LABORATORY
Nama
NPM
: 1406532500
Fakultas/Program Studi
: Teknik/Teknik Mesin
Nomor/Nama Percobaan
Minggu Percobaan
: Pekan 5
Tanggal Percobaan
: 30 Oktober 2014
Nama Asisten
: Febrian Pratama
UPP IPD
UNIVERSITAS INDONESIA
I.
Tujuan
Menggunakan hotwire sebagai sensor kecepatan aliran udara.
II.
Alat
1. Kawat pijar (hotwire)
2. Fan
3. Voltmeter dan Ampmeter
4. Adjustable power supply
5. Camcorder
6. Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis
III.
Landasan Teori
Disipasi Energi
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat
ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999). Hubungan kuantitatif antara kalor
dan bentuk lain energi disebut termodinamika. Termodinamika dapat didefinisikan
sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain
energi dengan kesetimbangandalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan
(Keenan, 1980). Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan
energi dalam suatu proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada
sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan ke sistem (Petrucci, 1987). Hukum
kedua termodinamika, yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan.
Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangkan
reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar. Energi disipasi dapat berarti
energi yang hilang dari suatu sistem. Hilang dalam arti berubah menjadi energi lain
yang tidak menjadi tujuan suatu sistem (dalam percobaan, energi listrik berubah
menjadi energi kalor). Timbulnya energi disipasi secara alamiah tidak dapat
dihindari. Contohnya:
1. Energi panas yang timbul akibat gesekan. Dalam hal ini, timbulnya gesekan
dianggap merugikan karena Energi panas yang ditimbulkan tidak bias
dikonversi menjadi Energi Potensial maupun Energi Kinetik.
2. Energi listrik yang terbuang akibat adanya hambatan pada kawat penghantar.
3. Energi panas pada transformator (trafo).
Trafo dikehendaki untuk mengubah tegangan. Namun, pada kenyataan, timbul
panas pada trafo. Panas inilah yang dianggap sebagai energi disipasi. Dalam fisika,
disipasi mewujudkan konsep sistem dinamis di mana modus mekanis yang penting,
seperti gelombang atau osilasi, kehilangan energi selama waktu, biasanya karena
tindakan gesekan atau turbulensi. Energi yang hilang diubah menjadi panas,
menaikkan temperatur dari sistem. Sistem seperti ini disebut sistem disipasi.
P = v i t .....(1)
Bila probe dihembuskan udara maka akan merubah nilai resistansi kawat sehingga
merubah besarnya arus listrik yang mengalir. Semakin cepat udara yang mengalir
maka perubahan nilai resistansi juga semakin besar dan arus listrik yang mengalir
juga berubah. Jumlah perpindahan panas yang diterima probe dinyatakan oleh
overheat ratio yang dirumuskan sebagai :
Hot wire probe harus dikalibrasi untuk menentukan persamaan yang menyatakan
hubungan antara tegangan kawat (wire voltage , E) dengan kecepatan referensi
(reference velocity , U) setelah persamaan diperoleh, kemudian informasi
kecepatan dalam setiap percobaan dapat dievaluasi menggunakan persamaan
tersebut. Persamaan yang didapat berbentuk persamaan linear atau persamaan
polinomial.
Pada percobaan yang akan dilakukan yaitu mengukur tegangan kawat pada
temperatur ambient dan mengukur tegangan kawat bila dialiri arus udara dengan
kecepatan yang hasilkan oleh fan. Kecepatan aliran udara oleh fan akan divariasikan
melalui daya yang diberikan ke fan yaitu 70 , 110 , 150 dan 190 dari daya maksimal
230 m/s.
IV.
Prosedur Percobaan
1. Mengaktifkan webcam di web rLab.
2. Memberikan aliran udara dengan kecepatan 0m/s.
3. Menghidupkan motor penggerak kipas dengan mengaktifkan power supply
kipas.
4. Mengukur tegangan dan arus listrik di kawat hot wire.
5. Mengulangi langkah 2 sampai 4 untuk kecepatan 70, 110, 150, 190, dan 230
m/s.
2.112 2.112 2.112 2.112 2.112 2.112 2.112 2.112 2.112 2.112
Tegangan (V)
V.
1.5
1
0.5
0
0
Waktu (s)
10
11
2.076 2.076 2.076 2.077 2.076 2.077 2.078 2.078 2.079 2.077
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
0
Waktu (s)
10
11
2.06
2.06
2.06
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
0
10
11
Waktu (s)
2.053 2.053 2.054 2.053 2.052 2.053 2.053 2.052 2.053 2.053
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
0
Waktu (s)
10
11
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
0
Waktu (s)
10
11
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
0
10
11
Waktu (s)
Berikut adalah perbandingan data dari setiap variasi dari kecepatan angin.
Tegangan (V)
2.1
v = 0 m/s
2.09
v = 70 m/s
2.08
v = 110 m/s
2.07
v = 150 m/s
2.06
v = 190 m/s
2.05
v = 230 m/s
2.04
0
10
12
Waktu (s)
Berikut adalah tabel dan grafik yang memperlihatkan hubungan tegangan Hotwire
dengan kecepatan angin.
Tegangan Rata-Rata (V)
2.112
2.077
2.0604
2.0529
2.0486
2.046
Teganga (V)
y = -0.0003x + 2.1015
0
50
100
150
200
250
Grafik diatas didapat dari perhitungan dengan menggunakan metode Least Square
seperti berikut.
Dengan data diatas kita dapat mencari kesalahan relatifnya dengan rumus
=
W = V.I.t
Sedangkan persamaan untuk energi adalah sebanding dengan gaya dan perpindahan
W = F.s
maka
V.I.t = F.s
V.I.t = F.v.t
V.I = F.v
Dengan memperhatikan percobaan dan hasil data yang diperoleh, dapat diambil
kesimpulan bahwa kawat hotwire bisa digunakan untuk mengukur kecepatan
angin., tetapi bukan nilai pasti dari kecepatannya. Hal ini dapat dibuktikan dari
persamaan kecepatan angin terhadap tegangan hotwire. Jika diteliti lebih lanjut,
dapat diketahui bila kecepatan angin meningkat maka tegangan di hotwire akan
berkurang. Penyebabnya adalah angin yang berhembus melalui hotwire akan
merubah resistansi dari hotwire tersebut sehingga arus yang mengalir juga
mengalami perubahan. Apabila kecepatan angin semakin tinggi, maka resistansi
kawat akan membesar dan mempengaruhi arus listrik. Sehingga pada akhirnya
dapat kita simpulkan bahwa kawat hotwire bisa digunakan untuk mengukur
kecepatan angin.
VI.
Analisis Data
a. Analisis Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan aliran udara dengan
menggunakan hotwire sebagai sensor atau detector kecepatan. Sebelum kipas
sebagai sumber untuk mengalirkan angin dinyalakan atau dengan kata lain ketika
aliran udara 0 m/s, tegangan yang ada pada hotwire berasal dari kedua ujung probe
yang dihubungkan ke suatu sumber tegangan, sedangkan arus yang mengalir
disebabkan karena adanya resistansi atau hambatan yang berasal dari kawat pijar
tempat arus tersebut mengalir. Energi listrik yang mengalir pada probe tersebut
akan didisipasikan oleh kawat pijar menjadi energi kalor, yang besarnya sebanding
dengan tegangan dan arus listrik yang mengalir, serta lamanya waktu arus listrik
mengalir. Tegangan dan arus yang mengalir ini sebelum dialiri dengan udara
bersifat konstan, namun ketika probe dialiri dengan udara maka arus dan tegangan
yang bekerja akan mengalami perubahan.
Perubahan ini tentunya disebabkan oleh gejala-gejala fisis yang terjadi pada
hotwire. Ketika angin dialirkan pada probe, maka angin tersebut akan menerpa
kawat pijar tersebut dengan kecepatan sebesar v dan gaya/kekuatan F. Adanya
terpaan dari angin pada kawat pijar tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan resistansi pada kawat, yang mana hubungannya berbanding lurus dengan
kecepatan angin yang mengalir pada probe. Semakin kencang aliran udara yang
mengalir pada probe maka tegangan yang terjadi pada sistem akan semakin kecil,
sementara arus yang mengalirakan akan semakin besar. Besar kecilnya perubahan
resistansi inilah yang nantinya akan menentukan besar kecilnya perpindahan atau
transfer kalor pada probe tersebut.
b. Analisis hasil
Pada dasarnya percobaan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang
diperintahkan pada modul percobaan. Hasil yang telah diperoleh dari percobaan
sudah sesuai dengan rumusan yang ada dimana ketika kawat dialiri dengan udara
dengan kecepatan tertentu akan menyebabkan resistansi pada kawat akan berubah.
Perubahan resistansi ini berbanding lurus dengan tegangan pada probe dan
berbanding terbalik dengan arus yang mengalir. Hal ini sesuai dengan rumusan V=
I x R.
Dalam percobaan ini data yang diperoleh sebanyak 60 buah. Percobaan
dilakukan sebanyak 6 kali. Setiap percobaan diambil data sebanyak 10 buah. Sesuai
dengan pernyataan diatas, semakin besar kecepatan aliran udara yang menerpa
kawat maka semakin besar resistansinya dan semakin kecil tegangan yang mengalir
pada kawat. Pada saat kecepatan aliran udara = 0 m/s, tegangan yang mengalir
sebesar 2,112 V. Pada saat kecepatan aliran udara = 230 m/s, tegangan yang
mengalir sebesar 2,046 V.
Kesalahan yang terjadi relatif cukup besar meskipun praktikum dilakukan
secara
komputerisasi.
Besarnya
kesalahan
dapat
dibuktikan
dengan
c. Analisis grafik
Grafik yang diperoleh menunjukan adanya kesinambungan antara data yang
diperoleh dengan kondisi yang seharusnya terjadi, dimana kecepatan angin yang
dialirkan pada probe akan berbanding terbalik dengan tegangan yang terjadi pada
kawat pijar. Dari sini dapat dilihat bahwa data yang diperoleh sudah cukup bagus,
sesuai dengan pola yang terlihat pada grafik hubungan antara kecepatan aliran angin
dan tegangan pada hotwire.
Sementara pada grafik yang menunjukan hubungan antara tegangan hotwire
dengan waktu, terlihat adanya sedikit fluktuasi ketika probe dialiri angin, kondisi
ini berbeda dengan ketika sebelum dialiri angin. Hal ini disebabkan karena ketika
dialiri angin probe, resistansi kawat menjadi lebih besar dan tidak stabil, sehingga
data yang dihasilkan juga sedikit berfluktuasi. Pada grafik hubungan tegangan
hotwire dengan waktu memiliki kesalahan relatif sebesar 18%. Namun, secara
keseluruhan range perubahan datanya sangat kecil,sehingga data yang didapatkan
dapat digolongkan cukup baik.
VII. Kesimpulan
a. Kawat hot wire tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kecepatan
angin, karena nilai yang dihasilkan mempunyai kesalahan yang relatif besar.
b. Kawat hot wire hanya bisa digunakan untuk memperkirakan besar kecilnya
angin, bukan untuk menentukan nilainya, yaitu dengan melihat perubahan
tegangan dan arus yang terjadi pada kawat hot wire tersebut. Ini dikarenakan
nilai yang dihasilkan mempunyai kesalahan relatif yang cukup besar.
c. Kecepatan angin yang terjadi berbanding terbalik dengan tegangan (V) dan
berbanding lurus dengan arus listrik (I), sementara kecepatana angin berbanding
lurus dengan resistansi dari kawat pijar (R).
VIII. Referensi
1. Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engineers, Third Edition, Prentice
Hall, NJ, 2000.
2. Halliday, Resnick, Walker; Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended
Edition, John Wiley & Sons, Inc., NJ, 2005.
3. www.sitrampil.ui.ac.id