Anda di halaman 1dari 33

TUGAS PARASITOLOGI

KASUS KASUS PENYAKIT YANG DISESBABKAN


NEMATODA USUS DAN JARINGAN

Parasitologi tahun pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :
JAJANG JAPAR SODIK
NPM : 21121111
Kelas : 2FA3/S1 Farmasi

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


(STFB) 2013

Page
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup
sebagai parasit.Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis
dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang
dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan
hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis
jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan
A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik
adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus
manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan

A.caninum dan

A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping
eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan
adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di
usus.Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya
gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan.tambang tersebar luas di daerah tropis,
pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki.
Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia,
namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah.Bentuk telurnya sulit
dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi.
Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif
untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol.Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan
pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas.Diagnosis dengan
menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita.Pada cacing Nematoda usus ada
beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah
A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering
menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan
cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam
Page
2

golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai


stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva.Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit
karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak.Gejala klinis
penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadangkadang mual.Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi
sumbatan pada usus.Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada
enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat
cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal.Diagnosis askariasis
dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis
dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja
penderita.
Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub
tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah
dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah
dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik,
mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci
bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole,
tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Penyakit filarial cukup populer di negeri ini.Cacing filaria merambat di sekeliling
jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe.Di antara spesies antropofilik yang paling ganas
ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, dan Loa loa.
Dari nematoda itu, menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar
FKUI/RSCM, Brugia dan Wuchereria merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di
Indonesia, sementara Onchocerca dan Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella ozzardi,
Mansonella perstans, serta Mansonella streptocerca, tidak terlalu populer di Indonesia dan
penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
Satu konsep mutakhir yang menjadi target pengobata ialah terdapatnya endosimbion
yang terjadi di dalam tubuh filaria. Para pakar Tropical Medicine menemukan terdapat individu
semacam rickettsia yang hidup intraseluler pada setiap stadium Wuchereria, Mansonella, dan
Onchocerca yang dinamakan Wolbachia.Konon, individu ini berhubungan endosimbiosis sangat
erat dengan filaria sehingga dapat dijadikan target kemoterapi antifilarial.
W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit
sekali mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi
Page
3

atau Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan
tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik
dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal
dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia.Vektor Culex juga
biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di
daerah-daerah rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan
tentu saja Indonesia.Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa
ditemui di kepulauan Timor.Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki
dua bentuk periodisitas.Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan di
daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia.Sedangkan spesies dengan
periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia
(jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria).Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat
yang dilaluinya.Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh
darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang
pembuluh limfe tersebut.Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada
kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa yang
merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan
proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh.Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab
granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing
masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi
reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi
obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral
(seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Page
4

B. Tujuan
Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :
o
o
o
o

Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus dan Jaringan


Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus dan Jaringan
Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus dan Jaringan
Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh

Nematoda Usus dan Jaringan


o Untuk mengetahui epidemiologi penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus dan
Jaringan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Di Sebabkan Nematoda Usus (Nematoda Intestinum)
Page
5

Ascaris lumbricoides ( Penyebab Penyakit Askariasis)

Hospes dan distribusi


Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Di manusia, larva
Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit yang disebabkannnya disebut Askariasis.Askariasis adalah penyakit parasit yang
disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan penyakit kedua
terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia.Prevalensi
askariasis sekitar 70-80%.

Morfologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya
(posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Stadium dewasa cacing ini hidup di rongga usus muda.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia.Seekor cacing betina dapat bertelur hingga
sekitar 200.000 telur per harinya.Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45
mikron.Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40
mikron.Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu 3 minggu.
Page
6

Siklus hidup
Usus manusia

Cacing

Menempel pada makanan


Aliran Darah
Manusia

Jantung

Telur Cacing
Termakan
Paru-Paru

Keluar bersama feses

Menetas

Larva

Kerongkongan

Tersebar

Menembus Usus
Tertelan

Usus

Cacing Dewasa.

Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan
telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

Patologi dan Gejala Klinis


Gejala yangh timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva,
biasanya terjadi pada saat berada diparu-paru.Gangguan yang disebabkan cacing dewasa
biasanya ringan.Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan seperti
mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.Efek yang serius terjadi bila cacingcacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).Pada keadaan
Page
7

tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks atau ke bronkus dan
menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif.

Epidemiologi
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya
antara 60-90%.Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
yang baik.Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki
kelembapan tinggi dan pada suhu 25 - 30 C. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi
bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.

Pengobatan Penyakit Askariasis


Obat-obat cacing yang baru yang efektif, dan hanya menimbulkan sedikit efek
samping adalah mebendazol, pirantel pamoat, albendazol dan levamisol. Piperasin dan

berbagai obat cacing lain masih dapat digunakan untuk mengobati penderita askariasis
Pencegahan penyakit Askariasis
Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan yang baik, misalnya membuat
kakus yang baik untuk menghindari pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah
masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu memaasak
makanan dan minuman sebelum dimakan atau diminum, serta menjaga kebersihan
perorangan.
Mengobati penderita serta pengobatan masal dengan obat cacing bersepektrum
lebar didaerah endemik dapat memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing
lainnya. Pendidikan kesehatan pada penduduk perlu dilakukan untuk menunjang upaya
pencegahan pencegahan penyebaran dan pemberantasan askarias

2. Enterobius vermicucularis (Penyebab penyakit Oksiuriasis)

Page
8

Hospes dan Nama Penyakit


Hospesnya manusia.Nama penyakitnya adalah oksiuriasis atau entrobiasis.

Morfologi
Cacing dewasa berkuran kecil, berwarna putih.Ynag betina jauh lebih besar dari
cacing jantan. Ukuran cacing betina sampai 13 mm, sedangkan yang jantan sampai
sepanjang 5 mm. Di daerah anterior di sekitar leher, kutikulum cacing melebar yang disebut
sayap leher. Esofagus cacing ini juga khas bentuknya oleh karena memiliki bentuk bulbus
esofagus ganda, terdapat 3 buah bibir dan ekor yang melengkung pada jantan, sedangan
betinanya meruncing.Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11000 butir setiap
harinyaselama 2 sampai 3 minggu; sesudah itu cacing betina mati.Telur bentuk asimetrik ini
tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar, dan berisi larva yang hidup.

Siklus Hidup
Telur

tertelan

melalui jalan napas

menetas di duodenum

Cacing dewasa di jejunum bagian atas ileum.

Page
9

larva rabditiform

Patologi
Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti.Akibatnya
migrasinya ke daerah perianal dan perianeal menimbulkan gatal-gatal yang bila digaruk
dapat menimbulkan infeksi sekunder.Gatal-gatal ini juga dapat menyebabkan gangguan tidur
penderita.Kadang-kadang cacingbetina mengadakan migrasi ke daerah vagina dan tuba
falopii sehingga menyebabkan radang ringan di daerah tersebut. Meskipuncacing seringkalai
dijumpai dalam apendiks, akan tetapi jarang menimbulkan apendissitis. Bila tidak ada
reinfeksi, enterobiasis dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena 2-3 minggu sesudah
bertelur, cacing betina akan mati.

Epidemiologi
Cacing kremi tersebar luas di seluruh dunia baik di daerah tropik maupun
subtropik.Di daerah yang bersuhu rendah enterobiasis lebih banyak dijumpai oleh karena di
daerah dingin orang jarang mandi dan tidak sering mengganti pakaian dalam (Soedarto,
1991).
Page
10

Cara Penularan
Enterobius vermicularisdapat melalui tiga jalan :
Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau padaorang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alastempat tidur atau

pakaian dalam penderita


Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif
Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderitasendiri, oleh
karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasikembali ke
usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.(Srisari G, 2006)

Pencegahan Dan Pemberantasn


Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga makalingkungan
hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan peroranganmerupakan hal yang
sangat penting dijaga. Perlu ditekankan pada anak-anak untuk memotong kuku,
membersihkan tangan sesudah buang air besar danmembersihkan daerah perianal sebaikbaiknya serta cuci tangan sebelum makan. Di samping itu kebersihan makanan juga
perlu diperhatikan. Hendaknyadihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur
cacing E.vermicularis. Tempat tidur dibersihkan karena mudah sekali tercemar oleh telur
cacing infektif. Diusahakan sinar matahari bisa langsung masuk ke kamar tidur,sehingga
dengan udara yang panas serta ventilasi yang baik pertumbuhan telur akan terhambat karena
telur rusak pada temperatur lebih tinggi dari 46C dalamwaktu 6 jam. Karena infeksi
Enterobius mudah menular dan merupak penyakitkeluarga maka tidak hanya penderitanya
saja yang diobati tetapi juga seluruhanggota keluarganya secara bersama-sama (Soedarto,
1995).

3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Penyebab Penyakit Ankilostomiasis )

Page
11

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia.Cacing ini tidak mempunyai
Hospes perantara.Tempat hidupnya ada di dalam usus halus terutama jejunum dan
duodenum.Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut Nekatoriasis dan
Ankilostomiasis.

Morfologi
Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira sekitar 9000 butir,
sedangkan A.deudenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang
lebih 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S,
sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar.
N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang
gigi.Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, kelurlah
larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva
filoariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8 minggu di tanah.Telur
cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai
dinding tipis.Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250
mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.

Siklus Hidup
Telur

Larva rabditiform

jantung kanan

paru

Larva filariform
bronkus
Page
12

trakea

menembus kulit
laring

kapiler darah

usus halus.

Patologi
Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis.
a.

Stadium Larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. .

Satu atau dua

hari setelah larva menembus kulit terjadi eritema dan gatal (ground itch atau dew itch)
dengan bintik-bintik merah. Dalam 10 hari keadaan ini hilang.
Gambaran yang kedua terjadi urtikaria segera larva berada di atas kulit.
Kondisi ini terjadi dalam beberapa jam, setelah itu bintik merah hilang. Pasase paruparu dapat menimbulkan bronchitis atau pneumonitis, tergantung pada kepekaan
individu.
b.

Stadium dewasa
Gejala tergantung pada :
a). Spesies dan jumlah cacing
b). keadaan gizi menderita (Fe dan protein)
Tiap cacing N.americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-0,1
cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia hipokrom
mikrosita. Di samping itu juga terdapat eosinofilia.Bukti adanya toksin yang
menyebabkan anemia belum ada.Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi daya
tahan berkurang dan prestasi kerja turun..
Page
13

Adanya cacing dewasa dalam usus dapat menyebabkan sakit perut, muntah,
kembung, sering flatus, diare dan malaise umum yang muncul pada beberapa pasien 8
30 hari setelah infeksi.
Symptom utama adalah pallor kulit (kulit pucat), muka pucat, kadang-kadang
terdapat udema pada tungkai bawah. Para penderita kebanyakan kulitnya berwarna
kuning.
Ancylostoma duodenale menyebabkan anemia yang lebih cepat daripada
Necator americanus. Patogenitas Ancylostoma brazillensis lebih sederhana. Menurut
penelitian, anemia biasanya muncul 10-20 minggu setelah infeksi dan kemudian
perlahan-lahan terus menaik.

Penularan
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif N. americanus maupun A.
duodenale. Telur yang keluar dari usus penderita dalam waktu dua hari akan tumbuh di
tanah menjadi larva rabditiform dalam waktu satu minggu akan berkembang menjadi larva
filariform yang infektif.
Lung migration. Larva filariform akan menembus kulit sehat manusia, memasuki
pembuluh darah dan limfe, beredar didalam aliran darah, masuk ke jantung kanan, lalu
masuk ke dalam kapiler paru. Larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli.
Larva cacing kemudian mengadakan migrasi ke bronki, trakea, laring dan faring, akhirnya
tertelan masuk ke usofagus.
Di usofagus larva berganti kulit untuk yang ketiga kalinya. Migrasi larva
berlangsung selama sepuluh hari . Dari usofagus larva masuk ke usus halus, berganti kulit
yang keempat kalinya, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan,
cacing betina sudah mampu bertelur.
Gejala klinis ditimbulkan baik oleh cacing dewasa maupun larvanya. Cacing
dewasa mengisap darah penderita. Seekor cacing dewasa N. americanus menyebabkan
kehilangan darah sekitar 0.1 cc per hari, sedangkan seekor cacing A. duodenale dapat

menimbulkan kehilangan darah sampai 0.34 cc per hari.


Epidemiologi
Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia terutama di pedesaan
khususnya di perkebunan.Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung
behubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%.Kebiasaan defeksi dan
pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik
untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk
Page
14

N.americanus 28-32 C, sedangkan untuk A.duodenale 23-25 C. Untuk menghindari


infeksi salah satu antara lain, dengan memakai alas kaki (sepatu, sandal).

Pengobatan Penyakit Ankilostomiasis


Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian anthelmenthik seperti berikut.
1. Alcopar (Bepheniumhydroxynaphthaloat)
2. Jonit ( (Pheylen -1, 4-diisothiocyanat)
3. Minzolum( (Thiabendazol)
Preparat yang banyak beredar di Indonesia ialah pahnitin pamoat pyrantel pamsat dan
mebendazol. Dalam beberapa untuk anemia, seperti anemia yang kurang dari 40 persen
peril dilakukan terapi patogenik telebih dahulu sebelum pemberian obat cacing. Terapi
patogenik dapat dilakukan dengan pemberian preparat besi.

Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi dilakukan.
1. Pengobatan masal dan perorangan dengan obat cacing
2. Pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, dan berjalan di tanah selalu
menggunakan alas kaki

4. Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk)

Page
15

Hospes dan Nama Penyakit


Manusia merupakan hospes cacing ini.Penyakit yang disebabkannya disebut
Trikuriasis.Cacing ini lebih sering ditemukan bersama-sama Ascaris lumbricoides.Cacing
dewasa hidup di dalam usus besar manusia, terutama di daerah sekum dan kolon.Cacing ini
juga kadang-kadang ditemukan di apendiks dan ileum (bagian usus palaing bawah).Bagian
distal penyakit yang disebabkan cacing ini disebut Trikuriasis.

Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.
Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh
tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknys membulat
tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.
Telur berukuran 50 54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan
semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub.Kulit telur bagian luar berwarna kuningkekuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).

Siklus Hidup

Page
16

Cacing dewasa hidup di usus besar manusia


tanah telur menjadi infektif

telur keluar bersama tinja penderita

di

infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif

bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.


Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina
melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi
matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai
6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara
langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang.Larva keluar melalui dinding telur dan
masuk ke dalam usus halus.Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk
ke daerah kolon, terutama sekum.Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.

Patologi dan Gejala Klinis


Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di
seluruh kolon dan rrektum.Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami
prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.Cacing ini memasukan
Page
17

kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan
peradangan mukosa usus.Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan.Di samping ini
ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun,
menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris
yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi
dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus
rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau
protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa
gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.

Epidemiologi
Yang penting untuk penyebaran, penyakit adalah kontaminasi tanah dengan
tinja.Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan tduh dengan suhu optimum kira-kira
30C.Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber
infeksi.Frkuensi di Indonesia tinggi.Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya
berkisar antara 30 90 %.
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah pengobatan penderita
trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan
perorangan, terutama anak.Mencuci tangan sebelum makan, mencicu dengan baik sayuran
yang dimakan mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai
pupuk.

Pengobatan
Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Jika diperlukan pengobatan, biasanya diberikan mebendazol. Mebendazol< tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penyakit ini perlu diperhatikan hal-hal berkut:
Gunakan jamban yang bersih
Tingkatkan kebersihan individu
Hindari sayuran yang belum dicuci bersih

Page
18

5. Strongyloides stercoralis (PenyebAb Penyakit strongilodiasis)

Hospes dan Nama Penyakit


Manusia merupakan hospes utama cacing ini, walaupun ada yang ditemukan pada
hewan.Cacing ini tidak mempunyai hospes perantara.Cacing ini dapat mengakibatkan
penyakit strongilodiasis.

Morfologi
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum.Cacing
betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm. Cara
berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis.Telur bentuk parasitic diletakkan di
mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta
dikeluarkan bersama tinja.

Siklus Hidup:
Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:
a. Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus
usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform
mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
b. Siklus Langsung
Page
19

di dalam

larva filariform menembus

Sesudah 2 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform


dengan bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke
dalam peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru,
parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah
sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus
halus dan menjadi dewasa.
c. Siklus Tidak Langsung
Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x
0.04 mm. Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform
yang kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru.Siklus
tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri
tropik beriklim rendah.

Patologi dan gejala Klinis


Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan
creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada
umumnya tidak menimbulkan gejala.Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan
rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan
muntah,diare dan konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai
Page
20

parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di
bebagai alat dalam.

Epidemiologi
Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi yang kurang, sanagt
menguntungkan cacing Strongyloides.Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva yaitu,
tanah gembur, berpasir dan humus.Frekuensi di Jakarta pada tahun 1956, sekitar 10-15%,
sekarang jarang ditemukan.Pencegahan yang disebabkan cacing ini, tergantung pada sanitasi
pembuangan tinja dan melindungi kulit dari tanah yang terkontanimasi, misalnya dengan
memakai alas kaki.

Pengobatan

6. Trichinella spiralis (Trichina worm, cacing trichina)

Page
21

Hospes dan Nama Penyakit


Cacing ini hidup dalam mukosa duodenum, sampai sekum manusia.Selain
menginfeksi manusia, cacing ini juga menginfeksi mamalia lain, seperti tikus, kucing,
anjing, babi, beruang, dll.Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut trikinosis,
trikinelosis, dan trikiniasis.

Morfologi
Cacing dewasa sangat halus menyerupai rambut, ujung anterior langsing, mulut
kecil, dan bulat tanpa papel. Cacing jantan panjangnya 1,4-1,6 mm, ujung posteriornya
melengkung ke ventral dan mempunyai umbai berbentuk lobus, tidak mempunyai spikulum
tepi. Dan tidak terdapat vas deferens yang bisa dikeluarkan sehingga da[at membantu
kopulasi. Cacing betina panjangnya 3-4 mm, posteriornya membulat dan tumpul.
Cacing betina tidak mengeluarkan telur, tetapi mengeluarkan larva (larvipar).Seekor
cacing betina mengeluarkan larva sampai 1500 buah.Panjang larva yang baru dikeluarkan
kurang lebih 80-120 mikron, bagian anterior runcing dan ujungnya menyerupai tombak.

Page
22

Siklus Hidup
Siklus hidup alami yang terjadi antara babi dan tikus
infektif

babi mengandung kista yang

manusia terinfeksi oleh karena makan daging babi atau mamalia lain yang

mengandung kista

cacing dewasa hidup di dalam dinding usus

larva membentuk

kista di dalam otot bergaris.

Patologi dan Gejala Klinis


Gejala Trikinosis tergantung pada beratnya infeksi disebabkan oleh cacing stadium
dewasa dan stadium larva.Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus,
timbul gejal usus sepertiskit perut diare, mual dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kirakira 1-2 hari sesudah infeksi.
Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat ini timbul gejal
nyeri otot (mialgia) dan randang otot (miositis) yang disertai demem, eusinofilia dan
hipereosinofilia.
Gejala yang disebakan oleh stadium larva tergantung juga pada alat yang dihinggapi
misalnya, dapat menyebabkan sembab sekitar mata, sakit persendian, gejala pernafasan dan
Page
23

kelemahan umum.Dapat juga menyebabkan gejala akibat kelainan jantung dan susunan saraf
pusat bila larva T.spiralis tersebar di alat-alat tersebut.Bila masa akut telah lalu, biasanya
penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin
meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8
minggu sebagai akibat kelainan paru, kelainan otak, atau kelainan jantung.

Epideologi
Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan Pasifik dan
Australia.Frekuensi trikinosis pada manusia ditentukan oleh temuan larva dalam kista di
mayat atau melalui tes intrakutan.Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang
penduduknya gemar makan daging babi.Di daerah tropis dan subtropis frekuensi trikinosis
sedikit.
Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau tidak hilangnya penyakit ini dari
babi.Larva dapat dimatikan pada suhu 60-70 derajat celcius, larva tidak mati pada daging
yang diasap dan diasin.

Pengobatan
Pada manusia, trikinosis diobati dengan pemberian tiabendazol selama 1
minggu,disertai pemberian kortikosterid dosis rendah, secara bertahap dan hati-hati, untuk
mengurangi gejala dan keluhan pendeita. Nyeri otot dan sakit kepala penderita dapat
dikurangi dengn memberikan analgetika, sedangkan gejala dan keluhan nerologik dapat
diobati dengan memberikan penenang.

7. Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm)

Page
24

Hospes dan Nama Penyakit


Toxocara canis ditemukan pada anjing, sedangkan Toxocara cati ditemukan pada
kucing.Belum pernah ditemukan infeksi campuran pada satu macam hospes. Kadangkadang cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara dan
menyebabkan penyakit yang disebut Visceral larva migrans.

Morfologi
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3.6 8.5 cm.
Sedangkan yang betina antara 5.7 10 cm. Toxocara cati jantan antara 2.5 7.8 cm, yang
betina antara 2.5 14 cm. bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada
Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada
Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.
Bentuk kedua ekor spesies hamper sama, yang jantan ekornya lurus dan meruncing
(digitiform), yang betina bulat meruncing.

Siklus Hidup
Page
25

Telur

ditelan manusia

menetas

larva mengembara.

Patologi dan Gejala Klinis


Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam
ususnya di hati.penyakit yang disebabkan larva yang mengembara disebut visceral larva
migrans dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Penyakit tersebut dapat juga
disebabkan oleh larva Nematoda lain.

Epidemiologi
Prevalensi Toxokariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masingmasing mencapai 38.3 % dan 26.0 %. Pencegahan dapat dihindarkan dengan cara melarang
anak untuk tidak bermain dengan anjing maupun kucing dan tidak dibiasakan bermain di
tanah.

8. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum


Page
26

Hospes dan Nama Penyakit


Cacing ini hidup di dalam usus halus kucing dan anjing.Pada manusia, A.braziliense
dan A. Caninum menimbulkan kelainan kulit.

Morfologi dan Siklus Hidup


Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. A. braziliense dewasa yang jantan
panjangnya 4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina panjangnya 6,1-8,4 mm. Mulutnya
mempunyai sepasang gigi besar dan sepasans gigi kecil. Cacing jantan mempunyai bursa
kopulatrik kecil dengan rays pendek. A. caninum jantan panjangnya 10 mm dan betinanya
14 mm. Mulutnya mempunyai 3 pasang gigi besar. Cacing jantan mempunyai bursa
kopulatrik besar dengan rays panjang dan langsing. Secara tidak langsung dapat terinfeksi
larva filariform melalui penetrasi kulit dan selanjutnya larva mengembara di kulit.

Patologi dan Gejala Klinis


Page
27

Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang
disebut creeping eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption
adalah suatu dermatitis dengan gambaran khas berupa kelaianan intrakutan serpiginosa,
yang antara lain disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada
tempat larva filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal.Dalam beberapa
hari terbentuk terowongan intrakutan sempit yang tampak sebagai garis merah, sedikit
menimbul, gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan larva didalam
kulit.Sepanjang garis yang berkelok-kelok terdapat vesikel-vesikel kecil dan dapat terjadi
infeksi sekunder karena kulit di garuk.

Epidemiologi
Kucing dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum.
Penularan bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
anjing dan kucing.

Page
28

B. Nematoda Jaringan Tubuh


1. Wuchereria Bancrofi

Hospes dan Nama penyakit


W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau
wukereriaisis bankrofti.Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan dengan
penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak terdapat
secara alami pada hewan.

Distribusi Geografik
Parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika
Selatan, serta Kepulauan Karibia dan telah tersebar diseluruh Indonesia.

Daur hidup dan morfologi


Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe.bentuknya halus
seperti benang dan berwaena putih susu. Yang betina berukuran 65 100 m X 0,25 mm dan
yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung
dengan ukuran 250 300 mikron x 7 8 mikron. Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan
terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu saja.
Page
29

Patologi dan gejala klinis


Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalam dua kelompok.Yang disebabkan
cacing dewasa menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd dalam stadium akut,
disusul dengan obstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian.
Miklofilaria yang biasanya tidak menimbulkan kelainan, dalam keadaan tertentu
dapat menyebabkan occult filariasis.Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi
dalam beberapa stadium.

Siklus hidup

2.Loa-Loa

Page
30

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing Loa loa memiliki tubuh yang sederhana termasuk kepala, badan, dan ekor.Pria
berkisar dari 20mm ke 34mm panjang dan 350m untuk 430m luas.Wanita berkisar dari
20mm ke 70mm panjang dan lebar tentang 425m. Tiga spesies yang terlibat dalam siklus
hidup termasuk Loa loa parasit, vektor lalat, dan host manusia:
o Sebuah terbang vektor menggigit inang manusia terinfeksi dan microfilariase ingests.
o mikrofilaria pindah ke otot-otot toraks dari tuan rumah terbang.
o Mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama, tahap larva kemudian ketiga.
o Ketiga tahap larva (infeksi) perjalanan ke belalai terbang.
o Sebuah terbang vektor terinfeksi menggigit inang manusia terinfeksi dan larva tahap
ketiga menembus kulit dan memasuki jaringan subkutan manusia.
o Larva tumbuh menjadi orang dewasa, yang memproduksi mikrofilaria yang telah
ditemukan dalam cairan tulang belakang, urin, darah perifer, dan paru-paru.

Patologi dan gejala klinis


Loa loa parasit menginfeksi host manusia dengan perjalanan melalui jaringan
subkutan seperti punggung, dada, pangkal paha, kulit kepala, dan mata. Parasit ini
menyebabkan radang di kulit mana pun mereka bepergian. Jika parasit berhenti di satu
tempat untuk waktu singkat, tuan rumah manusia akan mengalami peradangan lokal yang
dikenal sebagai Calabar bengkak. Ini sering terjadi pada sendi pergelangan tangan dan
pergelangan kaki tetapi menghilang begitu parasit mulai bergerak lagi.Parasit juga dapat
Page
31

melakukan perjalanan melalui dan menginfeksi mata, menyebabkan pembengkakan


mata.Gejala umum termasuk gatal, nyeri sendi, dan kelelahan.

Diagnosis dan pengobatan


Metode utama dari diagnosis termasuk adanya mikrofilaria di dalam darah,
keberadaan cacing di mata, dan adanya pembengkakan kulit. Operasi pengangkatan worm
dengan mudah dapat dilakukan . Pengobatan umum untuk penyakit ini adalah penggunaan
salah satu dari dua obat: diethylcarbamazine (DEC) atau Ivermectin.

BAB 3
PENUTUP
Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus.Sebagian besar daripada
Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing
Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides
stercoralis) dan yang yang tidak ditularkan melalui tanah (Enterobius vermicularis dan Trichinella
spiralis) (Retno Widyastuti, 2002). Faktor tingginya infeksi cacing usus di Indonesia disebabkan
oleh iklim tropik yang panas dan lembap, pendidikan rendah, sanitasi lingkungan dan perseorangan
buruk, sarana jamban keluarga kurang, pencemaran lingkungan oleh tinja manusia dan kapadatan
penduduk yang tinggi.
Penularan cacing Nematoda parasit usus yaitu:
Telur infektif masuk melalui mulut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura
Larva infektif menembus kulit sehat : Cacing tambang, S.stercoralis
Telur infektif masuk melalui mulut, melalui udara atau secara langsung melalui tangan

penderita : E. vermicularis
Larva infektif masuk mulut bersama daging yang dimakan : T.spiralis.
Page
32

Kelainan patologik yang ditimbulkan oleh infeksi cacing parasit usus yaitu:
Cacing dewasa dapat menimbulkan : gangguan pecernaan, perdarahan dan anemia, alergi,

obstruksi usus, iritasi usus dan perforasi usus.


Larva cacing dapat menimbulkan : reaksi alergik, kelainan jaringan.
Diagnosis pasti infeksi nematode parasit usus dilakukan melalui:
Pemeriksaan tinja : A.lumbricoides, cacing tambang, S.stercoralis dan T.trichiura.
Pemeriksaan mukosa rektum : T.trichiura
Anal swab : E.vermicularis
Biopsi otot : T.spiralis
W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit sekali

mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi atau
Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan tropis,
meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik dengan
vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan vektor
Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia.Vektor Culex juga biasanya ditemukan di
daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu
saja Indonesia.Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa ditemui
di kepulauan Timor.Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki dua bentuk
periodisitas.Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan di daerah
pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia.Sedangkan spesies dengan periodisitas
subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia (jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria).Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang
dilaluinya.Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah
yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.

Page
33

Anda mungkin juga menyukai