HIDROLOGI LINGKUNGAN
Oleh:
Kelompok IV
Anggota:
SUCI WULANDARI
(1210941001)
AUFA RAHMATIKA
(1210941003)
ANNISA DWINTA
(1210941009)
FITRIA MARCHELLY
(1210942001)
NABILAH FRIMELI
(1210942017)
Dosen:
Dewi Fitria, PhD
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi Lingkungan dengan topik Run off, air
tanah dan aplikasi terhadap teknik lingkungan. Selain itu tujuan dari penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang bagaimana proses-proses
operasi per unit yang terjadi pada pengolahan air minum maupun air buangan .
Dalam makalah ini disajikan tentang pengertian pengadukan, macammacam pengadukan berdasarkan kecepatan dan metodologi yang dipakai, dan
bagaimana tingkat pengadukan pada setiap unit operasi yang dipakai dalam air
buangan dan air minum
Kami berharap sebagai penulis makalah ini bisa kami jadikan sebagai
sarana untuk kami menambah wawasan tentang keberadaan air dan sifat-sifatnya
dilingkungan sekitar, dan tentunya kami berharap makalah ini bisa bermanfaat
bagi pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995). Aliran
Setelah proses hidrologi diatas tercapai dan air hujan masih berlebih, baik
hujan masih berlangsung atau tidak, maka aliran permukaan akan terjadi.
Selanjutnya aliran permukaan ini akan menuju saluran-saluran dan akhirnya
menuju sungai sebelum mencapai danau atau laut.
Hasil aliran permukaan suatu DAS biasanya disajikan dalam bentuk grafik
yang menggambarkan fenomena aliran tinggi muka air, debit, kecepatan dan
waktunya yang disebut hidrograf. (Soemarto, 1987)
Hidrograf adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara debit
dengan waktu. Berdasakan pemisahan komponen-komponen hidrograf, untuk
menentukan besarnya banjir di dalam sungai, perlu diketahui besarnya aliran
langsung (direct runoff) yang disebabkan oleh hujan. Hidrograf tersebut dipisah
menjadi dua bagian, yaitu : Aliran langsung (direct runoff) atau aliran hujan yaitu
aliran permukaan sungai (channel precipitation), dan aliran bawah tanah
(interflow), aliran air tanah atau aliran dasar (base flow). Pemisahan aliran dasar
dari hidrograf diperlukan untuk memperoleh hidrograf aliran langsung (Soemarto,
1987).
Bagian penting dari air larian dalam kaitannya dengan rancang bangun pengendali
air larian adalah besarnya debit puncak, Q (peak flow atau debit air yang tertinggi)
dan waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Curah
hujan yang jatuh terlebih dahulu memenuhi a ir untuk evaporasi, intersepsi,
infiltrasi, dan mengisi cekungan tanah baru kemudian air larian berlangsung
ketika curah hujan melampaui laju infiltrasi ke dalam tanah. Bagian penting dari
air larian dalam kaitannya dengan rancang bangun pengendali air larian adalah
besarnya debit puncak, Q (peak flow atau debit air yang tertinggi) dan waktu
tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Curah hujan yang
jatuh terlebih dahulu memenuhi a ir untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi, dan
mengisi cekungan tanah baru kemudian air larian berlangsung ketika curah hujan
melampaui laju infiltrasi ke dalam tanah. Semakin lama dan semakin tinggi
intensitas hujan akan menghasilkan air larian semakin besar. Namun intensitas
hujan yang terlalu tinggi dapat menghancurkan agregat tanah sehingga akan
menutupi pori -pori tanah akibatnya menurunkan kapasitas infiltrasi. Volume air
larian akan lebih besar pada hujan yang intensif dan tersebar mera ta di seluruh
wilayah DAS dari pada hujan tidak merata, apalagi kurang intensif. Disamping
itu, faktor lain yang mempengaruhi volume air larian adalah bentuk dan ukuran
DAS, topografi, geologi dan tataguna lahan. Kerapatan daerah aliran (drainase)
mempengaruhi kecepatan air larian. Kerapatan daerah aliran adalah jumlah dari
semua saluran air/sungai (km) dibagi luas DAS (km2). Makin tinggi kerapatan
daerah aliran makin besar kecepatan air larian sehingga debit puncak tercapai
dalam waktu yang cepat. Vegetasi dapat menghalangi jalannya air larian dan
memperbesar jumlah air infiltrasi dan masuk ke dalam tanah.
Perhitungan Koefisien Runoff
Koefisien Air Larian
Koefisien air larian (C) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara
besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan. (dalam suatu DAS)
atau
dimana:
di = Jumlah hari dalam bulan ke-i
Q = Debit rata-rata bulanan (m3/detik) dan 86400 = jumlah detik dalam 24 jam.
P = Curah hujan rata-rata setahun (m/tahun)
A = Luas DAS (m2)
Misalnya C untuk hutan adalah 0,1 arti nya 10% dari total curah hujan akan
menjadi air larian. Angka C ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan
apakah suatu DAS telah mengalami gangguan fisik. Nilai C yang besar berarti
sebagian besar air hujan menjadi air larian, maka ancaman erosi dan banjir akan
besar. Besaran nilai C akan berbeda -beda tergantung dari tofografi dan
penggunaan lahan. Semakin curam kelerengan lahan semakin besar nilai C lahan
tersebut. Nilai C pada berbagai topografi dan penggunaan lahan bisa dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai C pada berbagai topografi dan penggunaan lahan
Kondisi daerah
Nilai C
0.75 0.90
Pegunungan tersier
0.70 0.80
0.50 0.75
0.45 0.60
0.70 0.80
0.75 0.85
0.45 0.75
0.50 0.75
Suatu daerah dengan luas 250 ha memiliki koefisien runoff (C=0,35), intensitas
hujan terbesar (ip= 0,75 mm/jam). Hitung debit air larian puncak (m3/dt) ?
Pemecahan :
Qp = 0,0028 C ip A
= 0,0028 . 0,35 . 0,75 . 250 m3/dt
= 0.18 m3/dt
2. Perhitungan P, Q dan C
Tabel 4.2. Perhitungan jumlah air yang mengalir melalui outlet dengan ukuran
DAS (200 ha)
Bulan
Debit rata-rata
Jumlah
Total debit
Curah
Q (m3/dt)
Hari (d)
d x 86400 x Q
Hujan
(m3)
(mm)
Januari
0,15
31
401760
369
Pebruari
0,10
28
241920
291
Maret
0,08
31
214272
289
April
0,06
30
155520
271
Mei
0,05
31
133920
188
Juni
0,05
30
129600
132
Juli
0,02
31
53568
132
Agustus
0,01
31
26784
67
September
0,04
30
103680
78
Oktober
0,06
31
160704
144
Nopember
0,08
30
207360
226
Desember
0,21
31
562464
355
Total setahun =
2.391.552
2.542
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan
Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai.
daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya,
daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah
daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan. Daerah pantai terdapat cukup
luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau
Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu
terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir,
kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung. Kondisi air tanah pada lapisan
tersebut semuanya dalam keadaan tertekan , mempunyai potensi yang umumnya
besar, namun masih bergantung pada luas dan penyebaran lapisan batuan dan
selalu mendapat ancaman interusi air laut, apabila pengambilan air tanah
berlebihan. Dataran antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung, Garut,
Madiun , Kediri, Nganjuk, dan Bondowoso, daerah ini sebagian besar dibatasi
oleh kaki gunung api. Lapisan batuan terdiri atas bahan klastika hasil rombakan
batuan gunung api sekitarnya. Pengertian susunan litologi dari butir kasar ke halus
membentuk suatu kondisi air tanah tertekan, cekungan air tanah antar gunung
mempunyai potensi yang cukup besar. Beberapa bentuk lahan asal fluvial adalah
sebagai berikut : (1) Kipas Alluvial (Alluvial fan); (2) Crevasse-Splays; (3)
Tanggul alam (Natural lever); (4) Poin bar; (5) Dataran banjir; (6) Cekungan
fluvial (Flood plain); (7) Teras Alluvial; (8) Delta Volume air tanah dalam dataran
alluvial di tentukan oleh tebal dan penyebaran permeabilitas dari akifer yang
terbentuk dalam aluvium dan dilluvium yang mengendap dalam dataran. Apabila
suatu daerah materi penyusunnya atas materi halus (liat/berdebu) umumnya
permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah yang tersusun atas pasir dan
kerikil permeabilitasnya besar. Air tanah yang mengendap di dataran banjir
ditambah langsung dari peresapan air susupan. Permukaan air tanahnya dangkal
sehingga pengambilan air dapat dengan sumur dangkal. Dataran alluvial unsurunsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3, Ca, Mg, Si, dan Fe. Kelebihan
Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine), pembusukan organik dari hasil
reduksi nitrat yang ada disekitar air tanah (Karmono dan Joko Cahyo, 1978:11).
Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor alam juga sebagai aktivitas manusia
disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang
dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut
dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah
tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang
menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan
tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di
atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan
tekanan udara luar. Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i)
kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun
demikaian sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat beragam
dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya
(ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat
mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas
hingga ribuan km2 atau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap
permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah dangkal (phreatic), umumnya
berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat
permukaan hingga kedalaman tergantung kesepakatan 15 sampai 40 m. (ii) air
tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan
dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah
dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam
dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya. Sebaran akuifer
serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif
pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang
mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air
tanah.
(3) Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah
Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik
/daerah imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga
membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan
tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali
secara alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona
jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer. Oleh sebab itu,
kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah
sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan. Saat ini di
daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat
intensif, seperti di Jakarta,
Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam (piezometic
head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic head).
Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah dalam
memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic
head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika
jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah
rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus
serta pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang
tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo
tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian
disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air tanah
terjadi.
(4) Mutu Air Tanah
Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara
alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan
yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah
manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air
tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll Air tanah dangkal rawan
(vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun
karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat
pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer,
besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta
batuan penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air
tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air
tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di
daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa
bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (water born diseases).