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing
lainnya. Pendidikan kesehatan pada penduduk perlu dilakukan untuk menunjang upaya
pencegahan pencegahan penyebaran dan pemberantasan askarias
Page
8
Morfologi
Cacing dewasa berkuran kecil, berwarna putih.Ynag betina jauh lebih besar dari
cacing jantan. Ukuran cacing betina sampai 13 mm, sedangkan yang jantan sampai
sepanjang 5 mm. Di daerah anterior di sekitar leher, kutikulum cacing melebar yang disebut
sayap leher. Esofagus cacing ini juga khas bentuknya oleh karena memiliki bentuk bulbus
esofagus ganda, terdapat 3 buah bibir dan ekor yang melengkung pada jantan, sedangan
betinanya meruncing.Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11000 butir setiap
harinyaselama 2 sampai 3 minggu; sesudah itu cacing betina mati.Telur bentuk asimetrik ini
tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar, dan berisi larva yang hidup.
Siklus Hidup
Telur
tertelan
menetas di duodenum
Page
9
larva rabditiform
Patologi
Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti.Akibatnya
migrasinya ke daerah perianal dan perianeal menimbulkan gatal-gatal yang bila digaruk
dapat menimbulkan infeksi sekunder.Gatal-gatal ini juga dapat menyebabkan gangguan tidur
penderita.Kadang-kadang cacingbetina mengadakan migrasi ke daerah vagina dan tuba
falopii sehingga menyebabkan radang ringan di daerah tersebut. Meskipuncacing seringkalai
dijumpai dalam apendiks, akan tetapi jarang menimbulkan apendissitis. Bila tidak ada
reinfeksi, enterobiasis dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena 2-3 minggu sesudah
bertelur, cacing betina akan mati.
Epidemiologi
Cacing kremi tersebar luas di seluruh dunia baik di daerah tropik maupun
subtropik.Di daerah yang bersuhu rendah enterobiasis lebih banyak dijumpai oleh karena di
daerah dingin orang jarang mandi dan tidak sering mengganti pakaian dalam (Soedarto,
1991).
Page
10
Cara Penularan
Enterobius vermicularisdapat melalui tiga jalan :
Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau padaorang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alastempat tidur atau
Page
11
Morfologi
Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira sekitar 9000 butir,
sedangkan A.deudenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang
lebih 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S,
sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar.
N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang
gigi.Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, kelurlah
larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva
filoariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8 minggu di tanah.Telur
cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai
dinding tipis.Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250
mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.
Siklus Hidup
Telur
Larva rabditiform
jantung kanan
paru
Larva filariform
bronkus
Page
12
trakea
menembus kulit
laring
kapiler darah
usus halus.
Patologi
Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis.
a.
Stadium Larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. .
hari setelah larva menembus kulit terjadi eritema dan gatal (ground itch atau dew itch)
dengan bintik-bintik merah. Dalam 10 hari keadaan ini hilang.
Gambaran yang kedua terjadi urtikaria segera larva berada di atas kulit.
Kondisi ini terjadi dalam beberapa jam, setelah itu bintik merah hilang. Pasase paruparu dapat menimbulkan bronchitis atau pneumonitis, tergantung pada kepekaan
individu.
b.
Stadium dewasa
Gejala tergantung pada :
a). Spesies dan jumlah cacing
b). keadaan gizi menderita (Fe dan protein)
Tiap cacing N.americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-0,1
cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia hipokrom
mikrosita. Di samping itu juga terdapat eosinofilia.Bukti adanya toksin yang
menyebabkan anemia belum ada.Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi daya
tahan berkurang dan prestasi kerja turun..
Page
13
Adanya cacing dewasa dalam usus dapat menyebabkan sakit perut, muntah,
kembung, sering flatus, diare dan malaise umum yang muncul pada beberapa pasien 8
30 hari setelah infeksi.
Symptom utama adalah pallor kulit (kulit pucat), muka pucat, kadang-kadang
terdapat udema pada tungkai bawah. Para penderita kebanyakan kulitnya berwarna
kuning.
Ancylostoma duodenale menyebabkan anemia yang lebih cepat daripada
Necator americanus. Patogenitas Ancylostoma brazillensis lebih sederhana. Menurut
penelitian, anemia biasanya muncul 10-20 minggu setelah infeksi dan kemudian
perlahan-lahan terus menaik.
Penularan
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif N. americanus maupun A.
duodenale. Telur yang keluar dari usus penderita dalam waktu dua hari akan tumbuh di
tanah menjadi larva rabditiform dalam waktu satu minggu akan berkembang menjadi larva
filariform yang infektif.
Lung migration. Larva filariform akan menembus kulit sehat manusia, memasuki
pembuluh darah dan limfe, beredar didalam aliran darah, masuk ke jantung kanan, lalu
masuk ke dalam kapiler paru. Larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli.
Larva cacing kemudian mengadakan migrasi ke bronki, trakea, laring dan faring, akhirnya
tertelan masuk ke usofagus.
Di usofagus larva berganti kulit untuk yang ketiga kalinya. Migrasi larva
berlangsung selama sepuluh hari . Dari usofagus larva masuk ke usus halus, berganti kulit
yang keempat kalinya, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan,
cacing betina sudah mampu bertelur.
Gejala klinis ditimbulkan baik oleh cacing dewasa maupun larvanya. Cacing
dewasa mengisap darah penderita. Seekor cacing dewasa N. americanus menyebabkan
kehilangan darah sekitar 0.1 cc per hari, sedangkan seekor cacing A. duodenale dapat
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi dilakukan.
1. Pengobatan masal dan perorangan dengan obat cacing
2. Pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, dan berjalan di tanah selalu
menggunakan alas kaki
Page
15
Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.
Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh
tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknys membulat
tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.
Telur berukuran 50 54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan
semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub.Kulit telur bagian luar berwarna kuningkekuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).
Siklus Hidup
Page
16
di
kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan
peradangan mukosa usus.Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan.Di samping ini
ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun,
menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris
yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi
dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus
rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau
protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa
gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.
Epidemiologi
Yang penting untuk penyebaran, penyakit adalah kontaminasi tanah dengan
tinja.Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan tduh dengan suhu optimum kira-kira
30C.Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber
infeksi.Frkuensi di Indonesia tinggi.Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya
berkisar antara 30 90 %.
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah pengobatan penderita
trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan
perorangan, terutama anak.Mencuci tangan sebelum makan, mencicu dengan baik sayuran
yang dimakan mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai
pupuk.
Pengobatan
Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Jika diperlukan pengobatan, biasanya diberikan mebendazol. Mebendazol< tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penyakit ini perlu diperhatikan hal-hal berkut:
Gunakan jamban yang bersih
Tingkatkan kebersihan individu
Hindari sayuran yang belum dicuci bersih
Page
18
Morfologi
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum.Cacing
betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm. Cara
berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis.Telur bentuk parasitic diletakkan di
mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta
dikeluarkan bersama tinja.
Siklus Hidup:
Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:
a. Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus
usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform
mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
b. Siklus Langsung
Page
19
di dalam
parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di
bebagai alat dalam.
Epidemiologi
Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi yang kurang, sanagt
menguntungkan cacing Strongyloides.Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva yaitu,
tanah gembur, berpasir dan humus.Frekuensi di Jakarta pada tahun 1956, sekitar 10-15%,
sekarang jarang ditemukan.Pencegahan yang disebabkan cacing ini, tergantung pada sanitasi
pembuangan tinja dan melindungi kulit dari tanah yang terkontanimasi, misalnya dengan
memakai alas kaki.
Pengobatan
Page
21
Morfologi
Cacing dewasa sangat halus menyerupai rambut, ujung anterior langsing, mulut
kecil, dan bulat tanpa papel. Cacing jantan panjangnya 1,4-1,6 mm, ujung posteriornya
melengkung ke ventral dan mempunyai umbai berbentuk lobus, tidak mempunyai spikulum
tepi. Dan tidak terdapat vas deferens yang bisa dikeluarkan sehingga da[at membantu
kopulasi. Cacing betina panjangnya 3-4 mm, posteriornya membulat dan tumpul.
Cacing betina tidak mengeluarkan telur, tetapi mengeluarkan larva (larvipar).Seekor
cacing betina mengeluarkan larva sampai 1500 buah.Panjang larva yang baru dikeluarkan
kurang lebih 80-120 mikron, bagian anterior runcing dan ujungnya menyerupai tombak.
Page
22
Siklus Hidup
Siklus hidup alami yang terjadi antara babi dan tikus
infektif
manusia terinfeksi oleh karena makan daging babi atau mamalia lain yang
mengandung kista
larva membentuk
kelemahan umum.Dapat juga menyebabkan gejala akibat kelainan jantung dan susunan saraf
pusat bila larva T.spiralis tersebar di alat-alat tersebut.Bila masa akut telah lalu, biasanya
penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin
meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8
minggu sebagai akibat kelainan paru, kelainan otak, atau kelainan jantung.
Epideologi
Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan Pasifik dan
Australia.Frekuensi trikinosis pada manusia ditentukan oleh temuan larva dalam kista di
mayat atau melalui tes intrakutan.Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang
penduduknya gemar makan daging babi.Di daerah tropis dan subtropis frekuensi trikinosis
sedikit.
Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau tidak hilangnya penyakit ini dari
babi.Larva dapat dimatikan pada suhu 60-70 derajat celcius, larva tidak mati pada daging
yang diasap dan diasin.
Pengobatan
Pada manusia, trikinosis diobati dengan pemberian tiabendazol selama 1
minggu,disertai pemberian kortikosterid dosis rendah, secara bertahap dan hati-hati, untuk
mengurangi gejala dan keluhan pendeita. Nyeri otot dan sakit kepala penderita dapat
dikurangi dengn memberikan analgetika, sedangkan gejala dan keluhan nerologik dapat
diobati dengan memberikan penenang.
Page
24
Morfologi
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3.6 8.5 cm.
Sedangkan yang betina antara 5.7 10 cm. Toxocara cati jantan antara 2.5 7.8 cm, yang
betina antara 2.5 14 cm. bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada
Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada
Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.
Bentuk kedua ekor spesies hamper sama, yang jantan ekornya lurus dan meruncing
(digitiform), yang betina bulat meruncing.
Siklus Hidup
Page
25
Telur
ditelan manusia
menetas
larva mengembara.
Epidemiologi
Prevalensi Toxokariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masingmasing mencapai 38.3 % dan 26.0 %. Pencegahan dapat dihindarkan dengan cara melarang
anak untuk tidak bermain dengan anjing maupun kucing dan tidak dibiasakan bermain di
tanah.
Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang
disebut creeping eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption
adalah suatu dermatitis dengan gambaran khas berupa kelaianan intrakutan serpiginosa,
yang antara lain disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada
tempat larva filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal.Dalam beberapa
hari terbentuk terowongan intrakutan sempit yang tampak sebagai garis merah, sedikit
menimbul, gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan larva didalam
kulit.Sepanjang garis yang berkelok-kelok terdapat vesikel-vesikel kecil dan dapat terjadi
infeksi sekunder karena kulit di garuk.
Epidemiologi
Kucing dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum.
Penularan bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
anjing dan kucing.
Page
28
Distribusi Geografik
Parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika
Selatan, serta Kepulauan Karibia dan telah tersebar diseluruh Indonesia.
Siklus hidup
2.Loa-Loa
Page
30
BAB 3
PENUTUP
Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus.Sebagian besar daripada
Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing
Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides
stercoralis) dan yang yang tidak ditularkan melalui tanah (Enterobius vermicularis dan Trichinella
spiralis) (Retno Widyastuti, 2002). Faktor tingginya infeksi cacing usus di Indonesia disebabkan
oleh iklim tropik yang panas dan lembap, pendidikan rendah, sanitasi lingkungan dan perseorangan
buruk, sarana jamban keluarga kurang, pencemaran lingkungan oleh tinja manusia dan kapadatan
penduduk yang tinggi.
Penularan cacing Nematoda parasit usus yaitu:
Telur infektif masuk melalui mulut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura
Larva infektif menembus kulit sehat : Cacing tambang, S.stercoralis
Telur infektif masuk melalui mulut, melalui udara atau secara langsung melalui tangan
penderita : E. vermicularis
Larva infektif masuk mulut bersama daging yang dimakan : T.spiralis.
Page
32
Kelainan patologik yang ditimbulkan oleh infeksi cacing parasit usus yaitu:
Cacing dewasa dapat menimbulkan : gangguan pecernaan, perdarahan dan anemia, alergi,
mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi atau
Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan tropis,
meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik dengan
vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan vektor
Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia.Vektor Culex juga biasanya ditemukan di
daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu
saja Indonesia.Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa ditemui
di kepulauan Timor.Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki dua bentuk
periodisitas.Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan di daerah
pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia.Sedangkan spesies dengan periodisitas
subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia (jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria).Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang
dilaluinya.Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah
yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Page
33