Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
:
:
:
:
:
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Osmoregulasi
merupakan
upaya
hewan
air
untuk
mengontrol
jangka
panjang
melibatkan
modifikasi
organ-organ
osmoregulasi seperti insang, intestin, dan ginjal. Level pada jaringan dan
sel, bila ikan berpindah ke lingkungan laut, sel klorida tipe air tawar
hilang, sedangkan sel klorida tipe air laut berdiferensiasi pada insang.
Regulasi ion dan air pada hewan akuatik dapat terjadi secara hipertonik
(hiperosmotik), hipotonik (hipoosmotik) atau isotonik (isoosmotik). Bagi
golongan ikan potradomous yang bersifat hiperosmotik, air bergerak ke dalam dan
ion-ion keluar ke lingkungan perairan melalui cara difusi. Keseimbangan cairan
tubuhnya terjadi melalui cara dengan sedikit meminum air bahkan tidak minum
air sama sekali. Apabila terdapat kelebihan air dalam tubuh, maka air ini
dikeluarkan melalui urin. Bagi golongan ikan oseanodromous yang bersifat
hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmosis dari dalam
tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungannya, sedangkan ion-ion
masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Bagi golongan ikan eurihalin, pengaturan
ion dilakukan secara isoosmotik. Kebanyakan hewan akuatik laut baik
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum osmoregulasi adalah untuk mempelajari osmoregulasi
pada hewan eurihalin (hewan yang mampu hidup dalam perairan dengan salinitas
yang cukup luas) yaitu ikan nila (Oreochromis sp.) serta hewan stenohalin yaitu
ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan kepiting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu benih ikan nila
(Oreochromis sp.), ikan nilem (Osteochilus hasselti), kepiting, air laut 20 liter, air
tawar 20 liter, EDTA, dan kertas label.
II.2
Cara Kerja
Kelompok
X
30
% BLx
60
% BLy
% BLz
1
2
3
4
5
6
1 spasi
Perhitungan (kelompok 5) :
Berat: 0 menit (x) = BL xx 100% =
BLx
III.2 Pembahasan
Menurut Nawangsari (1988), konsentrasi garam yang semakin tinggi akan
menyebabkan air yang terdapat dalam tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan
mengalami dehidrasi dan dapat mengalami kematian. Hal ini seuai dengan
percobaan yang dilakukan, ikan nilem hanya mampu hidup sampai salinitas 15
ppt dan ketika salinitas dinaikkan menjadi 25 ppt, ikan nilem mati. Ikan nilem
tidak dapat lagi mengisotonikkan kondisi tubuhnya dengan lingkungan karena
kadar garam yang terlalu tinggi. Derajat toleransi ikan stenohalin tergantung pada
lamanya hewan tersebut berada di lingkungan itu. Ketahanan ikan air tawar selain
dipengaruhi oleh faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh dan
kondisi lingkungan (Harris, 1992).
Osmoregulasi adalah sejumlah mekanisme yang terlibat untuk mengatur
perbedaan konsentrasi antara intrasel dan ekstrasel (Kashiko, 2000).
Peran
yang
ada
dilingkungannya,
sehingga
hewan
harus
berusaha
kemampuan
osmoregulasinya,
hewan
dikelompokkan
adaptasi yang khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan
ke air tawar, demikian pula sebaliknya. Tekanan osmosis sel-sel tubuh ikan air
tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air dilingkungannya, karena
kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada kadar garam air
lingkungannya. Menurut hukum osmosis, larutan akan berpindah dari yang
bertekanan osmosis rendah (encer) ke larutan yang bertekanan osmosis tinggi
(pekat). Berdasarkan hal tersebut, banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui
selsel tubuh ikan. Cairan tubuhnya harus dijaga agar tetap seimbang, sehingga
ikan tersebut beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak
urine (Soewolo, 1997).
Ikan air laut yang hidup alam lingkungan dengan kadar garam yang lebih
tinggi daripada dalam tubuhnya. Kadar garam antara air laut di suatu tempat dan
tempat lain berbeda. Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih
rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya, sehingga cairan dalam
tubuhnya akan keluar menuju lingkungan yang konsentrasi garamnya lebih tinggi.
Ikan tersebut beradaptasi dengan cara minum air laut melalui difusi untuk
menggantikan air yang hilang dan mengeluarkan urine sangat sedikit (pekat). Hal
itu bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya.
Kelebihan garam dibawa ke insang dimana terdapat sel-sel pensekresi garam yang
mentransport keluar tubuh (Soewolo, 1997) . Menurut Widyanti (2009), habitat
ikan nila adalah perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa,
akan tetapi karena toleransi ikan nila luas terhadap salinitas (euryhaline), dapat
pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila
adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan ikan nila tumbuh optimal
adalah 0-30 ppt. Ikan nila masih bisa hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi
pertumbuhannya lambat.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum dapat disimpulkan bahwa pengaturan ikan
nila (Oreochromis sp.) yang termasuk dalam hewan eurihalin yaitu dengan
banyak minum air sehingga urinnya pekat sedangkan pada ikan nilem
(Osteochilus hasselti) dan kepiting yang termasuk dalam hewan stenohalin
pengaturannya yaitu dengan sedikit minum air sehingga urin yang
dikeluarkan encer.
DAFTAR REFERENSI
Affandi R dan Tang U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press, Pekanbaru.
Harris, C.L. 1992. Concept of Zoology. Harper Collins Publishing Inc, USA.
Karim, Muhammad Yusri . 2007. The Effect of Osmotic at Various Medium
Salinity on Vitality of Female Mud Crab (Scylla olivacea). Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Jurnal Protein
Vol.14.No.1.Th.2007.
Kashiko.2000. Kamus Lengkap Biologi. Kashiko Press : Bandung.
Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. Vol. VI. 1:1-5.
Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Nicol, J. A. C. 1967. The Biology of Marine Animals. 2d ed. Wiley-Interscience,
New York.
Soewolo. 1997. Fisiologi Hewan. UT, Jakarta.
Susilo, Untung dan Sri Sukmaningrum. 2007. Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla
bicolor McClelland pada Media dengan Salinitas Berbeda. Jurnal Sains
Akuatik 10(2) : 111-119.
Takei, Y. and S. Hirose. 2001. The Natriuretis Peptide System in Eel : A Key
Endocrine System For Euryhalinity. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative
Comp Physiol. 282 : 940-951.
Widyanti, Widy. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis niloticus
Yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen pada Pakan Berbasis