Anda di halaman 1dari 7

70 Media Bina Ilmiah

menghadapi dampak perubahan iklim pada wilayah


pesisir ditujukan untuk tercapainya pembangunan
berkelanjutan, upaya adaptasi harus disertai upaya
mitigasi karena upaya adaptasi tidak akan dapat
efektif apabila laju perubahan iklim melebihi
kemampuan adaptasi.
Menghadapi perubahan iklim dan bencana yang
mengancam, masyarakat di sekitar pesisir tentunya
mempunyai suatu adaptasi untuk terus bisa
melanjutkan hidupnya ditengah ancaman bencana.
Adaptasi merupakan hasil akhir dari sikap
masyarakat yang muncul berdasarkan persepsi dan
pengetahuan mereka tentang perubahan iklim.
Potensi dan permasalahan yang terdapat di suatu
wilayah penting untuk dikaji lebih lanjut, untuk
itulah perlu diadakan penelitian tentang adanya
indikasi perubahan iklim yang terjadi pada wilayah
pesisir Parangtritis. Hal ini diwujudkan dalam
Kuliah Kerja Lapangan yang mengkaji indikasi
terjadinya perubahan iklim dengan melihat
indikator-indikator pada sektor perikanan, pertanian,
permukiman dan pariwisata sehingga dapat
menentukan bentuk adapatasi dan mitigasi yang
tepat untuk dilakukan pada masing-masing sektor
tersebut pada wilayah pesisir Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

METODE DAN ANALISA DATA


a.

Metode Pengambilan Data


Penelitian ini mengambil lokasi di Desa
Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini
digunakan sebagai daerah studi kasus dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Diindikasikan terkena dampak terjadinya
perubahan iklim
Merupakan kawasan strategis yang menjadi
salah satu kawasan pariwisata unggulan di
Provinsi DIY
Memiliki multisektor yang berkembang, seperti
pertanian, perikanan, permukiman, dan
pariwisata
Memiliki kompleksitas permasalahan yang
perlu ditangani secara komprehensif, baik aspek
abiotik, biotik, dan kultur
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
berupa data primer dan data sekunder. Data tersebut
diharapkan mampu mengambarkan potensi adaptasi
dan mitigasi sektor pertanian, permukiman,
perikanan dan pariwisata terhadap perubahan iklim.
Data sekunder dikumpulkan dari instansi, terdiri
dari:
Data curah hujan 10 tahun terakhir
Kecamatan Kretek Dalam Angka (time series)
_______________________________________________
Volume 7, No. 3, Mei 2013

ISSN No. 1978-3787

Monografi Desa Parangtritis (time series)


Data Pariwisata

Data primer dikumpulkan dengan survey dan


pengukuran selama penelitian berlangsung. Data ini
sifatnya sebagai checking dari data sekunder,
melengkapi, dan mengukur secara sampling. Adapun
data primer yang dikumpulkan dan metode yang
digunakan adalah:
1. Mengidentifikasi tipe kawasan pariwisata di
pesisir pantai melalui pengamatan langsung.
2. Melakukan inventarisasi vegetasi yang ada di
sekitar pesisir melalui pengamatan langsung.
3. Melakukan
indepth
interview
terhadap
pengelola wisata tentang perubahan jumlah
pengunjung dan strategi apa yang dilakukan
untuk menarik pengunjung
4. Melakukan wawancara terhadap pengunjung
tentang pengaruh perubahan iklim terhadap
daya tarik wisata. Metode dilakukan dengan
Rapid Rural Appraisal (RRA) dengan teknik
transect walking, dalam hal ini sampling
didasarkan pada karakteristik objek wisata
pantai (Gambar 3.3). Responden adalah
pengunjung dengan jumlah ditentukan sebesar
10 responden
pada setiap masing-masing
lokasi pengamatan yaitu pada pantai depok,
parangkusumo dan parangtritis yang berjumlah
30 respon secara keseluruhan, dalam hal ini
mengacu pada analisis statistik deskriptif
minimal 20 responden (Singarimbun, dkk,
1986).
b.

Metode Analisa Data


Analisis penelitian secara umum dilakukan
secara deskriptif kualitatif. Adapun jenis analisis
secara khusus terdiri dari:
1. Analisa peta dengan teknik SIG. Analisis ini
dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
wilayah, distribusi spasial dari tipologi wilayah
secara sektoral serta sebaran pengaruh
perubahan iklim.
2. Analisa statistik deskriptif. Analisis ini
dilakukan untuk menampilkan deskripsi
kuantitatif dengan teknik tabel frekuensi, tabel
silang, dan atau grafik.
3. Analisis kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk
menggambarkan bentuk adaptasi dan mitigasi
tiap sektor terhadap dampak perubahan iklim
serta potensi perencanaan ke depan.

PEMBAHASAN
a.

Pengelolaan Wilayah Pesisir


Di Indonesia, Pengelolaan Sumberdaya berbasis
Masyarakat sebenarnya telah di tetapkan dalam
http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787


Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang
menyebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut secara tegas
menginginkan agar pelaksanaan penguasaan negara
atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir
dan lautan diarahkan kepada tercapainya manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
banyak, dan juga harus mampu mewujudkan
keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki
kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desadesa pantai.
Dalam implementasinya, pola pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan yang selama ini
sangat bertentangan dengan apa yang telah
digariskan dalam pasal tersebut. Saat ini pengelolaan
masih bersifat top down, artinya semua kegiatan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai
dari membuat kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan monitoring dilakukan sepenuhnya oleh
pemerintah tanpa melibatkan partisipasi masyarakat
lokal. Sementara itu, jika dilihat karakteristik
wilayah pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya
alam maupun dari masyarakatnya sangat kompleks
dan beragam. Oleh karena itu, dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara
langsung melibatkan masyarakat lokal.
Menurut Harbinson dan Myers dalam bukunya
Manpower and Education : Country Studies in
Economic Development menyatakan bahwa In the
final analysis, the wealth of a country is based upon
its power to develop and to effectively utilize the
innate capacities of its people. Merujuk dari asumsi
tersebut
dalam
rangka
mengantisipasi
penyelenggaraan Otonomi Daerah yang mandiri dan
bertanggung jawab, maka diperlukan masyarakat
yang memiliki kemampuan untuk mendayagunakan
secara efektif kekayaan alam bagi kemakmuran
rakyat. Dalam
kaitan ini, pengembangan
masyarakat pantai merupakan bagian integral dari
pengelolaan sumber pesisir dan laut bagi
kemakmuran masyarakatnya, sehingga perlu
digunakan suatu pendekatan dimana masyarakat
sebagai
obyek
sekaligus
sebagai
subyek
pembangunan.
Strategi pengembangan masyarakat pantai
dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang
bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan
struktural adalah pendekatan makro yang
menekankan pada penataan sistem dan struktur
sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan
peranan instansi yang berwewenang atau organisasi
yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam
hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi
akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya

Media Bina Ilmiah 71


lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang
mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap
awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah
pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini
mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara
mental dalam rangka meningkatkan kemampuan
anggota masyarakat untuk ikut serta dalam
pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua
pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan
dilaksanakan secara integratif.
1. Pendekatan struktural
Sasaran utama pendekatan struktural adalah
tertatanya struktur dan sistem hubungan antara
semua komponen dan sistem kehidupan, baik di
wilayah pesisir dan laut maupun komponen
pendukung yang terkait, termasuk komponen
sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan
aspek struktural, diharapkan masyarakat
mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat
memanfaatkan sumber daya alam secara
berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan
sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut
diharapkan dapat menciptakan peluang bagi
masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber
daya alam dari ancaman yang datang baik dari
dalam maupun dari luar.
2. Pendekatan subyektif
Pendekatan subyektif (non struktural) adalah
pendekatan yang menempatkan manusia sebagai
subyek yang mempunyai keleluasaan untuk
berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya.
Pendekatan
tersebut
berasumsi
bahwa
masyarakat
lokal
dengan
pengetahuan,
keterampilan
dan
kesadarannya
dapat
meningkatkan peranannya dalam perlindungan
sumber daya alam disekitarnya. Karena itu,
salah satu upaya untuk meningkatkan peran
masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber
daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah
dengan
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk
berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya
alam. Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan
garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia
dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam
hal keanekaragaman hayati, serta memiliki
kawasan pesisir yang sangat potensial untuk
berbagai opsi pembangunan. Namun demikian
dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan
di wilayah pesisir, bagi berbagai peruntukan
(pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek
wisata dan lain-lain), maka tekanan ekologis
terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan
laut itu semakin meningkat. Meningkatnya
tekanan ini tentunya akan dapat mengancam

_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 7, No. 3, Mei 2013

72 Media Bina Ilmiah


keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan
sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
yang ada disekitarnya.
Dengan meningkatkan pertumbuhan penduduk
di wilayah pesisir maka kecenderungan kerusakan
lingkungan pesisir dan lautan lebih disebabkan
paradigma dan praktek pembangunan yang selama
ini diterapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development). Cenderung bersifat ekstratif serta
dominasi kepentingan ekonomi pusat lebih
diutamakan daripada ekonomi masyarakat setempat
(pesisir). Seharusnya lebih bersifat partisipatif,
transparan,
dapat
dipertanggung-jawabkan
(accountable), efektif dan efisien, pemerataan serta
mendukung supremasi hukum. Untuk mencapai
tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir secara terpadu dan berkelanjutan, maka perlu
dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan),
mengintegrasikan setiap kepentingan dalam
keseimbangan (proporsionality) antar dimensi
ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu
dan segenap pelaku pembangunan (stakeholders).
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu
adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk
mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara
optimal dan
berkelanjutan. Tujuan akhir dari
Integrated Coastal Zone Management (ICZM)
bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
(economic growth) jangka pendek, melainkan juga
menjamin pertumbuhan
ekonomi yang dapat
dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap
pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara
daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir,
sehingga pembangunan dapat berlangsung secara
lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka
unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan
(integration) dan koordinasi.
Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan
sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1)
pemahaman yang baik tentang proses-proses
alamiah (eko-hidrologis) yang
berlangsung di
kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi
ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan
(3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang
terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan
pesisir. Tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dapat dicapai secara terpadu dan
berkelanjutan
dengan
merumuskan
suatu
pengelolaan (strategic plan), mengintegrasikan
setiap
kepentingan
dalam
keseimbangan
(proporsionality) antar dimensi ekologis, dimensi
sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap
pelaku pembangunan (stakeholders). Pengelolaan
sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki
adanya keberlanjutan (sustainability) dalam
_______________________________________________
Volume 7, No. 3, Mei 2013

ISSN No. 1978-3787


pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan
yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor
pembangunan,
wilayah
pesisir
memiliki
kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan
tantangan. Terdapat beberapa dasar hukum
pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan
Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang
Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990,
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di
Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
b.

Sektor Pariwisata
Studi adaptasi terhadap perubahan
iklim yang berdampak pada aspek sosial pariwisata
diawali dengan memaparkan hasil temuan lapang
yang diperoleh dari pembagian kuesioner dan data
skunder. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut,
diketahui bahwa wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Depok, Parangkusumo, dan Parangtritis
sebagian besar ditujukan untuk menikmati
pemandangan alam (73,3%). Wisatawan pada
wilayah ini angka menunjukkan bahwa keindahan
dan keunikan wisata alam pada wilayah ini masih
menjadi daya tarik utama.
Kunjungan wisatawan pada lokasi ini
didominasi oleh pengunjung yang telah mengenal
wilayah ini dan sering melakukan kunjungan (lebih
dari dua kali). Jumlah pengunjung yang sering
berkunjung pada wilayah ini sebesar 83,3% dan
sebesar 10% pengunjung merupakan pengunjung
yang baru kali itu berkunjung. Angka ini
mengidentifikasikan bahwa atraksi wisata yang
ditawarkan kawasan ini telah memiliki pengunjung
loyal namun masih perlu dilakukan promosi lebih
gencar untuk menarik minat wisatawan.
Peningkatan jumlah wisatawan pada ketiga
lokasi pantai tersebut berkolerasi positif peningkatan
jumlah kunjungan pada pantai lainnya yang terletak
berdekatan dengan lokasi ini, seperti Pantai Samas,
Pantai Pelangi, Parangendog, dan lainnya.
Pernyataan ini didukung oleh data lapang yang
menemukan bahwa sebesar 86,7% pengunjung pada
wilayah ini juga melakukan kunjungan wisata
http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787


terhadap pantai lainnya yang berdekatan.
Pengunjung menyatakan bahwa masing-masing
lokasi wisata memiliki keindahan dan keunikan
atraksi wisata yang ditawarkan.
Berdasarkan data jumlah pengunjung daerah
wisata Pantai Parangtritis yang dikeluarkan oleh
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Pantai Parangtritis
dan sekitarnya mengalami peningkatan di tahun
2006 sampai 2009, tetapi pada tahun 2010 jumlah
pengunjung mengalami penurunan. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh curah hujan
sepanjang tahun yang tinggi di tahun 2010 serta
bencana alam berupa meletusnya Gunung Merapi.
Pada tahun 2011 jumlah pengunjung meningkat lagi
seperti di tahun 2009. Banyaknya kunjungan
wisatawan menyebabkan pantai menjadi lebih padat
dan lebih terlihat kotor karena volume sampah juga
ikut meningkat. Dampak lain yang dirasakan oleh
pengunjung adalah peningkatan jumlah pedagang
pada wilayah ini.

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, 2012

Gambar1. Grafik Jumlah Kunjungan Wisata di


Daerah Parangtritis dan Sekitarnya
Tahun 2006-2011
Pelaku wisata pada pesisir Pantai Parangtritis
umumnya menyatakan bahwa tidak merasakan
dampak dari perubahan iklim yang terjadi pada
kawasan ini. Perubahan iklim dirasakan oleh
wisatawan minat khusus yaitu wisatawan yang
datang untuk melakukan olahraga paralayang dan
paramotor. Menurut Handy, salah satu penggemar
olahraga paralayang, menyatakan bahwa selama 2
tahun terakhir terjadi perubahan pola angin. Sebelum
tahun 2010, kecepatan angin pada bulan Desember
hingga Maret cenderung tenang dan nyaman untuk
melakukan olahraga paralayang. Namun pada dua
tahun terakhir terjadi perubahan pola angin
utamanya pada intensitas, kecepatan, dan arah angin.
Selama dua tahun terakhir, aktifitas paralayang
dipindahkan ke bulan November akhir hingga bulan
April awal.

Media Bina Ilmiah 73


Peranan pariwisata Parangtritis terhadap
pemerintah daerah dan masyarakat setempat adalah
sebagai berikut:
1. Memberi
sumber
pemasukan
terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Bantul.
2. Membuka kesempatan berusaha baik usaha
formal maupun informal bagi masyarakat
setempat maupun penduduk luar desa
Parangtritis. Peluang usaha tersebut antara lain
dibidang
usaha
penginapan/losmen,
rumah/warung makan, usaha penginapan
bersama rumah/warung makan, toko kelontong,
toko souvenir, usaha jasa angkutan wisata
(bendi & kuda), jasa fotografi dan asongan
(makanan, minuman dan kerajinan).
3. Membuka kesempatan kerja dibidang wisata
baik usaha formal maupun informal.
Berdasarkan daerah asalnya ternyata sebagian
besar pemilik usaha asa pelayanan wisata
merupakan penduduk desa Parangtritis. Usaha
jasa pelayanan wisata formal dapat menyerap
tenaga kerja lokal, yang bekerja sebagai
pembantu pada usaha jasa penginapan,
rumah/warung makan dan gabungan usaha
penginapan bersama rumah/warung makan.
Dari seluruh tenaga kerja tersebut 56,7%
merupakan penduduk luar desa Parangtritis dan
43,3% merupakan penduduk Desa Parangtritis.
4. Sebagian responden pemilik usaha jasa
pelayanan
wisata
formal
menyatakan
pendapatannya tetap, 32,2% responden
pendapatannya
meningkat
dan
30,9%
responden pendapatannya menurun.
Pemerintah
kabupaten
Bantul
masih
menjadikan obyek wisata pantai sebagai sumber
andalan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Pemkab menargetkan retribusi pariwisata pada 2012
sebesar Rp 7 miliar atau naik Rp 2 miliar dari tahun
2011. Target Rp 7 miliar itu kebanyakan berasal
dari objek wisata pantai yang masih menjadi tujuan
wisatawan ke Bantul. Pantai Parangtritis, Kuwaru
dan Goa Cemara berturut-turut merupakan tiga besar
objek wisata yang paling banyak menyumbang
pendapatan. Selain ketiga pantai tersebut, Bantul
juga masih memiliki beberapa pantai lain. Seperti
Pantai Depok, Samas atau Pandansimo Baru. Dari
beberapa pantai tersebut, Pantai Parangtritis
menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah
wisatawan, yaitu sebesar 1.338.112 wisatawan,
disusul Pantai Kwaru (270.823 wiatawan), Pantai
Pandansimo (54.628 wisatawan) dan Pantai Samas
(36.456 wisatawan).
Menurut kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Drs. Bambang Legowo, M.Si target
pendapatan retribusi sektor pariwisata tahun 2011
secara umum tercapai dengan prosentase 102 %

_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 7, No. 3, Mei 2013

74 Media Bina Ilmiah


dengan niali nominal Rp. 5.250.000.000. Target
tersebut merupakan target setelah perubahan yang
sebelum perubahan sebesar Rp. 4.650.000.000,-.
Sebagian besar disumbang oleh Obyek Wisata
Pantai Parangtritis sebesar Rp. 4.181.904.000,PENUTUP
a.

Simpulan

Walaupun masyarakat belum menyadari adanya


perubahan yang signifikan terkait perubahan iklim,
namun ternyata sudah ada beberapa upaya yang
dilakukan antara lain :
1. Mitigasi dilakukan untuk mengurangi bahaya
yang dapat ditimbulkan dari sumber bahaya:
Melakukan upaya membuat penghijauan
dengan tujuan menahan hembusan angin
yang membawa pasir kearah pemukiman
dan lahan pertanian.
Upaya sosialisasi bahaya bila melakukan
aktivitas di pantai seperti berenang, akan
adanya gelombang yang besar dan sengatan
ubur-ubur.

2.

Adaptasi
dilakukan
untuk
dapat
menggairahkan minat usaha pariwisata :

Adanya ancaman kenaikan muka air laut


direspon dengan bermukim jauh dari pantai.
Relokasi tempat usaha di sekitar Parangtritis
telah dilakukan untuk menghindari hal
tersebut. Penataan ini juga di imbangi
dengan menjaga kebersihan sekitar objek
wisata.
Melakukan penyesuaian usaha misalnya
diversifikasi usaha atau penggabungan usaha
dan meciptakan jenis usaha yang dapat
menarik minat wisata. Jenis wisata sekarang
tidak hanya wisata alam pantai saja yang
ditawarkan, tetapi telah berkembang seperti:
wisata kuliner, wisata pemandian kolam air
tawar, bendi, motor ATV, dan lain-lain.
Pemanfaatan gumuk pasir untuk sektor
komersial seperti untuk syuting, foto
prewedding dan manasik haji juga
merupakan adaptasi masyarakat pesisir.
Dijumpai juga ada pelaku wisata yang
merangkap sebagai petani.

ISSN No. 1978-3787


perubahan iklim dan bagaimana cara adaptasi
serta mitigasinya.
3. Perlu adanya pemantauan secara berkala
tentang perubahan curah hujan, perubahan pola
angin dan kenaikan muka air laut sebagai
indikator utama perubahan iklim di pesisir
selatan parangtritis.
4. Perlu diciptakan teknologi tepat guna dan murah
namun efektif untuk mengatasi perubahan iklim
yang terjadi, contohnya adalah dengan membuat
kincir angin dari bahan non korosi yang
berfungsi sebagai pengalihan angin dan air.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang lebih
terfokus pada salah salah satu sektor dengan
jumlah koresponden yang lebih banyak dan
instrument penelitian yang lebih akurat serta
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,

2007.
Perubahan
Iklim
dapat
Dikendalikan. Redaksi Buletin TataRuang.

Becken S, John E, Hay. 2007. Tourism and Climate


Change : Risks and Opportunities. Climate
Change, Economies, and Society. UK.
BPS. 2011. Kretek dalam Angka. Koordinator
Statistik Kecamatan Kretek.
Burns, W. C. G. Anthropogenic Carbon Dioxide
Emissions and Ocean Acidification: The
Potential Impacts on Ocean Biodiversity.
Springer Science+Business Media, LLC
Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra
Lingkungan. 2009. Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim. DNPI. Jakarta
Hutabarat J, Diposaptono S. 2008. Strategi Adaptasi
dan Mitigasi Bencana Pesisir Akibat
Perubahan Iklim Terhadap Pesisir dan
Pulau-Pulau
Kecil.
PT.
Sarana
Komunikasi Utama
Kementrian Lingkungan Hidup.2007. Rencana Aksi
Nasional Dalam Menghadapi Perubahan
Iklim.Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.
Kirono

DGC, Hadi MP, Nurjani E. 2004.


Pengembangan
Sistem
Prakiraan
Penyimpangan Musim untuk Peringatan
Dini Bencana Kekeringan dan Banjir di
Indonesia. Laporan Hasil Penelitian Hibah
Bersaing XI. Lembaga Penelitian UGM:
Yogyakarta.

b.

Saran

1.

Perlu adanya koordinasi antara pihak


pemerintah dan masyarakat setempat dalam
pengelolaan parangtritis dan gumuk pasir agar
tetap terjaga dari pengaruh perubahan iklim.
Perlu adanya penyuluhan penyuluhan lebih
lanjut terhadap masyarakat tentang indikator

LIPI. 2012. Adaptasi Mitigasi Masyarakat Pesisir


dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan
Degradasi Sumber Daya Laut, (online),

_______________________________________________
Volume 7, No. 3, Mei 2013

http://www.lpsdimataram.com

2.

ISSN No. 1978-3787


(http://www.pdii.lipi.go.id/read/2012/02/1
5, Diakses tanggal 3 Juli 2012)
Moh. Manshur Hidayat & Surochiem As, Artikel
Maritim
:
Pokok-Pokok
Strategi
Pengembangan Masyarakat Pantai Dalam
Mendorong Kemandirian Daerah. Ridev
Institute Surabaya
Mollah WS dan Cook IM. 1996. Rainfall Variability
and Agriculture in the Semi Arid Tropics
the Northen Teritory, Australia. Research
Paper.
Agricultural
and
Forest
Meteorology Vol. 79, issues 1-2. March
1996 pages 39-60
Monografi Desa Parangtritis. 2009.
Muhammad, Ari. Kebijakan Nasional Perubahan
Iklim; Sinergisitas Rencana Aksi NasionalDaerah. Sekretaris Kelompok Kerja
Adaptasi Dewan Nasional Perubahan
Iklim (DNPI).
Mujiono, A.P. 2009. Jellyfish (Crambionella sp.)
Fisheries Around Cilacap Waters, Central
Java (Cnidaria : Scyphozoa). Oseanologi
dan Limnologi 36 (1) : 37-48
Murdiyarso D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan
Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim.
Kompas. Jakarta.
Pusat

Perencanaan
dan
Pengembangan
Kepariwisataan. 2010. Dampak Perubahan
Iklim
Terhadap
Sektor
Pariwisata,(online),(
http://www.p2par.itb.ac.id

Media Bina Ilmiah 75


Rositasari ,Ricky; Setiawan Wahyu B; Supriadi ,
Indarto H.; Hasanuddin ;Prayuda, Bayu.
2011. Kajian Dan Prediksi Kerentanan
Pesisir Terhadap Perubahan Iklim: Studi
Kasus Di Pesisir Cirebon. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1,
Hal. 52-64
Rokhimin D, 1999. Prosiding : Perencanaan
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu
Berbasis
Masyarakat.
Kerjasama
Direktorat Jenderal Pembengunan Daerah
dengan Coastal Recsources Management
Project (CRMP/CRC-URI). Jakarta.
Rudy C Tarumingkeng. 2001. Pengelolaan Wilayah
Pesisir
Yang
Berkelanjutan
(online),(http://www.hayatiipb.com/users/rudyct/grp_paper01/kel1_01
2.htm, Diakses tanggal 3 Juli 2012)
Susanto, A.S. 1985. Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosial. Bandung: PT. Bina
Cipta.
Tjasyono, HK Bayong. 2004. Klimatologi. Penerbit
ITB: Bandung.
Wicaksono 2009. Pengunjung Glagah Juga
Terserang
Ubur-ubur.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/rea
d/news/2009/09/24/36856.26/1/1010
Widodo, Supriyanto. 1999. Arah Pengembangan
Pariwisata
Berdasarkan
Identifikasi
Karakteristik Wisatawan dan Keinginan
Pengusaha
Pariwisata
[Tesis].
Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 7, No. 3, Mei 2013

76 Media Bina Ilmiah

ISSN No. 1978-3787

KONTRIBUSI MEDIA MASSA DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK

Oleh:
Siluh Putu Damayanti
Dosen PNS dpk pada Akpar Mataram

Abstract: kecenderungan global dalam hal informasi menciptakan interaksi dan interrelasi demikian
pendeknya ,baik hubungan antar manusia maupun antar Negara .Pesan pesan dan nilai nilai apapun yang
terkandung dalam informasi tersebut dapat diserap oleh pemirsa secara langsung dan tidak langsung. Media
massa selain memberi informasi dan hasil budaya ke dalam rumah juga berfungsi sebagai pelengkap dalam
dunia pendidikan.Pro kontra manfaat media massa seperti televisi disatu sisi secara tidak langsung dapat
memberikan informasi dan pengalaman kepada anak terutama pada anak usia dini dan remaja secara fisik
maupun psikhis namun juga menampilkan materi yang isinya tidak bernilai pendidikan seperti yang
mengandung unsur kekerasan ,mistis, konflik terbuka. Kekuatan media televisi dapat menguntungkan tetapi
juga dapat membahayakan rangsangan emosi dalam situasi yang tidak memiliki konsekwensi dengan media
hal ini benar benar dapat menghilangkan kepekaan seseorang. Permasalahannya bagaimana kita menyikapi
dalam menentukan dan memilih media massa ( televisi) sebagai media pendidikan.
Kata kunci : Media massa, pendidikan anak
PENDAHULUAN
Arus informasi yang cepat melalui media massa
berdampak pada aktivitas manusia yang membuat
peradaban berubah menjadi global. Media massa
menjadi sebuah ungkapan yang mengandung
pengertian sebagai sebuah proses penyampaian
berita melalui sarana tehnis untuk kepentingan
umum dengan kelompok sarana yang besar, dimana
penerima dapat merespon
berita yang telah
diterimanya
secara langsung.Ungkapan makna
meliputi kegiatan dalam jangkauan yang tidak
terbatas baik melalui auditif dan visual dan atau
keduanya .
Memasuki abad ke 21 saat ini, masyarakat
dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa dunia telah
diliputi oleh beragam informasi yang masuk dan
keluar demikian bebas dan terbuka seakan akan
wilayah satu dan yang lain tiada sekat.Kecendrungan
global dalam hal informasi ini menciptakan interaksi
dan interelasi demikian pendeknya, baik hubungan
antar manusia maupun antar Negara,arus informasi
yang tersalurkan melalui berbagai
ini dapat
diperoleh atau sampai pada masyarakat demikian
mudah dan cepatnya.Pesan pesan dan nilai nilai
apapun yang terkandung dalam informasi tersebut
dapat diserap oleh pemirsa atau penyimak secara
langsung dan tidak langsung.
Media menghasilkan pengaruh sosial dan
psikologis pada audience/pemirsa ,termasuk
hubungan sosial, hal ini dikemukakan oleh para
pakar komunikasi pada awal kemunculannya ,juga
termasuk hubungan sosial yang khusus serta bentuk
kesadaran dan cara berpikir yang khusus pula
_______________________________________________
Volume 7, No. 3, Mei 2013

dengan isi yang disampaikan dalam keadaan yang


sangat luas.(Luchan,1964)
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang
mulai
digunakan
pada
tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini
sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah
memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap
media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat
dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan
mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat
ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan
dan akses banyak media massa, termasuk bertanya
langsung pada sumber atau ahli dibandingkan
mengandalkan informasi yang mereka dapat dari
media massa tertentu.
PEMBAHASAN
Media massa selain memberi informasi dan
membawa hasil budaya ke dalam rumah , juga
menghibur (Patricia Monks,1989).dengan demikian
media massa dapat berfungsi sebagai pelengkap
dalam dunia pendidikan, lebih khusus lagi pada
dunia pendidikan anak, bagi anak anak yang tidak
mempunyai kesempatan yang sama dalam
pendidikan formal,media massa dapat berperan
sebagai pemberi informasi dan hiburan .media ini
menyajikan hubungan yang sangat penting antara
individu dengan masyarakat.
http://www.lpsdimataram.com

Anda mungkin juga menyukai