Anda di halaman 1dari 4

Dalam berita tersebut dinyatakan bahwa ditemukan penjualan Viagra palsu secara

bebas di pinggir jalan.


Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kesalahan dari berbagai pihak baik
konsumen, penjual, pemerintah, dan tenaga kesehatan yang berwenang. Dari sisi
konsumen sebaiknya tidak begitu saja percaya kepada informasi dan isu yang
beredar, sebaiknya konsumen perlu mengkonsultasikan masalah kesehatan kepada
tenaga kesehatan seperti periksa ke dokter atau konsultasi kepada apoteker
sebelum membeli obat. Dari sisi penjual sebaiknya tidak hanya mementingkan
keuntungan pribadi karena obat palsu yang dijual tersebut dapat merugikan
konsumen dan dapat berakibat fatal karena keamanan yang tidak terjamin, penjual
seharusnya tidak boleh menjual viagra secara bebas. Dari sisi pemerintah
sebaiknya melakukan inspeksi secara berkala, menetapkan sanksi yang jelas dan
tegas terhadap penjualan obat palsu. Sedangkan dari sisi tenaga kesehatan
sebaiknya apoteker menyediakan informasi seperti brosur, leaflet yang terdapat di
apotek, tenaga kesehatan sebaiknya saling bekerjasama dengan melakukan
penyuluhan dan mempromosikan masalah kesehatan.

Teknologi informasi dan komunikasi hari ini sudah sangat maju. Di mana pun, kapan
pun, siapa pun dapat melakukan promosi dengan biaya yang murah dan dengan
cara yang mudah khususnya lewat internet. Hal positif ini sering disalahgunakan
terutama untuk mempromosikan produk obat obatan palsu. Dalam hal ini, perlu
banyak edukasi terutama untuk calon konsumen. Kemajuan teknologi komunikasi
harus diimbangi dengan peningkatan kecerdasan pasien. Dalam kasus ini, sikap
responsive BPOM sudah baik dengan meminta kominfo menutup situs situs yang
mempromosikan obat palsu. Namun, hari ini semua orang bebas menggunakan
media khususnya dari internet untuk menyuarakan kepentingannya. Menutup 400
situs yang diteliti BPOM mengiklankan obat palsu tidak menjamin akan tidak muncul
laginya situs lain yang juga mempromosikan obat palsu. Jika hanya dari strategi ini
saja, masalah promosi obat palsu dari situs internet tidak akan pernah selesai.
Membuat tanyangan di televise terkait promosi obat palsu mungkin akan
menyadarkan masyarakat dan akan membuat masyarakat lebih berhati hati.
Namun, promosi obat palsu yang dikemas secara meyakinkan juga masih dapat
menipu calon konsumen. Seringkali promosi obat palsu menggiurkan karena dijual
dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga di pasaran. Oleh sebab itu,
mungkin dengan mempublikasikan harga standart obat, calon konsumen tidak akan
tertipu dengan modus obat murah namun ternyata adalah obat palsu. Mungkin juga
BPOM bersama pemerintah dapat menerapkan lisensi obat satu pintu hanya dari
BPOM yang mudah diidentifikasi dan sukar dipalsukan seperti mata uang, sehingga
seluruh obat asli yang beredar mudah dikenali calon konsumen.

Kasus yang terjadi di Aceh sungguh memprihatinkan sebab bukan terjadi di tempat
awam akan pengetahuan obat dan medis, bahkan terjadi di Rumah Sakit.
Berdasarkan laporan pada berita tersebut, seperti ada unsur kesengajaan dari
dalam Rumah Sakit. Seharusnya, seluruh prosedur pengadaan barang harus diikuti
dengan benar. Namun, dari pihak rumah sakit tidak melakukannya. Demi menjaga
keamanan pasien, Pemerintah bersama BPOM harus menindak tegas kasus di

Rumah sakit di Aceh ini. Kemudian, prosedur pengecekan obat juga harus dilakukan
dengan benar. Untuk instalasi medis besar seperti rumah sakit yang sarat akan
pasien, sebaiknya ada pihak BPOM yang ditempatkan untuk mengawasi seluruh lalu
lintas obat.

Anda mungkin juga menyukai