Biokimia
Hari/ tanggal
Waktu
PJP
Asisten
PROTEIN I
Kelompok 7
Ayu Septra Wulandari
J3L112029
Yaya Nugraha
J3L112089
Diana Agustini Raharja
J3L112168
Pendahuluan
Menurut Hart (2003), protein berasal dari kata protos. Protos memiliki arti,
yaitu utama. Protein merupakan senyawa organik kompleks yang memiliki berat
molekul yang tinggi dan merupakan polimer yang terdiri dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Menurut
Lehninger (1982), struktur umum asam amino mempunyai dua gugus pada tiap
molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil yang digambarkan sebagai
struktur ion dipolar.
gugus -amino
NH2
CO2H
C
H
variasi struktur terjadi
H2N
R1
H
NH
ikatan peptida
O
C
OH
R2
histidina sedangkan untuk gugus samping berupa asam, yaitu asam aspartat dan
asam glutamat. Sedangkan untuk gugus samping amida, yaitu asparagina dan
glutamina dan untuk gugus samping yang mengandung sulfur, yaitu sisteina dan
metionina. Dari ke-20 asam amino yang ada, terdapat sembilan macam asam
amino esensial, yaitu leusina, isoleusina, fenilalanina, triptofan, treonina, lisina,
arginine, histidina, dan metionina. Asam amino esensial ini tidak dapat disintesis
oleh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi
lainnya.
Tujuan
Praktikum dilakukan untuk mengidentifikasi sifat dan struktur asam amino
dan protein melalui uji-uji kualitatif, yaitu uji Millon, uji ninhidrin, uji belerang,
uji Xantoproteat, dan uji biuret.
Metode
Bahan-bahan yang digunakan, di antaranya albumin 2% dan 0,002%,
gelatin 2% dan 0,002%, kasein 2% dan 0,002%, pepton 2% dan 0,002%, serta
fenol 2% dan 0,002%, pereaksi Millon, pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat pekat,
pereaksi ninhidrin, NaOH 10% dan pekat, Pb-asetat 5%, HNO 3 pekat, CuSO4
0,1%, serta akuades. Alat-alat yang digunakan adalah penangas air dan alat-alat
gelas.
Uji Millon dilakukan dengan cara ke dalam 3 mL larutan protein
ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon. Larutan protein yang diuji adalah albumin
2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Campuran larutan protein
dengan pereaksi Millon dipanaskan baik-baik. Jika peeaksi yang digunakan terlalu
banyak maka warna akan hilang pada pemanasan.
Uji ninhidrin dilakukan dengan cara ke dalam 3
mL larutan protein
Gambar 3 Hasil uji Millon pada albumin (a), pepton (b), kasein (c), gelatin (d),
dan fenol (e)
Menurut Poedjiadi (1994), prinsip dari uji Millon adalah ternitrasinya
tirosin membentuk garam merkuri yang berwarna merah. Pereaksi Millon berisi
merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrat dan asam nitrit. Fungsi uji Millon
adalah untuk membuktikan adanya tirosin yang terkandung dalam suatu protein.
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Hasil percobaan tidak sesuai
dengan literatur. Menurut literatur, selain fenol, albumin dan kasein juga positif
dalam uji ini karena tirosin memiliki molekul fenol pada gugus alkilnya dan
albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai salah satu asam penyusunnya.
HC
HC
CO2H
O
N
H H
asam glioksilat
triptofan
NH
H
asam
2,3,4,5,tetrahidro-karbolin-4-karboksilat
Gambar 6 Hasil uji Ninhidrin pada albumin (a), pepton (b), kasein (c), gelatin (d),
dan fenol (e)
Prinsip dari uji ninhidrin yaitu semua asam amino atau peptida yang
mengandung asam -amino bebas dan sedikitnya satu gugus hidroksil akan
bereaksi
dengan
ninhidrin
(triketohidrindenahidrat)
membentuk
senyawa
kompleks berwarna biru ungu. Namun, prolin dan hidroksi prolin menghasilkan
senyawa berwarna kuning. Fungsi dari uji ninhidrin adalah untuk membuktikan
adanya asam amino bebas dalam protein. Uji ini umum sifatnya karena semua
protein mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus amino bebas
(asam -amino). Hasil percobaan kurang sesuai dengan literatur. Hasil positif
seharusnya ditunjukkan pula pada gelatin dan kasein selain pada albumin dan
pepton. Albumin, gelatin, dan pepton membentuk warna biru ungu karena
mempunyai gugus asam amino bebas dan kasein menunjukkan warna kuning
karena mengandung gugus prolin atau hidroksiprolin.
CO2H
R
NH2
asam amino
O
C
OH
C
C
O
ninhidrin
OH
O
C
C
C
C
O
HC
CH
biru
3H2O
CO 2
O
R
Gambar 8 Hasil uji belerang pada albumin (a), pepton (b), kasein (c), gelatin (d),
dan fenol (e)
Prinsip uji belerang adalah dalam larutan basa, yang berasal dari sisteina
atau metionina akan bereaksi dengan Pb-asestat membentuk garam PbS yang
berwarna hitam. Fungsi uji belerang adalah membuktikan adanya asam amino
yang mengandung gugus samping sulfur. Sisteina dan metionina merupakan asam
amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam
amino tersebut akan membentuk endapan berwarna hitam atau kelabu.
Penambahan NaOH dalam percobaan tersebut ialah untuk mendenaturasi protein
sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat dan
membentuk garam PbS. Menurut literatur, tidak hanya albumin yang
menunjukkan hasil positif tetapi juga kasein dengan warna yang terbentuk berupa
kuning gelap.
O
NH HC
CH2SH
CH2SH
NH
CH
NH
oksidasi
H2C
H2C
reduksi
NH
2 residu sisteina
CH
CH
C
S
S
ikatan disulfida
C
O
residu sistina
Gambar 10 Hasil uji Xantoproteat pada albumin (a), gelatin (b), kasein (c), pepton
(d), dan fenol (e)
Menurut Yazid (2006), prinsip uji Xantoproteat didasarkan pada nitrasi inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung
cincin benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat,
maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning tua
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Fungsi untuk uji ini merupakan
uji khas untuk asam-asam amino yang mengandung inti benzena. Hasil percobaan
kurang sesuai dengan literatur. Menurut literatur, albumin, kasein, gelatin, pepton
dan fenol seluruhnya menunjukkan hasil yang positif karena semua bahan
mengandung inti benzena pada molekulnya.
NH
HO
NH
CH2 CH
C
HNO 3
HO
O 2N
CH2 CH
C
H 2O
Gambar 12 Hasil uji biuret pada albumin (a), pepton (b), kasein (c), gelatin (d),
dan fenol (e)
Prinsip uji biuret, yaitu ion Cu 2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa
akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret
positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
amino bebas atau dipeptida, yaitu dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin,
dan treonin. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua
gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2. Fungsi dari uji biuret
adalah untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Hasil
percobaan tidak sesuai dengan literatur. Menurut literatur albumin, gelatin, kasein
dan pepton memberikan hasil yang positif. Sedangkan fenol tidak bereaksi dengan
pereaksi biuret. Hal ini disebabkan albumin, kasein, pepton dan kasein merupakan
asam amino yang memiliki ikatan peptida sedangkan fenol tidak termasuk ke
dalam golongan asam amino sehingga tidak memiliki ikatan peptida dan bereaksi
negatif terhadap uji biuret.
memberikan hasil positif. Pada uji ninhidrin, albumin dan pepton memberikan
hasil positif yang mana kasein dan gelatin juga seharusnya memberikan hasil
positif. Pada uji belerang, albumin memberikan hasil positif yang mana kasein
juga seharusnya memberikan hasil positif. Sedangkan pada uji Xantoproteat,
albumin dan fenol memberikan hasil yang positif yang seharusnya gelatin, pepton,
dan kasein juga memberikan hasil yang positif. Untuk uji biuret, albumin dan
gelatin memberikan hasil positif yang seharusnya kasein dan pepton juga
memberikan hasil positif.
Daftar Pustaka
Fessenden RJ, JS Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH,
penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Ed. ke-3.
Hart Harold, LE Craine, DJ Hart. 2003. Kimia Organik. Achmadi SS,
penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Ed.
ke-11.
Lehninger AL. 1982. Dasar- Dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah; Jakarta
(ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principle of Biochemistry.
Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Yazid Estien, Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta (ID): Andi.