BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kontribusi pada volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap
volume total disebut volume molar parsial. Volume molar parsial dari zat terlarut
didalam larutan didefenisikan sebagai perubahan volume dari larutan ketika zat
terlarut dimasukkan kedalam larutan. Penentuan volume molar parsial suatu
larutan dilakukan pada larutan non ideal.
Percobaan penetuan volume molar parsial dilakukan pada larutan NaCl
karena larutan ini termasuk larutan non ideal yang tidak berkontribusi dengan baik
didalam larutan. Penetuan volume molar parsial larutan NaCl menggunakan
piknometer, dimana dari piknometer tersebut dapat diketahui rapat massanya
dengan menimbang piknometer sebelum dan sesudah dari waterbath. Dari rapat
massa yang didapat maka dapat ditentukan volume molar parsialnya
menggunakan grafik hubungan antara volume molar parsial nyata dengan akar
mol NaCl.
Penentuan volume molar parsial dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh aplikasinya yaitu Kajian Pengaruh Volume Molar Parsial
Terhadap Titik Didih Gliserol dan Etilen Glikol Dalam Air. Dimana pengaruh
volume molar parsial ditentukan dengan pengukuran titik didih campuran
beberapa variasi % massa etilen glikol dan gliserol dengan sistem refluks.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mennetukan volume molar parsial larutan
NaCl sebagai fungsi rapat massa.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan volume molar parsial
larutan NaCl sebagai fungsi rapat massa menggunakan piknometer. Piknometer
ditimbang sebelum dan sesudah perendaman didalam waterbath dan piknometer di
isi dengan larutan NaCl untuk mengetahui rapat massa nya selama di waterbath
pada suhu dan waktu tertentu. Sehingga dari percobaan, akan didapat rapat massa
nya yang digunakan untuk menentukan volume molar parsialnya. Dalam
penentuan volume molarnya digunakan metode grafik, dimana dalam grafik
tersebut digambarkan hubungan volume molar nyata NaCl dengan akar mol NaCl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Volume Molar Parsial
Pada temperatur cairan perlu diketahui sifat parsial zat selain tekanan
parsial yaitu volume molar parsial. Volume molar parsial adalah kontribusi pada
volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Volume molar
parsial dibandingkan dengan suatu zat pada beberapa konsentrasi dan kompensasi
umum didefenisikan sebagai berikut (Atkins, 1999) :
(
( Vv ) p , T , n
[ ]
[ ]
V
p 1, n 1,n 2
dt +
T
V
T , n1, n 2
dp +
P
[ ]
V
T 1, P , n 2
dn1 +
n1
[ ]
V
p 1, T 1, n1
dn2
n2
[ ]
V
p 1, n 1,n 2
dt +
T
[ ]
V
T 1,n 1, n 2
dp + V1dn1 + V2dn2
P
[ ]
V
T 1, P , n 2
n1
berdasarkan
interaksinya
diantara
komponen-komponen
penyusunnya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu larutan ideal dan larutan non
ideal. Sedangkan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi
larutan elektrolit dan lautan non elektrolit (Petrucci, 1985).
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dari partikel pelarut
tersusun seimbang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Larutan
ideal akan memenuhi hukum Raoult. Larutan non ideal adalah larutan yang terdiri
dari 2 komponen zat terlarut A dan pelarut B, bila gaya tarik antara A dan B tidak
sam dengan gaya kohesi antara A dengan A dan B dengan B, sehingga prosesnya
menimbulkan efek kalor (Petrucci, 1985).
2.6 Analisis Bahan
2.6.1 Akuades (H2O)
Akuades
merupakan
larutan
yang
bersifat
netral,
biasanya
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,
botol semprot, gelas beaker, labu ukur, piknometer, pipet ukur dan waterbath.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades (H 2O)
dan natrium klorida (NaCl).
3.2 Cara Kerja
Larutan NaCl
Dibuat 4 macam konsentrasi (0,3 M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M).
Ditimbang piknometer kosong, diisi dengan larutan NaCl
Digantungkan piknometer didalam waterbath pada suhu 30OC,
selama 15 menit.
Diamati permukaan, lalu keluarkan piknometer dari waterbath.
Dikeringkan dengan tisu dan ditimbang piknometer.
hasil
3.3 Rangkaian Alat
Konsentrasi
NaCl (M)
3M
1,5 M
0,75 M
0,375 M
Massa
Massa
Massa
pikno kosong
23,3600
23,0569
23,3600
23,0569
pikno + air
48,1003
47,8643
Pikno + NaCl
50,8651
49,2727
48,7939
48,1902
4.2 Pembahasan
Volume molar parsial adalah kontribusi pada volume, dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total. Volume molar parsail memiliki 3 sifat yaitu:
volume molar parsial dari komponen-komponen larutan, entalpi molar parsial dan
energi bebas molar parsial. Dari ketiga sifat-sifat tersebut, dalam penetuannya
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode grafik, metode analitik,
metode molar nyata dan metode interseep (Atkins, 1999; Dogra dan Dogra, 1990).
Metode volume molar parsial suatu larutan digunakan untuk menentukan
volume molar suatu larutan non ideal. Menurut Petrucci (1985) Larutan non ideal
adalah larutan yang terdiri dari 2 komponen zat terlarut A dan pelarut B, bila gaya
tarik antara A dan B tidak sam dengan gaya kohesi antara A dengan A dan B
dengan B, sehingga prosesnya menimbulkan efek kalor
4.2.1 Analisis Prosedur
Penentuan volume molar parsial dilakukan untuk menentukan volume
molar parsial larutan natrum klorida sebagai fungsi dari rapat massa. Langkahlangkah dalam penetuannya yaitu pertama-tama dibuat larutan NaCl dengan
berbagai variasi konsentrasi yaitu 3 M; 1,5 M; 0,75 M dan 0,375 M. Tujuan
konsentrasi divariasikan adalah untuk melihat perbedaan volume molar parsial
pada masing-masing konsentrasi dan membandingkan besar volume molar parsial
larutan dengan air.
Setelah itu ditimbang piknometer kosong yang telah dipanaskan teerlebih
dahulu kedalam oven selama 1 jam. Piknometer kosong ditimbang tujuannya
adalah untuk membandingkan hasil akhir kosong dengan yang diisi larutan.
Tujuan piknometer dipanaskan terlebih dahulu adalah untuk menghilangkan hidrat
yang ada didalam pikno. Apabila tidak dipanaskan maka hidrat yang ada akan
mempengaruhi nilai volume molar parsial larutan.
Selanjutnya diisi piknometer kosong dengan larutan NaCl hinnga penuh.
Digunakan larutan NaCl karena NaCl bukan larutan ideal, tidak berkontribusi
sempurna dalam larutan sehingga perlu ditentukan rapat massa nya. Selain
digunakan larutan NaCl, juga digunakan akuades sebagai pembandingnya.
Akuades berfungsi sebagai pelarut yang bersifat netral, tidak berwarna dan
merupakan pelarut yang sangat baik (Daintith, 1994).
Menurut Petrucci (1990) larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut
dari partikel pelarut tersusun seimbang, pada proses pencampurannya tidak terjadi
efek kalor. Larutan ideal akan memenuhi hukum Raoult. Larutan non ideal adalah
larutan yang terdiri dari 2 komponen zat terlarut A dan pelarut B, bila gaya tarik
antara A dan B tidak sam dengan gaya kohesi antara A dengan A dan B dengan B,
sehingga prosesnya menimbulkan efek kalor.
Larutan yang ada didalam piknometer harus diisi penuh tujuannya agar
NaCl tidak bereaksi dengan udara luar sehingga massa larutan NaCl tidak
Na+ + Cl-
Mr NaCl(
mengalikan
1/
NaCl
1000
m pikno+ NaCl
m pikno+air
)
n NaCl
m pikno+ air
m pikno kosong
dengan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A dan Danniels, F., 1987, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Atkins, P.W., 1996, Kimia Fisika, Jilid 3, Edisi III, Erlangga, Jakarta.
Daintith, J,1994, kamus lengkap kimia , Erlangga, Jakarta.
Dogra,S.K dan Dogra,S.,1984,Kimia Fisika dan Soal-Soal, Erlangga, Jakarta.
Imai, T., 2007, Molekular Theory of Partial Molar Volume and is Aplications to
Biomolecular System, CondencedMetter Physch, Vol 10, No 3, PP 343361.
Petrucci, R.H., 1985, Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga,
Jakarta.
Rield, R.C., 1991, Sifat Gas dan Zat Cair, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Scott, W.A., 1994, Kamus Saku Kimia, Summar Achmadi, Jakarta.
Yazid, L., 2005, Kamus Fisika untuk Para Medis, Andi Ofset, Yogyakarta.