Teori Dasar Geomagnet
Teori Dasar Geomagnet
PENDAHULUAN
Telah dikemukakan oleh beberapa ahli, bumi sebagai benda magnet yang tidak homogen.
Apabila bumi dalam keadaan homogen tidak banyak masalah yang ditimbulkannya. Tapi
kenyataannya tidaklah demikian.
Salah satu ketidak homogenan bumi disebabkan oleh perbedaan sifat kemagnetan bahanbahan yang menyusunnya, terutama yang terletak dekat permukaanlah yang mudah dirasakan
pengaruhnya.
Apabila bumi dianggap bulat dan mempunyai kemagnetan yang homogen maka garisgaris magnet akan melintas secara ideal dari satu kutub magnet lain yang berlawanan
sebagaimana bola magnet biasa. Akan tetapi bentuk bumi tidaklah bulat sempurna dan
mengalami pemipihan pada kedua kutubnya. Selain itu susunan bahannya pun tidak homogen.
Kenyataan ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya kemagnetan.
Perubahan ini berupa penyimpangan-penyimpangan yang dengan mudah dapat diamati di
permukaan bumi. Penyimpangan-penyimpangan ini disebut anomali geomagnet.
Untuk mengumpulkan data geomagnet, parameter-parameter yang perlu diketahui antara
lain lokasi tempat penyelidikan (yang mengakibatkan besaran deklinasi, inklinasi, intensitas
vertikal dan intensitas horizontal), sifat-sifat fisik material (dalam hal ini suseptibilitasnya) dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan kepekaan alat dan kejadian-kejadian yang terlepas dari
pengamatan misalnya perubahan harian, badai matahari dan ketelitian dalam posisi alat selama
pengukuran berlangsung. Alat yang digunakan disebut magnetometer.
Masing-masing alat memiliki kelebihan tersendiri, dan jenisnyapun bermacam-macam,
ada yang mengukur komponen vertikal magnet bumi, komponen horizontal dan komponen total.
VICTOR
Metoda magnet dalam beberapa hal mempunyai kesamaan dengan metoda gravitasi.
Kedua metoda mengukur perbedaan yang kecil (anomali) dalam latar belakang medan gaya yang
relatif besar. Kedua metoda ini mengukur secara absolut. Meskipun demikian ada beberapa
perbedaan mendasar antara kedua metoda ini. Karena variasai massa relatif kecil dan uniform
dibandingkan dengan perubahan suseptibilitas, maka seringkali medan gravitasi lebih kecil dan
jauh lebih rata (smooth) dibandingkan medan magnet.
Pada umumnya peta magnetik lebih kompleks dan variasi medan lebih tidak menentu
daripada peta gravitasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara medan dipole magnetik dengan
medan kutub gravitasi. Medan dipole mempunyai perubahan besar dan arah, sedangkan medan
kutub mempunyai prubahan besar saja sedangkan arahnya tegak lurus.
Penyelidikan geomagnet dapat diterapkan untuk mengetahui penyebaran dan bentuk
tubuh-tubuh benda magnetik dibawah permukaan bumi selama masih terdapat kontras dalam
kemagnetan daripada material penyusunnya.
Fenomena ini juga diergunakan dalam dunia kemiliteran (pncarian kapal selam, amunisi,
dan sebagainya). Selain itu juga dalam bidang kemagnetan purba (paleomagnetik) yang sering
dikaitkan dengan kejadian-kejadian terhadap kulit bumi di masa lampau.
VICTOR
r
Gaya magnet ini diberi simbol F , yang rumusnya berasal dari hukum Couloumb yang mirip
dengan hukum Newton, yaitu :
r m m r
F = 1 2 2 r1
r
dimana :
(2-1)
r
F = gaya dalam dyne
r
r
r1 = unit vektor dari m1 dan m2
= permeabilitas medium sekitarnya
(tak berdimensi, dalam ruang hampa = 1, dan di udara praktis sama dengan 1)
Jika kuat medan magnet sebesar 1 emu yang timbul diantara dua kutub m1 dan m2, dimana kutub
satu dengan yang lainnya berjarak 1 cm (diruang hampa atau udara), gaya magnetiknya adalah
sebesar 1 dyne. Sebagai konversi kutub utara magnet bumi. Sedangkan kutub negatif tertarik oleh
kutub selatan bumi.
r
Simbol dari kuat medan magnet adalah H . Bila satu titik berada dalam jarak r dari kutub
r
m, kuat medan magnetik pada titik tersebut H didefinisikan sebagai gaya pada satu satuan kutub
magntik :
VICTOR
r
r F m
H=
=
m' .r 2
r
r1
(2-2)
r
m tidak cukup besar pengaruhnya terhadap H yang ada pada titik pengukuran dikarenakan
r
m<<m. m adalah suatu kutub fiktif di udara (instrument). Satuan untuk H adalah Oersted,
yaitu identik dengan dyne/satuan kuat kutub magnet.
r
Momen magnetik diberi simbol M , didefinisikan sebagai :
r
r
M = m.l.r1
(2-3)
Bila dua buah kutub magnetik yang berlawanan mempunyai kuat kutub +m dan m, keduanya
r
berjarak l, maka momen magnetiknya seperti pada persamaan (2-3). Dimana M adalah vektor
r
dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke kutub positif.
r
Intensitas magnetisasi diberi simbol I . Suatu kutub magnetik yang diletakkan dalam
suatu medan magnet akan dimagnetisasi oleh pengaruh imbasannya. Besar intensitas magnetisasi
sebanding dengan kuat medan, arahnya sesuai dengan arah medan magnet tersebut. Besaran in
didefinisikan pula sebagai momen magnetik persatuan volume, yaitu :
r
r M rr
I =
= I .r1
V
(2-4)
dengan V isi benda. Magnetisasi imbas menyebabkan dwikutub material magnet penyearah.
r
r
Maka I sering juga dinamakan sebagai polarisasi magnetik. Bila I konstan dan mempunyai
VICTOR
arah yang sama dimana-mana, maka tubuh magnetik tersebut dikatakan termagnetisasi secara
uniform.
atau
r
r
I = kH
(2-5)
Fungsi susceptibilitas dalam metoda magnetik adalah sama dengan fungsi rapat atau kontras
massa dalam metoda gravitasi. Response kuantitatif data geomagnet sangat ditentukan oleh
komposisi mineral-mineral yang bersifat magnetik daripada batuan. Harga k semakin besar bila
jumlah mineral-mineral magnetik semakin banyak.
r
Induksi magnet diberi simbol B . Suatu bahan magnetik yang diletakkan dalam medan
r
magnet H akan terimbas dengan arah sesuai dengan magnet tersebut. Akibatnya pada bahan
r
magnetik itu sendiri akan timbul medan magnet H yang mengakibatkan pula bertambah
kuatnya medan magnetik. Medan magnet baru ini erat hubungannya dengan intensitas
kemagnetan.
r
Induksi magnetik B dapat didefinisikan sebagai medan total daripada bahan magnetik,
dapat dituliskan :
r r
r r
r r
r
B = H + H ' = H + 4I = H + 4kH
r
r
= (1 + 4k )H = H
VICTOR
(2-6)
5
dimana :
r
B
= r = (1 + 4k )
H
(2-7)
r
Dalam satuan magnetik emu, B dinyatakan dalam gauss, sehingga satuan untuk permeabilitas
adalah dalam gauss/oersted.
r
r
Hubungan B dengan H disebut hysterisis loop. Hubungan kedua besaran ini dapat
menjadi rumit pada bahan-bahan magnetik terutama pada bahan-bahan yang banyak mengandung
mineral-mineral ferromagnetik.
r
B
r
bertambahnya H sehingga cenderung mendatar karena kejenuhannya (step 1). Bila secara
perlahan-lahan medan magnet ditiadakan, penurunan kurva tidak melintas kurva yang
r
r
sebelumnya, dan harga B adalah positif untuk H = 0 (step 2). Ini dikenal dengan magnetisasi
sisa (residual magnetism) daripada benda tersebut. Bila medan magnetik dirubah dalam arah
VICTOR
r
r
yang berlawanan, harga B menjadi 0 pada H yang negatif (step 3), ini dikenal sebagai coersive
r
force. Separuh jaring-jaring berikutnya diperoleh pada posisi H yang lebih negatif (step 4),
hingga kejenuhan magnetisasi kembali tercapai dan kemudian kembali pada posisi semula saat
kejenuhan positif tercapai (step 5). Titik potong antara kurva dengan sumbu tegak adalah harga
v
dari pada induksi polarisasi dinamana dalam hal ini H = 0. Sedangkan pada sumbu datar dapat
ditentukan beberapa besar medan magnet berlawanan yang diperlukan untuk meniadakan induksi
magnetik.
Dalam penyelidikan geomagnet besaran yang diukur berkisar dalam orde 10-4 daripada
medan utama magnet bumi atau kira-kira 0,5 oersted. Intensitas magnetik atau kuat medan
magnet diukur dalam satuan gamma.
1 = 10-5 oersted
Satuan ini banyak sekali digunakan dalam penyelidikan geomagnet.
Vektor medan magnet dapat diperoleh dari fungsi skalar daripada potensial, yaitu :
r r
r
F (r ) = A(r )
(2-8)
dan potensial ini dapat didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk memindahkan satu
satuan kutub terhadap magnet, maka :
r r
r
r
m
A(r ) = F (r )dr =
.r
VICTOR
(2-9)
Fr
F
F
rl
r1
r2
1
-m
+m
2l
r
r1
(2-10)
m m
r1 r2
= m
(r
1
2
+ l 2 2rl cos
2
2
r + l + 2rl cos
(2-11)
r2
r2
(2-12)
Dari persamaan (2-8) dapat diperoleh vektor medan magnet yang mempunyai komponen
disepanjang r dan komponen sudut tegak lurus r sebagai berikut :
Fr =
VICTOR
r + l cos
A
= m
r
r 2 + l 2 + 2rl cos
32
32
r 2 + l 2 2rl cos
r l cos
(2-13)
F =
1 A
l sin
= m
2
2
r
r + l + 2rl cos
32
32
r 2 + l 2 2rl cos
l sin
(2-14)
Fr =
dan
(2-15)
F =
sin
r3
2 cos
r3
Fr = 0
F = 0
dan
dan
F =
(r
+ l2)
32
( = 0)
(2-16)
( = /2)
(2-17)
2
r3
untuk = 0 dan F =
r3
untuk = /2
(2-18)
r3
(4 cos
+ sin 2 )
(2-19)
F 1
= tan
Fr 2
2 cos r sin
r1 +
1
r3
r3
(2-20)
Suatu volume bahan magnetik dapat dianggap sebagai bagian dari pada sistem suatu
dipole. Sifat-sifatnya sangat tergantung pada peristiwa magnetisasi yang dialaminya serta
keadaan medan magnet sekitarnya. Penyebaran vektor sistem dipole pada benda ini menghasilkan
r r
momen dipole per satuan volume M (r ) .
P(r0)
ro
r o-r
Q(r)
r
V = volume
y
Dari persamaan (2-12) untuk suatu titik pada jarak tertentu, besar potensial skalar adalah :
A=
cos
r
1
= M .
r
(2-21)
dv
(2-22)
Dengan persamaan (2-22) diatas dan persamaan (2-8) resultan dan medan magnet daripada
volume bahan adalah :
r r
r r 1
F (r0 ) = M (r ). r r
r0 r1
dv
(2-23)
r
Bila medan magnet di tempat tersebut F0 , maka medan magnet total adalah :
VICTOR
10
r
r
r r
Ft = F0 + F (r0 )
(2-24)
r
r r
dimana arah F0 dan F (r0 ) tidak harus selalu sama.
r r
r
Arah ini dapat dianggap sama hanya apabila harga F (r0 ) jauh lebih kecil daripada F0 , atau
dengan kata lain bahan magnetik tersebut sama sekali tidak memiliki magnetisasi sisa (residual
r
r r
r
r r
r r
magnetism). Bila F (r0 ) < F0 , dan arah M (r ) berbeda dengan F0 maka komponen F (r0 ) pada
r
arah medan magnet F0 menjadi :
r
r r
A(r0 )
r
2
F (r0 ) = 1 .A(r0 ) =
=M
dv
r
0 r
rr
(2-25)
r
dimana 1 adalah menandakan arah daripada F0 .
Bila momen magnetik daripada bahan magnetik tersebut tidak dipengaruhi oleh efek kemagnetan
r
sisa, sehingga kemagnetannya akan dipengaruhi oleh imbasan F0 pada arah 1, maka dengan
r 2
dv
=
k
F
r r
0
r0 r
2
dv
r
0 r
rr
(2-26)
(2-27)
r r
r r
2
F (r0 ) = 2kF0
log r0 r dS
2
S
(2-28)
atau
VICTOR
11
Dalam interpretasi data penyelidikan geomagnet, dipilih entuk-bentuk yang paling sederhana
untuk memudahkan evaluasi.
Menurut Poisson ada hubungan antara potensial gravitasi dengan potensial magnetik A
dari suatu benda bila density dan momen dipolenya konstan.
Dapat ditunjukkan sebagai berikut :
A=
J U
J
J
=
U . 1 =
g
(2-29)
dimana dan satuan vektor 1 adalah arah dari polarisasi dan g komponen gravitasi dalam arah
yang sama, dapat dituliskan :
r r
F (r) = sebagai komponen F (r ) pada arah 1
=
A
J g
=
(2-30)
Polarisasi vertikal :
Z=
J g
z
(2-31)
Pada daerah bagian luar yang homogen dengan volume V dari gambar (2-3) potensial
magnetik, seperti potensial gravitasi memenuhi persamaan Laplace, yaitu :
VICTOR
12
2 A = 0
Begitupula potensial magnetik disetiap tempat dengan daerah yang mengandung material
magnetik, seperti potensial gravitasi memenuhi persamaan Poisson, yaitu :
r r
2 A = 4.M (r )
(2-32)
Akan tetapi peryantaan-pernyataan persamaan Poisson untuk magnetik lebih rumit dibandingkan
untuk gravitasi.
VICTOR
13
Bumi merupakan kutub magnetik yang besar dengan kutub-kutub magnetik utara dan
selatan terletak kira-kira pada 750 LU, 1010 BB, dan 670 LS, 1430 BT. Pusat dwikutub ini
bergeser kira-kira 750 mil dari pusat geometris bumi.
Medan magnet utama selalu berubah terhadap waktu, perubahannya sangat lambat dan
Medan magnet luar adalah bagian kecil dari medan utama, perubahannya sangat cepat.
Variasi medan utama perubahannya konstan terhadap waktu dan tempat juga disebabkan
Besaran dari medan F, sudut inklinasi I dengan horisontal, sudut deklinasi D dengan utara
geografis, secara komplit mendefinisikan medan magnet utama. Selain D dan I dalam
penyelidikan Geofisika medan utama sering juga dinyatakan dalam komponen tegak (vertikal) V
VICTOR
14
atau Z, yang diambil positif jika kebawah, dan komponen horisontal H yang harganya selalu
positif, juga komponen-komponen X dan Y.
North
H
X
East
I
F
Z
Down
Z = F sin I;
tan I = Z/H
15
Gambar 3-4. Perubahan pada deklinasi dan inklinasi di London sejak tahun 1580
Perubahan ini relatif cepat sekali, dan kelihatannya terjadi dalam siklus waktu tertentu.
Perubahan ini berbeda-beda dari tempat satu ke tempat lainnya. Sehingga terjadi pula pergeseran-
VICTOR
16
pergeseran kutub-kutub magnetnya. Penyebab utamanya belum begitu jelas, mungkin ada
hubungannya dengan arus konveksi pada inti bumi.
Gambar 3-5. Perubahan tahunan medan magnet total tahun 1965 (dalam gamma/th)
Medan magnet luar hanya merupakan bagian terkecil dari medan utama, yaitu sisa 1%
medan magnetik bumi. Penyebabnya mungkin ada hubungannya dengan aliran listrik yang terjadi
pada lapisan-lapisan yang terionisasi di atmosfera bagian luar. Perubahan-perubahannya sangat
cepat berlangsung.
Siklus badai matahari selama 11 tahun, merupakan salah satu penyebabnya. Variasi
harian dalam periode 24 jam berkisar antara 30 gamma, tergantung letak dan keadaan musim di
permukaan bumi. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan intensitas penyinaran matahari pada
aliran listrik di ionosfera. Posisi bulan dapat menimbulkan perubahan sebesar 2 gamma, dan ini
VICTOR
17
berlangsung siklus sepanjang bulanan, mungkin ada hubungannya dengan interaksi bulan dan
ionosfera.
Badai magnet yang terjadi setiap saat dapat menimbulkan amplitudo sebesar 1000 gamma
atau lebih terutama didaerah kutub. Kadang-kadang terjadi setiap 27 hari tergantung pada
peristiwa di matahari.
Telah diketahui bahwa intensitas magnet bumi perubahannya lambat dan tidak teratur.
Didalam pengukuran observasi magnet menunjukkan beberapa perubahan pada medan yang
mempunyai masa pendek dari observasi semula. Variasi ini adalah perubahan secara secular
(abad), perubahan harian, perubahan bulanan, dan perubahan yang disebabkan oleh badai magnet.
a. Variasi Secular
Perubahan lambat pada medan bumi dalam masa dasawarsa diketahui sebagai variasi
secular. Perubahan seperti ini ditunjukkan pada semua elemen magnet pada observasi magnet di
setiap penjuru dunia. Gambar (3-5) menunjukkan perubahan tahunan dari medan magnet total
dalam gamma/tahun untuk tahun 1965. Dalam eksplorasi magnet variasi secular diabaikan,
karena perubahannya lambat.
b. Variasi Harian (Variasi Diurnal)
Variasi harian direkam teratur pada observasi magnet. Rekaman menunjukkan 2 macam
variasi, yaitu hari tanpa gangguan badai magnet dan hari dengan gangguan badai magnet.
Gambar (3-6) menunjukkan magnetogram merekam pada hari tanpa adanya gangguan badai
magnet dalam suatu pengamatan magnet di Tucson, Ariz.
VICTOR
18
Intensitas horisontal dan vertikal dan deklinasi ditunjukkan pada rekaman ini. Analisa
rekaman variometer pada hari tanpa adanya gangguan badai magnet ditunjukkan tepat 24 jam
kembali ke waktu asal, tergantung pada keadaan dan lintang geografis.
Sumber: M.B.Dobrin, Introduction to Geophysical Prospecting For Oil, McGraw Hill Book company Inc. 1940
Gambar 3-6. Magnetogram dari variasi harian tanpa adanya badai magnet pad intensitas horizontal dan vertikal. H
dan Z pada deklinasi D di Tucson, Aris.29 Oktober 1947.
Sumber: M.B.Dobrin, Introduction to Geophysical Prospecting For Oil, McGraw Hill Book company Inc. 1940
Gambar 3-7. Variasi diurnal 4 elemen magnet dengan lintang 100 yang terpisah 600 LU sampai ke 600 LS.
VICTOR
19
Semua material bumi, baik berupa unsur ataupun senyawa dan sebagainya, ditinjau dari
sifat-sifat kemagnetannya pada umumnya terbagi dalam kelompok-kelompok :
a. Diamagnetisme
Suatu zat adalah tergolong pada jenis diamagnetik jika mempunyai susceptibilitas
r
r
magnetik negatif sehingga intensitas magnetisasi yang diimbas I dalam zat oleh medan H
r
adalah berlawanan arah H . Semua material pada dasarnya adalah diamagnetik karena gerak orbit
r
elektron yang bermuatan negatif dalam zat di dalam medan luar H mempunyai arah yang
r
melawan arah H . Tetapi diamagnetisme akan timbul jika momen magnetik atomik total semua
r
atom adalah nol jika H nol. Jadi dengan kata lain jika atom mempunyai kulit-kulit elektron yang
terisi penuh. Banyak elemen dan senyawa menunjukkan sifat dimagnetisme. Misalnya : graphite,
gypsum, marmer, kwarsa, garam.
b. Paramagnetisme
Semua zat yang mempunyai susceptibilitas magnetik positif adalah zat paramagnetik.
Dalam zat semacam ini setiap atom atau molekul mempunyai momen magnetik total yang tak
sama dengan nol dalam medan luar yang nol. Hal ini terjadi pada zat-zat yang subkulitnya tak
penuh hingga maksimum. Misalnya : 22Ca hingga 28Ni, 41Ne hingga 25Rh, 57Li hingga 78Pt, 90Tn
hingga 92U. Hingga susceptibilitasnya tergantung temperatur.
VICTOR
20
C. Ferromagnetisme
Elemen-elemen seperti besi, kobalt, dan nikel adalah elemen paramagnetik yang interaksi
magnetik antara atom dengan group atom sedemikian kuatnya hingga terjadi penyearahan
momen-momen dalam daerah yang besar dalam zat. Pada umumnya susceptibilitas material
ferromagnetik 106 kali material diamagnetik dan paramagnetik. Ferromagnetism juga turun
dengan turunnya temperatur dan hilang sama sekali pada suhu Curie. Mineral ferromagnetik tak
terjadi di alam.
D. Antiferromagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas seperti material paramagnetik tetpi harganya naik
dengan naiknya temperatur hingga temperatur tertentu, kemudian turun menurut hukum CurieWeiss. Hal ini terjadi karena momen magnetik total sejajar dan anti sejajar sehingga sub-dominan
dalam material ini saling meniadakan sehingga susceptibilitasnya menjadi sangat kecil. Contoh
dari antiferromagnetisme adalah : hematite.
E. Ferrimagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas magnetik yang sangat besar dan tergantung pada
suhu, domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-bagi dalam keadaan daerah yang
menyearah saling berlawanan tetapi momen magnetik totalnya tak nol jika medan luar nol.
Praktis semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik.
Meskipun dalam beberapa hal magnetisasi batuan bergantung terutama pada kekuatan
sesaat dar sesaat dari medan magnetik bumi di sekeliling dan kandungan mineral magnetiknya.
VICTOR
21
VICTOR
22
Pada umumnya sifat magnet batuan dilihat dari susceptibilitasnya. Susceptibilitas tersebut
dapat diukur dengan cara yang dikembangkan oleh Mooney, yaitu dengan menumbuk halus
contoh batuan kemudian di tempatkan dekat medan magnet sehingga defleksi jarum
magnetometer yang dipengaruhi contoh batuan tadi dapat digunakan untuk melihat
susceptibilitasnya. Di Laboratorium, digunakan beberapa alat untuk mengukur susceptibilitas
batuan tersebut. Salah satu contoh, suatu kumparan yang terdiri dari kumparan primer dan
sekunder berubah secara mekanis akibat adanya perubahan keseimbangan magnet bila contoh
batuan tersebut diletakkan. Bila diketahui arus yang diberikan pada kumparan primer, lalu
tegangan induksi pada kumparan sekunder diukur maka susceptibilitasnya dapat dihitung dengan
perhitungan yang sesuai. Cara kerja alat untuk mengukur susceptibilitas ini dikembangkan oleh
Barret.
Bila medan magnet luar digunakan untuk mengukur susceptibilitas biasanya hasil kuat
medannya ditunjukkan dalam suatu tabel. Polarisasi yang di pengaruhi contoh batuan pada
r
pengukuran medan terdiri dari dua bagian, yaitu polarisasi susceptibilitas k H yang bergantung
r
r
pada medan luar H dan susceptibilitas k, serta intensitas polarisasi remanen I p yang
mempengaruhi magnet residual dimana tidak ada medan luar.
Tabel (1) menunjukkan harga susceptibilitas dari contoh batuan mineral. Susceptibilitas
ini ditentukan dengan metoda yang diperkenalkan oleh Ritcher. Pada umumnya harga-harga pada
tabel (1) menduga bahwa magnet batuan dianggap berasal dari pada isi magnetnya. Ritcher
mendapatkan susceptibilitas magnetik (ambil 0,3 cgs unit). Ritcher menemukan cara yabg baik
antara harga yang dikalkulasikan dan yang diukur secara langsung pada kuat medan yang sama.
Stearn mempunyai suatu daftar magnet dari beberapa batuan beku. Susceptibilitas yang dihitung
VICTOR
23
menurut data Stearn dengan metoda Slichter ditunjukkan pada tabel (2) range variasi
susceptibilitas untuk beberapa type batuan yang ada.
Tabel (1). Harga susceptibilitas batuan.
k x 104, cgs unit
300.000 800.000
125.000
135.000
30.000
14
16,8
14.000
28 2700
46,8
68,1 2370
47
78 1050
680
2000
12.500
Material
Magnetite
Pyrhotite
Ilmenite
Franklinite
Dolomite
Sandstone
Serpentine
Granite
Diorite
Gabbro
Porphyry
Diabase
Basalt
Olivine-diabase
Peridotite
At H, Oe
0,6
0,5
1
0,5
1
30,5
1
1
1
1
1
1
0,5
0,5 - 1
Quartz porphyrite
Rhyyolites
Granites
Trachyte-syenite
Eruptive nephelites
Abyasal nephelites
Pyroxenites
Gabbros
Monzonite-latites
Leucite rocks
Dacite-quartzdiorite
Andesite
Diorites
Peridotites
Basalts
Diabase
VICTOR
4800
7800
3600
4800
6900
6900
8.0
5.8
7.4
7.2
8.6
6.3
24000
17000
22000
22000
26000
19000
3.48
4.50
3.45
4.6
4.76
4.35
10400
13500
10400
13800
14300
13100
Ilmenite,
average
0.3
0.45
0.7
0.7
1.24
0.85
0.40
1.76
1.60
1.94
K x 104
410
610
1000
1000
1700
1100
5400
2400
2200
2600
1.94
1.16
2.44
1.31
1.91
2.70
2600
1600
4200
1800
2600
3600
24
Peter mempelajari suatu grafik batang (gambar 4-1) yang menunjukkan susceptibilitas
batuan dari suatu pengukuran di laboratorium dengan beberapa contoh batuan, yaitu batuan beku,
metamorf, dan sedimen. Batuan beku dan metamorf umumnya mempunyai susceptibilitas yang
tinggi dari pada batuan sedimen. Tetapi pada hakekatnya formasi sediman mempunyai isi magnet
cukup tinggi yang bisa dipetakan untuk survey magnet, terutama bila sensitivitas alatnya yang
digunakan cukup tinggi.
Susceptibilitas magnet rata-rata yang diukur di laboratorium
3000
Basic igneous
2596
2500
2000
1500
1000
Metamorphic
349
500
Dolomite
8
66
No. Sample
0-75
Range of
Susceptibilities
Limestone
23
Sandstone
32
66
2-280
230
0-1665
Acid igneous
647
Shale
52
137
5-1478
61
0-5824
58
3-6527
78
44-9711
VICTOR
Number of
sample
97
53
74
45
48
25
Dalam paper ini penulis tidak menjelaskan secara mendetail dari cara kerja alat-alat
geomagnet yang digunakan. Yang akan di tinjau disini adalah macam jenisnya saja dari alat-alat
yang digunakan untuk penyelidikan geomagnet. Alat untuk penyelidikan disebut Magnetometer.
Sensitivitas alat ini yang diperlukan adalah antara 1 dan 10 dalam medan total yang jarang
lebih besar dari 50. Jadi sensitivitas peralatannya lebih kecil dari pada gravimeter. Jenis ini
magnetometer ini adalah sebagai berikut :
Alat ini gunanya untuk mengukur komponen vertikal Z. Sistem magnetik bebas berayun pada
tepi pisau batu agat (akik) dalam bidang vertikal. Kedudukan setimbangnya di stasion acuhan
diatur horizontal dan defleksi dari kedudukan ini pada stasion lain dibaca dengan teleskop.
Dengan mengalirkan konstanta kalibrasi pada harga ini memberikan harga relatif Z. Alat ini juga
dapat mengukur H dengan menggantung sistem magnet mula-mula pada kedudukan vertikal dan
pembacaan dibuat dalam meridian magnetik.
b. Magnetometer Flux-gate.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur variasi diurnal (harian) didalam medan bumi, dan
digunakan pula pada penyelidikan magnetik di udara serta sebagai magnetometer portable untuk
penyelidikan di darat. Magnetometer flux-gate pada dasarnya terdiri dari kumparan material
magnetik seperti mu-metal, permalloy, ferrit dan sebagainya. Yang mempunyai permeabilitas
VICTOR
26
tinggi dalam medan magnetik yang rendah. Jenis magnetometer ini memungkinkan untuk
mengukur benda magnetik yang mempunyai hysterisis loop sekecil mungkin.
Dasar instrumen ini adalah gejala resonansi magnetik inti (NMR), dimana berprinsip pada
adanya perubahan medan magnet yang berpengaruh pada orientasi spin-spin proton. Dari prinsip
diatas diharapkan bahwa dalam hal dapat dideteksinya frekuensi resonansi inti bahan sample
r
maka dapatlah ditentukan medan magnetnya dengan rumus f = H , dimana adalah
gyromagnetik ratio.
VICTOR
27
darat yaitu jenis type Schmidt keseimbangan magnetiknya digunakan untuk mengukur komponen
vertikal medan bumi atau komponen horizontal. Tetapi pada akhir-akhir ini magnetometer fluxgate nuclear precession (proton) kebanyakan digunakan untuk pengukuran didarat.
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya dapat memberikan
petunjuk untuk penyelidikan selanjutnya. Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate
magnetometer, nuclear precession. Kepekaan alat yang dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5
gamma) dari pada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma). Penyebab utama mungkin biaya
penyelidikan dari udara jauh lebih mahal, pengukuran dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab untuk mengukur salah satu
komponen, baik vertikal ataupun horizontal, presisi posisi sangat menentukan, dan ini sukar
dilakukan pada penyelidikan ini. Ketinggian penerbangan diketahui dari altimeter, pola lintasan
diatur memotong struktur geologi yang diperkirakan, dan pembacaan diulang secara overlap
untuk menghindari/mengetahui perubahan secular yang berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini
dapat dilakukan pula dengan bantuan magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai
pengecekkan menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya dibantu dengan pemotretanpemotretan dari udara secara bersamaan waktunya. Adakalanya dilakukan dengan radar, sehingga
posisi pesawat secara tepat dapat ditentukan. Hasil pembacaan dilakukan secara periodik, kirakira 1 detik. Tentunya cara penyelidikan ini ada baiknya dan buruknya.
Penyelidikan di laut.
VICTOR
28
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton magnetometer. Alatnya
biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300 meter dibelakang kapal, maksudnya untuk menghindari
pengaruh dari kapal tersebut. Kedalamannya alat sekitar 15 meter di bawah permukaan air laut.
Penyelidikan laut memerlukan biaya yang mahal. Kegunaannya terasa apabila secara bersamaan
dilakukan pula misalnya penyelidikan cara gaya berat. Sasarannya ialah untuk memberikan
konfigurasi struktur geologi di bawah dasar laut. Disamping itu juga mempersiapkan pete
geomagnet regional.
Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua dilakukan orang. Letak dan
penyebaran titik-titik pengamatan disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai. Biasanya
dikombinasi dengan penyelidikan gaya berat sebab kerapatan titik pengamatan hampir sama. Alat
untuk penyelidikan di darat adalah flux-gate magnetometer, alat ini paling praktis mudah dibawa
dan dipidah-pindahkan serta dapat cepat dibaca. Jarak titik pengamatan dapat dekat sekali sekitar
10 meter tergantung pada perkiraan besarnya sasaran yang dicari. Yang seringkali diukur dalam
penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet bumi. Kadang-kadang medan total pun
dapat diukur dengan menggunakan proton magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan setiap satu
atau dua jam pada tempat-tempat yang pernah diukur sebelumnya. Maksudnya untuk mengetahui
dan mengoreksi terhadap variasi secara secular. Anomali yang harus diperhatikan biasanya lebih
dari 500 gamma. Rata-rata kepekaan alat sekitar 10 gamma. Sebab itu benda-benda besi disekitar
alat akan mengganggu selam pembacaan, hal ini harus dihindarkan. Keadaan topografipun sangat
berpengaruh pada pengukuran, begitu pula susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan pula
besar kecilnya pengukuran medan magnet yang diteliti.
VICTOR
29
Pada gambar (6-1) dengan mengambil Y = t, dimana 2Y adalah panjang strike, t adalah
tebal bahan magnet. Lembar magnet itu berupa dipole dengan penampang S = 2t2. Komponen
vertikal dari dipole adalah :
kS
Z=
2
r2 r2 + t 2
r1 r1 + t 2
2
x 2 sin 2 + t 2
r1 2 + t 2
r1 + t 2
Bila r2
(6-33)
2
2
2
r1 r1 + t 2
x 2 sin 2 + t 2 r1 + t 2
(6-34)
VICTOR
30
Sebuah benda magnet berbentuk bola, terpolarisasi secara vertikal dalam medan magnet
bumi dengan pusatnya terpendam dalam kedalaman z dan jari-jari bola adalah R, effek
magnetnya dapat dicari dengan menggunakan rumus yang berdasarkan hubungan Poisson antara
magnetik dengan gravitasi
Sistem koordinat untuk bola ditunjukkan gambar (6-2). Pusat bola sebagai pusat koordinat
dan dianggap bola dimagnetisasi tidak seragam, bola tersebut hanya diinduksi oleh medan luar
r
F0 .
Gambar 6-2.Polarisasi bola dalam medan magnet bumi, terdiri dari kurva Z dan H
r
Bila sudut inklinasi I sejajar medan luar F0 , dimana 1 pada persamaan (2-29) dalam arah medan
r
luar F0 , maka berlaku :
A=
VICTOR
J U
J
1
=
U . 1 =
U .I
31
1 U
U
U
J x
+ Jy
+ Jz
x
y
z
dimana :
J x = kH 0 sin
J y = kH 0 cos
J z = kZ 0
Maka komponen vertikalnya adalah :
Z =
A
z
k
=
U
U
U
H 0 sin
H 0 cos
+ Z0
x
y
z
z
(6-35)
Bola tersebut massanya adalah M dan berjarak r dari titik pengamatan, maka potensial
gravitasinya adalah :
U=
M
r
V
r
dimana :
U = potensial gravitasi
= konstanta gravitasi universal
= density
V = volume bola
M = massa bola
Dan
r2 = x2 + y2 + z2
Sehingga didapat :
VICTOR
32
U xy =
2U
3xz
= V 5
xz
r
3 yz
U yz = V 5
r
3z 2 r 2
U zz = V
5
r
Bila diambil sumbu x sebagai meridian magnetik dimana = /2 dan r2 = x2 + z2 untuk lintasan
N-S. Maka komponen vertikalnya menjadi :
Z=
k
2U
2U
H 0
+ Z0
xz
z 2
H 3 xz 2 z 2 x 2
= kVZ 0 0 5 +
r5
Z0r
2
2 + 3 x cot I x
kVZ
z2
z
= 30
52
z
x2
1 + 2
(6-36)
r
Karena dalam hal ini sudut inklinasi I adalah sejajar dengan medan luar F0 maka I = 0. Sehingga
2 x
2
kVZ 0
z
Z= 3
5
2
z
x2
1 + z 2
dimana :
k susceptibilitas bahan magnetik
V = volume bola =
4 3
R
3
33
4 3 2 x
R J
z
3
Z=
3
52
z
x2
1 + 2
z
(6-37)
Dengan menganggap :
4 3
R J
3
K=
z3
dan
x
2
y
x
f =
52
y
x2
1 + 2
z
(6-38)
x
2 2 1 cot I + 3
y
kVZ z
H= 30
52
z
x2
1 + 2
y
(6-39)
Contoh Perhitungan
VICTOR
34
Sebuah bola homogen yang berjari-jari R =6,000 ft dan pusatnya terpendam pada
kedalaman Z = 10,000 ft dengan intensitasnya sebesar 0,004 satuan cgs, maka :
K=
4 .0,004 6
3
10
6
= 0,016
10
= 0,003456
x/z
0
0,5
1,0
2,0
f(x/z)
2
1
0,178
-0,036
Z()
691,2
345,6
61,5
-12,4
Hubungan poisson juga dapat digunakan untuk mendapatkan harga efek magnet dari
sebuah cylinder horizontal yang terpendam dalam kedalaman z seperti pada gambar (6-3)
VICTOR
35
A k
=
z
2U
2U
H 0 sin
+ Z0
xy
z 2
dan bila cylinder tersebut bermassa M dan berjarak r dari titik pengamatan, maka potensial
gravitasinya :
1
r
1
= 2S log
r
U = 2M log
(6-40)
dimana M = R2 = S
Dari gambar (6-3) diketahui r = (x2 + z2)1/2, maka persamaan (6-40) menjadi :
U
= 2S log
(x
1
2
+ z2
12
z
U
= 2S 2
z
x + z2
z2 x2
2U
S
=
2
r4
z 2
2U 4Sxz
=
xz
r4
VICTOR
36
2kS
2 H 0 xz sin + Z 0 z 2 x 2
4
r
)}
(6-41)
r
Dalam hal ini strike dari cylinder E-W adalah = /2, dan karena medan magnet H 0 membentuk
r
sudut 900 terhadap medan F0 maka sudut inklinasi I sama dengan sendiri yaitu 900, maka
2 kS
r4
{2 H
xz + Z
(z
x2
)}
2 kS x
2
2
2 cot I + Z 0 z x
4
r z
2 kS
Z0 z2 x2
=
4
r
2 kSZ 0
z2 x2
=
4
r
2 kSZ 0
=
z2 x2
2
2 2
x + z
2 kSZ 0
=
z2 x2
4
2
2
4
x + 2x z + z
2 kSZ 0
=
z2 x2
4
2
x
x
4 + 2 2 + 1
z
z
{ (
)}
VICTOR
37
2kSZ 0
x2
1 +
z2
(z
x2
1
2
z
x2
1
2
2
2
z
x
z 2 1 + 2
z
2kSZ 0
x2
2kSZ 0
z2
=
2
z2
x2
1 + 2
z
x2
1 2
z
2R 2 J
Z=
2
2
Z
x2
1 + 2
z
(6-42)
Dengan menganggap :
K'=
2R 2 J
z2
dan
x2
1 2
x
z
f ' =
2
z
x2
1 + 2
z
(6-43)
Contoh Perhitungan
VICTOR
38
2R 2 J
z2
6
= 2 0,004
10
= 0,02512(0,36)
= 0,00904
VICTOR
x/z
0
0,5
1,0
2,0
F(x/z)
1
0,48
0
-0,12
Z()
904
433
0
-108
39
Dari uraian-raian dimuka pada tulisan ini dapatlah disimpulkan beberapa hal penting
untuk maksud-maksud penyelidikan dan pengembangan masalah geomagnet antara lain ialah :
-
Semua besaran-besaran fisis yang terlibat pada formula-formula praktis dari penyelidikan
geomagnet akan menjadi indikator dasar dalam pencarian data, pengolahan maupun
interpretasinya.
Penyelidikan geomagnet ini sebenarnya ialah suatu pendataan aspek-aspek magnet dibawah
permukaan yang prinsipnya didasarkan pada prinsip medan potensial.
Penyajian-penyajian model bentuk bahan anomali termaksud diatas adalah bertujuan untuk
membantu pendugaan-pendugaan tentang besaran-besaran fisis maupun geometris anomali
magnetik guna mempermudah interpretasi.
Dalam hal-hal penyelidikan secara praktis, biasanya dicoba-coba bentuk geometris dan
diberlakukan syarat-syarat batas. Hal mana formula-formula umum dapat lebih dibuat
sederhna dan praktis untuk praktek-praktek pengukuran.
Penyajian beberapa model dalam tulisan ini barulah sebagian kecil dari model-model yang
tel;ah ada maupun yang belum ditemukan, dimaksudkan untuk membuka ide pengembangan
dan mempelajari model-model lain yang sesuai dengan masalah-masalah yang timbul dalam
interpretasi geomagnet.
Untuk maksud-maksud interpretasi, apa yang penulis sajikan ini masih jauh dari cukup.
Untuk tujuan interpretasi ini masih harus mempertimbangkan banyak data penunjang antara
lain : peta topografi, peta geologi, dan besaran-besaran fisis magnet yang diperoleh dengan
cara lain.
VICTOR
40