Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
b)
Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka
panjang.
c)
d)
e)
Merumuskan tujuan.
b)
c)
Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang
tepat.
d)
e)
f)
2. Model Banathy
Secara garis besar, model desain intruksional Banathy meliputi enam langkah
pokok, yaitu :
a)
Merumuskan tujuan,
b)
Mengembangkan tes.
c)
d)
e)
f)
Pembatasan (define)
Pengembangan (develope)
khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives. TIK merupakan penjabaran lebih
rinci dari TIU. TIK diperlukan karena:
1)
Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang diharapkan sebagai
hasil dari kegiatan instruksional.
2)
3)
TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai siswa sesuai
dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Dalam menentukan metoda pembelajaran, ada beberapa hal yang
dipertimbangkan, antara lain:
1)
Metoda apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2)
3)
Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan
kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas individu/kelompok,
dan lain-lain)
c)
Penilaian (evaluate)
Setelah program instruksional disusun, diadakan tes uji coba untuk menentukan
kelemahan dan keunggulan, serta efisiensi dan keefetifan dari program yang
dikembangkan.
4. Model ISD (Instructional system design).
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir yang
mencakup langkah-langkah menganalisis, merancang, mengembangkan,
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-langkah ini, dalam setiap
poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya
pada proses ISD secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih
sederhana adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi
pembelajaran.
d)
e)
Pada umumnya ISD bersifat linier dan memuat prosedur yang menghendaki
kejelian dan konsistensi. Ciri khas rancangan ini adalah semua langkah
dilengkapi untuk dapat berfungsi pada setiap komponen sebagai pengontrol dan
penyeimbang satu sama lain.
5. Model Robert Mager.
Desain instruksional menurut Robert Mager sangat pasti dan jelas dikemukakan,
yaitu berupa rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Robert Mager
mengungkapkan perumusan TIK secara tertulis dan diinformasikan kepada
pendidik dan peserta didik, sehingga keduanya mempunyai pengertian yang
sama tentang apa yang tercamtum dalam TIK. TIK tersebut mengandung satu
pengertian atau tidak mungkin ditafsirkan dalam pengertian yang lain.
Perumusan TIK merupakan titik permulaan yang sesungguhnya dari proses
pengembangan instruksional, sedangkan proses sebelumnya merupakan tahap
pendahuluan untuk menghasilkan TIK. Tujuan dari TIK tersebut merupakan satusatunya dasar dalam menyusun kisi-kisi tes. Dalam TIK, penentuan isi pelajaran
disesuaikan dengan apa yang akan dicapai.
6. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
a)
perumusan tujuan.
b)
c)
kegiatan belajar.
d)
e)
pelaksanaan pengembangan.
c)
Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum
dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi
berdasarkan penilaian dan saran serta masukan para ahli.
7. Model Gerlach dan Elly.
Model desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini
dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely
(1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
a)
b)
c)
d)
e)
Pengelompokan belajar.
f)
g)
Menentukan ruang.
h)
i)
j)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Merevisi Pembelajaran.
j)
9. Model Briggs.
Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau
guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim
pengembangan instruksional. Susunan atau anggota dari tim tersebut meliputi
dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang
instruksional.
Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar
dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan.
Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan
program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada program-program akademis
saja.
Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip keselarasan antara
tujuan yang akan dicapai, strategi pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya,
yang ketiganya merupakan tiang pokok desain instruksional menurut Briggs.
10. Model Kemp
Desain instruksional yang dikembangkan oleh Kemp juga terdiri dari sepuluh
langkah yaitu :
a)
Penentuan tujuan instruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ditetapkana
menurut masing-masing pokok bahasan.
b)
Menganalisis karakteristik siswa, yaitu dalam analisis ini memuat hal-hal
yang berkenaan dengan latar belakang pendidikan siswa, sosial budaya yang
memungkinkan dapat mengikuti program kegiatan belajar, serta langkahlangkah apa yang perlu ditetapkan.
c)
Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK), yakni tujuan yang
ditetapkan secara operasional, spesifik dan dapat diukur. Dengan demikian
siswa dapat mengetahui apa yang akan mereka lakukan, bagaimana
melakukannya dan apa ukuran yang digunakan bahwa mereka dapat mencapai
tujuan belajar tersebut.
d)
Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional
khusus yang telah ditetapkan.
e)
Mengadakan penjajakan awal (preassesment), langkah ini sama halnya
dengan test awal yang fungsinya untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki
siswa, apakah telah memenuhi syarat belajar yang ditentukan ataukah belum.
f)
Menentukan strategi belajar dan mengajar yang relevan, penentuan harus
melalui analisis alternatif.
g)
h)
Mengadakan evaluasi; hasil evaluasi tersebuut digunakan untuk
mengontrol dan mengkaji sejauhmana keberhasilan suatu program yang telah
direncanakan mencapai sasaran yang diinginkan. Hasil evaluasi merupakan
umpan balik untuk merevisi kembali tentang; program instruksional yang telah
dibuat, instrument tes, metode strategi yang dipakai dan sebagainya.
Kriteria model desain instruksional yang baik.
Begitu banyaknya model instruksional yang serupa, dapat mempersulit pemakai
untuk memilih model yang terbaik untuk diterapkan dalam bidang pendidikan.
Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila model yang dipilih dapat memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Sederhana, yaitu bentuk yang sederhana akan lebih mudah untuk
dimengerti, diikuti dan digunakan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Instruksional
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh
banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat komponen yang secara hakiki
berbeda satu sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan
sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari
suatu model prosedur mengajar pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk
perilaku siswa.
Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam hubungannya dengan
tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
a. Penentuan tujuan-tujuan yang spesifik
Tujuan-tujuan instruksional didalam model-model komponen ini harus dirumuskan secara spesifik dalam bentuk
perilaku akhir siswa. Hampir setiap pendidik mengakui pentingnya penentuan tujuan, tetapi akhir-akhir inipun hanya
sedikit yang menganjurkan perlunya dirumuskan tujuan itu secara jelas, yaitu tujuan : bagaimana seharusnya siswa
berperilaku pada akhir pengajaran. Model instrusional ini menuntut agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan secara
jelas dan tegas dalam bentuk perilaku siswa.
b. Penilaian pendahuluan
langkah kedua dalam model instruksional ini menuntut agar guru memeriksa perilaku mula siswa. Istilah penilaian
pendahuluan digunakan sebagai pengganti dari tes-awal hanya karena penilaian pendahuluan mencakup
macam prosedur penilaian yang lebih banyak dari pada hanya dari pada tes ter tulis. Satu keuntungan nyata dari
penilaian pendahuluan ialah bahwa guru dapat mengetahui sudahkah siswanya memiliki perilaku yang hendak
dikembangkannya. Sangat mungkin kemampuan siswa lebih besar dari pada yang diduga guru. Kalau itu terjadi
waktu berminggu-minggu terbuang sia-sia karena siswa-siswa diajarkan hal-hal yang sudah mereka ketahui. Dalam
arti yang sama, sering pengetahuan mereka jauh lebih sedikit dari apa yang diduga oleh guru.
c. Pengajaran
setelah guru mengadakan penilaian pendahuluan, dan barangkali mengubah tujuan-tujuan instruksional, langkah
berikutnya yaitu merencanakan program pengajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang
dikehendakinya. Perencanaan ini memang rumit sekali, namun demikian, sesudah ada pernyataan yang jelas
tentang tujuan apa yang dikehendaki, maka masalah itu menjadi jauh lebih mudah.
d. Penilaian
langkah keempat dalam model instrusional ini adalah menilai taraf pencapaian tujuan-tujuan instruksional oleh para
siswa. Pada waktu inilah guru menentukan sudahkah siswa-siswanya seperti yang direncanakan ketika ia
merumuskan tujuan-tujuan. Masalah pengembangan prosedur penilaian tertentu, seperti siapan suatu tes, sebagian
besar pastilah terpecahkan, jika tujuan telah dirumuskan secara spesifik. Tidak jarang tujuan yang sangat spesifik
juga memuat pernyataan tentang prosedur penilaian. Pada hakikatnya tujuan dan penilaian seharusnya sama; yaitu
butir-butir tes seharusnya disusun sesuai dengan jenis perilaku yang ditentukan dalam tujuan. Penilaian yang
dimaksudkan disini bukanlah mengenai siswa, melainkan ketetapan keputusan-keputusan yang diambil oleh guru.
Kita tidak berusaha menentukan bahwa ali mendapat A atau B tetapi hendak menentukan sudah tepatkah
program pengajaran guru dan pelaksanaannya.
Tujuan Pembelajaran (PAI) Dengan Sistem Instruksional
Tujuan instruksional yang dikembangkan pada saat ini adalah tujuan instruksional ganda, dalam artian bahwa tujuan
instruksional ini memiliki dua komponen yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus
(TIK).
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan instruksional umum ini merupakan tujuan dari kurikuler, ialah tujuan pendidikan secara umum menjadi tujuan
khusus dan operasional, sebab pada dasarnya tujuan pendidikan hanya dapat mungkin di capai bila tujuan itu di
rumuskan ke dalam rumusan yang khusus dan operasional.
Dalam kurikulum SLTP 1975 bidang studi agama islam, dapat dilihat bahwa tujuan kurikuler bidang studi agama
islam di SMP yang berjumlah empat belas itu di jabarkan sehingga menjadi delapan puluh tujuan instruksional
umum (TIU).
b. Tujuan instruksional khusus
Tujuan ini adalah langkah yang paling akhir dalam upaya membuat rumusan tujuan pendidikan yang paling khusus
dan operasional. tujuan instruksional khusus (TIK) dapat di artikan sebagai rumusan tujuan yang berisi kualifikasi
khusus yang di harapkan di miliki siswa setelah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar tertentu. Tujuan
instruksional khusus adalah tujuan yang hendak di capai guru setiap kali mengajar.
Maksud dari kedua tujuan instruksional ini adalah upaya untuk mengembangkan tujuan pendidikan secara universal
yaitu tujuan pendidikan umum berfokuskan pada semua mata pelajaran yang ada disetiap sekolah dan madrasah,
sedangkan tujuan instruksional khusus adalah tujuan pembelajaran yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung (proses pembelajaran), atau komponen-komponen yang akan dipaparkan untuk mengajar haruslah
dikutip atau disajikan dalam berbentuk lembaran sebelum pelajaran itu berlangsung. Contohnya SAP ( Satuan Acara
Perkuliahan) atau silabus perkuliahan yang disajikan oleh tenaga pengajar.
Implementasi (Penggunaan) Sistem Instruksional
Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap.
a. Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi pembelajaran berlangsung, yaitu memberikan
pencerahan terhadap pola piker siswa tentang apa yang ingin diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki
tahap yang serius, tahap awal ini memiliki banyak teori dan metode yang bisa digunakan diantaranya adalah
mengatur tatanan kelas yang nyaman dan epektif seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk
seperti :
Beritahukan kepada mereka bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
Memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar aktif dan bervariasi dalam menelaah materi.[3]
1.
Inti
Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode dan
teknik yang nyaman dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa
bosan seperti yang ada dalam bukunya Mel Silberman yang menawarkan metode aktif dan variable salah satunya
adalah Listening Team (tim pendengar)
Masimg-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai penanya, kelompok kedua sebagai
orang yang setuju, kelompok yang ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan yang terakhir sebagai pemberi
contoh.
Dari kutipan pembahasan yang ada didalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistem instruksional yang
baik adalah yang bisa digunakan dengan sebaik mungkin oleh pengajar atau tenaga pendidikan dikelola secara jelas
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
9. Rumusan TIK yang Lengkap Memuat Tiga komponen yaitu: 1. Tingkah Laku Akhir
(terminal behavior) 2. Kondisi Demonstrasi (condition of demonstration or test) 3. Standar
Keberhasilan (standard of performance)
10. 1. Tingkah Laku Akhir Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yg diharapkan setelah
seseorang mengalami proses belajar. Contoh: Menuliskan kalimat perintah Menyebutkan batas
daerah Kata perbuatan Mengalikan pecahan desimal atau kata Menceritakan kembali uraian guru
operasional Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri
14. 2. Kondisi Demonstrasi Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan
suatu kondisi atau situasi yang dikenalkan pada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku
akhir. misalnya: Dengan penulisan yang betul Urutan dari yang paling tinggi Dengan bahasanya
sendiri
15. DENGAN DEMIKIAN . . .Rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi: Siswa
dapat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan penulisan yang
betul siswa dapat menunjukan letak gununggunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang
paling tinggi Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan
bahasanya sendiri
16. 3. Standar Keberhasilan Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukan
seberapa sejauh tingkat keberhasilan yg di tuntut oleh penilaian bagi tingkah laku pd situasi akhir.
Dinyatakan dalam jumlah maupun persentase. Dengan 75 % betul Sekurang-kurangnya 5 dari 10
Tanpa salah
17. Dengan tambahan tingkat keberhasilan maka bunyi rumusan TIK menjadi: Siswa dapat
menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan betul tanpa kesalahan Siswa
dapat menyebutkan kembali kota-kota yang berada di Jawa Barat urut dari yang paling barat,
dengan hanya 25% kesalahan
18. 1. Dimana letak perbedaan tiu dan tik dan kapan keduanya di gunakan (pricilia) Jawaban
arjuna: perbedaannya pada TIU tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih
merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur dan jika pada TIK tujuan
pengajarannya di mana perubahan perilaku telah dapat dilihat dan diukur. Keduanya digunakan saat
untuk merumuskan tujuan instruksional. 2. Kalau setelah siswa menjalankan instruksional dalam
pembelajara tidak mengerti di mana yg salah(wiwik) Jawaban Mirza: kesalahan tersebut bisa berupa
saat peran guru yang menjelaskan saat mengajar berupa ketidak jelasan maksud dan tujuan ia
mengajarkannya dan bisa pula pada murid itu sendiri yang tidak memperhatikan dan belajar
sebelumnya.
19. 3. Tadi dijelaskan manfaat tujuan instruksional, salah satunya dgn menentukan
persyaratan awal instruksional, maksudnya apa? Tolong dijelaskan (Martha) Jawaban Fadly: a.
Harus berpusat pada perubahan tingkah laku pembelajar: bagaimana siswa berinteraksi dengan
metode pembelajaran yang guru terapkan b. Harus berisikan tingkah laku operasional (dapat diukur
pada saat itu juga): apakah diantara 10 soal tersebut hanya salah satu atau benar semua c. Harus
berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu: contoh guru menerangkan apa itu
keluarga pada pembelajaran ips, maka siswa harus menceritakan atau mendeskripsikan kembali
apa itu keluarga