Anda di halaman 1dari 2

Social Process Theories

Dalam teori proses sosial semua orang tanpa memandang kelas, jenis kelamin, dan
sebagainya berpotensi untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan.
Social Learning Theories
Dalam teori pembelajaran sosial sikap kriminal dianggap sebagai cara orang untuk menyerap
informasi, sudut pandang, dan motivasi dari orang lain, khususnya dari orang-orang terdekat.
Sehingga semua orang dianggap berpotensi untuk melakukan kejahatan karena pengaruh
kebiasaan yang terjadi dalam keadaan atau lingkungan tempat ia berada.
Theory of Differential Association
Theory of Differential Association dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland pada tahun 1947
yang merupakan modifikasi dari teori pertamanya yang dikemukakan pada tahun 1939. Teori
ini menyatakan hal-hal berikut:
1. Perilaku kejahatan merupakan suatu hal yang dapat dipelajari.
2. Mempelajari tindak kriminal dapat dilakukan dengan mempelajari komunikasi dan
interaksi seseorang.
3. Tindak kriminal terjadi karena hubungan yang dekat dalam suatu kelompok.
4. Proses pembelajaran tindak kriminal tidak hanya mengenai teknik kejahatan yang
dilakukan tetapi juga motif, pemicu, rasionalisasi dan sikap-sikap.
5. Motif dan pemicu tindak kriminal dipelajari dari definisi aturan hukum sebagai hal
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
6. Seseorang menjadi jahat karena pemahaman terhadap definisi-definisi yang
menguntungkan dari pelanggaran terhadap hukum melebihi definisi yang tidak
menguntungkan untuk melanggar hukum.
7. Asosiasi diferensial ini bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas dan
intensitas.
8. Proses mempelajari perilaku kriminal melalui pergaulan dengan pola kriminal dan
anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam setiap proses belajar.
9. Meskipun kejahatan merupakan akibat dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai
umum, akan tetapi kebutuhan dan nilai-nilai tersebut tidak dapat dianggap sebagai
suatu hal yang membenarkan untuk melakukan kejahatan.

Teori Pengendalian Sosial


Teori Pengendalian Sosial dikemukakan oleh Travis Hirschi pada tahun 1969. Landasan
berpikir teori ini adalah tidak melihat individu sebagai orang yang secara intrinsik patuh pada
hukum, namun juga terdapat pandangan antitesis di mana orang harus belajar untuk tidak
melakukan tindak pidana. Teori ini juga berpendapat bahwa semua orang dilahirkan dengan
kecenderungan alami untuk melanggar peraturan yang ada di dalam masyarakat, pelanggaran
tersebut dianggap sebagai konsekuensi atas kegagalan seseorang untuk mengembangkan
larangan-larangan dalam perilaku melanggar hukum. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya
kejahatan berkaitan dengan 4 hal berikut:
1. Peran serta atau kasih sayang, misalnya dari orang tua, guru, dan sebagainya.
2. Komitmen, sumber daya yang mendorong perilaku termasuk juga tujuan hidup yang
ingin dicapai.
3. Keterlibatan, kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kelompok
yang mengarahkan kepada keberhasilan yang dihargai masyarakat.
4. Kepercayaan, mencerminkan kekuatan sikap seseorang.
Differential Reinforcement Theory
Merupakan teori lainnya yang berusaha menjelaskan kejahatan sebagai suatu prilaku yang
dapat dipelajari. Teori ini dikemukakan oleh B.F Skinner dan telah disederhanakan oleh
Ronald Akers pada tahun 1977. Menurut teori ini, kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
merupakan hasil penghargaan atau penghukuman atas suatu perbuatan oleh kelompok
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai