Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Disusun Oleh:
Tiur Lasma Juwita
0561050104
Elisabeth.C.Manurung
0961050024
Yefti Caroline
0961050025
Stefani Larasati
0961050028
Priskila Kristiawan
0961050034
HALAMAN JUDUL
Dosen Penguji : dr. Intarniati, Sp.F
Residen Pembimbing : dr. Abdul Hakim
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
DAN STUDI MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP. DR. KARIADI SEMARANG
Periode 09 Juni 2014 5 Juli 2014
LEMBAR PENGESAHAN
NIM
0561050104
2. Elisabeth.C.Manurung
0961050024
3. Yefti Caroline
0961050025
4. Stefani Larasati
0961050028
5. Priskila Kristiawan
0961050034
HALAMAN JUDUL
Fakultas
Kedokteran Umum
Universitas
Universitas Diponegoro
Bagian
Dosen Penguji
Residen Pembimbing
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Residen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah, rahmat, dan
karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat dalam judul ASFIKSIA
AUTOEROTIK.
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas dalam menempuh
ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Intarniati., Sp.F
selaku penguji di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan dr. Abdul
Hakim sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaganya.
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, mengingat
kererbatasan penyusun. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan dalam penulisan di waktu mendatang.
Harapan kami semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar isi
iv
Daftar Tabel
vi
Daftar Gambar
vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asfiksia
2
3
3
10
12
14
16
19
20
3.1 Kesimpulan
20
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23
DAFTAR TABEL
11
13
DAFTAR GAMBAR
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asfiksia autoerotik merupakan salah satu fenomena yang sering dijelaskan dalam
literatur medis, terutama dalam bidang kedokteran forensik. Perilaku ini merupakan salah
satu gangguan mental non psikotik, dimana pelaku melakukan tindakan aneh yang tidak
biasa, yang diperlukan untuk memenuhi kepuasan seksual yang dilakukan terus-menerus dan
berulang kali tanpa sadar. DSM-IV memiliki kriteria untuk mendiagnosa kondisi di praktisi
yang masih hidup sama seperti memeriksa masokisme seksual: Perilaku yang dihasilkan dari
fantasi intens dan berulang atau dorongan seksual selama setidaknya enam bulan harus
menyebabkan stres klinis yang signifikan dan / atau penurunan nilai (sosial, pekerjaan,
lainnya)1
Asfiksia autoerotik dapat ditemukan pada semua ras di seluruh dunia dan di setiap
jenjang status sosial ekonomi. Hampir semua kasus yang dilaporkan dari kejadian tersebut
adalah laki-laki dan biasanya korban meninggal sebagian besar berusia di bawah empat puluh
tahun.Akan tetapi biasanya korban adalah remaja atau dewasa muda dengan kelompok usia
yang paling sering adalah usia 12 sampai 25 tahun. Laki-laki paling sering ditemukan,
terutama laki-laki kulit putih, sedangkan wanita lebih jarang. Di Amerika Serikat saja
didapatkan 250 sampai 500 kasus kematian autoerotik setiap tahunnya. Estimasi rasio
perbandingan pria-wanita adalah sekitar 25-50 : 1. Adapun kurangnya korban wanita
disebabkan karena wanita kurang aktif pada masalah seksual. Kebanyakan korban adalah
kaum homoseksual, seorang heteroseksual, penyendiri, biasanya berstatus lajang.2
1.2
Perumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan asfiksia autoerotik
b. Bagaimana cara mengidentifikasi korban kematian karena asfiksia autoerotik
1.3
Tujuan
a. Mengetaui tentang asfiksia autoerotik
b.
1.4 Manfaat
Menambahpengetahuan dan wawasan tentang asfiksia autoerotik serta bagaimana cara
mengidentifikasi korban kematian karena asfiksia autoerotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Asfiksia
Etiologi Anoksia
Anoksia berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :4
1. Anoksiaanoksik, keadaan dimana oksigen tidak dapat mencapai jaringan tubuh
1. Strangulasi
Strangulasi merupakan cara stimulasi yang paling sering, dimana terjadi keadaan
penyempitan suatu saluran sehingga menyebabkan gangguan. Jenis strangulasi dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a)
Gantung (hanging)
Yang disebut peristiwa gantung (hanging) adalah peristiwa di mana seluruh
atau sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh sesuatu
benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali) sehingga
daerah tersebut mengalami tekanan.
Dengan definisi seperti itu berarti pada peristiwa gantung tidak harus seluruh
tubuh berada di atas lantai, sebab dengan tekanan berkekuatan 10 pon pada leher
sudah cukup untuk menghentikan aliran darah di daerah itu. Oleh sebab itu tindakan
gantung diri dapat dilakukan dengan sebagian tubuh tetap berada di lantai.
Ada 2 jenis Penggantungan, yaitu : 4
a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe , yaitu:
1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai.
2. Sebagian Tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung,
misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan
posisi lain.
b. Dari letak simpul dibedakan menjadi 2 tipe , yaitu:
1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, tali berjalan simetris di samping
leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri
karotis paling besar pada tipe ini. karotis dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat,
korban segera tidak sadar.
2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring
(fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri
Ciri-ciri yang dapat dilihat pada jenazah akibat gantung diri yang sebagian
tubuhnya menyentuh lantai agak berbeda dengan ciri-ciri peristiwa gantung yang
seluruh tubuhnya berada di atas lantai, yaitu:
- Jejas gantung tidak begitu nyata.
- Letak jejas gantung di leher lebih rendah.
- Arah jejas gantung lebih mendekati horisontal.
- Karena efek tali hanya menekan vena maka tanda-tanda lain yang dapat dilihat
adalah muka menjadi sembab, warna merah kebiruan dan ditemukan bintik-bintik
perdarahan.
Penyebab Kematian
-
Kematian yang terjadi pada peristiwa gantung dapat disebabkan oleh karena:
Asfiksia.
Gangguan sirkulasi darah ke otak.
Syok karena vagal reflex.
Kerusakan medulla spinalis akibat dislokasi dari sendi atlantoaxial, misalnya pada
pelaksanaan hukum gantung (judicial hanging). Tanda-tanda yang dapat dilihat
pada tubuh jenazah dengan sendirinya tergantung dari penyebab kematiannya.
juga
di
pangkal
tenggorokan
dan
oesophagus.
Tanda-tanda
pembendungan seperti pada keadaan asfiksia yang lain juga didapati. Yang khas
disini adalah adanya perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika
intima dari arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.
Tanda-tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali
bila dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda-tanda di leher tetap menjadi petunjuk
yang baik.6
b.
sendiri, maka pada jeratan dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada
kedua ujungnya. Dengan kekuatan tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas
dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering disilangkan dan sering juga dijumpai adanya
simpul. Jeratan pada bagian depan leher hampir selalu melewati membrana yang
menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan thyroid.
Sebab Kematian
1)
2)
3)
4)
c.
pembunuhan. Memang dapat disebabkan kecelakaan (misalnya pada latihan bela diri
atau pembuatan film), tetapi sangat jarang sekali.
Pada pembunuhan, cekikan dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau
kedua tangan. Kadang-kadang digunakan lengan bawah untuk membantu menekan
leher dari samping.
Penyebab kematian dari peristiwa pencekikan dengan tangan ialah:
yang
telah
disebutkan
di
atas
adalah
tertutup
sehingga
proses
pernafasan
tidak
4. Penyumpalan ( choking/gaging )
Yaitu jika terdapat benda asing di dalam saluran pernafasan. Misalnya biji kopi. Hal
ini lebih sering akibat kecelakaan, yaitu karena adanya makanan, tulang, biji-bijian
atau cairan yang diaspirasi dari saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia
parsial.
5. Tenggelam ( drowning )
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh
ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara
langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan
mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu
peristiwa pembunuhan. Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan
apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda
kekerasan dan sebab kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan
petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang
ditemukan pada korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam.
Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih hidup saat
tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme, perdarahan
pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air)
pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak paltouf di permukaan paru,
berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan diatome, adanya tanda
asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass.Sedangkan tanda pasti mati akibat
tenggelam ada lima yaitu terdapat tanda asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah
paru, bercak paltouf di permukaan paru, berat jenis darah yang berbeda antara jantung
kiri dan kanan dan mushroom-like mass
6. Crush asfiksia
Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan jarang sekali merupakan upaya
pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka akan tampak tanda-tanda perlawanan.
Penekanan pada dada akan disertai dengan cedera dada dan fraktur tulang iga.
Fase Dyspneu, pada stadium ini gerakan pernapasan menjadi lebih cepat dan berat,
denyut nadi lebih cepat, tekanan darah naik serta sianosis terutama pada muka dan
tangan. Gejala-gejala tersebut terjadi akibat rangsangan pusat pernapasan di medula
oleh karena kurangnya oksigen pada sel darah merah disertai penumpukan kadar CO2.
Pada fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit. Fase ini terjadi
akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya kadar
karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada
pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar.Nadi
b.
c.
sadar dan dalam keadaan ini dapat terjadi pengeluaran urin, sperma ataupun feses
d.
2.2
Asfiksia Autoerotik
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O 2)
dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan
karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan
kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.4
Autoerotisme adalah perilaku menstimulasi diri sendiri secara seksual. Istilah ini
pertama kali dipopulerkan oleh seksologis asal Inggris Havelock Ellis, yang mendefinisikan
autoerotisme sebagai Suatu fenomena munculnya rangsangan seksual secara spontan yang
dipicu oleh tidak adanya rangsangan dari luar baik secara langsung maupun tidak langsung
dari orang lain. Praktek autoerotik yang paling sering adalah masturbasi, dan kedua istilah ini
( autoerotisme dan masturbasi )sering dianggap sinonim, meski masturbasi dapat dilakukan
berpasangan.7
Kematian autoerotik didefenisikan sebagai suatu kematian yang tidak disengaja
(Accidental) yang dilakukan bukan untuk menyakiti diri sendiri akan tetapi untuk mencapai
kepuasan seksual yang dilakukan oleh karena adanya suatu kelainan paraphilia baik letal
maupun non-letal,dilakukan dengan cara pengantungan, penjeratan, plastik-bag asphixation,
elektrofilia, dan anestesiofilia, dimana pada saat terjadi hipoksia dapat meningkatkan
kepuasan seksual pada korban. Beberapa respon fisiologis terhadap penurunan oksigen ke
tubuh dan otak dapat menyebabkan daya tarik aktivitas seksual yang berbahaya.Ketika arteri
karotis yang dikompresi, seperti dalam pencekikan atau menggantung, dapat menyebabkan
kekurangan oksigen ke otak atau hipoksia dan terjadi peningkatan karbon dioksida
sehinggamenimbulkan perasaan pusing, kepala ringan, dan halusinasi pikiran, yang semuanya
akan meningkatkan sensasi masturbasi.Dan kematian autoerotik biasanya disebabkan oleh
gagalnya penyelamatan diri sendiri pada saat korban melakukan perangsangan seksual yang
tidak lazim ini.Pada hampir semua kasus, paling sering dialami oleh usia dewasa
pertengahan.8
Korban biasanya menggunakan peralatan yang dapat menstimulasi rasa sakit, dengan
benda-benda pornografi dan adanya bukti trans fetihisme seperti menggunakan pakaian
wanita.Untuk menyingkirkan kemungkinan bunuh diri atau pembunuhan, penyidik harus
memeriksa tempat kejadian perkara dan menemukan bukti-bukti sebelum memastikan
kematian tersebuat adalah suatu kematian autoerotik.Lokasi yang dipilih pelaku biasanya
tempat yang sunyi, dan seringkali disertai bukti perilaku autoerotik yang berulang.Bekas tali,
utamanya pada kasus penjeratan leher, selalu ditemukan abrasi atau memar.
a.
Parafilia dapat dibagi menjadi parafilia letal dan non-letal. Parafilia non-lethal dapat
dijabarkan menjadi 8 tipe kelainan:
satu alat kelamin kepada seseorang yang tidak dikenal atau bisa juga memperlihatkan
alat kelamin di tempat umum atau dilihat oleh orang yang tidak dikenal.
2. Fetihisme : menggunakan suatu objekatau suatu benda untuk menimbulkan
rangsangan seksual. Partialisme mengacu pada fetihisme yang menggunakan salah
satu bagian dari tubuhnya (selain alat kelamin) untuk menimbulkan rangsangan
seksual.
3. Frotteurisme : perilaku berulang-ulang dengan menyentuh atau menggosokkan pada
orang yang tidak melakukan perlawanan.
4. Pedophilia : kelainan psikologi dimana orang dewasa mendapatkan kepuasan seksual
dengan melakukannya pada anak-anak atau dapat juga dikategorikan sebagai
kekerasan seksual pada anak.
5. Masokisme : perilaku dimana ada keinginan untuk disakiti, dipukul atau apapun yang
dapat membuatnya menderita untuk mencapai kepuasan seksual.
6. Sadisme : perilaku dimana timbul keinginan untuk menyakiti ataupun menimbulkan
rasa sakit pada orang lain untuk menimbulkan kepuasan seksual.
7. Transver fetihisme : kebiasaan menggunakan pakaian dari lawan jenisnya.
8. Voyerisme : perilaku dimana suka melihat atau mengintip seseorang yang sedang
telanjang, atau mengintip suatu aktivitas seksual.
Parafilia lethal merupakan penyebab paling sering pada kematian autoerotik, dibagi menjadi:
Jenis parafilia
Sexual asphixophilia
Penggantungan, pencekikan
Ikatan yang kuat (membungkus badan seperti kepompong)
Masker muka dengan memakai suatu bahan kimia
Memakai penutup plastic
Penyumbatan mulut
Kompresi dada
Penenggelaman
Nitrat Oxide
Ketamine
Ether
Kloroform dan zat-zat halogenik
Bahan-bahan yang disemprotkanseperti bensin, metana,
Sexual anesthesiophilia
Sexual electrophilia
Sexual masochisme
sesuatu
untuk
menimbulkan
nyeri
Kegiatan autoerotik dilakukan bukan untuk menyakiti diri sendiri akan tetapi untuk
mencapai kepuasan seksual yang dilakukan oleh karena adanya suatu kelainan paraphilia baik
letal maupun non-letal,dilakukan dengan cara pengantungan, penjeratan, plastik-bag
asphixation, elektrofilia, dan anestesiofilia, dimana pada saat terjadi hipoksia diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan seksual pada korban.
Mekanisme dasar dari asfiksia autoerotik adalah menginduksi hipoksia serebral yang
bertujuan untuk merangsangsemihalusinogenik dan derajat euphoria sehingga meningkatkan
kepuasan seksual.Cara yang paling cepat menyebabkan hipoksia serebral adalah
penggantungan (hanging).Hal ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dalam waktu
kurang dari 10 detik dengan penekanan seberat 7 pon pada arteri karotis.Nervus vagus
memainkan peran utama batang otak ke seluruh organ utama. Tekanan di atasnya dapat
memperlambat detak jantung dan bahkan berhenti sama sekali. Korban biasanya memakai
bantalan berupa handuk atau syal untuk menghindari terbentuknya bekas lecet.
Terjadinya tekanan pada vena jugularis akibat penggantungan juga bisa menyebabkan
kematian korban. Seperti yang diketahui, vena jugularis membawa darah dari otak ke jantung
untuk sirkulasi. Tekanan ini seolah-olah membuat jalan yang dilewati darah untuk kembali ke
jantung dari otak tersumbat. Obstruksi total maupun parsial secara perlahan-lahan dapat
menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak. Darah tetap mengalir dari jantung ke otak
tetapi darah dari otak tidak bisa mengalir keluar. Akhirnya, terjadilah penumpukan darah di
pembuluh darah otak. Keadaan ini menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang dan
korban seterusnya tidak sadarkan diri. Kemudian, terjadilah depresi pusat nafas dan korban
mati akibat asfiksia. Tekanan yang diperlukan untuk terjadinya mekanisme ini tidak penting
tetapi durasi lamanya tekanan diberikan pada leher oleh tali yang menggantung korban yang
menyebabkan mekanisme tersebut. Ketidaksadaran korban mengambil waktu yang lama
sebelum terjadinya depresi pusat nafas. Secara keseluruhan, mekanisme ini tidak
menyakitkan sehingga disalahgunakan untuk memuaskan nafsu seksual (autoerotic sexual
asphyxia).
Penurunan kesadaran sebagai akibat sekunder dari hipoksia serebral dapat
menyebabkan kehilangan keseimbangan, ketidakmampuan mengontrol posisi, dan pada
akhirnya penurunan kesadaran.Selain itu, penekanan yang sangat kuat pada arteri karotis
bilateral dapat menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba.Hipoksia menyebabkan
perubahan awal pada pusat daerah inhibitor seksual di hipokampus dan sistem limbik.
Sementara neuron simpatis terlibat dalam proses ereksi penis dan ejakulasi yang diaktifkan
melalui mekanisme mekanik, kimia, stimulasi listrik.
Selain gantung ( hanging ), asfiksia autoerotik dapat distimulasi dengan cara ikatan
yang kuat ( membungkus badan seperti kepompong ), masker muka dengan menggunakan
suatu bahan kimia, memakai penutu plastik, penyumbatan mulut, kompresi dada dan
penenggelaman.
Penjelasan
Daerah
terpencil,
atau
terisolasi,
yang
2.
Posisi Tubuh
3.
berdiri.
Peralatan atau benda-benda yang berpotensi letal
digunakan dalam aktivitas autoerotik untuk
meningkatkan kepuasan baik fisik maupun
psikologik,
dan
berpotensi
menyababkan
kematian.
4.
5.
Pengikatan
6.
Perilaku Masokistik
7.
Pakaian
autoerotik.
Korban dapat
berpakaian
fetihistik,
yaitu
pula
mengenakan
pakaian
wanita
8.
Lapisan pelindung
9.
Paraphernalia seksual
handuk.
Bukti adanya aktifitas autoerotik berulang.
Penyidik di tempat kejadian perkara juga harus waspada terhadap kemungkinan telah
disingkirkannya barang bukti berupa pakaian wanita atau benda lainnya oleh keluarga untuk
mengaburkan cara kematian, untuk menghindari stigma sosial.
Perlu diingat bahwa tidak semua kriteria yang disebutkan harus didapatkan. Setidaknya
karakteristik berikut wajib untuk ditemukan:
1). Keinginan menjaga privasi
2). Bukti adanya aktivitas seksual sendiri
3). Bukti praktek autoerotik berulang
4). Tidak ada bukti keinginan bunuh diri.
2.3
Dari semua cara kematian akibat asfiksia autoerotik yang paling sering ditemukan adalah
asfiksia sebagai akibat dari penggantungan (hanging).Hanging adalah suatu keadaan dimana
terjadi konstriksi dari leher oleh alat penggantung yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh
atau sebagian.Alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga
terjadi konstriksi pada leher. Penyebab kematian akibat hanging adalah asfiksia, iskemik otak,
reflek vagus dan kerusakan medulla oblaongata.
Tanda penggantungan pada leher. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh dokter, dan
keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi :
a. Jejas gantungnya jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan jika
menggunakan tali yang besar. Bila alat penggantung mempunyai permukaan yang luas, yang
berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tetapi cukup menekan pembuluh balik,
maka muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna merah kebiruan dan
lidah atau air liur dapat keluar tergantung dari letak alat penjerat. Jika permukaan alat
penjerat kecil, yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan dapat menekan baik
pembuluh balik maupun pembuluh nadi; maka korban tampak pucat dan tidak ada penonjolan
dari mata.
b. Alur gantung : bentuk jejasnya berjalan miring (oblik atau berbentuk V) pada bagian depan
leher, dimulai pada leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan
miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak
jelas pada bagian belakang.
c. Tanda penggantungan atau jejas gantung yang sebenarnya luka lecet akibat tekanan alat
jerat yang berwarna merah kecoklatan atau coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan
berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda
parchmentisasi, dan sering ditemukan adanya vesikel pada tepi jejas jerat tersebut dan tidak
jarang jejas jerat membentuk cetakan sesuai bentuk permukaan dari alat jerat.
d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit dibagian bawah telinga, tampak
daerah segitiga pada kulit dibawah telinga.
e. Pinggiran berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi disekitarnya.
f. Jumlah tanda penjeratan. Kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau lebih bekas
penjeratan.Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak 2 kali.
Karena asfiksia merupakan mekanisme kematian dari hanging, maka secara
menyeluruh untuk semua kasus akan ditemukan tanda-tanda umum yang hampir sama,yaitu:5
2)
Mata menonjol keluar; oleh karena pecahnya oleh bendungan kepala, dimana vena-
5)
posisi tergantung
8) Buih halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya fenomena
9)
Organ dalam tubuh lebih gelap dan lebih berat serta pada pengirisan banyak
2)
3)
mengeluarkan darah
Tanda bendungan pembuluh darah otak
Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih cair karena fibrinolisin darah
yang meningkat pasca kematian.
4)
Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah
pars diafragmatika da fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah
5)
Contoh kasus
Seorang bintang kungfu, David Carradine ditemukan tergantung di kamar mandi dalam suite
mewahnya di salah satu hotel di Bangkok, Thailand, pada 4 Juni 2009. Saat ditemukan, leher
Carradine terikat tali yang tersambung ke alat kelaminnya.Keluarga kemudian menyewa ahli
patologis forensik yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Dr Michael Baden untuk
menyelidiki penyebab kematian Carradine.Dari hasil otopsi di duga dia meninggal karena
asfiksia autoerotik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kematian autoerotik didefinisikan sebagai suatu kematian yang tidak disengaja
(Accidental) yang dilakukan bukan untuk menyakiti diri sendiri akan tetapi untuk mencapai
kepuasan seksual yang dilakukan oleh karena adanya suatu kelainan paraphilia baik letal
maupun non-letal,dilakukan dengan cara pengantungan, penjeratan, plastik-bag asphixation,
elektrofilia, dan anestesiofilia, dimana pada saat terjadi hipoksia dapat meningkatkan
kepuasan seksual pada korban.
Kematian akibat asfiksia autoerotik yang paling sering adalah akibat strangulasi,
sehingga pada pemeriksaan post mortem didapatkan tanda-tanda mati lemas dan tanda-tanda
strangulasi.
Kematian akibat asfiksia autoerotik yang paling sering adalah akibat hanging, ciri-ciri
hanging pada asfiksia autoerotik adalah:
a.
Tempat privasi.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
f.
b.
Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak terputus, mendatar, dan letaknya di bagian
tengah leher, karena usaha pelaku pembunuhan untuk membuat simpul tali
c.
Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian depan leher dan simpul tali tersebut
terikat kuat
d.
- Simpul mati : Bila dilonggarkan maksimal, apakah dapat melewati kepala. Bila dapat
biasanya bunuh diri.
e.
Arah serabut tali penggantung: arah serabut tali tidak menuju korban mengarah
g.
h.
i.
Mayat ditemukan tergantungpada tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang
k.
3.2
Saran
Dari uraian di atas, jika mendapatkan kasus korban gantung diri, di harapkan dokter
dapat gambaran post mertem pada asfiksia autoerotik dan dapat membedakan korban gantung
karena pembunuhan, bunuh diri, atau karena kegiatan autoerotik (asfiksia autoerotik ).
DAFTAR PUSTAKA