Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Referat ini. Referat yang berjudul
Visum et repertum.
Saya
mengucapkan
terimakasih
yang
sebesar-besarnya
kepada
pembimbing saya, dr. Arwan dan dr. Surjit Singh MBBS, SpF, DFM yang telah
memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian referat ini.
Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya
yang telah turut membantu dalam pembuatan referat. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
et repertum. Akan tetapi jumlah dokter forensik tidaklah sebanding dengan jumlah
penduduk dan luas wilayah di Indonesia, sehingga ada daerah yang terdapat
dokter spesialis forensik dan ada yang tidak terdapat dokter spesialis forensik.
Bagi daerah tertentu karena secara geografis tidak memungkinkan dan
sangat jauh letaknya dan belum ada dokter ahli forensik maupun jauh dari
laboratorium forensic seperti misalnya; Laboratorium Forensik Kepolisian,
Laboratorium Kesehatan (Dinas Kesehatan atau Rumah Sakit), Laboratorium
Forensik Fakultas Kedokteran, maka visum et repertum dari dokter (umum) atau
dokter bukan ahli sebagai pemeriksaan luka, pemeriksaan mayat kecuali autopsy
yang hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli forensik. Oleh karena itu dokter
umum bisa dimintai membuat visum et repertum.
Keterbatasan dokter spesialis forensik di Indonesia memberikan pengaruh
terhadap dokter umum dimana pada saat terdapat permintaan visum dan di
instansi tersebut hanya terdapat dokter umum, maka dokter umum berkewajiban
untuk membuatnya. Sebenarnya semua dokter forensik dan medikolegal dimana
di dalamnya terdapat visum et repertum. Jadi diperlukan keberanian, ketelitian dan
kesungguhan dari para dokter itu sendiri untuk melakukan pemeriksaan dan
diberikan dalam bentuk visum et repertum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Visum et repertum
Visum et repertum berasal dari bahasa latin yaitu visum = visa yang berarti
dilihat dan repertum = repere yang berarti ditemukan atau didapati, sehingga
terjemahan langsung dari visum et repertum adalah yang dilihat dan
ditemukan. Jadi visum et repertum adalah keterangan tertulis dari seorang
dokter (dalam kapasitasnya sebagai ahli) atas permintaan resmi dari penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik
hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia,
berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. 2
Dalam undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan
langsung tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran Negara )
tahun 1937 No. 350 yang menyatakan :
Pasal 1 :
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang
diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun di
Indonesia, merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana,
selama visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat
dan ditemui oleh dokter pada benda yang diperiksa2.
Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas
sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan
pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat
mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan
bahasa Indonesia.3
untuk
ringan
adalah
penganiayaan
yang
tidak
maut.
Yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu
untuk menjalankan tugas atau pekerjaan.
Yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera
Yang menimbulkan cacat berat
Yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh
Terganggunya daya pikir selama 4 minggu atau lebih
Terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Namun demikian pada saat pemeriksaan pertama kali
kepada
dokter
adalah
kasus
dugaan
adanya
dilakukan
dengan
siapa
melakukan
perbuatan
yang
tidak
2. Visum jenazah
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam (autopsi)
Dalam KUHAP pasal 134 terlihat bahwa pemeriksaan
mayat untuk kepentingan peradilan dapat dilakukan melalui
pemeriksaan luar saja dan hanya bila perlu dilakukan
pemeriksaan bedah mayat.
KUHAP pasal 134
Dalam pasal ini dijelaskan :
segera
melaksanakan
ketentuan
sebagaimana
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1), dibuat atas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah :
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau
yang dialaminya dan tegas tentang keterangan itu.
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
tatalaksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan
bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya.
Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari
alat pembuktian yang lain.
Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu1:
-
1. PEMBUKAAN
Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum
et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
4. PENUTUP
-
umur,
bangsa,
alamat,
pekerjaan,
kapan
dilakukan
fisik
maupun
pemeriksaan
laboratorium
dan
Syarat pembuat:
Seperti yang tercantum didalam KUHAP pasal 133 ayat (1), telah
ditentukan bahwa yang berhak membuat visum et repertum adalah :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya
Ketentuan tersebut diatas tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya,
sebab untuk korban yang menyangkut :
-
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter
untuk membuat VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui
korban atau keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
7.
8.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter
untuk membuat VeR jenazah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6.
7.
8.
dan jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang
mengantar korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR
kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi
40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
- Fotografi forensik
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi,
mikrobiologi)
Pencabutan SPVR
autopsi
untuk
kepentingan
penyidik,
kalau
perlu
Contoh Visum
Binjai, 16 februari 2015
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. /TUM/VER/II/2015
Yang bertandatangan di bawah ini, Pandu Mahesa, dokter spesialis forensik pada
RSUD dr. djoelham kota binjai, atas permintaan dari kepolisian sektor binjai
dengan suratnya nomor B/37/VeR/II/Reskrim tertanggal 16 februari 2015 maka
dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal enam belas februari tahun dua ribu
lima belas pukul Sembilan lewat lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat.
Bertempat di RSUD dr. djoelham kota binjai, telah melakukan pemeriksaan
korban dengan nomor registrasi 123456 yang menurut surat tersebut adalah:
Nama
: xxxx
Umur
: 34 tahun
: xxxx
Agama
: xxxx
Alamat
: xxxx
HASIL PEMERIKSAAN:
1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit
sedang. Korban mengeluh sakit kepala dan sempat pingsan setelah
kejadian pemukulan pada kepala
2. Pada korban ditemukan
a. Pada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan
belakang, empat senti meter diatas batas dasar tulang, terdapat luka
terbuka, tepi tidak rata, dinding luka kotor, sudut luka tumpul,
berukuran tiga senti meter kali satu senti meter, disekitarnya dikelilingi
benjolan berukuran empat sentimeter kali empat senti meter
b. Pada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka terbuka
tepi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit,dinding kotor, sudut tumpul,
berukuran dua senti meter kali setengah sentimeter dasar otot.
c. Lengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah pada
pertengahan serta nyeri pada penekanan.
d. Korban dirujuk ke dokter syaraf dan pada pemeriksaan didapatkan
adanya cedera kepala ringan.
3. Pemeriksaan foto Rontgen kepala posisi depan dan samping tidak
menunjukkan adanya patah tulang. Pemeriksaan foto rontgen lengan
atas kiri menunjukkan adanya patah tulang lengan atas pada
pertengahan.
4. Terhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan
pengobatan.
5. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol seminggu lagi.
KESIMPULAN :
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh empat tahun ini ditemukan
cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang kepala kiri dan dagu serta patah
tulang tertutup pada lengan atas kiri akibat kekerasan tumpul. Cedera tersebut
telah mengakibatkan penyakit / halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan/pencaharian untuk sementara waktu. Demikianlah visum et repetum ini
dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya,
mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Dokter Pemeriksa
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA