Anda di halaman 1dari 39

BED SITE TEACHING

Pembimbing : dr H. Aminuddin Todo, Sp.


THT KL

Oleh :
Novalina Kurnia Dewi
0810313217
Aprianda Saputra
0810313247
Rury Maharani
0810312092
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RS Achmad Mochtar Bukittinggi
2013

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Tumor hidung pertumbuhan kearah ganas
yang mengenai hidung dan lesi yang
menyerupai tumor pada rongga hidung,
termasuk kulit dari hidung luar dan
vestibulum nasi

II. Epidemiologi dan etiologi


Insiden tertinggi jepang 2/ 10.000/tahun
FKUI-RSCM keganasan : 10, 1 % dari seluruh
tumor ganas THT. (L:W 2:1)
Etiologi tumor ganas hidung belum
diketahui, diduga beberapa zat hasil
industri merupakan penyebab antara lain
nikel, debu kayu, kulit, formaldehid,
kromium, minyak isopropyl

Histopatologi
Tumor jinak epitelial adenoma dan
papiloma,
Tumor jinak non-epitelial
fibroma,
angiofibroma, hemangiomra,
neurilemomma, osteoma, displasia fibrosa

Tumor ganas epitelial karsinoma sel skuamosa,


kanker kelenjar liur, adenokarsinoma, karsinoma
tanpa diferensiasi

Tumor non epitelial ganas hemangioperisitoma,


rabdomiosarkoma, osteogenik sarcoma
Jenis tumor jinak ada yang mudah kambuh atau
secara klinis bersifat ganas karena tumbuh
agresif mendestruksi tulang papiloma inverted,
displasia fibrosa atau pun ameloblastoma

Klasifikasi Tumor
1. Tumor Jinak

Tersering papiloma
skuamosa, secara
makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih
vaskuler, padat dan tidak mengkilap
Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik
atau fungiform dan yang kedua endofitik
disebut papiloma inverted

2. Tumor Ganas
tersering karsinoma sel skuamosa (70%),
disusul oleh karsinoma yang
berdeferensiasi dan tumor kelenjar
3. Invasi Sekunder
- Pituitary adenomas
- Chordomas
- Invasi sekunder lain

Pemeriksaan
1. Gejala dan tanda

Tergantung dari perluasan tumor, gejala


dapat dikategorikan
a. Gejala nasal.
Gejala nasal berupa obstruksi hidung,
unilateral dan rinorea, deformitas hidung,
tumor ganas ingusnya berbau

b. Gejala orbital.
Perluasan tumor kearah orbita menimbulkan
gejala diplopia, protosis atau penonjolan
bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus
dan epifora.
c. Gejala oral. Perluasan tumor ke rongga
mulut menyebabkan penonjolan atau
ulkus di palatum atau di prosesus
alveolaris

d. Gejala fasial. Perluasan tumor ke


depan akan menyebabkan penonjolan pipi
e. Gejala intrakranial
sakit kepala hebat, oftalmoplegia,
gangguan visus, likuorea

Pemeriksaan Fisik
Perhatikan wajah pasien apakah asimetri atau

tidak
Periksa kavum nasi dan nasofaring
melalui rinoskopi anterior dan posterior.
Permukaan yang licin : tumor jinak,
permukaan yang berbenjol benjol, rapuh
dan mudah berdarah merupakan pertanda
tumor ganas

Pemeriksaan Penunjang
Foto polos erosi

tulang dan
perselubungan padat unilateral
MRI membedakan jaringan tumor
dengan jaringan normal
Foto polos toraks melihat adanya
metastasis tumor di paru

Diagnosis
Diagnosis

pasti ditegakkan berdasarkan


pemeriksaan histopatologi
Jika dicurigai tumor
vaskuler,
misalnya
angofibroma, jangan lakukan biopsi karena
akan
sangat
sulit
menghentikan
perdarahan, maka dilakukan angiografi.

Terapi Tumor Hidung dan Sinus


Paranasal
Bedah tumor endonasal terdiri dari
reseksi tumor dibawah kendali endoskop,
diikuti dengan eksisi jaringan tumor dari
jaringan sehat sekitarnya

Pembagian sistem TNM menurut


Simson
T : Tumor
T1 : a. Tumor pada dinding anterior antrum
b. Tumor pada dinding nasoantral
inferior
c. Tumor pada palatum bagian
anteromedial

T2

a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai


otot
b. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai
orbita
T3
a. Invasi ke m. pterigoid
b. Invasi ke orbita
c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa
mengenai lamina kribrosa
d. Invasi ke dinding anterior dan kulit
diatasnya

T4

a. Invasi ke lamina kribrosa.


b. Invasi ke fosa pterigoid.
c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontra
lateral
d. Invasi ke lamina pterigoid
e. Invasi ke selule etmoid posterior
f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid
N : Kelenjar getah bening regional
N1 : Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan
N2 : Tidak dapat digerakkan

M : Metastasis
M1 : Stadium dini, tumor terbatas di sinus
M2 : Stadium lanjut, tumor meluas ke
struktur yang berdekatan

Stadium
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0, T2A N1 M0, T2B N0/1

M0
Stadium III T1 N2 M0, T2A T2B N2 M0, T3 N2
M0

Stadium IV a : T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IV b : Semua T N3 M0
Stadium IV c : Semua T Semua N M1

ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien
Nama
: Siti Fatimah
Umur
: 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Rao
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku
: Minangkabau

Anamnesis
Keluhan utama :

Hidung tersumbat sejak 1 tahun yang lalu


Keluhan tambahan :

Pendengaran berkurang sejak 7 tahun yang


lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


Pendengaran berkurang sejak 7 tahun

yang lalu, terjadi pada kedua telinga.


Dan semakin berat pada telinga kiri
sejak 1 tahun yang lalu.
Telinga berair tidak ada, telinga berbau

tidak ada, nyeri pada telinga tidak ada


Riwayat trauma pada telinga tidak ada
Telinga berdengung tidak ada

Hidung tersumbat sejak 1 tahun yang lalu,

makin lama dirasakan makin berat. Rongga


hidung kiri dirasakan lebih tersumbat dari
rongga hidung kanan. Keluhan disertai dengan
hidung berair dan mudah berdarah. Hidung
berbau tidak ada

Riwayat trauma pada hidung tidak ada


Riwayat demam tidak ada
Riwayat pemakaian obat-obatan lama ada,

akan tetapi jenis obat yang konsumsi tidak


jelas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menderita penyakit

seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit seperti pasien.


Tidak ada anggota keluarga yang menderita
keganasan

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi


dan kebiasaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

Pemeriksaan Fisik
Status generalis

Keadaan umum : sakit sedang


Kesadaran
: komposmentis
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Frekuensi nadi : 84x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu
: 36,80

Pemeriksaan sistemik
Kepala : Bulat simetris
Mata : Konjungtiva tidak anemis

Sklera tidak ikterik


Jantung : Irama teratur, bising tidak ada
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
Ekstermitas : akral hangat, perfusi baik

Status lokalis THT


Telinga
a) Daun telinga tidak ada kelainan, nyeri tekan

tragus dan nyeri tarik daun telinga tidak ada


b) Liang dan dinding telinga cukup lapang, tidak
hiperemis, tidak edema, tidak ada massa.
c) Serumen ada warna kuning kecokelatan,
jumlah sedikit, jenis lunak, bau tidak ada.

Membran timpani

Warna putih mutiara.


Refleks cahaya +
Bulging tidak ada
Retraksi tidak ada
Atrofi tidak ada
Mastoid

Tanda radang tidak ada, nyeri tekan dan nyeri


ketok tidak ada.

Hidung :

Kanan: Tampak massa pada 1/3 medial


dinding lateral
hidung, berbentuk lonjong,
ukurannya belum
menutupi dari rongga
hidung, permukaan
berbenjol, warna
kemerahan, konsistensi
kenyal padat, mudah digoyang.
Kiri : Tampak massa pada 1/3 medial dinding
lateral
hidung, berbentuk lonjong,
ukurannya hampir
menutupi dari rongga
hidung, permukaan
berbenjol, warna
kemerahan, konsistensi
kenyal padat, mudah digoyang.

Sinus paranasal : nyeri tekan dan nyeri ketok

(-)
Orofaring dan mulut :
Uvula di tengah
Dinding faring tidak hiperemis, permukaan
licin.
Tonsil T1-T1, permukaan licin, muara kripti
tidak melebar, detritus tidak ada
Gigi : kesan gigi tidak ada kelainan
Lidah : warna merah muda, tidak ada deviasi

Diagnosis Utama
Tumor Hidung

Diagnosis Tambahan

Oklusi tuba eusthachius

Pemeriksaan Penunjang
Biopsi
Rontgen foto sinus paranasal dan
thorax
Nasoendoskopi
CT Scan

Terapi
Reseksi tumor

Terapi anjuran
Kemoterapi

Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad sanam

: Dubia et malam
: Dubia et malam

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai