Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latr Belakang
Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain
terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini
muncul
karena
dianggap
metode
tradisional
tidak
tepat
dalam
perusahaan-perusahaan
dunia.
ABC
membantu
perusahaan
untuk
meningkatkan
efesiensi
dan
efektifitas
bisnis,
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Acitivity Based Costing
ABC atau penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas
merupakan sistem informasi tentang pekerjaan (atau kegiatan) yang
mekonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen. Definisi
lain ABC adalah suatu informasi yang dapat menyajikan dan tepat
mengenai pekerjaan(aktivitas) yang menkonsumsi sumber(biaya aktivitas)
untuk mencapai pekerjaan(produk dan pelanggan). ABC dirancang untuk
mengukur harga pokok produk melalui aktivitas-aktivitas. Biaya-biaya
akan diukur dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiap-tiap
produk terhadap aktivitas selama proses produksi, sehingga biaya-biaya
yang timbul masing-masing jenis produk akan terlihat lebih jelas. Sistem
tersebut
menerapkan
konsep-konsep
akutansi
aktivitas
untuk
menghasilkan perhitungsn hsrgs pokok ysng lebih akurat. Hal ini dapt di
pahami dari definisi tersebut.
Activity Based Costing adalah sistem akumulasi alokasi biaya yang
menelusuri biaya-biaya ke produk menurut aktivitas-aktivitas yang
dilakukan terhadap produk, yang dimaksud untuk menghasilkan informasi
biaya bagi keputusan strategis, perancangan dan pengendalian opersional.
Beberapa pengertian sistem Activity based Costing menurut para ahli:
Mulayadi (1993)
"ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang
ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat
bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat
konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk.
Tunggal(1992)
"Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya
produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa
yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga
ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang
pertama."
Activity-Based
Costing
(ABC),
sebagai
sistem
eksistensi
perusahaan,
seperti
pemasaran,
tambah
bagi
konsumen
dapat
dipertimbangkan
oleh
Biaya langsung
Overhead
Biaya
produksi
Tarif absorpsi
Berdasarkan
volume
Absorpsi pada labor / machine hours
Produk
Gambar 1.1 penentuan Biaya Overhead secara tradisional
Sejalan dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya overhead
juga semakin meningkat. Saat ini perusahaan-perusahaan beralih dari karyaa
menjadi padat modal. Tenaga kerja tidak lagi menjadi aktivitas penambah nilai
yangutama pada proses produksi, karena penggunaan tekhnologi ( mesin,
komputer, CNC dan lain-lain) akan mengambil alih tenaga manusia. Peraalihan
inilah yang mengakibatkan presentase biaya overhead produksi naik secara
signifikan.
Biaya Langsung
Overhead
Kelompok biaya
aktivitas
Tarif pemacu
biaya aktivitas
Biaya ditelusur ke konsunsi pemacu
Produk
Gambar 1.2 penentuan biaya Overhead Sistem ABC
Penggunaan sistem biaya tradisional dalam membebankan overhead
produksi menjadi tidak relevan lagi. Seperti kita ketahui bahwa sistem
biaya tradisional menggunakan satu atau dua sistem biaya yang berbasis
unit(unit bed cost driver) sebagai dasar pembebanan biaya.
Menggunakan satu atau dua sistem biaya berbasis unitproduk
untuk membebankan semua biaya overhead produksi akan menciptakan
biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang
(cross subsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya
(overcosting) dan produk yang lain mengalami kekurangan biaya
(undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi
biaya overhead produksi terhadap biaya produksi total. Semakin besar
proporsinya semakin besar ditorsi yang terjadi. Demikian sebaliknya,
inilah yang melandasi dikembangkanya sistem ABC.
D. Pemacu Biaya (Cost driver)
Pemacu biaya adalahpenyebab terjadinya biaya, sedangkan
aktivitas adalah dampaknay. Dalam sistem ABC digunakan beberapa
macam pemacu biaya, sedangkan pada sistem biaya konvesional hanya
digunakan satu pimacu biaya tertentu sebagai basis, misalnya jam orang,
jam mesin, atau rupiah tenaga kerja.
12
13
menentukan
wilayah
untuk
melakukan
perbaikan
operasi,
14
keputusan,
perencanaan
dan
pengendalian
7. didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar
informasi keuangan.
8. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain)untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
I. Dimensi Activity Based Manajemen
ActivityBased Managementmenekankan pada biaya berdasarkan
aktivitas atau Activity-Based Costing(ABC) dan analisis nilai proses. Jadi,
ActivityBased Managementmemiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya
dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).
1. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya
mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini
bertujuan
untuk
memperbaiki
keakuratan
pembebananbiaya.
16
J. Aktivitas
1. Devinisi Aktivitas
Aktivitas adalah perbuatan, tindakan atau pekerjaan spesifik yang
dilakukan dalam suatu organisasi Blocher (2007; 221). Menurut
Supriyono (2002; 77), aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi,
bahan mentah, metode dan lingkungan yang memproduksi produk atau
jasa tertentu. Aktivitas itu menunjukkan apa yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atau organisasi, yaitu cara perusahaan atau organisasi
menggunakan waktu untuk melaksanakan proses untuk menghasilkan
keluaran atau output dari proses dan mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah manusia, perubahan
organisasi
mengakibatkan
perubahan
mengenai
apa
yang
yang
sehingga
konsumen
17
tidak
lagi
membeli
atau
berusaha untuk
18
aktivitas untuk
19
timedibagi
menjadi
empat
komponen,
yaitu:
waktu
melaksanakan
time
studyadalah
stopwatch.
Setelah
Jadi,
idealnya
suatu
perusahaan
harus
berusaha
21
menurunkan
aktivitas
tidak
bernilai
tambahdan
diikuti
oleh
pengurangan biaya.
Sebagai contoh, suatu aktivitas denganMCE sebesar 0.70 berarti
aktivitas tersebut menyerap 70 % aktivitas bernilai tambah dan 30 %
masih mengkonsumsi aktivitas tidak bernilai tambah, ini dapat
dikatakan belum sempurna dan masih dapat ditingkatkan lagi.
M. Sistem Westinghouse
Sistem Westinghousepertama kali diterapkan dan dikembangkan
oleh Westinghouse Electric Corporationpada tahun 1940.
Sistem
dapat
didefinisikan
sebagai
Tabel 2.1
Pembagian kelas-kelas dari faktor Ketrampilan
Kelas
1. Super skill
Ciri-ciri
a. Secara bawaan cocok sekali dengan
pekerjaannya.
b. Bekerja dengan sempurna.
22
c.
sangat baik.
d. Gerakan-gerakannya halus tapi sangat
cepat sehingga sulit untuk diikuti.
e. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda
dengan gerakan-gerakan mesin.
f. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan
ke elemennya lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancar.
g. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan
berpikir dan merencanakan tentang apa yang
dikerjakan (sudah sangat otomatis).
h. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
2. Excellent
skill
terbaik.
a. Percaya pada diri sendiri.
b. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
c. Terlihat telah terlatih baik.
d. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak
melakukan
pengukuran-pengukuran
pemeriksaan-pemeriksaan.
e. Gerakan-gerakan kerjanya
urutan-urutannya
dijalankan
atau
beserta
tanpa
kesalahan.
f. Menggunakan peralatan dengan baik.
g. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan
3. Good skill
mutu.
h. Bekerjanya cepat tetapi halus.
i. Bekerjanya beriramadan terkoordinasi.
a. Kualitas hasil baik.
b. Bekerjanya tampak lebih baik daripada
kebanyakan pekerja umumnya.
c. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada
pekerja lain yang ketrampilannya lebih
rendah.
d. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
e. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
23
4. Average
baik
i. Gerakan-gerakannya cepat.
a. Tampak adanya kepercayaan pada diri
skill
sendiri
b. Gerakan-gerakannya tidak cepat tetapi tidak
lambat.
c. Terlihat adanya pekerjaan perencanaanperencanaan
d. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
e. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan
tidak adanya keragu-raguan.
f. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan
cukup baik.
g. Tampak cukup terlatih dan karenanya
mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
h. Bekerjanya cukup teliti.
5. Fair Skill
Mengenal
peralatan
dan
lingkungan
secukupnya
c. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan
sebelum melakukan gerakan.
d. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang
cukup.
e. Tampaknya seperti tidak cocok dengan
pekerjaannya
tetapi
telah
ditempatkan
24
gerakan-gerakannya.
a. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan
pikiran.
b. Gerakan-gerakannya kaku.
c. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan
gerakan.
d. Seperti tidak terlatih untukpekerjaan yang
bersangkutan.
e. Tidak terlihat adanya kecocokkan dengan
pekerjaannya.
f. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakangerakan kerja.
g. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
h. Tidak ada kepercayaan pada diri sendiri.
i. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
2. Excellent
25
effort
tinggi.
b. Gerakan-gerakannya lebih ekonomis
dari pada operator-operator biasa.
c. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
d. Banyak memberi saran-saran.
e. Menerima saran-saran dan petunjukpetunjuk dengan senang.
f. Percaya kepda kebaikan maksud
pengukuran waktu.
g. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa
hari.
h. Bangga atas kelebihannya.
i. Gerakan-gerakan yang salah sangat
jarang terjadi.
j. Bekerjanya sistematis.
k. Karena lancarnya, perpindahan dari
3. Good effort
4. Average
effort
peralatan.
a. Tidak sebaik good efforttetapi lebih baik
dari poor effort.
b. Bekerja dengan stabil.
c. Menerima saran-saran tetapi tidak
26
melaksanakannya.
d. Set updilaksanakan dengan baik.
e. Melakukan kegiatan-kegiatan
5. Fair effort
perencanaan.
a. Saran-saran perbaikan diterima dengan
kesal.
b. Kadang-kadang perhatian tidak
ditujukan pada pekerjaannya.
c. Kurang sungguh-sungguh.
d. Tidak mengeluarkan tenaga dengan
secukupnya.
e. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara
kerja baku.
f. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu
yang terbaik.
g. Terlihat adanya kecenderungan kurang
6. Poor effort
Ketiga: kondisi kerja. Kondisi kerja yang dimaksud adalah kondisi fisik
lingkungan seperti pencahayaan, tempeatur dan kebisingan ruangan.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good,
27
average, fairdan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap
pekerjaan. Pada dasarnya kondisi yang ideal adalah kondisi yang
memungkinkan kinerja maksimal dari pekerjaan dapat dicapai.
Keempat: konsistensi. Faktor ini perlu diperhatikan karena
kenyataannya bahwa setiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil
yang berbeda-beda. Konsistensi juga dibagi kedalam enam kelas, yaitu
perfect, excellent, good, average, fairdan poor. Seorang operator dikatakan
perfectadalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang dapat
dikatakan tetap.
28
DAFTAR PUSTAKA
Eti Rochaety dan Ratih Tresnati. 2005 Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Kusnadi dkk. 2001. Akuntansi Manajemen (Komprehensif, Tradisional dan
Kontemporer),Malang: Universitas Brawijaya
29
http://d-ekatnadi.blogspot.com/2010/11/makalah-paper-activity-basedcosting.html http://www.aas-sv.com/2013/10/activity-based-costing-abc-dan-justin.html
http://gakmesti.wordpress.com/2009/12/03/activity-based-costing/
http://www.slideshare.net/milatunnikmah/ak-28666360
Sumber : Garison, mowen .2005.
http://naficenna.wordpress.com/2012/08/04/activity-based-management/
Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi Ketiga.
http://d2bnuhatama.blogspot.com/2012/06/activity-based-management-abm.html
30