Anda di halaman 1dari 95

MODEL PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK

KEEJAHTERAAN MUSTAHIQ
(Studi di LAZIS Masjid Sabilillah Kec. Blimbing Kodya Malang)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh
Ali Imran
04210079

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MALANG
2009

HALAMAN PERSETUJUAN

MODEL PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK


KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ
(Studi di LAZIS Masjid Sabilillah Kec. Blimbing Kodya Malang)

Skripsi
oleh
Ali Imran
NIM 04210079

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan,


Dosen Pembimbing:

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag


NIP. 150 216 425

Mengetahui,
Dekan Fakultas Syariah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag


NIP. 150 216 425

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Ali Imran NIM 04210079,

mahasiswa

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang,
setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada didalamnya, dan
mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:

MODEL PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK


KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ
(Studi di LAZIS Masjid Sabilillah Kec. Blimbing Kodya Malang)
Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada
majelis dewan penguji.

Malang, 13 April 2009


Pembimbing,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag


NIP. 150 216 425

iii

HALAMAN PENGESAHAN
Dewan penguji skripsi saudara Ali Imran, NIM 04210079, mahasiswa Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Malang angkatan tahun 2004, dengan judul:

MODEL PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK


KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ
(Studi di LAZIS Masjid Sabilillah Kec. Blimbing Kodya Malang)
telah dinyatakan lulus dengan nilai B+ (memuaskan)
Dewan Penguji:

1. Drs. M. Nur Yasin, M.Ag


NIP. 150 274 435

(________________________)
(Penguji Utama)

2. Drs. Noer Yasin, M.HI


NIP. 150 302 234

(________________________)
(Ketua)

3. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag


NIP. 150 216 425

(________________________)
(Sekretaris)
Malang, 22 April 2009
Dekan,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag


NIP. 150 216 425

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyantakan bahwa skripsi dengan judul:

MODEL PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK


KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ
(Studi di LAZIS Masjid Sabilillah Kec. Blimbing Kodya Malang)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada
kesamaan, baik isi, logika maupun datanya secara keseluruhan atau sebagian maka
skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi
hukum.

Malang, 13 April 2009


Penulis,

Ali Imran
NIM. 04210079

PERSEMBAHAN

Bismillah...
Kupersembahkan karya ini untuk,
orang-orang yang penuh arti dalam hidupku
Ayahku tercinta (bapak nasrin) dan Ibuku terkasih (Ibu maryam)
yang dengan cinta, kasih-sayang dan doa beliau berdua
aku selalu optimis untuk meraih kesuksesan yang gemilang dalam hidup ini.
Guru-guruku yang telah memberikan ilmunya kepadaku dengan penuh kesabaran dan
ketelatenan.
Mbakku (mufarroha) yang selalu memberikan semangat kepadaku di tengah-tengah
kesibukannya, yang telah mewarnai kehidupanku dengan penuh keceriaan. Serta kedua
adikku (lukman dan riza) yang juga selalu memberikan dukungannya terhadapku. Dan
tak lupa pula keluargaku semua yang selalu mendoakan kesuksesan buatku
Sahabat-sahabatku tercinta
yang telah membuat hidupku lebih bermakna dan dinamis.
Terima kasih ku ucapkan atas keikhlasan dan ketulusannya dalam mencurahkan cinta,
kasih-sayang dan doanya untukku.
Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan kalian semua
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat meraih
kesuksesan dan kebahagiaan dunia-akhirat.
Amien....

vi

MOTO

uq9$#m9$# !$# 0
3 ; s3y y7s?4n=| ) ( n=t e|u $p5 j.t?u ds? Zs%y| ;ur& {
=t y !$#u
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (Q.S. At-Taubah: 103).

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke haribaan Allah SWT Tuhan
Penguasa Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan dalam penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga
tetap terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita
semua dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang yakni Din Al Islam
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi serta persiapan penulis dalam
mengembangkan diri untuk mengaktualisasikan ilmu pengetahuan yang telah penulis
peroleh selama menimba ilmu pengetahuan dibangku perkuliahan sehingga
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada masyarakat
umumnya.
Penulis juga menghaturkan ribuan terimah kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenangkanlah
penulis menyampaikan ucapan terimah kasih khususnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Uuniversitas Islan Negeri Maulana
Malik Ibrahim (UIN) Malang.
2. Drs, H. Dahlan Tamrin M.Ag. (Dekan Fakultas Syariah), Uuniversitas Islan
Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang sekaligus sebagai dosen
pembimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas bimbingan,

viii

arahan, saran, motifasi dan kesabarannya, penulis sampaikan Jazakumullah


Ahsanal Jaza.
3.

Dra. Hj Tutik Hamidah M.Ag. (Pembantu Dekan I), Drs. Fadil Sj., M.Ag.
(Pembantu Dekan II), Dra. Mufidah Ch., M.Ag. (Pembantu Dekan III).

4. Drs. Noer Yasin M.Hi, selaku dosen wali yang telah membimbing penulis
dengan begitu sabar selama dibangku kuliah penulis sampaikan Jazakumullah
Ahsanal Jaza.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang
telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya
kepada penulis. Semoga Allah melipat gandakan amal kebaikan mereka. Amin.
6. Seluruh Bagian Administrasi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang, yang telah memberikan informasi dan
bantuan yang berkaitan dengan akademik..
7. Pengurus dan para staf Lembaga Amil Zakat, Infak, Dan Sodaqoh (LAZIS)
Yayasan Sabilillah Kecamatan Blimbing Kadya Malang yang telah memberikan
bantuan dan informasi yang kami butuhkan.
8. Ayah, Ibu tercinta serta kaka dan adik-adikku dan keluargaku yang aku cintai
semuanya yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan baik materil maupun
spritual sampai selesainya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabaku dikampus dan dikos-kosan yang tidak pernah mengeluh
berteman denganku.
10. Juga semua pihak yang memberikan bantuan berupa pemikiran maupun motivasi
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

ix

Semoga Allah SWT melimpahkan anugerah cinta-Nya pada kita semua.


Sehingga kita memiliki hati yang senantiasa bersih, lapang dan dipenuhi oleh aura
cintaNya yang murni. Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan dosa, penulis
pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, walaupun dengan beberapa ketidak sempurnaan, penulis berharap
skripsi ini menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
bagi masyarakat luas secara umum, dengan izin-Nya.

Malang, 13 April 2009


Penulis

Ali imran
NIM: 04210079

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
TRANSLITERASI ........................................................................................... xiv
ABSTRAK ..................................................................................................... xvi

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.1
B. Ruang Lingkup Pembahasan..5
C. Rumusan Masalah. 6
D. Tujuan Penelitian...6
E. Difinisi Oprasional.6
F. Manfaat Penelitian... 7
G. Sistematika Pembahasan............................................................................... 8

xi

BAB II: KAJIAN PUSTAKA


A. Penelitian Terdahulu.............9
B. Kajian Teori Zakat..12.
1. Pengertian Zakat........................................................................................12
2. Dasar Hukum Zakat..................................................................................15
3. Tunjuan Dan Manfaat Zakat...18
4. Hikmah Dan Keutamaan Zakat......19
5. Mustahiq Zakat...21
6. Macam-Macam Zakat.23
C. Kajian Lembaga Pengelola Zakat...28
1. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat.28
2. Dasar Hukum Lembaga Pengelola Zakat...29
3. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat.......................................................30
D. Manejemen Lembaga Pengelola Zakat......32.
1. Perencanaan Pengelolaan Zakat...............................................................32
a. Perencanaan Strategis Kelembagaan......................................................32
b. Pengorganisasian Sruktur Pengelola Zakat............................................35
E. Mekanisme Distribusi Zakat..39
F. Model Pendayagunaan Zakat 40.
G. Kesejahteraan.42

BAB III: METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .46
B. Pendekatan penelitian47

xii

C. Sumber Data.....47
D. Teknik Pengumpulan Data..49
E. Metode Pengelolaan Data Dan Analisis Data. ..51
F. Uji Keabsahan Data53

BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA


A. Obyek penelitian55
1. Sejarah Singkat LAZIS Masjid Sabillillah Malang55
2. Profil LAZIS Masjid Sabillillah Malang56
3. Tujuan LAZIS Masjid Sabillillah Malang.......... ..57
4. Susunan Pengurus LAZIS Masjid Sabilillah.............57
5. Aktifitas LAZIS Masjid Sabillillah Malang..58
B. Paparan dan Analisis data.............................................................................62
.
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ....73
B. Saran-Saran 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

TRANSLITERASI
A. Umum
Transliterasi yang dimaksud di sini adalah pemindahalihan dari bahasa Arab ke
dalam tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia.

B. Konsonan

Tidak ditambahkan

dl

th

dh

ts

(koma menghadap ke atas)

gh

kh

dz

sy

sh

C. Vokal, Panjang dan Diftong


Setiap penulisan Arab dalam bentuk tulisan Latin vokal fathah ditulis dengan
a, kasrah dengan i, dlommah dengan u, sedangkan bacaan panjang masingmasing ditulis dengan cara berikut:

Vokal (a) panjang =

misalnya



menjadi qla

Vokal (i) panjang=

misalnya



menjadi qla

xiv

Vokal (u) panjang=

misalnya

menjadi dna

Khusus bacaan yanisbat, maka tidak boleh digantikan dengan , melainkan


tetap ditulis dengan iy agar dapat menggambarkan ya nisbat di akhirnya. Begitu
juga untuk suara diftong, wawu dan ya setelah fathah ditulis dengan aw
dan ay seperti contoh berikut:
Diftong (aw) =

misalnya

menjadi qawlun

Diftong (ay)

misalnya

menjadi khayrun

D. Ta marbthah ()
Ta marbthah ditransliterasikan dengan t jika berada di tengah-tengah
kalimat, tetapi apabila Ta marbthah

tersebut berada di akhir kalimat, maka

ditransliterasikan dengan menggunakan h misalnya:


risalat li al-mudarrisah.

xv

menjadi al-

ABSTRAK
Imran, Ali 04210079, 2009, Model Pendayagunaan Zakat Untuk Kesejahteraan
Mustahiq (Studi di LAZIS Masjid Sabilillah kecamatan Blimbing kodya Malang).
Fakultas Syariah/ Al-Syakhsiah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Dosen pembimbing Drs. H. Dahlan Tamrin. M.Ag
Kata Kunci : Zakat, Pendayagunaan, Kesejahteran, Dhuafa, Mustahiq
Problem kemiskinanan yang terjadi bisa saja dakibatkan oleh keterburukan
ekonomi. Sebagai solusi untuk mengatasi, Tuhan mewajibkan zakat pada orang yang
mampu untuk memiliki kepedulian pada delapan orang yang telah disebutkan dalam
surat at-Taubah ayat 60. Dasarnya, zakat dapat disebut sebagai jaminan untuk
mengantisipasi agar jangan sampai ada orang yang kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, zakat bisa dijadikan sebagai sumber dana tetap yang cukup
potensial yang dapat digunakan untuk mengangkat kesejahteraan umat, terutamam
golongan fakir miskin, sehingga diharapkan dapat hidup layak secara mandiri, tanpa
harus menggantungkan nasibnya atas belas kasihan orang lain. Oleh sebab itu, sudah
saatnya untuk memberdayakan para dhuafa sebagai mustahiq lewat zakat.
Sebagai ibadah harta sosial, zakat memiliki fungsi sangat penting, strategis
dan menentukan baik dalam ajaran maupun pembangunan kesejahteraan umat, serta
sebagai salah satu cara untuk mempersempit jurang perbedaan pendapatan dalam
masyarakat, sehinga tidak terjadi kesenjangan sosial yang dapat berpotensi chaos dan
mengangu keharmonisan bermasyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau
empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam
pengumpulan data, peneliti mengunakan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pendayagunaan zakat yang
dilaksanakan oleh LAZIS Masjid Sabilillah Kodya Malang dapat dikatakan sebagai
zakat produktif yang pada sistem pendisribusiaannya dilakukan secara bergulir
kepada para mustahiq dengan bentuk akad pinjaman yang dikemas dengan dua
model yaitu: pertama ditujukan untuk permodalan usaha sebagai tambahan modal
usaha dalam membuka lapangan usaha dalam hal ini adalah (program UMKM), dan
yang kedua permodalan kerja yang disalurkan dalam wujud barang sebagai alat kerja
yang dijadikan sebagai sarana untuk bekerja dalam hal ini adalah (program
pemberdayaan tukang becak).
Dari penelitian ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa suksesnya model
pendayagunaan zakat dalam upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq yang
dilaksanakan oleh LAZIS Masjid Sabillilah dapat dilihat dari adanya tabungan, dan
perubahan yang positif secara sedikit demi sedikit pada pertumbuhan ekonomi
mereka.

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Problema kemiskinan semakin hari semakin mengemuka di berbagai
daerah di Indonesia sebagai akibat dari keterpurukan ekonomi bangsa yang
berkepanjangan. Untuk mengatasi masalah kemiskina Allah SWT menurunkan
syariat berupa zakat yang ditujukan kepada umat Islam yang mampu agar
memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang disebutkan dalam surat (atTaubah 9:103)
Pada dasarnya, zakat merupakan suatu tanda yang jelas dan tegas dari
Tuhan untuk menjamin tidak seorang pun menderita kekurangan sarana untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya akan barang dan jasa.1 Oleh karena itu, zakat
bisa menjadi sumber dana tetap yang cukup potensial yang dapat digunakan
untuk mengangkat kesejahteraan umat terutama golongan fakir miskin sehingga
dapat hidup layak secara mandiri tanpa harus menggantungkan nasibnya atas
belas kasihan orang lain.2
Zakat sebagai salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan
sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan pembangunan ekonomi
umumnya, dalam Islam dapat menjadi prasarana untuk menolong, membantu dan

membina para mustahiq. Sebab pada khakikatnya zakat merupakan perintah


Tuhan yang harus dilaksanakan sehingga diinterpretasikan bahwa penunaian
zakat memiliki urgensi yang sebanding dengan pendirian sholat.3 Oleh sebab itu,
wajar Khalifah Abu Bakar r.a, mengatakan saya akan memerangi orang yang
memisahkan antara sholat dengan zakat,4
Sayyid Aqil al-Munawwar (Mantan Menteri Agama RI) mengatakan
bahwa potensi dana zakat di Indonesia pertahun dapat mencapai Rp 7,5 triliun.5
Bila saja zakat dapat optimalkan dengan baik, kemungkinan dana zakat dapat
berguna bagi para dhuafa dalam melepaskan dari himpitan ekonomi yang telah
menderanya. Oleh karena itu, pendayagunaan zakat harus diarahkan pada sektor
pengembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk memberdayakan para dhuafa.
Karena dalam ajaran zakat ini pandangan dan kometmen sosialnya sangat jelas,

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Cet, 1; Surabaya: Risalah Gusti, 1999), 290.
Masyfuk, Zuhdi Masail Diniyah Ijtimaiyah (Cet, 1; Jakarta: Haji Mas Agung, 1994), 189.
3
Suderman, Zakat Dalam Arus Modernenitas (Malang: UIN Malang Press, 2007), 2
4
Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani, 2006), 244.
5
Abd Qodir, Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Blitar (Studi
Implementasi dan Implikasi UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat) (Studi Di BAZDA
Kota Blitar)", Skripsi (Malang: Fakultas Syariah UIN, 2006), 46
2

bahkan dari titik kepentingan yang paling menyentuh hajat orang banyak yaitu
pemenuhan kebutuhan ekonomi.6
Sebagai ibadah dan amal sosial, zakat memiliki fungsi sangat penting,
strategis dan menentukan baik dalam ajaran maupun pembangunan kesejahteraan
umat, serta sebagai salah satu cara mempersempit jurang perbedaan pendapatan
dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang dapat
berpotensi chaos dan mengangu keharmonisan bermasyarakat.7
Untuk merealisasikan hal itu, zakat harus didayagunakan dalam bentuk
permodalan bagi mustahiq yang membutuhkan tambahan modal dalam
mengembangkan kewirausahaan atau mengangkat perekonomian. Oleh karena
itu, model pendayagunaan zakat yang lebih tepat adalah bila dialihkan pada
bentuk model produktif dari pada bentuk konsumtif. Sebab bilamana mustahiq
diberi dana zakat dalam bentuk produktif akan membantu mustahiq sendiri untuk
berusaha secara maksimal agar mandiri. Dalam hal ini LAZIS Sabilillah sebagai
lembaga yang berazazkan pancasila dan UU 1945 yang didirikan pada tanggal
13 maret 2006 bertujuan mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pemberdayaan
umat pelayanan umat telah melaksanakan program pendayagunaan zakat
kepemberdayaan mustahiq yang diwujudkan dengan bentuk penyediaan pinjaman
modal untuk pengembangan kewirausahaan atau penyediaan alat transportasi
Bila merujuk pada UU 1945, di sana dijelaskan bahwa yang berkewajiban
menjamin orang-orang tidak mampu dari segi ekonomi adalah negara. Akan
tetapi, realitanya saat sekarang adalah BAZIS atau LAZIS yang peduli dengan
6

Masdar Fuadi, Menggagas Ulang Zakat Sebagai Etika Pajak dan Belanja Negara Untuk Rakyat (Cet.
1; Bandung: Mizan, 2005), 12: Masdar F. Masudi, Agama Keadilan, Risalah Zakat (Pajak) Dalam
Islam (Cet, 3; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), 28.
7
Sahal Mahfud, Era Baru Fiqih Indonesia (Cet,1; Yogyakarta: Cermin, 1999), 106.

mengurus dan memberdayakan kaum fakir miskin tersebut. Bila kembali lagi
pada tujuan zakat itu disyariatkan, maka pola penyaluran zakat tidak tujukan sekedar
menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen
yaitu mensejahterakan orang-orang miskin. Dengan kata lain, pola penyaluran dana zakat

harus dialihkan dalam bentuk produktif. Sebab dengan bentuk model produktif
akan

dapat

membantu

fakir

miskin

mendapatkan

penghasilan

tetap,

meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan


penghasilannya untuk menabung.
Dengan diangkatnya zakat dalam hukum positif merupakan langkah maju
bagi peluang berlakunya hukum Islam di Indonesia.8 Sehingga dengan
disahkannya UU No. 33 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat memicu terhadap
banyak berdirinya lembaga-lembaga zakat di Indonesia, hal ini sangat
menggembirakan karena dana penghimpunan zakat terus akan meningkat
meskipun masih jauh dari potensinya. Oleh karena itu, di sini timbul sebuah
tantangan yaitu bagimana mendayagunakan dana zakat agar efektif dan
berdampak luas di masyarakat?.
Sebab, dalam catatan sejarah pada permulaan Islam disebutkan bahwa
keberhasilan zakat sebagai instrumen sumber tranformasi sosial masyarakat
Islam ketika itu dimulai dari model pengelolaannya. Bahkan model pengelolaan
zakat pada awal Islam itu menjadi kunci keberhasilan lembaga zakat dalam
mengatasi kesenjangan sosial dan kemiskinan karena ada kepastian hukum dalam

Warkum Sumirto, Perkembanagan Hukum Islam Di Tengah Dinamika Sosial Politik Di Indonesia
(Cet, 1: Malang: Bayumedia Publishing, 2005), 227.

pelaksanaan zakat yang eksekusinya langsung dilakukan oleh aparat negara.9


Oleh karena itu, tuntutan kreatif bagi lembaga pengelola zakat dalam menyalurkan zakat
tepat pada sasarannya saat ini menjadi suatu keharusan. Sebab sasaran yang tepat

menjadi pintu utama bagi efektifnya dampak zakat. Oleh karena itu,
pendayagunaan zakat dalam meningkatkan kesejahteraan mustahiq sudah
saatnya.
Di antara salah satu Lembaga Amil Zakat yang melakukan gebrakan baru
dalam

mengembangkan

model

pendayagunaan

zakat

dalam

rangka

memberdayakan mustahiq adalah LAZIS Sabilillah. Oleh karena itu, sangat


menarik sekali untuk diteliti agar dapat diketahui model pendayagunaan zakat itu
dijalankan.
Berangkat dari latar belakang di atas ini ahirnya peneliti tertarik untuk
mengadakan studi penelitian dengan judul: Model Pendayagunaan Zakat Dalam
Upaya Mengangkat Kesejahteraan Mustahiq

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema
persoalan, maka dalam hal ini peneliti membatasi pada bahasan model
pendayagunaan zakat untuk kesejahteraan mustahiq yang dilaksanakan oleh
LAZIS Masjid Sabilillah, beserta tolak ukur keberhasilan yang dicapai oleh
LAZIS Masjid Sabilillah untuk kesejahteraan mustahiq.

Sjeihul Hadi Permono, Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola Zakat, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1992), 3-5.

C. Rumusan Masalah.
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang ada di atas maka
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanak model pendayagunaan zakat yang dilaksanakan oleh LAZIS
Masjid Sabilillah untuk kesejahteraan mustahiq?
2. Apa tolak ukur keberhasilan yang dicapai oleh LAZIS Masjid Sabilillah
untuk kesejahteraan mustahiq?

D. Tujuan Penelitian.
Berkaiatan dengan masalah di atas, tentunya ada tujuan yang ingin
dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana model pendayagunaan zakat yang dilaksanakan
oleh LAZIS Masjid Sabilillah untuk kesejahteraan mustahiq
2. Untuk mengetahui tolak ukur keberhasilan yang dicapai oleh LAZIS Masjid
Sabilillah untuk kesejahteraan mustahiq.

E. Definisi Operasional
Amil (Lembaga Pengelola Zakat) : Adalah orang yang ditugaskan (diutus oleh
imam atau pemrintah) untuk mengambil,
menuliskan,

menghitung

dan

mencatat

zakat yang diambilnya dari para muzakki


untuk kemudian diberikan kepada yang
berhak menerimanya.

Mustahiq

: Menurut bahasa orang yang berhak menerima sesuatu.


Namun menurut istilah kata mustahiq biasanya
digunakan dengan pengertian adalah orang-orang yang
berhak menerima zakat.10 Baik zakat mal maupun
zakat fitrah.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitan ini tentang model pendayagunaan zakat dalam
upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq diharapkan bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Kegunaan Teoritis.
Secara teoritis diharapkan sebagai bentuk dalam mengembangkan konsep
dalam pendayagunaan zakat yang baik dan efektif sesuai dengan makna
diperintahkan zakat.
2. Kegunaan Praktis.
Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Lembaga Amil Zakat yang lain
dalam pelaksanaan pendayagunaan zakat dengan baik dan efektif, serta sebagai
sumbangan positif bagi lembaga yang lain dalam hal pemahaman tentang
pendayagunaan zakat dan sebagai sumbangan positif bagi dunia akademisi untuk
menambah wawasan di bidang hazanah keilmuan tentang zakat.

10

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Quran (Cet. I; Wonosobo: Penerbit Amzah, 2005), 206.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini disusun sebuah sistematika pembahasan penulisan
agar dengan mudah diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka secara
global dapat ditulis sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang
lingkup pembahasan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
serta sistematika pembahasan.
Bab II, kajian pustaka, merupakan kajian teori yang memuat tentang
kajian penelitian terdahulu, teori zakat, kajian lembaga pengelola zakat,
manajemen lembaga pengelola zakat, mekanisme distribusi zakat, dan model
pendayagunaan zakat
Bab III, meetode penelitian, pada bab ini memuat tentang jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, metode pengelolahan data, dan analisis
data. Hal ini bertujuan agar bisa dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan
penelitian, karena peran metode penelitian sangat penting guna manghasilkan
data yang akurat serta pemaparan data yang rinci dan jelas, serta mengantarkan
peneliti pada bab berikutnya.
Bab IV, mengemukakan paparan dan analisis data, dalam bab ini berisi
tentang

penyajian data hasil penelitian yang didapatkan dari lapangan serta

analisis.
Bab V, merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, yang berisi tentang
kesimpulan hasil penelitian secara keseluruhan dan dilanjutkan dengan
pemberian saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Sebelum masuk pada pembahasan dalam penelitian ini terlebih dahulu
akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu diantaranya:
1. Abdul Kadir dengan judul Implementasi UU Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat di BAZDA kota Blitar pada tahun 2007 menjelaskan
bahwa BAZDA kota Blitar secara historis terbentuk atas usulan dari
departemen agama kota Blitar dan perundang-undangan yang ada, yaitu UU
Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, tetapi secara praktis masih
belum seutuhnya mencerminkan keberadaan UU tersebut. Sementara itu,
manajemen yang diterapkan adalah, perencanaan, organisasi, pelaksanaan
dan pengawasan, tetapi masih belum terwujud dikarenakan ada beberapa

10

hambatan

internal

dan

eksternal.

Sedangkan

dalam

pelaksanaan

penghimpunan dana, BAZDA kota Blitar menggunakan beberapa pendekatan


diantaranya pendekatan personal yang mengedepankan rasa tanggung jawab
moral sesama manusia dengan upaya melakukan investasi akhirat, dan
pendekatan institusional, dalam hal ini, BAZDA kota Blitar mengirim surat
kesediaannya kepada pegawai instansi pemerintah kota Blitar untuk
menyisihkan sebagian gaji mereka untuk saudara-saudaranya yang berhak
mendapatkan zakat, serta Pendekatan intruksional, yakni dalam hal ini
menghimbau kepada para karyawan dan karyawati, serta kepala dinas kota
Blitar membayar zakat untuk meningkatkan kualitas beragama sekaligus
mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
2. Agus Rumadi Riyadi dengan judul tentang pengelolaan zakat sesudah
berlakunya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pada
BAZIS Masjid Agung Jami Kota Malang pada tahun 2007 menjelaskan
bahwa Aplikasi pengelolahan zakat sesudah UU No 38 Tahun 1999 pada
BAZIS ada perubahan sedikit demi sedikit sesuai dengan UU zakat, hal itu
disebabkan karena ada beberapa hal dalam isi UU tersebut. Sementara itu,
pandangan kalangan Ulama terdapat perbedaan dalam memahaminya
terutama jika dilihat dari segi syariat Islam, sehingga pelaksanaanya tidak
dapat berjalan secara optimal. Dengan berlakunya UU Nomor 38 Tahun
1999, maka eksistensi BAZIS bertambah terlihat terutama dalam hal
kedudukkan, pelaksanaan pengelolaan zakat, serta mendapat tempat tersendiri
dalam hati masyarakat yang telah mempercayainya. Sedangkan dasar Tolak
ukur tingkat keberhasilan dalam mengelola zakat sesudah berlakunya UU No

11

3 Tahun 1999, bagi BAZIS Masjid Agung Jami Kota Malang adalah
melaksanakan amanah atau tanggung jawab dengan baik
3. Muhammad Ariful Ibad dengan judul Persepsi Dosen Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang pada tahun 2007 menjelaskan tidak ada zakat profesi di
UIN Malang. Adapun mekanisme pelaksanaan zakat profesi UIN Malang
langsung dipotong 2,5 % oleh bendahara fakultas atau UIN sebagai amil
sebanyak 34,67 %. Sementara 56 % mengatakan terima dulu, baru
menyerahkan pada amil yang ditunjuk. Sedangkan data yang diperoleh ada
82,67 % responden setuju jika zakat profesi digalakkan dosen UIN Malang.
Terkait dengan pendistribusian zakat profesi untuk mahasiswa yang layak
mendapatkan beasiswa ada 33, 33 %, yang lain-lain sebanyak 46, 67 %
responden "mustahiq".
4. Bagus Hutriah dengan judul Pengentasan Kemiskinan Melalui Zakat pada
Yayasan Dana Social Al-Falah (YDSF) Cabang Malang pada tahun 2007
menjelaskan bahwa oprasioanal dalam penelitian lebih mengarah pada
metode

pengumpulan

pendayagunaan

zakat,

metode

pendistribusian

zakat,

metode

zakat, serta tolak ukur pada tingkat keberhasilan dalam

pengentasan kemiskinan
5. Izzatul Widadiah dengan judul Investasi Zakat Dalam Perspektif Hukum
Islam. Pada tahun 2006 menjelaskan bahwa zakat mal dapat dirasakan efektif
dan optimal bila pemenfaatan dengan produktif dan kreatif, serta boleh
hukumnya menginvestasikan zakat dengan konsep maslahah mursalah.
Berdasarkan kontek dan wilayah dari beberapa penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh beberapa kalangan mahasiswa dari fakultas syariah

12

khususnya yang mengkaji tentang zakat baik dilembaga amil zakat maupun yang
melakukan penelitian ditempat yang bukan lembaga amil zakat ataupun yang
melakukan penelitian secara literatur, maka pada penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Sebab penelitian skripsi dengan judul
model pendayagunaan zakat lebih diarahkan dalam menjelaskan tentang model
pendayagunaan zakat yang diberikan sebagai pinjaman mudal modal usaha
kepada mustahiq yang mana pada penelitian-penelitan sebelumnya hal ini belum
perna dibahas atau jelaskan oleh tulisan dalam skripsi yang mereka buat.

B. Kajian Teori Zakat


1. Pengertian Zakat
Secara etimologi (asal kata) zakat berasal dari kata zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, suci, subur, dan baik.11 Bahkan arti tumbuh dan bersih
tidak hanya dipakaikan buat kekayaan, tetapi juga dapat diperuntukkan buat jiwa
orang yang menunaikan zakat.12 Sebab zakat merupakan upaya mensucikan dan
membersikan diri dari kekotoran sifat kikir dan dosa,13 serta menyuburkan pahala
melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta pribadi untuk orang-orang yang
memerlukan.14 Oleh karena itu, ketika seseorang sudah mengeluarkan zakat,
maka ia telah suci (bersih) dirinya dari penyakit kikir dan tamak.15

11

Hasbi Ash-Shiddieqy, Beberapa Permasalahan Zakat (Cet, 1; Jakarta: Tintomas Indonesia, 1976), 9.
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Cet. 1; Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), 21.
13
Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin (Cet, 1; Malang: 2006),
19.
14
Amiruddin Inoed Dkk, Anatomi Fiqh Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra
Selatan (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelejar, 2000), 8.
15
M. Ali hasan, Tuntutan Puasa dan Zakat (Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1997), 92.
12

13

Sedangkan secara istilah, kendatipun para ulama mengemukakan definisi


zakat dengan redaksi yang berbeda antara satu dan yang lainnya, akan tetapi pada
prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu dari Allah SWT yang telah mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.
Adapun hubungan antara pengertian zakat secara bahasa dengan
pengertian zakat secara istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan
bertambah, suci dan bersih. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
at-Taubah: 103.

3 ; s3y y7s?4n=| ) ( n=t e|u $p5 j.t?u ds? Zs%y| ;ur& {


=t y !$#u

16

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Dalam pengertian secara syara zakat mempunyai banyak arti yang bisa
untuk dipahami, diantaranya:17
a. Menurut Yusuf Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah SWT dan diserahkan pada orang-orang yang berhak.

16
17

Q.S at-Taubah (11):103.


Amiruddin Inoed Dkk, Op. Cit., 9-10.

14

b. Abdur Rahman al-Jazari berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan


kepemilikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu pula.
c. Muhammad al-Jurjani, mendefinisikan zakat sebagai kewajiban yang telah
ditentukan oleh Allah SWT bagi orang-orang Islam untuk mengeluarkan
sejumlah harta yang dimiliki.
d. Wahbah Al-Zuhaily dalam karyanya Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu
mendefinisikan zakat dari sudut empat madhab. Yaitu:
1) Madhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta yang
tertentu pula yang sudah mencapai (batas jumlah yang diwajibkan zakat)
kepada orang-orang berhak menerimanya manakala kepemilikan itu penuh
dan sudah mencapai haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian.
2) Madhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari
harta tertentu pula sebagai hak milik yang sudah ditentukan oleh pembuat
syariat semata-mata karena Allah SWT.
3) Menurut madhab Syafii zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan
dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.
4) Madhab Hambali memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar tertentu yang
diwajibkan untuk dikeluarkan) dari harta tertentu untuk golongan tertentu
pula dalam waktu tertentu pula.

15

2. Dasar Hukum Zakat


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di madinah pada tahun
kedua setelah hijrah sesudah kewajiban puasa dan menunaikan zakat fitrah,18 ia
merupakan kewajiban bagi orang beriman (muzakki) yang mempunyai harta
yang telah mencapai ukuran tertentu (nisab) dan waktu tertentu (haul) untuk
diberikan pada orang yang berhak (mustahiq).19 Sedangkan kewajiban zakat
dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental, saling berkaitan erat
dengan aspek-aspek keTuhanan, juga ekonomi sosial.20 Sebagai rukun ketiga dari
rukun Islam, zakat juga menjadi salah satu diantara panji-panji Islam yang tidak
boleh diabaikan oleh siapapun juga. Oleh sebab itu, orang yang enggan
membayar zakat boleh diperangi dan orang yang menolak kewajiban zakat
dianggab kafir.21 Karena dalam penunaian zakat itu memiliki arti yang sangat
penting. Adapun hukumnya zakat adalah wajib aini dalam arti kewajiban yang
ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan pada orang lain.22
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam berdasarkan ketetapan
dalam al-Quran, Sunah Nabi, dan Ijma para ulama.23 Bahkan dalam al-Quran
sendiri ditemukan bahwa kata zakat yang digandingkan dengan kata sholat ada
pada delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki

18

Amiruddin Inoed Dkk, Op. Cit., 10.


Didin Hafidudin, Formalisasi Syariat Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia (Bogor, Ghalia
Indonesia, 2006), 119.
20
Nuruddin Madi Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2006), 1.
21
Mohammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya (Jakarta: Pustaka Cerdas,
2003), 177.
22
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Cet, 1; Bogor, Kencana, 2003) 38.
23
Abdul al-Hamid Mahmud al-Baly, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah
(Jakarta: PT; Raja Grafindo Persada, 2006), 1.
19

16

keterkaitan yang sangat erat,24 bahkan bilamana disimpulkan secara deduktif


disebutkan bahwa setelah sholat, zakat merupakan rukun Islam terpenting.25
Sementara itu, John B. Taylor dalam tesisnya yang berjodol The Quranic
Doctrine Of Sholat (1964), mengatakan bahwa rangkaian kata sholat-zakat dalam
al-Quran sering kali ditemukan secara konsesten.26 Oleh karena itu, zakat dan
sholat merupakan pilar-pilar esensial berdirinya bangunan Islam27 sekaligus
menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan antara manusia
Adapun dasar hukum kewajiban zakat di antaranya:
a. Dalil al-Quran dalam surat al-Hajj: 41

y9$$/ (#tr&u n429$# (#s?#uu n4n=9$# (#$s%r& F{$# 3 ) t%!$#

W{$# t6)t !u 3 s39$# t (#ytu

yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.
b. Dalil sunnah
Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan antara lain: yaitu dalam hadits
riwayat Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda:

24

Wahbah Al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madhab terjemah, Agus Effendi dan Burhanuddin
fananny (Cet. 6; Bandung: PT; Remaja Rosda Karya, 2005), 89.
25
Yasin Ibrahim Al-Syaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta (Cet. 1; Bandung:
Marja, 2004), 11.
26
Nuruddin Madi Ali, Op. Cit., 25.
27
Suderman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang; UIN-Malang Press, 2007), 17.
28
QS al-Hajj (17): 41.

17

( )


Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: Islam dibangun di atas lima pundasi
pokok, yakni kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan
Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa di
bulan Ramadhan. (Riwayat Imam Bukori)
c. Dalil Ijma
Adapun dalil berupa Ijma ialah adanya kesepakatan semua (ulama) umat
Islam di semua negara bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para sahabat Nabi
Muhammad SAW sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan
mengeluarkan zakat. Oleh karena itu, barang siapa yang mengingkari
kefarduannya berarti dia kafir atau - jika sebelumnya dia merupakan seorang
muslim yang dibesarkan di daerah muslim, menurut kalangan para ulama murtad kepadanya diterapkan hukum-hukum orang murtad.30 Namum bagi
seseoarang yang mengikari kefarduan zakat karena tidak mengerti baik karena
baru memeluk Islam maupun karena dia hidup didaerah yang jauh dari tempat
ulama, dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab dia memiliki uzur, tetapi dia
harus diberi penjelasan hukum tentang kewajiban zakat.
d. Landasan Historis
Dari segi sejarah, kewajiban zakat telah disyariatkan kepada para Nabi
dan Rasul sebagaimana telah dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail
as. Bahkan terhadap Bani Israil umat Nabi Musa as syariat zakat telah

29
30

Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Buhari, Matan Buhari, Juz Awal (Bairut: Libanun, t,th), 11
Wahbah al-Zuhaily, Op. Cit., 90.

18

diterapkan. Demikian pula terhadap umat Nabi Isa as ketika Nabi Isa as masih
dalam buaian. Ahli Kitab juga diperintahkan untuk menunaikan zakat sebagai
salah satu instrumen agama yang hanif.31

3. Tujuan dan Manfaat Zakat


Segala sesuatu yang diwajibkan oleh Allah SWT pasti punya tujuan dan
kemanfaatan, demikian pula halnya dengan pelaksanaan ibadah zakat. Sedangkan
yang dimaksud tujuan zakat dalam hubungan ini adalah sasaran praktisnya.
Adapun tujuan tersebut adalah:32
a

Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan


hidup serta penderitaan.

Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq


(penerima zakat).

Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam
suatu masyarakat.

Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama


pada mereka yang punya harta.

Mendidik

manusia

untuk

berdisiplin

menunaikan

kewajiban

dan

menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.


f

Sebagai sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.


Adapun kemanfaatan zakat sebagai ibadah di bidang harta antara lain

sebagai berikut:
31

Nuruddin Madi Ali, Op. Cit., 27-28.


Gustian Djuanda Dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT, Raja
Grafindo Persada, 2006), 15-17 ;Muhammad, Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih
Kontemporer (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 18.
32

19

Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT.

Karena zakat merupakan hak mustahik, zakat berfungsi untuk menolong,


membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin kearah kehidupan
yang lebih baik.

Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Sebab zakat itu bukan
membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang
lain dari kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.
Dengan

demikian,

maka

kemanfaatan

yang

diusahakan

dalam

pelaksanaan zakat itu sesuai dengan makna harfiah kata zakat itu sendiri, karena
kata zakat artinya: barokah, tumbuh, berkembang, suci, bersih, baik dan terpuji.33

4. Hikmah dan Keutamaan Zakat


Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang kelima sekaligus sebagai
perintah yang mengikuti printah sholat. Dari sosial kemasyarakatan, baik zakat,
infak maupun sodaqoh memberikan hikmah yang besar dalam merealisasikan
nilai harta umat Islam.34 Jadi, zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang
mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar, mulia, baik yang
berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahiq) harta
yang dikeluarkannya maupun bagi masyarakat keseluruhan.35 Secara khusus
hikmah zakat juga dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu:36
a. Bagi para muzakki

33

Sjcehul Hadi Permono, Sumber-Sumber Pengalian Zakat (Cet,1; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), 35.
Amiruddin Inoed Dkk, Op. Cit., 20.
35
Abdur Rahman Qadir, Zakat Dalam Deminsi Mahdhah dan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999), 82.
36
Amiruddin Inoed Dkk, Op. Cit., 21.
34

20

1) Menghilangkan sifat kikir dan bahil (tamak).


2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.
3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetia kawanan dan kepedulian sosial.
4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerimah zakat
(mustahiq).
5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik jika dalam memberikan zakat, infak, dan
sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.
6) Terhindar dari ancaman Allah SWT dari siksaan yang pedih
b. Bagi Para Mustahiq
1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam terhadap
golongan kaya yang hidup serba kecukupan dan mewah yang tidak peduli
dengan masyarakat bawah.
2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas partisipasi
golongan kaya terhadap kaum dhuafa.
3) Menjadi mudal kerja usaha mandiri berupa mengangkat hidup.
c. Bagi Umara
1) Menunjang

keberhasilan

pelaksanaan

program

pembangunan

dalam

meningkatkan kesejahteraan umat Islam.


2) Memberikan solusi aktif mengentas kecemburuan sosial di kalangan
masyarakat.
Adapun hikmah dan keutamaan yang tersimpan dalam zakat menurut
Robibson Malian sebagai berikut:37

37

Ibid., 24 -25.

21

Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah


untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupannya. Dengan bantuan tersebut
mudah-mudahan nantinya mereka akan mampu melaksanakan kewajibankewajibanya nanti terhadap Allah SWT.

Memberantas penyakait sakit hati, rasa benci dan dengki dari diri manusia
yang biasa timbul saat melihat orang-orang disekitarnya hidup berkecukupan
dan mewah sedangkan ia sendiri tidak memiliki apapun, bahkan untuk makan
saja susah.

Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa,


menumbuhkan akhlak mulia, menjadi pemurah, memiliki rasa kemanusiaan
yang tinggi dan mengikis sifat-sifat kikir serta serakah yang menjadi tabiat
manusia. Dengan mengeluarkan zakat akan terasa ketenangan batin, terbebas
dari tuntutan Allah SWT dan tuntutan kewajiban terhadap masyarakat.

Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri


diatas prinsip-prinsip; Ummatan Wahidah (umat yang satu), Musawah
(persamaan derajat, hak dan kewajiban), dan takaful Ijtimai (saling membantu
satu sama lain dalam kehiduan bermasyarakat).

Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi


harta kekayaan, keseimbangan dalam pemilikan harta, dan keseimbangan
tanggung jawab individu dalam masyarakat.

5. Mustahiq Zakat
Zakat sebagai dana bantuan sosial sangat besar sekali peranan dan
manfaatnya dalam membangun dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik

22

bagi mustahiq. Oleh sebab itu, zakat yang telah terkumpul diselurkan kepada para
mustahiq sebagaimana yang terterah dalam firman Allah SWT dalam surat atTaubah: 60.

u 5=% x9x9$#u $pn=t t,#y9$#u 3|y9$#u !#ts)=9 Ms%y9$# $y)


=t !$#u 3 !$# i Zs ( 69$# $#u !$# 6y u tt9$#u >$s%h9$#
38

6ym

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana

Dari ayat tersebut diperoleh pemahaman bahwa yang berhak menerima


zakat (Mustahiq) zakat ada 8 (delapan) dengan rincian sebagai berikut:
a. Fuqar, Fuqar adalah jama dari faqir yaitu orang yang tidak ada harta untuk
hidup sehari-hari dan tidak mampu bekerja dan berusaha.
b. Masakin, masakin merupakan jama dari kata miskin yaitu oarng yang
penghasilan sehari-harinya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya.
c. Amil, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan membagikan
zakat kepada yang berhak menerimanya.
d. Muallaf, yaitu oarng yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah.
e. Hamba sahaya (budak), yaitu orang yang belum merdeka.
f. Gharim, yaitu orang yang mempunyai banyak hutang sedangkan ia tidak
mampu. Dalam hal ini aliran syafiiah menyatakan bahwa gharimin meliputi:
38

QS, at-Taubah (10): 60.

23

1) Hutang karena mendamaikan dua orang yang bersengketa, 2) Hutang


untuk kepentingan pribadi, 3) Hutang karena menjamin orang lain.
g. Sabilillah, yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT. Namun pada
perkembanganya sabilillah tidak hanya pada jihad, akan tetapi mencakup
semua program yang memberi kemaslahatan pada umat bahkan termasuk
pada ilmuan yang melakukan tugas negara untuk kepentingan umat Islam,
meskipun secara pribadi ia kaya.
h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) seperti dalam
berdakwah dan menuntut ilmu.39

6. Macam-Macam Zakat
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk
dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi
yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari raya idul fitrih. Ketentuan
waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan mulai dari awal ramadhan sampai yang
paling utama pada malam idul fitrih dan paling lambat pagi hari idul fitrih.40
Sedangkan hukumnya wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki
atau perempuan, budak atau merdeka.41
Adapun fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada
fitrahnya dengan mensucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang

39

Fahruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat Di Indonesia (Cet, 1; Yogyakarta: UIN-Malang Press,
2008), 296-303.
40
Amiruddin Inoed Dkk, Op. Cit., 62.
41
Farida Prihantini Dkk, Op. Cit., 52.

24

disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu


menyimpang dari fitrahnya.42
Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176
kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut oleh
nash hadits yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir, (anggur) danagit (semacam
keju). Untuk daerah atau negara yang makananya selain makanan di atas, madhab
Maliki dan Syafii membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang
lain.43
Menurut madhab Hambali pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan
dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan. Adapun
waktu pembayaran zakat fitrah menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah:
1) Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan terbenamnya
matahari diakhir bulan ramadhan
2) Boleh mendahulukan pembayaran zakat fitrah diawal bulan ramadhan.
b. Zakat Mal
Zakat mal atau zakat harta benda telah difardlukan oleh Allah SWT sejak
permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah.44 Pada
awalnya zakat mal itu difardukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula
diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara hanya
memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan

42

Muhammad Jafar, Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji (Cet. 2; Jakarta: Kalam Mulia, 1990), 63.
Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin, Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta: Darul Haq,
2001),159.
44
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Cet, 3; Semarang: PT; Pustaka Rizki
Putra, 1999), 10.
43

25

kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua.45 Pada
tahun kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara
menentukan harta-harta yang wajib dizakati serta kadar masing-masing.46
Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh
setiap manusia untuk dimiliki, diambil kemanfaatannya, dan menyimpanya.
Adapun menurut istilah Syariat mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan
dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat
dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu:
1) Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan.
2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan..
Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa
klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut :47
1) Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil
(kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan syarat pada
binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun,
digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus sepanjang tahun dengan
dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging, dan hasil perkembanganya, tidak
untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan
sebagainya.

45

Ibid
Ibid., 11.
47
Gustian Djuanda Dkk, Op. Cit,. 18-20
46

26

2) Emas dan Perak


Termasuk kategori emas dan perak, adalah mata uang yanag berlaku pada
waktu

itu

dimasing-masing

negara.

Dengan

demikian,

segala

bentuk

penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainya,
masuk kedalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nisab dan besar
zakatnya disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila, rumah,
kendaraan, tanah, dan lain-lain yang melebihi keperluan menurut syara atau di
beli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat
diuangkan.
3) Harta Peniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual
belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,
makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan perorangan
atau perserikatan seperti:PT, CV, Koperasi dan sebagainya.
4) Hasil Pertanian.
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias,
rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.
5) Hasil Tambang.
Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok,
minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang berasal dari
lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.

27

6) Rikaz
Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau yang
lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta rikaz yaitu
harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.

c. Zakat Profesi
Menurut Yusuf Al-Qardhawi. Zakat profesi adalah zakat yang diambil
dari penghasilan ataupun pendapatan yang diusahakan melaluli keahlian yang
dilakukan secara sendiri (seperti: profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit,
pelukis, dai atau muballiq) maupun secara bersama-sama (seperti: pegawai pada
suatau intansi pemerintahan, BUMN, karyawan pada BUMS yang dapat gaji
pada waktu tetap).48
Sedangkan dasar hukum kewajiban zakat ini berdasarkan keumuman
kandungan makna Al-Quran dalam Surah Adz-Dzaariyat ayat 19 :

spRQ$#u !$=j9 A,ym 9ur& u


Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Disamping itu, juga berdasarkan pada tujuan disyariatkannya zakat,


seperti untuk membersihkan harta dan mengembangkan harta serta menolong
para mustahiq. Jadi, zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang
merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu kewajiban zakat pada semua
48
49

Amiruddin Inoed Dkk. Op. Cit., 50.


QS, Adz-Dzaariyat (26): 19.

28

penghasilan dan pendapatan.50 Adapun kadar zakat profesi yang dikeluarkan


diqiyaskan berdasarkan zakat emas dan perak, yaitu 2,5 %.dari seluruh
penghasilan kotor.51

C. Kajian Lembaga Pengelolaan Zakat


1. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat
Pelaksanana zakat didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat atTaubat ayat 60 sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa salah satu golongan
yang berhak menerima zakat adalah (mustahiq zakat) orang yang bertugas
mengurus urusan zakat. Sedangkan dalam surat at-Taubat ayat 103

3 ; s3y y7s?4n=| ) ( n=t e|u $p5 j.t?u ds? Zs%y| ;ur& {


=t y !$#u

52

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Ayat diatas ini mejelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orangorang yang berkewajiban zakat (muzakkih) untuk kemudian diberikan kepada
mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).53

50

Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah (Cet, 3; Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 103-104
51
Jusmailani Dkk, Kebijakan Ekonomi Dalam Islam (Cet, 1; Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2005), 128.
52
QS, at-Taubah (11): 103.
53
Didin Hafiduddin Agar Harta Berkah dan Bertambah, Gerakan Membudayakan Zakat, Infak,
Sedakah, dan Wakaf (Jakarta: Gema Insani, 2007), 168.

29

Pegelolaan zakat yang ditangani oleh lembaga pengelola zakat, apalagi


yang mempunyai kekuatan hukum normatif akan memiliki beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut.54
a

Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

Untuk menjaga perasaan renda hati para mustahiq zakat apabila berhadapan
langsung menerima zakat dari para muzakki.

Untuk mencapai efesiensi dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.

Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan


pemerintahan yang Islami.

2. Dasar Hukum Lembaga Pengelola Zakat


Keberadaan organisasi pengelolaan zakat di Indonesia diatur oleh UU No
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama
(KMA) No 581 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang pedoman teknis
pengelolaan zakat55 Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan
tersebut masih banyak kekurangan yang mendasar, misalnya tidak dijatuhkannya
sangsi bagi muzakki yang melalaikan zakat, tetapi UU tersebut mendorong upaya
pembentukan lembaga pengelolaan zakat.yang amanah, kuat, dan dipercaya oleh
masyarakat.

54
55

Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah (Jakarta: PT; Raja Grafindo Persada, 2007), 110.
Gustian Djuanda Dkk, Op. Cit., 3-4.

30

Dalam Bab 11 Pasal 5 dalam UU disebutkan bahwa pengelolaan zakat


bertujuan :
a

Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang menunaikan zakat

Meningkatkan fungsi dan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan


kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

3. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat


Menurut Yusuf Qurdhawi dalam bukunya, fiqhu zakat, menyatakan
bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil atau pengelola zakat harus memiliki
beberapa syarat sebagai berikut: 56
a. Beragama Islam. Karena zakat adalah salah satu rukun Islam, maka sudah
saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama
muslim.
b. Mukallaf. Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap
menerima tanggung jawab.
c. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan
dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan rela menyerahkan
zakatnya melalui lembaga pengelola zakat jika lembaga ini memang patut
dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transpran
(keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara
berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan dengan ketentuan syariat
Islamiyyah
56

Didin Op. Cit., 171-173.

31

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu


melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada
masyarakat.
e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting, akan tetapi harus
ditunjang kemampuan dalam melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah
dan kemampuan inilah yang akan menghasilkan kinerja yang optimal.
f. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.
Di Indonesia, berdasarkan keputusan menteri Agama RI Nomor 581
Tahun 1999 pasal 22, bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis
antara lain sebagai berikut
a. Badan hukum
b. Memiliki data muzakki dan mustahiq
c. Memiliki program kerja
d. Memiliki pembukuan.
e. Melampirkan surat peryataan bersedia diaudit.
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi
dari tiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan akan semakin
bergairah menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.

32

D. Manajemen Lembaga Pengelola Zakat


1. Perencanaan Pengelolaan Zakat
a. Perencanaan Strategis Kelembagaan
Perencanaan adalah pemelihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan,
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi waktu
yang akan datang dimana perencanaan dan kegiatan

yang diputuskan akan

dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Oleh karena itu,
maka dalam melakukan perencanaan ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
1) Hasil yang ingin dicapai
2) Yang akan melakukan
3) Waktu dan sekala prioritas
4) Dana (kapital)
Perencanaan dengan segala variasinya ditujukan untuk membantu tujuan
suatu lembaga atau organisasi. Karena fungsi perencanaan harus mendukung
fungsi manajemen berikutnya, yaitu fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan,
dan fungsi pengawasan.57
Sementara ini perencanaan yang berkembang didasarkan atas pembagian
waktu. Melalui pembabakan ini dikenal tiga tipe perencanaan. Pertama
perencanaan jangka pendek, yaitu perencanaan yang dibatasi waktu maksimal
hingga satu tahun. Kedua perencanaan jangka menengah yang waktunya berkisar

57

Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Paraktek (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), 78.

33

antara 1 sampai 3 tahun. Ketiga perencanaan jangka panjang yang membutuhkan


waktu 3 sampai 5 tahun. Penetapan berdasarkan waktu hanya merupakan
konvensi. Organisasi yang tidak sepakat dengan konvensi itu, bisa menetapkan
kisaran waktunya sendiri. Yang penting dasar alasannya kuat hingga perencanaan
dan tujuan bisa tercapai.58
Dengan demikian, maka dalam perencanaan zakat mutlak diperlukan. Hal
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:59
1) Aktivitas-aktivitas berupa pengumpulan data dan informasi yang disertai
pemikiran, apa yang hendak dicapai, mengapa harus dicapai, dimana harus
dijalankan, bilamana waktunya, siapa-siapa yang menjalankan, bagaimana
caranya menjalankan.
2) Membuat kepastian segala apa yang dapat dipastikan oleh karena faktorfaktornya berada ditangan.
3) Menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut oleh situasi dan
kondisi dari pada badan usaha/unit organisasi.
Dalam penyusunan perencanaan strategis kelembaga pengelolaan zakat
maka dibutuhkan empat unsur utama yaitu :60
1) Tujuan yang jelas.
2) Fakta-fakta, yaitu apa yang terdapat sekarang yang merupakan lanjutan dari
yang telah ditentukan masa lampau.
3) Perkiraan hari.

58

Abd qodir skripsi Op. Cit., 34-35


Fahruddin, Op. Cit., 275.
60
Ibid., 276.
59

34

4) Serangkaian perbuatan dan aktivitas tertentu yang berhubungan dengan upaya


pencapaian tujuan.
Jadi, perencanan zakat pada pokoknya adalah mengerjakan urusan zakat
dengan mengetahui apa yang dikehendaki untuk dicapai, baik yang diselesaikan
sendiri atau orang lain yang setiap waktu selalu mengetahui apa yang akan harus
ditujuh.
Dalam perencanaan diperlukan semacam kemahiran untuk melakukan,
bisa melalui latihan atau pengalaman, makin komfleks perencanaannya makin
diperlukan ketinggian dan kompleks tingkat kemahirannya dalam menilai dan
menyusun apa yang diperlukan.61
Dalam pengelolahan zakat, ada empat tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1) Memudahkan muzakki menunaikan zakat
2) Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahiq yang berhak menerima
3) Mengelola zakat dengan memprofesionalkan organisasi zakat
4) Tewujudnya kesejahteraan sosial.62
Badan/Lembaga Pengelolaan Zakat secara umum harus mempunyai visi
dan misi. Adapun visi lembaga sosial zakat adalah :
1. Menjadi pengelola zakat, infaq dan shadaqah yang amanah dan profesional
2. Menjadi lembaga terdepan yang memiliki komitmen dalam mensejahterakan
masyarakat melalui zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ajaran Islam
3. Menjadi lembaga sosial profesional yang didasari oleh syari'at Islam yang
kukuh sebagai upaya mengembangkan kehidupan umat yang sejahtera.

61
62

Ibid.
Ibid., 277.

35

4. Menjadi Baitul Mal yang representatif sebagaimana yang dilakukan oleh


Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Sedangkan secara operasional kelembagaan, misi khusus yang harus
dilakukan oleh lembaga pengelola zakat adalah sebagai berikut:
1) Membina masyarakat yang kurang mampu menjadi masyarakat yang
berkemampuan baik secara sosial maupun ekonomi agar memiliki komitmen
dan keIslaman melalui pengumpulan maupun penyaluran zakat.
2) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang kurang mampu dalam
pengembangan diri atau keluarga menjadi masyarakat yang berkesejahteraan
berdasarkan nilai agama Islam.
3) Memberikan contoh yang baik bagi masyarakat agar mau dan berkeinginann
kuat untuk berzakat, infaq dan shadaqah demi kepentingan umum.
Dari visi dan misi akan dilahirkan program-program unggulan sebagai
implementasi pengelolaan zakat. Dari sejumlah program yang dicanangkan
Badan/Lembaga Pengelola Zakat dapat dikelompokkan menjadi empat program
besar, yaitu program ekonomi, program sosial, program pendidikan dan program
dakwah.63
b. Pengorganisasian Sruktur Pengelola Zakat
Sebagai salah satu dari sekian banyak lembaga sosial di Indonesia Badan
Amil Zakat (BAZ) juga perlu untuk dikelola secara profesional dengan
didasarkan atas aturan-aturan keorganisasian. Oleh karena itu, untuk terwujudnya

63

Ibid., 278

36

suatu organisasi/lembaga yang baik maka perlu dirumuskan beberapa hal


dibawah ini :64
1) Adanya tujuan yang akan dicapai
2) Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan
3) Adanya wewenang dan tanggung jawab
4) Adanya hubungan (relationship) satu sama lain
5) Adanya penetapan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan atau tugastugas yang diembankan kepadanya.
Dalam UU RI No38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal
6 dan pasal 7 disebutkan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari
dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Pengelolaan Zakat
(LAZ). Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil
Zakat didirikan oleh masyarakat. Dalam buku petunjuk teknis pengelolaan zakat
yang dikeluarkan oleh Institusi Manajemen Zakat (2001) dikemukakan susunan
organisasi lembaga zakat seperti Badan Amil Zakat sebagai berikut65 :
1.

Susunan Organisasi Badan Amil Zakat

a. Badan Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan
Badan Pelaksana.
b. Pengorganisasian Sruktur Pengelola Zakat
Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud ayat (5) meliputi unsur ketua,
sekertaris dan anggota.

64
65

Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV. Mandar Maju, 1992), 39.


Didin Hafidhuddin, Op. Cit., 130

37

c. Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi unsur ketua,
sekertaris dan anggota.
d. Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi unsur ketua,
sekertaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan, bagian pendistribusian dan
pendayagunaan.
e. Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur
pemerintah. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendekiawan,
tokoh masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait.

2. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ)


a. Dewan Pertimbangan
1) Fungsi
Memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi kepada Badan
Pelaksana dan Komisi Pengawas dalam Pengelolaan Badan Amil Zakat,
meliputi aspek syari'ah dan aspek manajerial.

2) Tugas Pokok
a) Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.
b) Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas.
c) Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat.
d) Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana
dan Komisi Pengawas baik diminta maupun tidak.

38

e) Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dan
Komisi Pengawas.
f) Menunjuk akuntan publik.

b. Komisi Pengawas
Tujuan pengawasan adalah menjamin tercapainya tujuan organisasi.
Sebagai suatu kegiatan, pengawasan bisa dirancang dalam perencanaan secara
khusus. Namun sebagai sebuah tanggung jawab, pengawasan sebenarnya telah
melekat secara interen dalam tiap perencanaan, karena melekat secara interen,
sebenarnya perencaan adalah pengawasan itu sendiri. 66
1) Fungsi
Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksanaan.
2) Tugas Pokok
a) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan
Pertimbangan.
c) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana, yang
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
d) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari'ah.

c. Badan Pelaksana
1) Fungsi
66

Eri Sudewa, Manajemen Zakat (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), 140.

39

Sebagai pelaksana pengelolaan zakat


2) Tugas Pokok
a) Membuat rencana kerja.
b) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah
disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c) Menyusun laporan tahunan.
d) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah.
e) Bertindak dan bertangung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat
kedalam maupun keluar.

E. Mekanisme Distribusi zakat


Zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat harus segera disalurkan
kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam
program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat kepada mustahiq bersifat
konsumtif dan juga produktif.67
Sedangkan pendistribusi zakat tidak hanya dengan dua cara, akan tetapi
ada tiga yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif dan investasi.68 Dalam
pendistribusian zakat kepada mustahiq ada beberapa ketentuan.69
a.

Mengutamakan distribusi domistik dengan melakukan distribusi lokal atau


lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam lingkungan terdekat

67

Didin Hafidhuddian, Op. Cit. 132.


M.Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Mengkomonikasikan Kesadaran Dan
Mengembangkan Jaringan (Cet, 1: Jakarta; Kencana, 2006), 148
69
Yusuf Qardhdawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2005), 139-152
68

40

dengan lembaga zakat dibandingkan dengan pendistribusiannya untuk


wilayah lain.
b.

Pendistibusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai beikut:

1) Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap golongan mendapat


bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2) Pendistribusian haruslah menyeluruh pada delapan golongan yang telah
ditentukan.
3) Di perbolehkan memberikan semua bagian zakat kepada beberapa golongan
penerima zakat saja apabila didapati bahwa kebutuhan yang ada pada
golongan tersebut memerlukan penanganan secara khusus.
4) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan yang pertama menerima
zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka dan membuatnya tidak tergantung
kepada golongan orang lain adalah maksud tujuan dari diwajibkan zakat.
c. Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat. Zakat baru bisa
diberikan setelah ada keyakinan bahwa si penerima adalah orang yang berhak
dengan cara mengetahui atau menanyakan hal tersebut kepada orang-orang
yang ada dilingkungannya, ataupun mengetahui yang sebenarnya.

F. Model Pendayagunaan Zakat.


Pendayagunaan zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana
zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial
mengharuskan pendayagunaan zakat diarahkan pada model produktif dari pada
model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 38 Tahun

41

1999 tentang pengelolaan zakat.70 Dalam pelaksanaannya, model pendayagunaan


zakat pada penyaluran dana diarahkan pada sektor-sektor pengembangan
ekonomi dengan harapan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan
mustahik
Secara garis besar model pendayagunaan zakat digolongkan ada empat
yaitu:71
a. Model distribusi bersifat konsumtif tradisioal
Yaitu zakat dibagikan pada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung
sepeti zakat fitrah yang dibagikan pada fakir miskin untuk memenuhi
kebutuahan hidup sehari-hari atau zakat mal yang diberikan pada kurban
bencana alam.
b. Model distribusi bersifat konsumtif kreatif.
Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti dalam
bentuk alat-alat sekolah, atau beasiswa.
c. Model distriusi zakat bersifat prodokif tradisioanl
Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang prodoktif seperti
kambing, sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk
ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja fakir
miskin.
d. Model distribusi dalam bentuk prodoktif kriatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan
proyek sosial atau menambah modal usaha pengusaha kecil.

70
71

UU No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolahan Zakat, Bab V ( Pendayagunaan Zakat) Pasal 16.
M, Arif Mufraini, Op, Cit., 147.

42

Dalam kaitan memaksimalkan fungsi zakat, maka pola pemberian zakat


tidak terbatas pada yang bersifat konsumtif. Tetapai harus lebih yang bersifat
prodoktif. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan dengan
keteladanan yang beliau lakukan ketika memberikan kepada seorang fakir
sebanyak dua dirham sambil memberikan anjuran agar mempergunakan uang
tersebut, satu dirham untuk dimakan dan satu dirham lagi supaya dibelikan kapak
sebagai alat kerja.
Untuk penganti pemerintah saat ini dapat diperankan oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang kuat, amanah, dan profesional. BAZ atau
LAZ

bila memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan

pembinaan atau pendampingan kepada mustahiq zakat agar kegiatan usahanya


dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin meningkat kualitas
keimanan dan keIslamnnya.72
Dengan model yang prodoktif, tepat sasaran serta berkelanjutan, zakat
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteran dan membebaskan diri dari
belenggu kesengsaraan ekonomi, serta mengangkat derajat setatus kaum dhuafa
(mustahiq) menjadi muzaki dikemudian hari.

G. Kesejahteraan
Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat
didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga
memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan keruhaniaan.73 Terpenuhinya

72

Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomia Moderen (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani, 2002), 134.
Eko Subhan,http://www,.
mail-archive. com/ ekonomi-nasional @yahoo groups.
com/msg06629.html. (diakses pada 17 April 2009)
73

43

kebutuhan dalam pandangan Islam sama pentingnya dengan kesejahteraan umat


sebagai upaya peningkatan spiritual.74 Oleh seab itu, konsep kesejahteraan bukan
hanya berorentasi pada terpenuhinya kebutuhan material-duniawi, melainkan
juga berorentasi pada terpenuhinya kesejahteraan spriritual-ukhrowi.
Dalam program pembinaan keluarga sejahtera disebutkan kriteria-kriteria
keluarga sejahtera yang terdiri dari keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera 1,
keluarga sejahtera II, keluarga sakina III, keluarga sejahtera III Plus.
1. keluarga pra sejahtera: yaitu keluarga yang bukan melalui perkawinan yang
sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spritul dan material (basic need)
secara minimal, seperti keimanan, sholat, zakat fitrah, puasa, sandang pangan,
papan, dan kesehatan.
2. keluarga sejahtera I: yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
spiritual dan material secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan
keagamaan dalam keluarga, dan belum mampu melakukan interaksi sosial
keagamaan.
3. keluarga sejahtera II: yaitu keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan
kehidupan dan juga mampu memehami arti pentingnya pelaksanaan ajaran
agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga, dan mampu melakukan
interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu
menghayati dan mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan
akhlakul karimah, infaq, wakaf, amal jariah, dan menabung.

74

http://marx83. wordpress. Com/2008/10/23/tujuan-ekonomi-islam. (diakses pada 17 April 2009)

44

4. keluarga sejahtera III: yaitu keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan


keimanan, ketakwaan, sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya
tetapi belum mampu menjadi teladan bagi lingkungannya.
5. keluarga sejahtera III Plus: yaitu keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia secara sempurna, sosial psikologis
dan pengembangan keluarganya serta mampu menjadi teladan bagi
lingkungannya.
Dalam hal ini kesejahteraan dalam keluarga dapat dikatakan sejahtera
apabila telah memenuhi kriteriah antara lain:75
a. Kehidupan keberagaman dalam keluarga, dari segi keimana kepada Allah
SWT murni (tidak melakukan kesyirikan), taat kepada ajaran Allah SWT dan
Rasul-Nya. Dengan adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
tercermin dalam agamanya, akan memberikan tuntutan atapun bimbingan
kepada yang memeluknya kearah yang baik.
b. Segi pengetahuan agama, memiliki semangat untuk mempelajari dan
memahami dan memperdalam ajaran Islam. Taat melaksanakan tuntunan
akhlak mulia, disamping kondisi rumahnya Islami.
c. Segi kesehatan, semua keluarga harus selalu menjaganya dengan cara berolah
raga sehingga tidak mudah sakit. Bila ada yang sakit segara mengunakan jasa
pertolongan puskesmas atau dokter.
d. Ekonomi keluarga. Suami istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Pengeluaran tidak melebihi pendapatan, bahkan

75

Rodin, Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah (dikampung baru kel.
Kota lama kec. Kedung kandang), Skripsi (Malang: Fakultas Syariah, 2005),25-27.

45

kalau cukup bisa ditabung. Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi adalah
kebutuhan makan sehari-hari, sandang, tempat tingal, pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya yang sering disebut dengan nafkah.
Sedangkan menurut bank dunia bahwa kriteria kesejahteraan seseorang
dapat diukur perhari lewat dengan pendapatan yang diperoleh dengan jumlah
diatas USD$ 1,00 / 2,00 sehari per kapita.76

76

http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=344 (diakses, 19 April 2009)

BAB III
METODE PENELTIAN

A. Jenis Penelitian
Untuk jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sosiologis

atau

empiris,

karena

dalam

penelitian

ini

peneliti

telah

menggambarkan secara detail dan mendalam tentang suatu keadaan atau


fenomena dari objek penelitian yang diteliti dengan cara mengembangkan konsep
serta menghimpun kenyataan yang ada.77
Sedangkan menurut Soetandyo Wingjosoebroto: penelitian sosiologis
yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai
proses terjadinya dan bekerjanya hukum dalam masyarakat. 78

77

Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqih Jilid 1: Paradigma Penelitian Fiqih dan Fiqih Peneltian
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 18-19.
78
Bambang Songgono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 42.

46

47

B. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu, atau untuk melakukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat.79 Juga merupakan salah satu model penelitian yang lebih banyak
terkait dengan antropologi, yang mempelajari peristiwa kultural.80
Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif. Yaitu apa yang di nyatakan oleh responden secara tertulis atau lesan
dan prilaku nyata. Yang di teliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang utuh,
sepanjang hal tersebut mengenai manusia atau menyangkut sejarah kehidupan
manusia.81 Sedangkan tujuan dalam penelitian ini bukan untuk menguji, tetapi di
dasari oleh perasaan keinggin tahuan tentang model pendayagunaan zakat untuk
kesejahteraan mustahiq yang sedang dijalankan oleh LAZIS Sabilillah
Kecamatan Blimbing Kodya Malang.

C. Sumber Data
Sumber data ialah tempat atau orang dimana data di peroleh.82 Sedangkan
data adalah fakta yang dijaring berdasarkan kerangka teoritis tertentu.83 Adapun
sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berkut:

79

Ibid., 25.
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 94.
81
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 3.
82
Suharsimi arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
107.
80

48

Data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang yang di peroleh langsung dari

sumber pertama.84 Dengan demikian, maka data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diambil dari sumber pertama berupa hasil wawancara dengan
informan yang dianggap tepat untuk di ambil datanya. Sedangkan informan yang
d imaksud dalam hal ini adalah orang-orang yang duduk dalam jabatan struktur
kepengurusan Lambaga Amil Zakat, Infaq dan Sodaqah Sabilillah Malang seperti
Ust. Sulaiman AP Sebagai Wakil Ketua LAZIS, Ust. Mochammad Sholeh, AP
sebagai sekertaris, dan Ust. Sofyan Arif, AP Sebagai manager pendayagunaan
dan pendistribusian beserta orang-orang yang mendapatkan dana zakat bergulir
dalam bentuk modal pinjaman diantaranya: Bapak Nur Salim dan Bapak
Suwarno sebagai mustahiq yang dapat bantuan bergulir berupa modal usaha
untuk permodalan usaha atau penambahan modal usaha. Sedangkan dari
mustahiq yang dapat bantuan bergulir berupa modal kerja/alat kerja dalam bentuk
becak yaitu Bapak Sadi, Bapak Irkam, dan Bapak Misla. Sebab data yang telah
diperoleh peneliti juga berasal dari mereka.
b

Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang berasal dari tangan kedua,

ketiga dan seterusnya. Artinya data tersebut satu atau lebih dari pihak yang bukan
peneliti sendiri, dan yang bukan di usahakan sendiri pengumpulanya oleh

83

M. Saad Ibrahim, Metodologi Penelitian Hukum Islam, Buku Ajar, di Sajikan Pada Mata Kuliah
Metpen Hukum (Malang, Universitas Islam Negeri, 2006), 22.
84
Soejono Soerkanto, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 12

49

peneliti, misalnya data yang berasal dari biro statistik, buku, majalah, koran, dan
sebagainya.85
Sedangkan data yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah
data yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan LAZIS seperti
buku-buku yang relevan dengan pembahasan zakat, serta sumber yang lain
berupa hasil laporan penelitian yang masih ada hubungan dengan tema yang di
bahas sebagai pelengkap yang dapat di korelasikan dengan data primer. Data
tersebut adalah bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat di
bagi atas sumber buku majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi,
disertasi atau tesis, jurnal dan dokumen resmi.86

D. Teknik Pengumpulan Data


Guna untuk memperoleh data yang di butuhkan dalam penelitian ini,
maka teknik pengumpulan data yang di gunakan ada beberapa cara, antara lain.
a. Observasi
Metode observassi digunakan oleh seorang peneliti ketika hendak
mengetahui secara empiris tentang fenomena objek yang diamati. Observasi
adalah pengamatan panca indra manusia (penglihata dan pendengaran)
diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang dicatat dan
selanjutnya catatan tersebut di analisis.87 Observasi bertujuan menjawab masalah
penelitian. Dalam hal ini yang peneliti lakukan adalah mendatangi langsung
lokasi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Masjid Sabilillah
85

Bambang Songgono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
114.
86
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), 159.
87
Rianto Andi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), 70.

50

Malang. Serta orang-orang yang menerima dana Zakat dari LAZIS secara
bergulir dalam bentuk sebagai modal pinjaman. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang kongkerit tentang Model Pendayagunaan Zakat Untuk
Kesejahteraan Mustahiq
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tetentu yang di lakukan oleh dua pihak, yaitu Pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban).88 Adapun teknik
wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah teknik wawancara
tidak terstruktur, bersifat luwes, susanan pertanyaanya dan susunan kata-kata
dalam setiap pertanyaan dapat di ubah pada saat wawancara, di sesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan atau
responden yang di hadapi.89 Sedangkan tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang terkait dengan model pendayagunaan zakat untuk
kesejahteraan mustahiq. Dalam pelaksanaannya, peneliti akan mewawancarai
langsung pihak-pihak yang ada dalam struktur kepengurusan Lembaga Amil
Zakat Sabilillah Malang dan pihak penerima zakat.
c. Dokomentasi
Metode dokomentasi ini adalah metode pencarian dan pengumpulan data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya,90 yang ada hubunganya
dengan tema penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang

88

Lexy J. Moleong. Op. Cit., 135.


Ibit,.181
90
Saharsimi Arkanto. Op. Cit., 206.
89

51

berkaitan dengan pelaksanaan program kelembagaan, seperti pengumpulan zakat,


pendisribusian zakat, pendayagunaan zakat, dan data-data tentang sejarah
lembaga itu sendiri serta data-data lain yang berhubungan dengan pokok
penelitian.
Adapun sifat dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
dokomen resmi internal, yaitu dokumen yang dikeluarkan dan dimliki oleh pihak
lembaga itu sendiri.

E. Metode Pengelolaan Data dan Analisis Data


Metode pengelolaan data pada penelitian ini, mengunakan beberapa
langka. Langka pertama adalah pengecekan kembali, yaitu memeriksa kembali
data-data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan dan kejelasan
makna, dan data data yang diperoleh juga harus merupakan data yang di
utamakan agar data yang diperlukan lengkap dan akurat.91 Sedangkan langkalangka yang dilakukan dalam hal ini adalah mengecek keterwakilan

dan

kelengkapan para informan.


Selanjutnya adalah klasifikasi, yaitu menyusun dan mensestematisasikan
data yang yang telah diperoleh kedalam pola-pola tertentu guna mempermudah
pembahasan yang ada kaitanya dengan pelitian yang dilakukan.92 Adapun
langka-langka yang dilakukan dalam hal ini dengan cara mengkelasifikasika
jawaban para informan agar mudah untuk dibaca dan dimengerti sebab jawaban
para informan telah dikelompokkan dalam beberapa kategori.

91

Saiful, Konsep Dasar Penelitian Dalam Proposal Skripsi (Malang: Fakultas Syariah UIN, T,Th)
Nana Sujana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru
Algesindo,2000), 84-85.
92

52

Langka berikutnya adalah verifikasi, yaitu setelah data yang berasal dari
jawaban para informan ini terkumpulkan dan tersusun secara sitematis, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan kembali agar kebenaran data tersebut diakui.
Adapun langka-langka yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan cara
memberikan kembali data hasil wawancara kepada para informan untuk diperiksa
kebenaranya.
Tahapan selanjutnya adalah analisa, yaitu upaya bekerja dengan
mempelajari dan memila-mila data menjadi satuan yang dapat dikelola dan
menemukan apa yang penting dari apa yang dipelajari.93 Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode
ini merupakan metode analisa data dengan cara mengambarkan keadaan atau
status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut
katagori untuk memperoleh kesimpulan.94 Dalam hal ini, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti saat itu adalah memecahkan masalah penelitian serta
memberikan deskripsi yang berkaiatan dengan objek penelitian. Sebagai langka
penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana pengambilan kesimpulan
itu merupakan proses akhir dari sebuah penelitian, dari pengambilan kesimpulan
ini akhirnya akan segera terjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalan
didalam latar belakang masalah

93
94

Lexy J. Moleong, Op. Cit., 248


Ibit., 3-6.

53

F. Uji Keabsahan Data


Lexi J. Moleong menawarkan tujuh pilihan langkah untuk melakukan uji
keabsahan terhadap suatu data, yaitu (a) perpanjangan waktu kehadiran, (b)
ketekunan pengamatan , (c) triangulasi, (d) pengecekan sejawat, (e) kecukupan
refrensial, (f) kajian kasus negatif, dan (g) pengecekan anggota.95 Dari tujuh
tawaran Moleong, peneliti telah menggunakan tiga langkah paling strategis
dalam penelitian ini.
Pertama, memperpanjang waktu kehadiran, kehadiran yang pertama atau
kedua sangat berbeda dengan kehadiran yang ketiga, dan seterusnya. Karena
peneliti yakin bahwasannya semakin banyak tingkat kehadiran dalam
memperoleh data, maka semakin memperlancar dalam mendapatkan hasil
penelitian yang optimal. Sehingga diperoleh data yang menyeluruh dan akurat.
Kedua, ketekunan pengamatan. Teknik ini dipakai untuk mencari apa
yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Dalam ketekunan
pengamatan ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dalam
model pendayagunaan zakat untuk kesejahteraan mustahiq, dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Kemudian di telaah secara
rinci sampai pada seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan faktor
yang mudah.
Ketiga, pengecekan sejawat. Tenik ini dipakai untuk menjamin data-data
berupa opini-opini yang dihasilkan dari wawancara terhadap pengurus LAZIS

95

Moleong, op. Cit., 75.

54

Sabilillah dan para mustahiq zakat, yakni benar adanya. Data tersebut merupakan
data opini independen pengurus LAZIS Sabilillah dan musahiq zakat.

BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Obyek Penelitian
1. Sejarah Singkat LAZIS Masjid Sabilillah Kec, Blimbing Kodya Malang
Yayasan Lembaga Amil Zakat, Infak, Sodaqoh dan Wakaf (LAZIS)
Masjid Sabilillah didirikan pada tanggal 31 Maret 2006. Hal ini bermula dari
sebuah keinginan untuk lebih mengoptimalkan fungsi Masjid Sabilillah Kodya
Malang dengan program dakwah bil hal yang kemanfaatnya dapat di rasakan
khususnya oleh kaum dhuafa secara nyata, serta lebih mengoptimalkan
penggalangan infaq fi sabilillah dari kalangan kaum Muslimin sehingga
kemudian dapat di salurkan secara terkordinir dan tepat sasaran.96

96

Data LAZIS Masjid Sabilillah

55

56

Menginjak usia yang ketiga tahun Yayasan Lembaga Amil Zakat, Infak,
Sodaqoh dan Wakaf (LAZIS) Masjid Sabilillah di dirikan, manfaatnya telah di
rasakan oleh umat khususnya bagai para dhuafa dan jamaah Masjid Sabilillah.
Lebih dari 300 donatur dengan berbagai potensi, kompetensi, dan fasilitas
dan otoritas dari kalangan biokrasi, profesional, swasta, dan masyarakat umum
telah terajut bersama Lembaga Amil Zakat, Infak, Sodaqoh dan Wakaf (LAZIS)
Masjid Sabilillah membentuk kepedulian pada dhuafa.
Adapun kontribusi Yayasan Lembaga Amil Zakat, Infak, Sodaqoh dan
Wakaf (LAZIS) Masjid Sabilillah sejak 2006 di dirikan telah banyak di rasakan
oleh masyarakat sekitarnya. Lembaga Amil Zakat, Infak, Sodaqoh dan Wakaf
(LAZIS) Masjid Sabilillah telah memberdayakan 21 siswa mandiri, 65
bimbingan siswa berprestasi,13 tukang bicak, 270 santutan penunjang belajar dan
270 UMKM bersinegri dengan BMT Masjid Sabillilah.97

2. Profil LAZIS Masjid Sabilillah Kec, Blimbing Kodya Malang


a.

Visi
1) Menjadikan masjid sebagai pusat dakwah, pembinaan, pelayanan umat dan
pusat pemberdayaan umat yang amanah dan profesional.
2) Menjadikan masyarakat berdaya dan mandiri

b. Misi
Memberdayakan masyarakat dengan mengoptimalisasikan dana zakat, infak dan
sodaqah serta wakaf (ZISWAF) melalui program-program pendayagunaan

97

Data LAZIS Masjid Sabilillah

57

menjadikan jamaah untuk lebih mandiri dengan mengoptimalkan pula fungsi


tabungan jamaah melalui program-program pemberdayaan ekonomi umat.

3. Tujuan LAZIS Masjid Sabilillah


a.

Membangun gedung pusat pelayanan sosial Masjid Sabilillah.

b.

Mengembangkan serta memaksimalkan performa bagi pelayanan prima


(jamaah, mustahiq dan muzakki).

4. Susunan Kepengurusan LAZIS Masjid Sabilillah


Adapun susunan kepengurusan LAZIS Masjid Sabilillah preode 2009
pada saat penelitian ini di lakukan sebagai berikut:
Pelindung

: Ketua Umum Yayasan Sabilillah Prof. DR. KH.Tolchah


Hasan.

Dewan Penasehat

: Drs. H. Masud Ali, M.Ag


: DR . H.M. Masud Said, MM
: Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal.

Dewan Pertimbangan

: KH. Drs. Abdul Majid Ridwan


: KH. Drs. Marzuki Mustamar, Lc
: KH. Drs. Ubaidillah Fadil.
: H. Masud Mansyur

Ketua LAZIS

: DR . H.M. Masud Said, MM

Wakil Ketua

:Ust. Sulaiman, AP

Sekertaris

:Ust. Mochammad Sholeh, AP

Bendahara

: Dra. Ummu Kholifah

58

Manager Pendayagunaan dan Pendistribusian


: Ust. Sofyan Arif, AP
Ust. NM Taufik Hidaya
H. Manan Syayudhi
Ir. Didik Supardi
Manager Marketing

: Ust. Heru pratikno, ST


Rizky Nur Hamid, SE
Hj. Azizah, SE

Manager Pengembangan : Chairul Anwar


Syaifuddin
Manager Adminstrasi dan Pengembangan
: Ust. Chairul Anam
Fathmir Riza, S.Ag

5. Aktifitas LAZIS Masjid Sabilillah Kec, Blimbing Kodya Malang


a. Penghimpunan Dana ZIS
Pada umumnya pelaksanaan dalam penghimpunan Dana ZIS yang di
lakukan oleh LAZIS Masjid Sabilillah Kecamatan Blimbing Kadya Malang
dengan cara langsung kerumah donator melalui lanyanan jemput zakat dengan
nomor tlpn/sms 0341 9128128 atau dengan langsung mentranfer kenomor
rekening yang dimiliki oleh LAZIS Masjid Sabilillah di antaranya:98
1) Zakat; Bank Mandiri No. 144-0000111119
2) Infaq; Bank Mandiri No. 144-0000222221
98

Olahan data LAZIS Masjid Sabilillah

59

3) Yatim, Bank Mandiri No. 144-0000777778


Pada sisi penghimpunan, pendekatan yang di lakukan oleh LAZIS Masjid
Sabilillah meliputi:
1) Pendekatan pada umara agar memberikan intruksi pada masyarakat untuk
mengeluarkan zakat, infak, dan sodaqoh pada pihak amil.
2) Melalaui ceramah-ceramah dan persentasi serta pengajian-pengajian.
3) Pendekatan lewat media dalam bentuk promosi dan iklan tentang profil
LAZIS beserta program yang terdapat pada LAZIS kepada masyarakat
dengan tujuan agar masyarakat dapat mengerti dan memahami pengelolahan
ZIS.99
Sementara kelompok yang menjadi target sasaran dalam penghimpunan
zakat adalah masyarakat umum, pengawai pemerentah, dan para pengusaha
muslim. Sedangkan metode yang di gunakan dalam mesosialisasikan zakat
dengan cara menyebarkan brosur-brosur dan memasang sepandok LAZIS di
jalan-jalan menjelang puasa ramadhan
b. Penyaluran Dana ZIS
Pelaksanaan penyaluran dana ZIS yang di lakukan oleh LAZIS Masjid
Sabilillah Kecamatan Blimbing kodya Malang di tujukan kearah komsumtif dan
prodoktif. Sedangkan yang konsomtif dalam hal ini terwujud dalam bentuk
program santunan (sosial). Oleh karena itu, penyaluran dana ZIS yang bersifat
konsomtif kepada mustahiq tidak di sertai target-target perubahan kecuali hanya
bersifat meringangkan beban hidup. Seperti penyaluran dana ZIS dalam bentuk
bantuan biasiswa kepada anak yatim dan dhuafa non panti yang di angkat sebagai
99

Olahan dari data LAZIS Masjid Sabilillah

60

anak asuh lembaga untuk mendapat biaya pendidikan sekolah (SPP), santunan
penunjang belajar (SPB) kepada kepada anak yatim dan dhuafa non panti untuk
keperluan sarana penunjang pendidikan (buku, alat tulis, seragam, sepatu dan
buku paket), santunan lansia kepada fakir miskin yang telah lanjut usia, santunan
ghorim kepada keluarga miskin yang mempunyai banyak hutang guna
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, santunan musafir kepada orang-orang
yang terlantar yang sedang berpergian/dalam perjalanan untuk kepentingan
ibadah kepada Allah SWT, santunan sosial kepada keluarga miskin untuk
keperluan makanan, pengobatan, kematian, dll, santunan guru gaji kepada guruguru ngaji di TPQ.
Sementara dalam penyaluran dana ZIS yang bersifat produktif
(pengembangan ekonomi) hal itu lebih di arahkan pada pemberdayaan mustahiq.
Sebab dalam program pendayagunaan zakat di sertai dengan ada target yang di
harapkan oleh LAZIS.
c. Pendayagunaan Dana ZIS
Program pendayagunaan dana ZIS Masjid Sabilillah berorentasi pada
pemberdayaan mustahiq pada umumnya dengan disertai target-target perubahan
atas keadaan atau kondisi mustahiq untuk menjadi lebih baik dari keadaan atau
kondisi sebelum penyaluran.
Adapun program pendayagunaan meliputi sebagai berikut:
1. Program bina pristasi
Program bina pristasi adalah penyaluran dana ZIS pada mustahiq melalui
pola pembinaan anak asuh dengan cara memberikan bimbingan les privata
langsung maupun senergi dengan bimbingan les privat lokal. Anak-anak asuh

61

LAZIS tersebut yang sedang duduk di bangku sekolah tingkat/kelas 6 SD yang


akan menghadapi ujian akhir nasional yang di harapkan dapat menunjang nilainilai UAN agar mencapai standar nasional.
2. Program Siswa Mandiri
Program Siswa Mandiri adalah penyaluran dana ZIS kepada mustahiq
melalui pola pembinaan kemandirian siswa dengan cara memberi bantuan berupa
sepeda kepada anak asuh untuk keperluan tranportasi menujuh sekolah guna
melatih kemandirian siswa dengan meringankan beban biaya tranportasi sekolah
bagi keluarga miskin.
3. Program Pendampingan Mutu TPQ (LP2M-TPQ)
Program pendampingan mutu TPQ (LP2M-TPQ) adalah penyaluran
pendayagunaan dana ZIS kepada mustahiq melalui pola pendampingan dan
pembinaan kepada guru-guru gaji untuk meningkatkan kualitas (SDM) guru gaji,
sehingga secara langsung akan meningkatkan kualitas dan mutu TPQ dalam
pengelolaan sebuah Taman Pendidikan al-Quran.
4. Program Peningkatan Minat Baca
Program peningkatan minat baca adalah penyaluran dana kepada
mustahiq melalui pola pengenalan perpustakaan sebagai sumber ilmu
pengetahuan kepada siswa binaan dan santri-santri TPQ dengan cara
mendatangkan atau mendatangi siswa/siswi TPQ untuk mengenalkan buku-buku
perpustakaan sehingga dapat mendorong dan meningkatkan kemampuan
membaca bagi anak asuh dan santri TPQ.

62

5. Program Tabungan Siswa


Program tabungan siswa adalah penyaluran dana ZIS kepada mustahiq
melalui pola tabungan siswa dengan cara menambil sebagaian dana ZIS yang
telah di salurkan pada siswa untuk ditambugkan di lembanga pembiayaan Masjid
sabilillah sebagai saham/tabungan jangka panjang yang akan di ambil/di berikan
setelah akhir masa pendidikan beserta bagi hasil tabungan yang di peroleh selama
menabung.
6. Program Pemberdayaan Tukang Becak
Program Pemberdayaan Tukang Becak adalah penyaluran dana ZIS
kepada mustahiq melalui pola penyaluran dana bergulir dengan cara membelikan
sebuah becak pada tukang becak setoran untuk di angsur pembelianya sehinga
hak kepemilikan becak beruba menjadi milik sendiri serta mempunya tabungan
masah depan sehingga akan membantu dalam meningkatkan kesejahteraan bagi
keluarga tukang becak.
7. Pemberdayaan Ekonumi Umat Berbasis Masjid.
Penghimpunan dana tabungan jamaah melelui koprasi Masjid Sabilillah
didayagunakan untuk membantu masyarakat dan keluarga miskin dalam
mengakses permodalan guna peningkatan ekonomi dan kesejahteraa masyarakat..

B. Paparan dan Analisis Data


1. Model Pendayagunaan Zakat Yang Di laksanakan Oleh LAZIS Masjid Sabilillah
untuk Kesejahteraan Mustahiq.
Dengan tetap berpedoman pada Al-Quran, hadis dan buku-buku panduan
tentang pengelolaan zakat, serta dengan tetap mempertimbangkan situasi dan

63

kondisi yang berkembang, LAZIS bisa melakukan berbagai kebijakan dalam


mendayagunakan dana zakat, infak, dan sodaqoh setelah terkumpulkan.
Adapun kebijakan tersebut dapat di lakukan sebagamana berikut:
a. Pendayagunaan dana ZIS tetap harus mengaju pada ketentuan yang ada pada
surat at-Taubah: 60 sebagaimana yang tertulis pada bab sebelumnya. Akan
tetapi secara khusus pendayagunaan bagi fakir miskin di prioritaskan untuk
dana produktif, namun mengingat kondisi dan keberadaan masyarakat saat
ini, maka dana konsumtif tetap disediakan
b. Untuk pelaksanaan teknisnya di buat ketentuan umum yang merupakan
kebijaksanaan pendayagunaan zakat kedalam empat sektor yaitu :
1) Sektor fakir miskin
2) Sektor amil
3) Sektor mu'allaf, riqhab, gharimin, dan ibnu sabil, dan
4) Sektor sabilillah
Berdasarkan dari hasil wawancara bersama dengan Ust Mohammad
Sholeh, AP sebagai amil zakat terkait dengan model pendayagunaan zakat untuk
kesejahteraan mustahiq beliau menyampaikan sebagai berikut:
Begini mas, model pendayangunaan zakat yang kita laksanakan untuk
meningkatkan kesejahteran mustahiq, itu di wujudkan dalam bentuk
program pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid, untuk bantuan
yang di salurkan pada mustahiq. bantuannya di wujudkan dalam bentuk
keuangan mas, soalnya dengan uang mas, di harapkan dapat membantu
keluarga miskin dalam mengakses permodalan guna peningkatan ekonomi,
kita berikan uang itu sebagai pinjaman modal, bukan pemberian gratis to
mas, untuk mewujudkan bantuan modal itu berdaya guna dan hasil guna,
kita mengharapkan bantuan yang sudah di terimkan di pergunakan sesuai
dengan isi permohonan yang mereka ajukan. Agar program ini berjalan
dengan baik mas, maka kami dampingi mereka. Oya mas, setelah uang itu

64

kembali lagi maka kita berikan pada pihak lainnya, begitu seterus nantinya
mas.100
Dari

hasil

wawancara

di

atas

dapat

dipahami

bahwa

model

pendayagunaan zakat pada LAZIS tergolong model pendayaguaan zakat


produktif kriatif. Sebab zakat diberikan berupa permodalan guna menambah
modal usaha kecil. Menurut hemat peneliti, pemberian permodal seperti dalam
bentuk keuangan memiliki banyak kelebihan untuk digunakan sesuai dengan
kebutuhan yang di kehendaki. Dengan kehadiran tambahan modal, maka akan
menumbuh suburkan semangat baru, hidup baru pada mustahiq dalam
meningkatkan kemampuan yang di miliki dalam menciptakan lapangan
pekerjaan.
Oleh karena itu, pemberian modal usaha merupakan kebijakan yang dapat
dibenarkan untuk lembaga pengelola zakatt. Sebab pada kenyataanya, kebijakan
yang di lakukan oleh amil relevan dengan kajian teori tentang lembaga
pengelolah zakat pada kajian teori bab II yaitu: Untuk mencapai efesiensi dan
efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam pengunaan harta zakat menurut skala
proritas yang ada pada suatu tempat
Sedangkan pada penyaluran dana zakat yang di berikan pada mustahiq
sebagai bentuk modal pinjaman, secara logika merupakan tenkis di lapangan
dalam mensyiasati agar dana zakat tersebut tidak hanya satu orang saja yang
mengunakan dan memanfaatkan, tetapi juga mustahiq yang lain yang
membutuhkan. Sebab mustahiq lain juga memiliki hak sama atas dana zakat

100

Ust Mohammad Sholeh, AP Wawancara (Malang, 2 Maret 2009)

65

tersebut sehingga dengan sistem di pinjamkan (dana bergulir) maka


pemberdayakan berlaku adil pada mustaqih dapat terlaksana.
Penjelasan senada juga di sampaikan oleh salah satu pengurus LASIZ
Masjid Sabilillah Kecamatan Blimbing yaitu Ust Sofyan Arif AP. Beliau
mengatakan
Dalam kaitannya memberdayakan fakir miskin sebagai mustahiq zakat mas.
Maka model pendayagunaan zakat yang dijalankan ada yang berbentuk
program pemberdayaan tukang becak. Terkait bantuan yang disalurkan pada
mereka mas, yang pastinnya yang diberikan adalah becak, dan becak yang
kita berikan pada mereka mas adalah modal pinjaman, ini kita berikan pada
mereka karena mereka tidak memiliki kterampilan, Cuma begini, mereka itu
kuat-kuat, makanya kita beri becak, kan pas sekali mas untuk mereka mejual
jasa berupa kekuatan tenaganya. Oya, bantuan becak dapat dimiliki oleh
tukang becak setelah mereka melunasi uang yang sesuai dengan harga becak
itu mas.101
Bila memimbang dan memperhatikan dari wawancar di atas, maka model
pendayagunaan zakat yang di aplikasikan oleh LAZIS Sabililah tergolong model
pendayagunaan zakat bentuk model produktif tradisional. Sebab barang diserah
terimakan pada mustahiq tergolong bentuk barang yang dapat menghasilkan nilai
ekonomis tahan lama yang tidak akan habis dengan cuma satu kali pakai. Jadi
barang tersebut termasuk barang produktif. Dengan kata lain pendayagunaan
zakat dalam bentuk produktif akan dapat merangsang mustahiq untuk berusaha
dan berkrasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan buat dirinya sendiri.
Dengan demikian, maka orientasi dan prioritas pemanfaatan zakat yang
dilakukan oleh LAZIS diarahkan untuk membuka lapangan pekerjaan dengan
tujuan

kemanfaatan

jangka

panjang

(pengentasan

kemiskinan

dalam

meningkatkan kesejahteraan). Dengan kata lain eksistensi zakat bisa diarahkan

101

Ust Sofyan Arif. AP Wawancara (Malang, 2 Maret 2009)

66

sebagai sumber pendanaan dalam melakukan pemberdayaan dan pemerataan


pendapatan masyarakat. Dengan demikian, misi transformatif zakat bisa lebih
mengena dan membumi dalam kehidupan sosial-politik masyarakat bangsa
Menurut hemat peneliti, LAZIS Sabilillah dalam menjalankan tugasnya
sebagai lembaga pengelola zakat sudah tepat dan efektif. Di samping itu, kinerja
LAZIS dalam mendistribusikan zakat dalam bentuk produktif telah sesuai dengan
peranannya sebagai lembaga pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan.
Pada realitanya, model pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh
LAZIS sebagai mana yang di sampaikan oleh mereka berdua merupakan
sebuah bukti nyata dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
kurang mampu dalam pengembangan diri atau keluarga menjadi masyarakat
yang berkesejahteraan berdasarkan nilai agama Islam. Jadi, model
pendayagunaan zakat yang aplikasikan oleh LAZIS Sabilillah dalam bentuk
program pendayagunaan tukan becak merupakan pengembangan secara
skreatif dari model pendayagunaan zakat produktif tradisional.
Dengan demikian, maka pemberian becak tegolong dalam membantu
pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq (penerima zakat).
Di samping itu, penyaluran itu tergolong sebagai sarana pemerataan
pendapatan untuk mencapai keadilan sosial, dalam hal ini sesuaian dengan
Pancasila sebagai Dasar Undang-Undang Negara kita Republik Indonesia
pada sila yang kelima yang isinya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, dan hal ini sejalan pula dengan di syariatkannya zakat yang

67

bertujuan

untuk

membantu

pihak

fakir

miskin

agar

mendapatkan

kesejahteraan hidup.
2. Tolak Ukur Keberhasilan Yang Dicapai Oleh LAZIS Masjid Sabilillah Untuk
Kesejahteraan Mustahiq?
Tolak ukur ini dimaksudkan untuk mengetahuai sejauh mana keberhasil
yang dicapai oleh LAZIS Masjid Sabilillah dalam menjalankan program kerja
yang telah ditetapkan sebelumnya, terutama yang berkaitan dengan program
pendayagunaan zakat yang mereka realisasikan.
Sedangkan untuk mengetahui terhadap keberhasilan yang telah dicapai
oleh LAZIS Masjid Sabilillah dalam upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq
(memberdayakan mustahiq) lewat program yang telah dijalankan, maka perlu
untuk mewawancarai beberapa pihak yang terkait, baik dari pihak amil maupun
mustahiq. Sedangkan dari mustahiq diantara yaitu Bapak Suwarno sebagai
seorang mustahiq zakat yang dapat bantuan uang tunai dari LAZIS. Adapun hasil
wawancara bersama dengan beliau sebagai berikut:
Saya perna mendapat bantuan dari LAZIS mas total sekitar ada Rp
500,000. ya, otomatis saya pergunakan mengisi toko pracangan kecilkecilan di rumah ini, ya isinya yang dijual ada rokok, minman aqua,
pokoknya yang tergolong murah-murah gitu mas. Untuk saat ini, boleh di
bilang sudah ada hasilnya walaupun tidak seberapa, ya mungkin hasil ini
tidak lepas dari adanya bimbinganya. 102
Bila menyimak apa yang disampaikan oleh Bapak Suwarno sebagai
mustahiq zakat, maka model pendayagunaan zakat yang dijalankan LAZIS dalam
memberdayakan mustahiq tergolong model produktif kreatifl yang diwujudkan
dengan bentuk permodalan untuk mengembangkan usaha kecil. Sebab, target

102

Bapak Suwarno, Wawancara (Malang 3 Maret 2009)

68

dalam program pendayagunaan zakat yang dijalankan oleh LAZIS sebagai


lembaga pranata agamaan dalam menyalurkan dana zakat untuk kegiatan
pengembangan ekonomi tidak sekedar cuma menyerakahkan zakat begitu saja,
tetapi disertai dengan tindak lanjut adanya pendampingan yang berorentasikan
pada perubahan mustahiq dengan memberikan penjelasan dan arahan.
Penjelasan senada juga disampaikan oleh salah satu dari mustahiq zakat
RT.7/ No. 278 Kelurahan samaan, Kecamatan Klojen Malang. Yaitu bapak Nur
Salim asal daerah Bayuwangi, beliau mengatakan sebagai berkut:
Ceritanya begini, awalnya saya minta pada pengurus LAZIS pinjaman
sebanyak dua juta, tapi yang diberkan cuma 5 ratus ribuh, namun bila
usaha jahit saya ini sudah berjalan dengan baik katanya mas, saya boleh
minta tambahan pinjaman modal, karena modal pinjam, saya dimohon
perbulan mengembalikan 50 ribu selama 10 bulan setoran. Oh engga,
LAZIS tidak minta tambahan. Tapi minta tetap seturan walaupun sudah
lunas. Katanya bila ditabung koprasi BMT, keuntungannya bagi saya bisa
minta tambahan modal dan mendapat SHU nanti di koprasi BMT. Alhamdulilah mas karang sudah lunas dan hasil ya cukuplah.103

Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan para mustahiq zakat, maka


model pendayagunaan zakat yang sedang dijalankan oleh LAZIS masuk dalam
golongan model pendayagunaan zakat produktif kreatif dengan sistem pemberian
pinjaman modal zakat untuk pengembangan wirausaha seperti membeli
kebutuhan yang dalam menjahit. Oleh karena itu, peneliti dapat mengatakan
bahwa pelaksanaan program pemberdayaan dan pembinaan bagi masyarakat
kurang mampu yang dilakukan oleh pihak Lembaga Amil, Zakat Infak, Dan
Sodaqoh (LAZIS) Masjid Sabilillah telah menunjukkan positif. Hal ini dapat
diketahui lewat kegembiraan dari wajah dan kata-kata yang sampaikan oleh

103

Bapak Nur Salim, Wawancara (Malang, 4 Maret 2009)

69

pihak penerima dana zakat dalam bentuk bantuan pinjaman modal usaha yang
diserah terimakan kepada bapak Nur Salim dalam bentuk uang tunai yang mana
ketika peneliti mendatangi langsung tempat kediaman beliau, terbukti keberadaan
pertumbuhan ekonomi yang diperolehn lewat usaha menjahit yang di dapatkan
dari dana zakat telah cukup untuk biaya hidup dikota Malang. Jadi, menurut
hemat peneliti apa yang dilakukan oleh LAZIS sebagai lembaga pranata sosial
selama ini telah berhasil.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan pihak mustahiq lain yang
mendapatkan bantuan dana zakat bergulir dengan wujud barang sebagai modal
kerja seperti becak yaitu bapak Misla yang berasal dari daerah Tanggul
Kabupaten Jember yang pada saat wawancara penelitian ini dilakukan beliau ada
didalam masjid Sabilillah usai sholat magrib. Beliau menyampaikan sebagai
berikut:
Saya kan tidak punya pekerjaan dik, ya saya ambil saja becak yang
ditawarkan ka Sadi pada saya di masjid. Saya mengembalikanya
sama ka Sadi setoran Rp 2000. Oh sekarang sudah jadi milik saya.
Sebab setorannya sudah lunas satu tahun yang lalu. Becak ini saya
pakai bekerja di pasar blimbing. Ya hasilnya tidak kaya tiga bulan
yang lalu, sekarang yang di dapat Cuma Rp 15000 - Rp 20.000
perhari. Ya ini dik tergantung ramai engga nya pasar. Uang yang
saya bawa pulang sedikit dik, cuma Rp 250.000. soalnya 20 hari sekali
pulangi.104

Sedangkankan dari hasil wawancara bersama dengan Bapak Irkam dari


Dusun Delabag Desa Ronowurung Kecamatan Randung Kabupaten Lumajang
ketika diwawancara berada dipasar Blimbing sekitar jam 11 siang beliau
menyapaikan sebagai berikut:

104

Bapak Misla, Wawancara (Malang, 5 Maret, 2009)

70

Betul le becak ini kepunyaan masjid yang dipegang ka Sadi, becak ini
oleh ka sadi di berikan ke saya, kata ka Sadi mung setoran doebo per
are delem setaun, maka becak ini milik kamu, jika lunas diminta untuk
seturan menabung, keuntungannya kapan uang dibutuhkan maka bisa
diambil, ini dik, menurut ku lebih menguntungkan di banding dengan
setoran pada juran becak, walaupun setahun becaknya tetap milik
jurangan dik. Kalau ini kan tidak. Hasil yang di dapat menjalankan becak
kadang-kadang 15 ribu kadang-kadang 20 ribuh, pokoknya ta pasti.
Uang yang dibawa kerumah ada sekitar 150.000 sampai Rp 250.000.105

Penjelasan senada juga disampaikan oleh Pak Sadi dari Dusun Kramat
Desa

Ronowurung

Kecamatan

Randung

Kabupaten

Lumajang

yang

diwawancarai dirumah kosan yang beliau jaga. Beliau menyampaikan sebagai


berikut:
Mula-mulanya saya dapat bantuan LAZIS bukan becak, tetapi uang Rp
500.000 kemudian ditarik kembali untuk ditambah dari dana tambahan
lagi yang jumlahnya kurang lebih Rp 575.000. Kemudian dana itu
dipakai beli becak dapat dua, setelah itu diserahkan pada saya dan teman
saya dengan setoran harian yang harus saya kembalikan pada LAZIS Rp
2000 perhari, sehingga dari uang setoran itu ketika sudah cukup maka
dibelikan becak lagi oleh LAZIS, dan saat itu yang dipercaya oleh LAZIS
menawarkan becak itu adalah saya mas. Hasil dari becak bisa dikatakan
cukup untuk sekedar mengisi perut saya dan keluarga. Tetapi jika untuk
soal lebih seperti layaknya orang lain masih belum, sebab hasil dari
becak tidak dapat dipastikan, apalagi jika tidak memiliki langganan tetap
dipasar Blimbing mas, cuma hasil bersih biasanya Rp 15.000 sampai Rp
25.000. dan saya saat ini oleh LAZIS dijadikan sebagai petugas penarik
setoran becak harian yang masih belum lunas dan juga ditugasin
menerima setoran dari teman-teman yang mau uangnya ditabungkan
yang dikumpulkan pada saya untuk ditambungkan oleh LAZIS di BMT.106

Bila memperhatikan hasil wawancara bersama dengan bapak Misla,


bapak Irkam, dan bapak Sadi maka model pendayagunan zakat yang dijalankan
oleh LAZIS dalam memberdayakan mustahiq tergolong model produktif
tradisional yang dalam hal ini LAZIS memberdayakan mustahiq dengan
105
106

Bapak Irkam Wawancara (Malang, 5, Maret, 2009)


Bapak Sadi, Wawancara (Malang, 6 Maret 2009)

71

memberikan barang-barang yang produktif seperti becak sebagai pembuka


lapangan pekerjaan, serta memberikan akses kemudahan dalam penyediaan
modal bagi mereka. Di sisi yang lain, model pendayagunaan zakat ini
memberikan kepastian kepemilikan atas becak bilamana pembeliannya telah
terlunasi dengan cara setoran perhari Rp 2000.
Penyaluran dana zakat dalam pendayagunaan ini tergolong dalam bentuk
model produktif tradisional yang penyalurannya diwujudkan dalam bentuk
barang seperti becak yang pada kenyataanya terbilang efektif. Sebab
pelaksanaannya betul-betul berguna dan bermanfaat bagi mustahiq yang tidak
punya pekerjaan. Sebab dari sisi ekonomi, bagi tukang becak yang tidak memiliki
keahlian tertentu dapat menjual jasa dan tenaga kemampuan yang mereka miliki
pada orang lain yang membutuhkan bantuan dengan mengunakan prasarana
becak seperti yang sering mereka lakukan ketika melayani pelanggan tetapnya di
pasar belimbing pada jam 2 atau jam 3 malam untuk menjemput dan mengantar
pulang dari belanja dipasar.
Dari sisi pendapatan yang mereka peroleh, ternyata mereka mampu untuk
memberikan nafkah keluarga mereka dirumah untuk memenuhi kebutuhan hidup
dari penghasilan dalam menjalankan becak, hal ini dapat dibuktikan dari jumlah
uang yang mereka peroleh dalam setiap 15 hari dan 20 hari yang mereka bawah
pulang kerumah masing-masing, serta adanya uang tabungan yang mereka miliki
dikoprasi BMT Sabililiah yang menurut Ust. Sulaiman sebagai wakil ketua
LAZIS menyebutkan107 bahwa uang tabungan para tukang becak yang diambil di

107

Ust Sulaiman AP wawancara (Malang, 7 April 2009).

72

bulan Ramadhan yang lalu jauh lebih banyak jumlahnya dari bulan Ramadhan
sebelumnya.
Sedangkan menurut Ust Sulaiman AP selaku Wakil Ketua LAZIS Masjid
Sabililillah.108 Bahwa tolak ukur keberhasilan LAZIS dalam upaya mengangkat
kesejahteraan mustahiq dapat dilihat adanya uang tabungan yang miliki oleh
mustahiq yang di investasikan di BMT Sabilillah, serta adanya peubahan yang
positif pada mustahiq yang selain pemberdayaan tukang becak.

108

Ibid.

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari beberapa bab tentang model pendayagunaan
zakat dalam upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq (Studi pada LAZIS
Masjid Sabilillah Kecamatan

Blimbing Kodya Malang) sebagaimana telah

dijelaskan dalam pembahasan di atas, maka dapat disimpulan sebagai berikut:


1. Model pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh LAZIS Sabilillah ada dua
model: Pertama model pendayagunaan produktif tradisional, dana zakat yang
disalurkan berbentuk barang produktif yang diperuntukkan memberdaykaan
tukang becak berupa alat transportasi becak. Kedua adalah model
pendayagunaan zakat produktif kreatif, yaitu yang disalurkan berbentuk
modal usaha yang dialokasiakn untuk pemberdayaan ekonmi dalam

73

74

memberdayakan mustahiq selain tukang becak yang diberikan dalam bentuk


pinjaman uang tunai sebagai tambahan permodalan untuk menambah modal
usaha atau berwirausaha seperti penambahan modal bagi tukang jahit dan
membuka toko pracangan
2. Tolak ukur keberhasilan yang dicapai oleh LAZIS Sabilillah dalam upaya
mengangkat kesejahteraan mustahiq yaitu: pertama sebuah perubahan kondisi
secara nyata pada diri mustahiq ke arah lebih baik dari keadaan sebelumn
adanya penyaluran. Seperti adanya tabungan yang dimiliki oleh para tukang
becak, kedua kedua: adanya perubahan ekonomi yang mulai mapan bagi
mereka yang mendapat bantuan modal usaha atau modal kerja bagi tukang
jahit dan pemilik toko pracangan dari segi finansial yang mereka peroleh.

B. Saran-Saran
1. Kepada amil LAZIS/pengurus hendaknya kegiatan mensosialisasikan
kesadaran untuk berzakat terhadap masyarakat harus diupayakan terus di
tinggkatkan agar pemahan tentang nilai-nilai filosofis zakat, keutaman,
kegunaan, hikmah dan hukum tentang zakat dapat di pahami oleh masyarakat
secara mendalam sehingga di harapkan dapat menumbuh suburkan minat dan
kesadaran berzakat terhadap lembaga amil zakat di manapun berada..
2. Kepada amil/pengurus dalam mensosialisasikan kesadaran untuk berzakat
alangkah baik dan efektifnya bilamana pihak lembaga pengelola zakat ikut
serta memanfaatkan kemanjuan tekonologi IT pada saat ini guna membantu
tecapainya program kerja dengan baik seperti membuka webst tersendiri
untuk di akses oleh masyarakat luas guna mendapatkan informasi terhadap

75

bagamana pelaksanaan pengelolaan zakat yang sedang di jalankan sehingga


timbul kepercayaan mereka untuk menyalurkan zakat pada LAZIS dari pada
diberikan sendiri secara langsung pada mustahiq.
3. Kepada Amil zakat sebagai pengelola dana zakat perlu kiranya dalam
menetapkan berapa standar jumlah nilai zakat yang akan diberikan pada
mustahiq zakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Baly, Abdul al-Hamid Mahmud (2006) Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter
dan Keuangan Syariah, Jakarta: PT; Raja Grafindo Persada.
Al-Zuhaily, Wahbah (2005) Zakat Kajian Berbagai Madhab terjemah, Agus Effendi
dan Burhanuddin fananny, Cet. 6; Bandung: PT; Remaja Rosda
Karya.
Al-Buhari, Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail (t,th) Matan Buhari, Juz Awal,
Bairut: Libanun.
Al-Syaikh, Yasin Ibrahim (2004) Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan
Harta, Cet. 1; Bandung: Marja.
Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin (2001) Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta:
Darul Haq.
Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi (1999) Pedoman Zakat, Cet, 3;
Semarang: PT; Pustaka Rizki Putra.
------------------(1976) Beberapa Permasalahan Zakat, Cet, 1; Jakarta: Tintomas
Indonesia.
Ahsin W. Al-Hafidz, (2005) Kamus Ilmu Al-Quran, Cet. I; Wonosobo: Penerbit
Amzah.
Ali, Nuruddin Madi (2006) Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal,
Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada.
Abdul Malik, Mohammad Ar-Rahman (2003) Zakat 1001 Masalah dan Solusinya,
Jakarta: Pustaka Cerdas.
Andi, Rianto (2004) Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.
Arikanto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Abd Qodir (2006) Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Blitar (Studi Implementasi dan Implikasi UU No. 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat) (Studi Di BAZDA Kota Blitar)", Skripsi
(Malang: Fakultas Syariah UIN.
Bisri, Cik Hasan (2004) Model Penelitian Fiqih Jilid 1: Paradigma Penelitian Fiqih
dan Fiqih Peneltian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chapra, M. Umer (1999) Islam dan Tantangan Ekonomi, Cet, 1; Surabaya: Risalah
Gusti.
Departemen Agama RI (t.th) Al-Quran dan Terjemahan, Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Djuanda, Gustian Dkk (2006) Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan,
Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada.

Eko Subhan, , http://www. mail-archive. com/ ekonomi-nasional @yahoo groups.


com/msg06629.html.
Fuadi, Masdar (2005) Menggagas Ulang Zakat Sebagai Etika Pajak dan Belanja
Negara Untuk Rakyat, Cet. 1; Bandung: Mizan.
Fahruddin (2008) Fiqih dan Manajemen Zakat Di Indonesia, Cet, 1; Yogyakarta:
UIN-Malang Press.
Gusfahmi (2007) Pajak Menurut Syariah, Jakarta: PT; Raja Grafindo Persada.
Hasan, Sofyan (1995) Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Cet. 1; Surabaya: AlIkhlas
Hafiduddin, Didin (2001) Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, Cet, 3;
Jakarta: Gema Insani Press.
------------------(2006) Formalisasi Syariat Islam Dalam Pespektif Tata Hukum
Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia.
------------------(2007) Agar Harta Berkah dan Bertambah, Gerakan Membudayakan
Zakat, Infak, Sedakah, dan Wakaf (Jakarta: Gema Insani.
-----------------(2002) Zakat Dalam Perekonomia Moderen, Cet, 1; Jakarta: Gema
Insani.
Hafiduddin, Didin dan Tanjung, Hendri (2003) Manajemen Syariah Dalam Paraktek,
Jakarta: Gema Insani Press.
Hasan, M. Ali (1997) Tuntutan Puasa dan Zakat, Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
http://marx83. wordpress. Com/2008/10/23/tujuan-ekonomi-islam
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=344.
Inoed, Amiruddin Dkk (2000) Anatomi Fiqh Zakat Potret dan Pemahaman Badan
Amil Zakat Sumatra Selatan, Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelejar
.
Ibrahim, M. Saad (2006) Metodologi Penelitian Hukum Islam, Buku Ajar, di Sajikan
Pada Mata Kuliah Metpen Hukum, Malang, Universitas Islam Negeri.
Jafar, Muhammad (1990) Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji, Cet. 2; Jakarta: Kalam
Mulia
Jusmailani Dkk, (2005) Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, Cet, 1; Yogyakarta, Kreasi
Wacana.
Lexy J. Moleong (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Muhadjir, Noeng (1996) Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Masudi, Masdar F. (1993) Agama Keadilan, Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam,
Cet, 3; Jakarta: Pustaka Firdaus.
Mahfud, Sahal (1999) Era Baru Fiqih Indonesia, Cet,1; Yogyakarta: Cermin
Muhammad, Sahri (2006) Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin,
Cet, 1; Malang.
Muhammad (2002) Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih
Kontemporer (Jakarta: Salemba Diniyah.
Mufraini, M.Arif (2006) Akuntansi dan Manajemen Zakat, Mengkomonikasikan
Kesadaran Dan Mengembangkan Jaringan, Cet, 1: Jakarta; Kencana.
Permono, Sjcehul Hadi (1993) Sumber-Sumber Pengalian Zakat, Cet,1; Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Permono, Sjeihul Hadi (1992) Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola
Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Qardhdawi, Yusuf (2005) Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,
Jakarta: Zikrul Hakim.
Qadir, Abdur Rahman (1999) Zakat Dalam Deminsi Mahdhah dan Sosial, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Syarifuddin, Amir 2003Garis-Garis Besar Fiqih, Cet, 1; Bogor, Kencana.
Suderman (2007) Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang; UIN-Malang
Press.
Sukarna (1992) Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: CV. Mandar Maju.
Sudewa, Eri (2004) Manajemen Zakat, Jakarta: Institut Manajemen Zakat.
Songgono, Bambang (1997) Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
------------------(2003) Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soerkanto, Soejono (2003) Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Saiful (T,Th) Konsep Dasar Penelitian Dalam Proposal Skripsi (Malang: Fakultas
Syariah UIN.
Sujana, Nana dan Ahwal Kusuma (2000) Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi,
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suderman (2007) Zakat Dalam Arus Modernenitas, Malang: UIN Malang Press.
Saleh al-Fauzan (2006) Fiqih Sehari-Hari, Cet, 1; Jakarta: Gema Insani.
Warkum, Sumirto (2005) Perkembanagan Hukum Islam Di Tengah Dinamika Sosial
Politik Di Indonesia, Cet, 1: Malang: Bayumedia Publishing.
Zuhdi, Masyfuk (1994) Masail Diniyah Ijtimaiyah, Cet, 1; Jakarta: Haji Mas Agung.

Rodin (2005) Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah


(dikampung baru kel. Kota lama kec. Kedung kandang), Skripsi,
Malang: Fakultas Syariah,

Anda mungkin juga menyukai