Anda di halaman 1dari 18

KISTA BARTOLINI

I. Pendahuluan
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan,
salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai

organ genitalia interna

maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak


terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini.
Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus
vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat
menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk
tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat
adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan
dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar
melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi
abses. 1
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan
kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita
akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini
merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari
ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista
bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti
Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini
yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri
lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini. 2

II. Defenisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar
Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka
panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini
akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi. 3,4

III. Anatomi, Histologi dan Fisiologi kelenjar Bartolini

Anatomi
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar
bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,
dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi
hymen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar
ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi
atau melicinkan permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi
oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus
hemoroidal inferior. 5
Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan.
Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2 cm yang
terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar
bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi. 1

Gambar 1. Kelenjar bartolini


(Diambil dari kepustakaan 7)

Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel kolumnair
atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel transsisional yang
secara embriologi merupakan daerah transisi abtara traktus urinarius dengan
traktus genital. 1

Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu
atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan
pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi penelitian
dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian
vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina,
sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita. 6

IV. Epidemiologi
Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada
suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih
banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa
wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista
bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan
dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling
umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat
terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin
menjelaskan lebih seringnya terjadi

kista Bartolini dan abses selama usia

reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada
wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitian
telah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya
risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).
Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. 7
Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di
dalam hidup mereka.

Jadi, hal ini adalah masalah

yang perlu dicermati.

Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun. Namun,
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih
muda. 8
V. Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses
terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh
sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular
seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di

saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih
dari satu jenis organisme. 3
Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan,
dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat
terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak
selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.7
TABLE 1 Isolasi mikroorganisme dari Abses Bartholin Gland 7

Mikroorganisme anaerob
Neisseria gonorrhoeae
Staphylococcus aureus
Streptococcus faecalis
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa

Mikroorganisme aerob

Bacteroides fragilis
Clostridium perfringens
Peptostreptococcus species
Fusobacterium species
Bacteroides fragilis

Chlamydia trachomatis
Kelenjar Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae
adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob
adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi
organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi
dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi
vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. 7

VI. Patofisiologi
Kelenjar Bartolini adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak tepat di
samping bagian bawah pintu masuk vagina. Setiap kelenjar seukuran dengan
kacang polong. Kelenjar ini tidak dapat terlihat atau diraba karena berada dalam
jaringan lunak (labia) di samping pintu masuk vagina. Setiap kelenjar
menghasilkan cairan seperti lendir dalam jumlah yang kecil. Cairan dari setiap
kelenjar mengalir sepanjang saluran pendek yang disebut duktus kelenjar
Bartolini. Setiap saluran memiliki ukuran sekitar 2 cm dan keluar menuju bagian
bawah dari pintu masuk vagina. Cairan membantu untuk menjaga pintu masuk
vagina lembab. Kelenjar Bartholin dinamai dari seorang dokter yang pertama kali
mendeskripsikannya di abad ke-18 yaitu Thomas Bartholin. Kelenjar Bartolini
kadang-kadang disebut kelenjar vestibular. Kista adalah kantung yang berisi
cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di
dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar menjadi tersumbat.
Kelenjar Bartholin bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang.8
Apabila kelenjar ini terinfeksi, salah satu atau kedua-duanya, salurannya
dapat tersumbat karena melengket, akibatnya cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
tersebut akan menumpuk di dalam rongganya, sehingga kelenjar menjadi besar,
dan teraba menonjol sebagai kista.Ukuran kista dapat bervariasi dari kecil dan
mirip kacang atau bahkan sebesar ukuran bola golf, pada beberapa kasus. Ukuran
kista mungkin tetap sama atau mungkin perlahan-lahan menjadi lebih besar. 8
Kista Bartolini merupakan tumor kistik yang jinak. Ditimbulkan akibat
saluran kista Bartolini yang mengalami sumbatan. Sumbatan biasanya disebabkan
oleh infeksi. Kuman yang sering menginfeksi kelenjar Bartolini adalah Neisseria
gonorrhoeae. 9
Karena kelenjar terus menerus menghasilkan cairan, maka lama kelamaan
sejalan dengan membesarnya kista, tekanan di dalam kista semakin besar. Dinding

kelenjar/kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian juga akibat


peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit
mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak mendapatkan pasokan darah
sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik). Dengan terdapatnya kuman, maka
terjadilah proses pembusukan, bernanah dan menimbulkan rasa sakit. Karena
letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri
menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam.9

VII. Gejala
Banyak kista Bartolini tidak menyebabkan gejala apapun. Biasanya
ditemukan ketika seorang wanita datang kedokter untuk pemeriksaan umum tanpa
keluhan apapun, tanpa rasa sakit vagina. Namun, jika kista tumbuh lebih besar
dari diameter 1 inci, dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau
selama hubungan seksual. Jika kista menjadi terinfeksi, berisi nanah, dan menjadi
bengkak, hal ini sangat menyakitkan, sehingga sulit bagi seorang wanita untuk
duduk, berjalan atau melakukan hubungan intim. Kista Bartolini menyebabkan
pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Sebuah kista
biasanya tidak sangat menyakitkan, dan rasa sakit yang signifikan menunjukkan
bahwa abses telah berkembang. Namun, kista yang besar mungkin akan
menyakitkan sesuai dengan ukurannya.3
Karena letaknya di vagina bagian luar,kista akan terjepit terutama saat
duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan
demam. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit bisul diselangkangan.9

Gambar 2. Kista Kelenjar Bartolini


(Diambil dari kepustakaan 7)

VIII. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, manifestasi
klinik dari kista bartolini termasuk nyeri akut, tenderness, dispareunia. Jaringan
sekitar (pada hubungan antara bagian tengah dan bagian bawah labia minora)
mengalami inflamasi dan edema. Pada pemeriksaan fisik, introitus vagina
biasanya berubah dengan tampak adanya fluktuasi massa pada pemeriksaan
palpasi. Jarang sekali gejala sistemik dan tanda- tanda infeksi dilaporkan. Pada
kista Bartolini mungkin juga diperlukan pemeriksaan apusan (smear) atau pun
pemeriksaan kultur untuk pemeriksaan bakteriologis secara spesifik. Namun
seiring dengan gejala yang ditemukan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan kultur biasanya jarang dilakukan.10
Jika kista kelenjar Bartholin tidak terinfeksi, mungkin hanya akan terasa
benjolan di daerah vulva, dengan kemerahan atau bengkak. Ukuran kista dapat
bervariasi mulai dari 0.25inci. hingga 1inchi. Kista mungkin dapat ditemukan
secara tidak sengaja pada pemeriksaan. Jika kista terinfeksi, hal itu mungkin akan
menimbulkan kesakitan yang lebih. Kista yang terinfeksi membentuk suatu abses.
Kelenjar mungkin terinfeksi jika pasien berada dalam kesakitan yang ekstrim
8

bahkan kesulitan berjalan atau duduk. Abses ini bisa menjadi lebih besar dalam 2
sampai 4 hari. Pada beberapa kasus, penderita mungkin tidak perlu pengobatan.
Beberapa kista akan hilang dengan sendirinya. Tapi jika penderita merasakan
adanya gejala, mungkin memerlukan pengobatan, terlebih jika kista terinfeksi dan
menimbulkan rasa sakit. 7

Diagnosis banding
Tabel 2 Diagnosis diferensial Cystic dan Solid Lesi vulva 7
Lesion Lesi
Location Lokasi
Lesi kistik
Bartholin's duct cyst Vestibule

Karakteristik

Biasanya sepihak; asimtomatik jika tetap


kecil
Kista inklusi
Labia majora (biasanya) Jinak, mobile, nontender; disebabkan oleh
epidermis
trauma atau sumbatan duktus
pilosebaceous
Kista mukosa dari Labia minora, ruang
Lembut, kurang dari 2 cm diameter,
ruang depan
depan, daerah periclitoral permukaan halus, dangkal lokasi; soliter
atau multipel, biasanya tanpa gejala
Antara labia majora dan Jinak, tumbuh lambat, nodul kecil (2 mm
Hidradenoma
papilliferum
labia minora
sampai 3 cm); timbul dari kelenjar keringat
apokrin
Kista dari saluran Labia majora, mons pubisLembut, mampat; peritoneum terperangkap
Nuck
dalam ligamentum rotundum; dapat
menyerupai hernia inguinalis
Kista duktus Skene Berbatasan dengan
Jinak, asimtomatik; jika besar, dapat
meatus uretra di ruang menyebabkan obstruksi uretra dan retensi
depan
urin

Solid lesi
Fibroma

Lipoma
Leiomyoma
Acrochordon

Labia majora, perineum, asimtomatik; dapat menyebabkan pedikel;


introitus
myxomatous dapat mengalami degenerasi;
potensi keganasan
Labia majora, klitoris
Jinak, tumbuh lambat; sessile atau
pedunculated
Labia majora
Langka; soliter,; muncul dari otot polos
Labia majora
Jinak, gemuk, variabel ukuran; biasanya

Lesion Lesi

Location Lokasi

Neurofibroma

Multicentric

Angiokeratoma

Multicentric

Squamous cell
carcinoma

Multicentric

Karakteristik
pedunculated tetapi mungkin sessile;
polypoid dalam penampilan
Kecil, berdaging; polypoid dalam
penampilan, beragam; terkait dengan
penyakit von Recklinghausen
Langka, jinak; vaskular; variabel ukuran
dan bentuk; tunggal atau ganda; terkait
dengan dan diperparah oleh kehamilan;
berhubungan dengan penyakit Fabry
Terkait dengan epitel jinak penyakit pada
wanita yang lebih tua dan infeksi
papillomavirus manusia pada wanita muda

kista Bartolini dan abses kelenjar harus dibedakan dari massa vulva lainnya. kista
yang paling umum dan lesi padat vulva tercantum dalam tabel. Karena biasanya
kelenjar Bartholini menyusut selama menopause, pertumbuhan vulva seorang
wanita postmenopause harus dievaluasi untuk kecurigaan keganasan, terutama
jika massa tidak teratur, nodular, dan terus menerus mengalami indurasi. 7
IX. Pengobatan
Penanganan dari kista bartolini dan abses bartolini salah satunya dengan
penanganan bedah, termasuk di dalamnya insisi dan drainage, marsupialization,
dan pada kasus yang rekuren reseksi dari kelenjar bartolini perlu dilakukan.
Sebagai catatan insisi dan drainage adalah pengobatan terapeutik

ketika lesi

mengalami fluktuasi. Insisi harus dibuat secara proksimal pada cincin hymen, dan
kateter word mungkin di masukkan pada tindakan ini. Pada wanita post
menopause, eksisi bedah
adenokarsinoma bartolini.

direkomendasikan karena resiko untuk terjadinya


11

Penanganan kista Bartolini bergantung pada gejala pasien. Kista tanpa


gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi kista Bartolini dan abses dengan
gejala memerlukan drainase, kecuali terjadi pecah spontan. Walaupun insisi dan
10

drainase adalah prosedur yang relatif cepat dan mudah hampir selalu memiliki
tendensi

adanya kecenderungan untuk kista atau abses akan berulang. Satu

penelitian melaporkan 13 persen tingkat kegagalan untuk prosedur ini. Selain itu,
insisi dan drainase dapat membuat penempatan word cateter atau marsupialization
menjadi sulit. 7

Kateter word
TABEL 3
Persiapan untuk pemasangan Word Catheter

Sarung tangan steril


Iodine solution
Lidocaine (Xylocaine), 1% or 2% solution
30-gauge, 1-inci jarum dengan 5 mL jarum suntik untuk menyuntikkan lidokain
Word catheter
Larutan garam, 3 mL
25-gauge, 1-inci dengan jarum suntik 3 mL untuk menggelembungkan balon dengan
larutan garam
forsep kecil untuk menangkap dinding kista
Pisau bedah No. 11
Kain kassa, 4 3 4 inci
Hemostat untuk memecah loculations

11

Gambar 3. Word Catheter


(diambil dari kepustakaan 7)

kateter word biasanya digunakan untuk penanganan kista saluran Bartolini dan
abses. Batang kateter karet ini memiliki panjang 1 inchi dan diameter no. 10
French Foley catheter. Balon kecil yang ditiup di ujung kateter dapat menahan
sekitar 3 mL larutan salin atau garam. Setelah persiapan steril dan anestesi lokal,
dinding kista atau abses dijepit dengan forsep kecil, dan mata pisau no.11
digunakan untuk membuat sayatan 5-mm (menusuk) ke dalam kista atau abses.
Sangat penting untuk memahami dinding kista sebelum insisi dibuat; jika tidak,
kista dapat ruptur, dan dapat terbentuk saluran palsu. Sayatan harus berada dalam
introitus hymenal eksternal terhadap daerah di lubang saluran. Jika sayatan terlalu
besar, kateter word akan jatuh keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter

word

dimasukkan, dan ujung balon dikembangkan dengan 2-3 mL larutan garam yang
disuntikkan melalui pusat kateter, yang memungkinkan balon kateter untuk tetap
berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas kateter dapat ditempatkan
dalam vagina. Untuk memungkinkan epithelialisasi dari pembedahan saluran
diciptakan, kateter word dibiarkan pada tempatnya selama empat sampai enam
minggu, meskipun epithelialisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai empat

12

minggu. Jika kista Bartholin atau abses terlalu dalam, penempatan kateter tidak
praktis, dan pilihan lain harus dipertimbangkan.7

Marsupialization
Alternatif selain pemasangan kateter word adalah marsupialization dari
kista Bartolini. Marsupialization dapat dilakukan di sebuah kamar bedah rawat
jalan. Setelah persiapan steril dan dilakukan anestesi lokal, dinding kista dijepit
dengan dua hemostat kecil . Kemudian insisi vertikal dibuat di ruang depan di
tengah-tengah kista dan di luar cincin hymenal dengan sayatan sekitar 1,5-3 cm,
tergantung pada ukuran kista. Setelah kista dipotong secara vertikal, pada rongga
dilakukan irigasi dengan larutan garam dan, jika perlu loculations dapat dipecah
dengan hemostat. Dinding kista kemudian diangkat dan diperkirakan ke tepi
vestibular mukosa dengan jahitan interuptus 2-0 yang dapat diserap. Sekitar 5
sampai 15 persen dari kista Bartolini dapat kambuh setelah marsupialization.
Komplikasi yang berkaitan dengan prosedur ini termasuk dispareunia, hematom,
dan infeksi. 7
Marsupialization dari kelenjar Bartholin umumnya ditunjukkan bila ada
abses besar yang membuat bedah eksisi kelenjar menjadi sulit. Pada operasi ini,
ahli bedah akan membuka lebar dinding abses sehingga memungkinkan untuk
mengeluarkan eksudat purulen. Membran abses kemudian dijahit ke mukosa
vagina dan kulit pada introitus vagina untuk efek granulasi dan reepithelialization
dari luka dari bagian bawah abses ke bagian atas. Tujuan dari marsupialization
kelenjar Bartholin adalah untuk menghilangkan abses sedemikian rupa sehingga
akan terjadii epithelialized pada bagian dasar. 12

13

Gambar 4. Teknik marsupialization pada kista bartolini


(diambil dari kepustakaan 12)

14

Keterangan gambar:
1. Sebuah pemeriksaan bimanual yang menyeluruh harus dilakukan untuk
menentukan sejauh mana kista atau abses.
2. Labia ditarik dengan jahitan. Sayatan dibuat di atas mukosa vagina pada
bagian persimpangan dengan introitus ke dinding kelenjar.
3. Bagian yang akan dilakukan insisi di tandai
4. Dilakukan insisi pada dinding kelenjar.
5. Cairan pada kista atau abses dikeluarkan.
6. Dinding kista dibersihkan
7. Dinding abses ini

dijahit dengan jahitan yang diserap ke kulit dari

introitus lateral dan medial mukosa vagina.


8. Marsupialization selesai

X. Pencegahan
Pencegahan sedini mungkin hendaknya dilakukan untuk mencegah
terjadinya kista bartolini. Infeksi yang menjadi penyebab dari timbulnya kista
bartolini yang dapat berkembang menjadi abses ditimbulkan oleh mikroorganisme
penyebab timbulnya penyakit menular. Karenanya seks yang aman dapat
mengurangi penyebaran penyakit menular seksual sehingga mencegah timbulnya
infeksi kelenjar bartolini, kista bartolini dan pembentukan abses yang disebabkan
oleh organisme ini. 3,13

XI. Kesimpulan.
Kista

bartolini

terbentuk

ketika

kelenjar

Bartolini

tersumbat,

menyebabkan cairan mengisi kelenjar ini. Kista Bartholin bukanlah suatu infeksi,
meskipun dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau penyumbatan fisik
(lendir atau halangan lain) ke saluran Bartholin (tabung yang mengarah dari
kelenjar vulva). Jika infeksi berkembang pada kista, hasilnya adalah suatu abses
Bartolini. Pada abses infeksi yang paling sering adalah karena Neisheria
15

gonorrohoeae, Chlamydia trachomatis, Escherchia coli, Streptococcus B


haemolitycus, Staphylococcus, dan bakteri anaerob lainnya. Infeksi yang menjadi
penyebab dari timbulnya kista Bartolini yang dapat berkembang menjadi abses
umumnya oleh karena mikroorganisme penyakit menular seksual. Kista Bartolini
paling sering terjadi pada wanita usia 20-29, terutama mereka yang belum pernah
hamil atau wanita dengan kehamilan yang rendah. Kista Bartolini bisa tumbuh
dari ukuran kacang polong sampai dengan sebesar ukuran telur. Kista tidak
menular secara seksual, meskipun mikroorganisme penyakit menular seksual
seperti Gonore adalah penyebab paling umum, begitupula dengan sifilis atau
infeksi bakteri lainnya yang dapat menyebabkan infeksi pada kelenjar ini. Jika
infeksi parah atau berulang prosedur pembedahan yang dikenal sebagai
marsupialization mungkin diperlukan untuk menghentikan rekuren yang lebih
lanjut. 2,13

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Hart David McKay. Gynaecology Illustrated Edisi ke-5. New York:


Churcill Living Stone Division. 2000 ; p. 172
2. Anonymous.

Bartholins

Cyst.

Available

from

URL:

http//

URL:

http://

www.wapedia.com/. Accessed on Des 20, 2009


3. Dodd

NR.

Bartholin

Cyst.

Available

from

www.emedicine.com/. Accessed on Des 20, 2007


4. Anonymous. Bartholins Gland Cyst . Available from URL: http//
www.google.com/. Accessed on Des 16, 2009
5. Luhulima J. W. L. Anatomi II Urogenitalia Jilid 3. Makassar : bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2001; p.44- 45
6. Anonymous.

Bartholins

Gland.

Available

from

URL:

http//

www.wikipedia.com/. Accessed on Des 16, 2009


7. Omole Folasade. Management of Bartholins Duct Cyst and Gland Abscess.
Available from

URL: http:// www.American Family Physician.com/.

Accessed on Des 20, 2007


8. Anonymous. Bartholins Cyst and Abscess . Available from URL: http//
www.google.com/. Accessed on Des 16, 2009
9. Anonymous. Kista Bartolini . Available from URL: http// www.google.com/.
Accessed on Des 16, 2009
10. Pernoll Martin L. Disorders of the Vulva and Vagina. Dalam : Obstetric
and Gynecology. New York: Mc Graw- Hill Medical Publishing division.
2001 ; p. 579- 80
11. Philips Julie . Disease of the Vulva. Dalam : John Hopkins manual of
Gynecology and Obstetric Edisi ke 3. New York: Lippincott Williams and
Wilkins. 2007 ; p. 467-68
17

12. Wheeless Clifford R. Bartholins Gland Cyst Marsupialization. Dalam : Atlas


of Pelvic Surgery. Available from URL: http// www.google.com/. Accessed
on Des 17, 2009
13. Mitchel Helen. Other Condition That affect the Female Genital Tract .
Dalam : ABC of Sexuality Transmitted Infections Edisi ke 5. New York:
BMJ Publishing Group. 2004 ; p.39

18

Anda mungkin juga menyukai

  • HSP
    HSP
    Dokumen5 halaman
    HSP
    Rebeka Aruan
    Belum ada peringkat
  • Vitamin K
    Vitamin K
    Dokumen4 halaman
    Vitamin K
    Rebeka Aruan
    Belum ada peringkat
  • Arth Ral Gia
    Arth Ral Gia
    Dokumen8 halaman
    Arth Ral Gia
    Rebeka Aruan
    Belum ada peringkat
  • Low Back Pain
    Low Back Pain
    Dokumen10 halaman
    Low Back Pain
    Rebeka Aruan
    Belum ada peringkat
  • Demam
    Demam
    Dokumen2 halaman
    Demam
    Rebeka Aruan
    Belum ada peringkat