Anda di halaman 1dari 17

Praktikum Kimia material

Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

PENGGUNAAN MINERAL CLAY


SEBAGAI BAHAN PEMUCAT MINYAK SAWIT
I. TUJUAN
Mempelajari kemampuan mineral clay dalam proses pemucatan minyak sawit
dan analisis dari minyak yang telah dipucatkan.
II.

TEORI
Mineral clay pada dasarnya adalah suatu bahan alamiah yang terdiri dari
aluminium silikat dengan logam lain berupa SiO 3 , Al2O3 , FeO3 , CaO dan
MgO. Struktur mineral clay terdiri dari octahedral yang tersusun secara unik.
Menurut kejadiannya, mineral clay dapat dibagi atas dua bagian yakni mineral
primer dan mineral clay sekunder.
Mineral clay primer berasal dari pembakaran karang dengan berubah
komposisinya, dan mineral clay sekunder berasal dari proses fisika dan kimia
dari mineral clay primer.
Kemampuan mineral clay sebagai adsorben sangat ditentukan oleh
jenisnya, terutama kandungan SiO3 , Al2O3. Mineral clay berbentuk padatan
dan berpori dengan berongga berukuran molecular mempunyai struktur yang
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai adsorben. Mineral clay
dalam keadaan awal memiliki kemampuan adsorbsi rendah, tetapi bila
diaktifasi dengan asam akan mengaktifkan permukaannya. Mineral clay bila
dikontakkan dengan asam organic akan terjadi penghilangan bermacammacam mineral dan memperbesar pori-pori. Bila mineral tersebut dididihkan
dengan asam sulfat atau dengan asam klorida maka akan terbentuk permukaan
aktif dan dapat berfungsi membuka pori-pori yang sebelumnya tertutup oleh
garam-garam mineral.
Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah
merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen
penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida. Warna pada
minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-warna yang tidak


disukai oleh konsumen. Menurut Ketaren. S, zat warna dalam minyak kelapa
sawit terdiri dari dua golongan yaitu :
1. Zat warna alamiah.
2. Zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah.
Tahap yang terpenting dalam pemurnian minyak nabati adalah
penghilangan bahan-bahan berwarna yang tidak diingini, dan proses ini
umumnya disebut dengan bleaching (pemucatan) atau penghilangan warna
(decolorition). Pada proses netralisasi, beberapa bahan berwarna biasanya
dapat dihilangkan, khususnya bila larutan alkali kuat digunakan, tetapi
beberapa bahan alami yang terlarut dalam minyak (dimana sifatnya sangat
karakteristik), biasanya tidak dapat terlihat sebagai bahan pengotor minyak,
ini hanya dapat dihilangkan dengan perlakuan khusus.
Menurut Andersen, pemucatan minyak sawit dan lemak lainnya yang
telah dikenal antara lain:
1.

Pemucatan dengan adsorbsi; cara ini dilakukan dengan menggunakan


bahan pemucat seperti tanah liat (clay) dan karbon aktif.

2.

Pemucatan dengan oksidasi; oksidasi ini bertujuan untuk merombak zat


warna yang ada pada minyak tanpa menghiraukan kualitas minyak yang
dihasilkan, proses pemucatan ini banyak dikembangkan pada industri
sabun.

3.

Pemucatan dengan panas; pada suhu yang tinggi zat warna akan
mengalami kerusakan, sehingga warna yang dihasilkan akan lebih pucat.
Proses ini selalu disertai dengan kondisi hampa udara.

4.

Pemucatan

dengan

hidrogenasi.

Hidrogenasi

bertujuan

untuk

menjenuhkan ikatan rangkap yang ada pada minyak tetapi ikatan rangkap
yang ada pada rantai karbon kerotena akan terisi atom H. Karotena yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat.
Minyak sawit merupakan salah satu minyak yang sulit dipucatkan
karena mengandung pigmen karotena yang tinggi sedangkan minyak biji-

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

bijian lainnya agak mudah karena zat warna yang dikandungnya sedikit. Oleh
sebab itu, minyak sawit dipucatkan dengan kombinasi antara adsorben dengan
pemanasan, minyak yang dihasilkan dengan cara ini memenuhi sebagai lemak
pangan.
Cara pemucatan minyak kelapa sawit yang umum dikembangkan ialah
kombinasi pemucatan adsorben dengan pemucatan panas. Dasar pemilihan
tentang cara pemucatan tergantung pada faktor warna, kehilangan minyak,
kualitas minyak dan biaya pengolahan.
Penggunaan adsorben serta panas yang digunakan dalam proses
pemucatan ini tidaklah selalu sama untuk semua pabrik pengolahan minyak
kelapa sawit, tetapi tergantung pads kondisi minyak kelapa sawit, proses
pabrik tertentu serta sifat adsorben yang digunakan, umumnya & penggunaan
ada Sorben adalah (1-5)% dari berat minyak dengan pemanasan 120 C
selama 1 jam.
Adsorben yang sering digunakan adalah tanah pemucat dan karbon
aktif. Karbon aktif sangat baik digunakan sebagai adsorben pada larutan yang
mengandung gugus karboksil, phenol, karbonil, normal lakton dan Asam
karboksilat anhidrida, sehingga sesuai digunakan pada minyak yang banyak
mengandung klorofil dan tokoferol. Percampuran Bleaching Earth dan karbon
aktif dengan perbandingan 1: 25 ternyata menaikkan kemampuan daya
pemucatan dibandingkan bila Bleaching Earth dan karbon aktif digunakan
secara sendiri-sendiri.
Pemucatan dengan menggunakan tanah pemucat prinsipnya adalah
pemucatan dengan adsorbsi. Adsorbsi merupakan peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorbsi atau adsorben. Ditinjau dari bahan yang
teradsorbsi dan bahan pengadsorben adalah dua fasa yang berbeda, oleb sebab
itu dalam peristiwa adsorbsi, meteri teradsorpsi akan terkumpul antar muka
kedua fasa tersebut.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Peristiwa adsorbsi pada prinsipnya adalah netralisasi gaya tarik yang


keluar dari suatu permukaan. Gaya tarik enter molekul pada permukaan dan
dengan yang berada pada bahagian dalam suatu material adalah tidak sama.
Molekul pada permukaan cenderung menarik molekul disekitarnya, maka
molekul pada permukaan akan saling terikat lebih kuat satu sama lain, dan
dapat menekan molekul dibawah permukaan, sehingga muncullah pengertian
tegangan permukaan.
Pendapat tentang mekanisme adsorbsi zat warna pada proses
pemucatan minyak kelapa sawit masih terdapat kesimpang siuran, sebagian
pendapat bahwa gejala tersebut adalah peristiwa kimia dan yang lain
menyatakan hal itu adalah peristiwa fisika, akan tetapi disimpulkan sebagai
affinitas/permukaan terhadap substrat.
Pada adsorbsi fisika terjadi proses cepat dan setimbang (reveraibel)
sedangkan adsorbsi kimia berlangsung lambal tetapi ireversibel. Perbedaan
antara adsorbsi kimia dengan adsorbsi fisika kadang-kadang tidak jelas dan
banyak prinsip-prinsip adsorbsi fisika berlaku juga pada adsorbsi kimia.
Gaya-gaya yang terlibat pada proses adsorbsi antara lain gaya tarik
Van der Walls yang non polar, pembentukan ion hidrogen, gaya penukaran ion
dan pembentukan ikatan kovalen.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

III.

PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
Lumpang

Gelas ukur

Erlenmeyer

Kolom

Beaker gelas

Spektronik UV

Oven

Neraca analitik

Pipet

Pengayak

Bahan :
Mineral clay

KOH alkoholik

Minyak sawit

Asam asetat

Alcohol netral 95 %

Chloroform

KOH 0,1 N

KI

Indicator PP

Indicator kanji/amilum

HCl

Natrium tiosulfat

3.2 Cara Kerja


Perlakuan terhadap mineral clay yang tidak diaktifasi
1. Sampel tanah liat, dikeringkan dan dihaluskan.
2. Tanah liat yang dihaluskan, ditimbang sebanyak 2,5 g.
3. Masukkan kedalam kolom.
4. 7,5 ml minyak sawit dilewatkan ke dalam kolom.
5. Tampung minyak dari kolom dan ukur serapan pada 269 nm dan 444
nm
6. Tentukan angka DOBI dan tentukan angka asam, bilangan
penyabunan dan bilangan peroksida.
Perlakuan terhadap clay yang telah diaktifasi
1. Sampel tanah liat, dikeringkan dan dihaluskan.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

2. Timbang 10 gram mineral clay yang telah dihaluskan, tambahkan


H2SO4 dan HCl pekat (1 : 1) sampai terlihat sampel mineral clay
dalam bentuk kering.
3. Sampel dicuci dengan air bebas mineral (aquadest) sampai bebas
sulfat.
4. Keringkan dalam oven pada suhu 105C simpan dalam desikator.
5. Tanah liat yang diaktifasi, ditimbang sebanyak 2,5 gram.
6. Masukkan ke dalam kolom.
7. Tampung minyak daro kolom dan ukur serapan pada 269 nm dan 444
nm.
8.

Tentukan angka DOBI dan tentukan angka asam, bilangan


penyabunan dan bilangan peroksida.

Perlakuan angka asam lemak bebas


1. 5 gram minyak ditambah 35 ml alcohol netral 95 %
2. Panaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan ditutup
dengan pendingin tegak.
3. Setelah didinginkan titrasi dengan KOH 0,1 N
4. Tambahkan indikator PP sampai timbul warna merah jambu yang tidak
hilang lagi dengan pengocokan.
Penentuan angka penyabunan
1. 2 gram minyak ditambah dengan 25 ml KOH 0,5 N alkoholik
masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Tutup dengan pendingin balik dan didihkan sampel minyak
tersabunkan secara sempurna ditandai dengan tidak adanya butir-butir
minyak didalam larutan.
3. Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan
menggunakan indikator PP.
4. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah jambu.
5. Lakukan titrasi untuk blanko.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Penentuan angka peroksida minyak


1. 5 gram minyak ditambah dengan 30 ml campuran ( 20 ml asam asetat
+ 55 ml kloroform + 25 ml alcohol)
2. Tambahkan 1 gram KI dan ditutup dengan plastic hitam dan dishaker
selama 30 menit.
3. Setelah itu ditambahkan 50 ml aquadest yang telah dididihkan.
4. Titrasi dengan natrium thiosulfat 0,002 N sampai larutan berwarna
kuning pucat.
5. Tambahkan indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai hilang warna
biru.
6. Lakukan hal yang sama untuk blanko.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

3.3 Skema Kerja


Perlakuan terhadap mineral clay yang tidak diaktifasi
Sampel Tanah Liat
-

Keringkan, haluskan, diayak

2,5 g tanah liat halus


-

Masukkan dalam kolom

Lewatkan 7,5 mL minyak sawit

Tampung minyak

Ukur serapan pada 269 nm dan 444 nm

Tentukan nilai DOBI

Tentukan angka asam, bilangan penyabunan dan bilangan

Minyak

peroksida.
Perlakuan terhadap mineral clay yang diaktifasi
10 g mineral clay halus
-

Tambahkan H2SO4 : HCl = 1 : 1

Sampel clay dalam bentuk kering


-

Cuci dengan air bebas mineral/aquadest

Sampel clay bebas sulfat


-

Keringkan pada suhu 105C, simpan dalam desikator.

Tanah liat yang telah diaktifasi 2,5 g


-

Masukkan dalam kolom + minyak sawit

Tampung, ukur serapan pada 269 nm dan 444 nm

Hitung angka DOBI, angka asam, bilangan penyabunan dan

Minyak

bilangan peroksida.

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Penentuan angka asam lemak bebas


10 g minyak + 50 ml alcohol netral 95 %
-

Panaskan 10 menit pada penangas air, aduk, tutup dengan


pendingin tegak.

Campuran dingin
-

Titrasi dengan KOH 0,1 N + indikator PP

Warna pink yang permanen


Penentuan angka penyabunan
2 g minyak + 25 ml KOH 0,5 N alkoholik
-

Masukkan pada Erlenmeyer, tutup dengan pendingin balik,


didihkan sampai tersabunkan, dinginkan.

Larutan
-

Titrasi dengan HCl 0,5 N + indicator PP

Timbul warna pink


-

Lakukan juga pada blanko (titrasi)

Penentuan angka peroksida minyak


3 g minyak + 30 ml campuran (20 ml asam asetat + 55 ml chloroform
+ 25 ml alcohol)
-

Tambah 1 g KI, tutup dengan plastik hitam, shaker selama 30


menit.

Tambah 50 ml aquadest mendidih.

Campuran
-

Titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,002 N

Larutan berwarna kuning


-

Tambah indikator kanji, titrasi sampai hilang warna biru

Lakukan hal yang sama pada blanko

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

3.4 Skema Alat


Proses pemucatan

Proses Pendidihan

Proses Titrasi

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

IV. DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Data dan perhitungan
a. Untuk angka asam lemak bebas

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Massa minyak

N KOH

= 0,1 N

V KOH

= 0,9 N

=5g

Perhitungan:
Angka asam lemak bebas
=
Massa minyak
= 0,9 ml x 0,1 N x 0,205 g/mol x 100 %
5g
= 0,369
b. Untuk angka penyabunan
-

Massa minyak

= 2,05 g

V. HCl blanko

= 20,3 ml

V. HCl sampel

= 7,6 ml

Angka penyabunan:
=
Massa minyak
= ( 20,3 7,6 ) ml x 0,5 N x 56,1 g/mmol
2,05 g
= 173,77
c. Untuk angka peroksida
-

Massa minyak

N natrium tiosulfat = 0,002 N

V. tio sampel

= 20,2 ml

V.tio blanko

= 0 ml

= 5,1 g

Angka peroksida :
=
Massa minyak

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

= ( 20,2 0 ) ml x 0,002 N x 8 mg/mmol x 100


5,1 g
= 6,34

4.2 Pembahasan

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Objek kali ini, dilakukan penentuan dari asam lemak bebas, angka
penyabunan dan angka peroksida dari minyak sawit yang telah
dipucatkan oleh mineral clay yang belum diaktifasi.
Angka asam lemak bebas adalah jumlah asam lemak bebas yang
ada dalam minyak. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka
semakin rendah mutu minyak dan semakin tinggi tingkat oksidasi
minyak. Disini asam lemak bebas dinyatakan banyak KOH yang
dibutuhkan untuk terbentuknya asam lemak bebas. Biasanya sesuai
standar SNI sekitar 5 %. Jika melebihi standar, berarti minyak yang
dihasilkan kurang baik, karena kandungan asam lemak yang tinggi dan
kolesterol yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Pada percobaan yang telah
kami lakukan didapatkan hasil angka asam lemak bebas = 0,369 %. Hal
ini menunjukkan kandungan asam lemak dalam sampel minyak sawit
sangat rendah sangat baik untuk digunakan.
Angka penyabunan merupakan bilangan yang menyatakan
banyaknya alkali yang dibutuhkan agar semua pengotor tersabunkan.
Pada percobaan ini digunakan KOH alkoholik sebagai pelarut yang
melarutkan KOH dengan minyak. Semakin tinggi angka penyabunan,
semakin bagus kualitas minyak karena sedikit minyak yang teroksidasi.
Angka penyabunan yang kami dapatkan 173,77. Hal ini menunjukkan
minyak sawit yang kami gunakan sebagai sampel memiliki kualitas yang
bagus dengan ditunjukkan angka penyabunan yang besar.
Angka peroksida menunjukkan seberapa besar minyak yang
teroksidasi. Semakin banyak oksigen yang dihasilkan. Angka peroksida
yang kami dapatkan adalah 6,34. Angka peroksida merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas suatu minyak.
Semakin kecil angka peroksida, maka kualitas minyak akan semakin
bagus. Angka peroksida menunjukkan tingkat kerusakan minyak,
sehingga dapat diketahui bahwa minyak tersebut layak dikonsumsi atau
tidak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah mutu
minyak dan semakin tinggi tingkat oksidasi minyak.
2. Angka asam lemak bebas hasil percobaan = 0,369 %
3. Semakin tinggi angka penyabunan, semakin bagus kualitas minyak
karena sedikit yang teroksidasi.
4. Angka penyabunan dari percobaan = 173,77
5. Angka peroksida dari percobaan = 6,34
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan halhal berikut, agar hasil yang didapatkan lebih baik, antara lain:
1. Memahami prinsip dan prosedur kerja
2. Teliti dalam mengambil zat-zat yang digunakan.
3. Cermat dan teliti dalam mentitrasi, karena berpengaruh terhadap nilai
angka asam lemak bebas, angka penyabunan dan angka peroksida.
4. Sambil menunggu minyak yang dipucatkan terlebih dahulu kerjakan
blanko untuk efisiensi waktu.

JAWABAN PERTANYAAN

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

1.

Proses yang terjadi pada pemucatan minyak :


a. Pemucatan dengan panas
Mempunyai kelemahan karena suhu lebih kurang 240C minyak cenderung
mudah teroksidasi, selain itu timbul pembentukan gugus gabungan asam
lemak dengan karoten yang sulit dihilangkan dengan panas dan dapat
menimbulkan warna kuning coklat.
b. Pemucatan dengan tanah pemucat
Dapat menyebabkan kehilangan minyak lebih kurang 30 % dari bahan
adsorben yang digunakan, dan tergantung kepada filter press yang
digunakan.

2.

3.

Selain dengan oksida Al senyawa penyusun clay diaktifkan :


-

Fe2O3

CaO

MgO
Yang akan terjadi jika mineral clay diaktifkan :

Mineral clay akan mengaktifkan permukaannya dimana bila mineral clay


dikontakkan dengan asam organik akan terjadi penghilangan bermacammacam mineral dan memperbesar pori-pori dan apabila dididihkan akan
terbentuk permukaan aktif yang dapat berfungsi membuka pori-pori yang
sebelumnya tertutup oleh garam-garam mineral sehingga clay dapat digunakan
sebagai adsorben dengan kemampuan absorben tinggi.
4.

Pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang 269 nm dan 444


nm, karena pada panjang gelombang tersebut sangat aktif digunakan untuk
adsorbsi.

DAFTAR PUSTAKA

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Praktikum Kimia material


Semester Genap
Tahun Akademik 2010/2011

Christion, G and Nikon,V. 2000. Calcium Carbonat Phase Analysis Using XRD
and FT Raman Spectroscopy. The Royal Society of Chemistry.
Skoog , D.A.1985. Principle of Instrumental Analysis. 3rd Ed. USA: Sounders
College Publishing
West , R. 1984. Solid State Chemistry and Application. USA: John Wiley & Son
Inc:

Penggunaan Mineral Clay sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit

Anda mungkin juga menyukai