Bab I Laporan Kasus
Bab I Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. IO
Umur
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Tanggal lahir
: 10 Agustus 2010
Tanggal masuk
: 25 Agustus 2014
No.CM
: 064232
DPJP
: Nyeri Perut
Mimisan (+)
1
2
-
Riwayat Kejang
: Disangkal
Riwayat Trauma
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Operasi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Keganasan
: Disangkal
ANC
NC : Pasien anak kedua dari dua bersaudara, lahir cukup bulan 39 minggu,
BBL 3000 gram, lahir langsung menangis, panjang dan lingkar kepala lupa,
ditolong oleh bidan melewati pervaginam tanpa penyulit.
PNC
Riwayat Nutrisi
Pasien diberi ASI eksklusif selama 4 bulan, lalu diberi susu formula merek
SGM diselingi susu ASI sampai umur 13 bulan. MPASI berupa bubur tim
diberikan sejak umur 7 bulan. Pola makan 3x sehari
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengakui imunisasi lengkap, pemberian imunisasi di puskesmas,
namun lupa nama imunisasi yang diberikan.
I.2.2. PEMERIKSAAN (Obyektif)
Tanggal 25 Agustus 2014
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Nadi
RR
: 36x/menit, reguler
BB : 13 Kg
TB : 98 cm
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Cor
- Inspeksi
- Palpasi
Pulmo
- Inspeksi
subcotal (-)
- Palpasi
- Perkusi
Abdomen
- Inspeksi
: timpani (+).
Hasil
Nilai rujukan
Darah rutin
Hemoglobin
3.5 (L)
12.5 - 15.5
Lekosit
130.3 (H)
5 13
Eritrosit
0.35 (L)
4.1 5.3
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
3.7 (L)
21 (L)
105.7 (H)
100 (H)
36 44
150 400
73 89
24 30
94.6 (H)
12.2
50.7 (H)
31.4(H)
48.2 (H)
32-36
10-16
2.0 8.0
0 - 0.8
24
MCHC
RDW
Limfosit
Monosit
Granulosit
1.2.3 RESUME
5
Pasien An. IO umur 13 tahun datang dengan keluhan nyeri pada seluruh bagian
perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), keluhan muncul semakin
lama semakin terasa sakit, tidak ada faktor memperberat dan memperingan, dan
perut pasien semakin menegang dan membesar. Keluhan disertai muntah darah
bergumpal sudah 5x SMRS dan BAB lembek warna kehitaman sudah 1x SMRS,
sedikit sesak, dan demam terus menerus 1 hari SMRS, membaik jika diberi obat
parasetamol, memburuk jika minum es. Keluhan tersebut terjadi secara bersamaan.
Keluhan juga disertai batuk pilek, muntah darah dan mimisan 1 jam SMRS.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak pucat dan lemas,
respirasi 36x/menit (takipneu), nadi 144x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
status gizi baik, conjungtiva anemis, tampak secret darah pada cavum nasi, abdomen
terlihat cembung dan tegang, hepar membesar 3 cm dibawah arcus costae, lien teraba
pada schufner III. Capillary refill >2 detik. Dari pemeriksaan darah rutin hampir
semua menunjukan hasil abnormal.
I.2.4. ASSESMENT
1. Akut limfoblastik Leukemia (ALL) dd/ akut myeloblastik leukemia
(AML)
2. Syok Hipovolemik
3. Anemia Heart Desease
4. Gizi Normal
I.2.5. PLANNING
1. Farmakologi
-
2. Non Farmakologi
-
6
-
Pasang NGT
Puasa
3. Usul Pemeriksaan
-
X-Foto Thorax AP
Keluhan
Penatalaksanaan
Demam, disertai mimisan
Inj, farmadol 13cc
Kesadaran menurun, disertai mulut mengatup - Terapi lanjut
23.55
kaku
- pasien tidak bernapas
- Motivasi keluarga
- RJP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Leukemia adalah penyakit neoplasmik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari selsel hematopoietic. Sedangkan leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan
klonal dari sel-sel prekursor limfoid.
B. Etiologi
Walaupun sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
a.
Faktor genetik
Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali
lipat lebih banyak dari pada normal. Dengan kata lain bahwa kelainan pada
kromosom 21 dapat meningkatkan risiko terkena leukemia akut.
b.
Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi desertai
manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia
(misalnya, benzen, arsen, klorampenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik)
dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat, khususnya agen-agen akil. Leukemia
juga meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau kemoterapi.
c.
Virus
Ada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa virus sebagai penyebab
leukemia antaralain: enzyme reverse transcriptase ditenukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui, enzim ini ditemukan didalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan
leukemia pada binatang.
8
Klasifikasi leukemia akut menurut the French-American-British (FAB) Sbb:
Leukemia limfoblastik akut :
L-1
L-1
heterogen
L-3
M-2
Deferensiasi
granulositik
disertai
pematangan
menjadi
stadium
promielositik
M-3
M-4
M-7
Leukemia megakariosit
Leukemia dibagi menurut jenisnya kedalam limfoid dan mieloid. Masing-masing ada
yang akut dan kronik. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah sebagai
berikut:
I.
Leukemia mieloid
a.
9
membesar pada 90 % kasus yang mengakibatkan penuh pda abdomen dan
mudah merasa kenyang. Angka harapan hidup mediannya sekitar 3 tahun, baik
dengan pengobatan maupun tanpa pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi
intermiten ditujukan pada penekanan hematopoesis yang berlebihan dan
mengurangi ukuran limpa, berbagai penderita berkembang menjadi lebih
progresif, fase resisten disertai dengan pembentukan mieloblas yang
berlebihan (tansformasi blas).
b.
disertai
menggigil,
demam,
takikardia,
dan
takipnea.
Leukemia limfoid
a.
10
b.
Umur
Leukemia akut
Semua umur
Leukemia kronis
Dewasa
Onset penyakit
Tiba-tiba
Perlahan
Perjalanan penyakit
<6 bulan
26 tahun
Sel leukemia
Sel matang
Anemia, trombositopenia
Menonjol
Ringan
Jumlah leukosit
Bervariasi
Meningkat
Pembesaran kelenjar
Ringan
Jelas
Pembesaran limpa
Ringan
Jelas
D. Manifestasi Klinis
Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis
menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel
leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan
kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan dengan
anemia, infeksi, dan perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada
separuh pasien LLA, sedangkan gejala perdarahan yang berat jarang terjadi
(Mansjoer, 2000).
Gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan, antara lain: (Sudoyo, 2007)
1. Anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada)
2. Anoreksia
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia)
4. Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme)
5. Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. Penyebab yang
paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan bakteri gram negatif usus,
serta berbagai spesies jamur
11
6. Perdarahan kulit, gusi, saluran cerna, hematuria, perdarahan, perdarahan otak
7. Hepatospleenomegali
8. Limfadenopati
9. Massa di mediastinum (sering pada LLA sel T)
10. Leukemia sistem saraf pusat (nyeri kepala, muntah, perubahan dalam status
mental, kelumpuhan saraf otak terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik
fokal)
11. Keterlibatan organ lain (testis, retina, kulit, pleura, perikardium, tonsil)
E. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk konfirmasi diagnostik LLA,
klasifikasi prognostik dan perencanaan terapi yang tepat, yaitu: (Sudoyo, 2007) :
1. Hitung darah lengkap dan apus darah tepi
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat diagnosis.
Hiperleukositosis (>100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15% pasien dan dapat
melebihi 200.000/mm3. Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia.
Proporsi sel blas pada hitung leukosit bervariasi dari 0-100%. Kira-kira sepertiga
pasien mempunyai hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3.
2. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang (Bone Marrow Aspiration)
Spesimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis histologi, sitogenetik
dan immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak hiperseluler dengan
limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90% sel berinti pada LLA dewasa. Jika
sumsum tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi
sumsum tulang dapat tidak berhasil, sehingga touch imprint dari jarinngan biopsi
penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
3. Sitokimia
Pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase akan
memberikan hasil yang negatif. Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang
ditemukan pada granula primer dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi
pada sel blas LMA. Sitokimia juga berguna untuk membedakan precursor B dan
B-ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang
ganas, sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan
periodic acid Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan oleh limfoblas dapat dideteksi
dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow cytometry.
12
4. Imunofenotip (dengan sitometri arus/flow cytometry)
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA. Pada
sekitar 15-54% LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen mieloid. Antigen mieloid
yang biasa dideteksi adalah CD13, CD15, dan CD33. Ekspresi yang bersamaan
dari antigen limfoid dan mieloid dapat ditemukan pada leukemia bifenotip akut.
Kasus ini jarang, dan perjalanan penyakitnya buruk.
5. Sitogenetik
Analisis sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan sitogenetik
berhubungan dengan subtipe LLA tertentu, dan dapat memberikan informasi
prognostik.
6. Biologi molekular
Teknik molekular dikerjakan bila analisis sitogenetik rutin gagal, dan
untuk mendeteksi yang tidak terdeteksi dengan sitogenetik standar. Teknik ini juga
harus dilakukan untuk mendeteksi gen BCR-ABL yang mempunyai prognosis
buruk.
7. Pemeriksaan lainnya
Parameter koagulasi biasanya normal dan koagulasi intravaskular
diseminata jarang terjadi. Kelainan metabolik seperti hiperurikemia dapat terjadi
terutama pada pasien dengan sel-sel leukemia yang cepat membelah dan tumor
burden yang tinggi. Pungsi lumbal dilakukan pada saat diagnosis untuk
memeriksa cairan serebrospinal. Perlu atau tidaknya tindakan ini dilakukan pada
pasien dengan banyaknya sel blas yang bersirkulasi masih kontroversi. Definisi
keterlibatan susunan saraf pusat (SPP) adalah bila ditemukan lebih dari 5
leukosit/mL cairan serebrospinal dengan morfologi sel blas pada spesimen sel
yang disentrifugasi.
F. Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding untuk penyakit LLA antara lain :
1. Limfositosis, limfadenopati, dan hepatosplenomegali yang berhubungan dengan
infeksi virus dan limfoma. Contoh : penyakit malaria
2. Anemia aplastik
G. Penatalaksanaan ALL
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
13
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Terapi Spesifik Kemoterapi
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh
sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu
daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
Prednison
Vinkristin
Daunorubicin
Profilaksis CNS
3,8,15,22,125,150)
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps
dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan
setelah 6 bulan kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki
otak dan sistem saraf pusat
14
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai
remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka
panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada
sumsum tulang dan SSP.
3. Terapi Radiasi
4. Terapi Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
H. Komplikasi
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah
ditandai dengan:
a) Memar (ekimosis)
b) Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm 3 darah. Demam dan infeksi
dapat memperberat perdarahan
2. Masalah Gastrointestinal
a) Mual, muntah
b) anoreksia
c) diare
d) Perdarahan saluran cerna. Ditandai dengan nyeri perut, defens muscular,
hematemesis, melena.
3. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat
netropenia dan disfungsi imun.
4. Gagal Jantung
Disebabkan karena kadar sel darah putih yang sangat tinggi yang menyebabkan
kandungan darah menjadi sangat kental sehingga kerja jantung menjadi berlebihan
yang mengakibatkan gagal jantung.
5. Hipoksia Otak
15
Disebabkan kadar hemoglobin yang sangat rendah sehingga kurangnya zat
pengikat yang membawa oksigen ke otak yang menimbulkan hipoksia yang dapat
mengakibatkan kematian.
I. Prognosis
Prognosis semakin buruk jika :
1. Umur terkena <6bulan dan >10tahun
2. Leukosit >100.000
3. Adanya Massa Mediastinal
4. Leukemia SSP
5. Jenis Leukemia Sel T, sel B, dan Sel pre B
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien An. IO umur 13 tahun datang dengan keluhan nyeri pada seluruh bagian perut
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), keluhan muncul semakin lama semakin
terasa sakit, tidak ada faktor memperberat dan memperingan, dan perut pasien semakin
menegang dan membesar. Keluhan disertai muntah darah bergumpal sudah 5x SMRS dan
BAB lembek warna kehitaman sudah 1x SMRS, sedikit sesak, dan demam terus menerus
1 hari SMRS, membaik jika diberi obat parasetamol, memburuk jika minum es. Keluhan
tersebut terjadi secara bersamaan. Keluhan juga disertai batuk pilek, muntah darah dan
mimisan 1 jam SMRS.
Dari anamnesis dan riwayat pasien diketahui onset perjalanan penyakit bersifat akut.
Pasien dicurigai adanya perdarahan aktif pada saluran cerna yang ditandai dengan nyeri
perut, BAB warna hitam, dan muntah darah menggumpal sudah 5x SMRS disertai
demam. Pasien juga mengeluh mimisan mendadak tanpa sebab disertai muntah darah,
dicurigai adanya gangguan pembekuan darah pada pasien yang menyebabkan perdarahan.
Waspadai adanya tanda-tanda gangguan hemodinamik seperti syok akibat perdarahan.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak pucat dan lemas, respirasi
36x/menit (takipneu), nadi 144x/menit reguler, isi dan tegangan cukup status gizi baik,
conjungtiva anemis, tampak secret darah pada cavum nasi, abdomen terlihat cembung dan
tegang, hepar membesar 3 cm dibawah arcus costae, lien teraba pada schufner III.
Capillary refill >2 detik. Dari pemeriksaan darah rutin hampir semua menunjukan hasil
abnormal.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien terdiagnosis
terkena penyakit leukemia jenis Akut limfoblastik Leukemia (ALL). Pada pasien ini
terdapat tanda - tanda ALL yaitu anemia, anoreksia, perdarahan aktif (hematemesis,
melena, epistaksis), demam, dan juga hepatospleenomegali, disertai hasil darah lengkap
yang mendukung seperti leukositosis >100.000/mm, trombositopenia, anemia Hb <3,5,
hematocrit 3.7 (L), dan granulositosis 48.2 (H). Namun diagnosis ALL adalah hal yang
serius dan butuh golden standart pemeriksaan penunjang yaitu Bone Narrow
Aspiration untuk mendiagnosis secara pasti ALL.
Dari pemeriksaan fisik kemungkinan sudah ada komplikasi yaitu adanya tandatanda syok seperti ditemukan keadaan umum tampak pucat dan lemas, takipneu, dan
16
17
takikardia, disertai capillary refill > 2 detik. Pasien juga dicurigai sudah berkomplikasi ke
arah anemia heart desease diakibatkan penyakit ALL. Pada penyakit ALL, terjadi
proliferasi sel leukosit secara berlebihan sehingga menekan produksi sel darah lain seperti
eritrosit dan trombosit. Sel eritosit yang tertekan ditambah dengan perdarahan akibat
trombositopenia mengakibatkan keadaan anemia pada pasien semakin parah yang akan
berdampak ke jantung. Pompa jantung semakin kuat dan meningkat karena kompensasi
yang diakibatkan berkurangnya oksigen yang terikat dalam darah akibat anemia yang
mengakibatkan terjadinya anemia heart desease. Jika keadaan ini terus berlanjut dan
tidak ditangani akan berdampak ke hipoksia jaringan otak akibat kurangnya perfusi
oksigen ke otak akibat anemia yang berat. Pada pasien status gizi baik.
Pasien diberikan Inf. NaCl maintenance 16 tpm selang seling dengan D5% untuk
mengatasi kekurangan cairan pasien, 02 masker 10 liter per menit untuk meningkatkan
perfusi 02, ekstra Inj. Ranitidin 2-4 mg/KgBB/12 jam = 26-52 mg = ampul ( 1 ampul =
50 mg) untuk mengurangi rasa mual pasien yang memicu muntah, ekstra Asam
Tranexamat 10-15 mg/KgBB/8 jam = 130-195mg = 1/3 ampul ( 1 ampul = 500 mg), dan
Transfusi PRC 5cc/KgBB = 65cc maksimal selama 4 jam untuk resusitasi cairan darah.
Namun transfuse masih ditunda dikarenakan pasien demam. Pasien diminta untuk Bed
Rest Total, lalu dipasang NGT, dan juga dipuasakan.
2 jam setelahnya dibangsal, pasien mimisan kembali disertai kejang dan
penurunan kesadaran. 30 menit kemudian pasien dinyatakan meninggal dunia.
Kemungkinan penyebab meninggal pasien dikarenakan hipoksia otak karena kurangnya
perfusi oksigen ke otak, mengakibatkan gangguan listrik pada otak yang mengakibatkan
kejang, terus berlanjut sehingga terjadi kerusakan jaringan pada otak yang akhirnya
pasien meninggal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aster, Jon.2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta:
Erlangga
Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Tersedia pada
<http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/leukemia_pada_anak.html> (dikutip pada
tanggal 14 September 2014)
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based
guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology Group Long-Term
Follow-Up Guidelines from the Children's OncologyGroup Late Effects Committee
and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack
DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta : EGC; 19945.
Ribera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol
Oncol Clin North Am. Oct 2009;23(5):1033-42.2.
18