Anda di halaman 1dari 15

Nomor 1

Indonesia Miliki Cadangan Gas 98 Triliun Kaki Persegi (trillion cu ft)

Selain penghasil emas terbaik dan terbesar di dunia, Indonesia juga


memiliki cadangangas alam yang paling besar di dunia yang berada di Blok
Natuna. Berapa banyak cadangan gas alam yang tersimpan di Blok Natuna?

Baru perkiraan, hanya dari Blok Natuna D Alpha saja, Indonesia sudah memiliki
cadangan gas alam sebesar 200 triliun kubik gas alami. Selain Blok Natuna,
Indonesia masih memiliki beberapa blok-blok penghasil gas alam lainnya.
Sejarah Perusahaan Gas Negara (PGN)

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN


(IDX: PGAS) adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan
distribusi gas bumi.
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda
yang bernama I.J.N. Eindhoven & Coberdiri pada tahun 1859 yang
memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh
para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas
yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada
Pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di
bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan diubah menjadi PN
Gas.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat
yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan.
Selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965 berubah menjadi Perusahaan Gas Negara.
Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap
tahunnya.

Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak
dengan teknik Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya
dengan mengalirkan gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya
adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Penyaluran gas alam untuk
pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di
wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya
tahun 1994, dan Palembang tahun 1996.
Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun
1984 statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara Perum dan
pada tahun 1994 statusnya ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) dengan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain
di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di
bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.
PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai
dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek
Indonesia dan namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Bisnis PGN
1. Distribusi gas bumi
PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km,
menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk
restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang
paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari
penjualan gas kepada konsumen.
2. Transmisi Gas Bumi
Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi
sepanjang sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi
ke stasiun penerima pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas
sesuai dengan Perjanjian Transportasi Gas (GTA) yang berlaku selama 10-20
tahun. Unit Bisnis Strategis
Untuk mengawasi kegiatan operasional transmisi dan distribusi, PGN membagi
area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis
masing-masing:
SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan, Lampung hingga
Jawa Barat (termasuk Jakarta).
SBU Distribusi Wilayah II, mencakup area Jawa Timur.
SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Riau (Pekanbaru) dan
Kepulauan Riau (Batam).
SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa.

Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transportasi Gas Indonesia, mengelola


bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Anak
Perusahaan dan Perusahaan Afiliasi :
PT Transportasi Gas Indonesia : transmisi gas bumi
PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (PGASCOM) : telekomunikasi
PT PGAS Solution : konstruksi, enjiniring, operation & maintenance
PT Nusantara Regas : terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung
PT Saka Energi Indonesia : kegiatan di bidang hulu
PT Gagas Energi Indonesia : kegiatan di bidang hilir
PT Gas Energi Jambi : perdagangan, konstruksi dan jasa
PT Banten Gas Synergi : jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan
(Afiliasi)
PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan regasifikasi
terapung
Saham PGN (Kode Saham : PGAS)
Seiring dengan gencarnya privatisasi BUMN di Indonesia, maka pemerintah
melakukan penjualan saham perdana PT Perusahaan Gas Negara (Tbk) pada
tanggal 05 Desember 2003.
PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak
1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga
penawaran Rp. 1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.

Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi gas via


pipa transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama anjloknya
harga saham BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari.
Sentimen negatif di pasar modal itu berkaitan dengan kecurigaan bahwa PGN
dan pemerintah menutup-nutupi keterlambatan proyek tersebut yang harusnya
sudah operasi pada Desember 2006, tapi tertunda hingga Januari 2007 dan
tertunda lagi hingga Maret.
Akibatnya PGN dikenakan denda oleh Pertamina sebesar US$ 15.000 per hari
sejak 1 November 2006. Pada tahun 2011, komposisi saham pemerintah
mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak 43%.
Negosiasi Dengan Rekanan dari China
Meskipun terjadi penurunan harga minyak pada akhir tahun 2008 lalu,
pemerintah telah bersikeras bergerak maju dengan proses negosiasi ulang
dengan China untuk harga gas alam cair (liquefied natural gas / LNG) dari
lapangan eksplorasi gas Tangguh di Papua untuk diekspor ke negara itu.
Setelah dihentikan produksinya karena pecahnya krisis keuangan global pada
kuartal ketiga di tahun ini (Des. 2008 -red), pemerintah dijadwalkan untuk
melanjutkan re-negosiasi dengan rekanan dari China pada Januari 2009,
menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sejak konvensi minyak tanah ke gas, pemerintah mengeluarkan tabung elpiji 3


kg yang lebih kecil.
Kami akan me-refresh (negosiasi) pada bulan Januari 2009, kata Kalla dalam
kunjungannya ke proyek LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat,
seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, ketika mengunjungi China, Kalla mengatakan kontrak LNG Tangguh
dengan China akan dinegosiasi ulang karena posisi Indonesia dipandang sebagai
di pihak yang kalah.
Namun, ia tidak mengungkapkan rincian apapun dari apa yang sedang
ditawarkan ke Cina. Kami akan membahas lebih formula, tidak hanya soal
harga. Negosiasi akan terus bergerak maju, katanya.

Kurtubi, analis minyak dan gas, mengatakan proses re-negosiasi LNG Tangguh
untuk harga formula harus dibawa ke tahap berikutnya meskipun harga minyak
jatuh menjadi ke level sekitar US $ 30.
Dalam kontrak selama 25 tahun untuk ekspor LNG ke China, harga telah
ditetapkan sebesar $ 2,40 per mmbtu, dengan penyesuaian kenaikan harga
minyak mentah.

Kontroversial kontrak gas alam cair


(LNG) Tangguh ini lalu ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan
perusahaan di Provinsi Fujian, China pada tahun 2002 di bawah pemerintahan
presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
Harga LNG pada saat penandatanganan kontrak itu didasarkan pada harga
minyak mentah saat itu, US $ 20 per barel.
Pemerintah Cina sebelumnya telah sepakat untuk menaikkan harga $ 3,80 per
mmbtu, tetapi pemerintah Indonesia menolak tawaran itu, dan mengatakan itu
masih terlalu rendah.
Lapangan gas Tangguh dikembangkan oleh konsorsium BP Plc, (37,16 persen), MI
Berau (16,3 persen), CNOOC (13,9 persen), Nippon Oil (12,23 persen), KG Berau /
KG Wiriagar (10 persen), LNG JapanCorporation (7,35 persen) dan Talisman (3,06
persen).
Pemanfaatan Gas di Indonesia
Pemanfaatan gas alam di negara kita dimulai pada tahun 1960-an dimana saat
itu produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo,
Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT. Pupuk
Sriwidjaja di Palembang.
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejaktahun
1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang
gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan
Pusri IV di Palembang.

Tabung gas elpiji ukuran 12 kg.


Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup, dan
digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia
sendiri.
Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia,
karena menggunakan teknologi tinggi.
Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok
gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut
Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat
di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten.
Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten
memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik,
pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Aceh.
Sumber gas alam yang terdapat di di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT
Arun NGL Company.
Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan
Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggre Aceh Barh (kabupaten
Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan
bahan baku dari gas alam.
10 Produsen Gas Terbesar di Indonesia
Perusahaan manakah yang paling banyak berkontribusi? Berikut dikutip dari
bahan tertulis SKK Migas Kamis (7/2/2013), perusahaan-perusahaan gas terbesar
di Indonesia tersebut adalah:
1. PT Total E&P Indonesie (Prancis), merupakan kontributor terbesar produksi
gas RI. Perusahaan tersebut menghasilkan gas 1.693,98 mmscfd dari Blok
Mahakam, Kalimantan Timur. Angka itu sekitar 20,8% dari total produksi gas
nasional.
2. BP Berau (Inggris), berada di peringkat dua yang tingkat produksinya
mencapai 1.219 mmscfd atau sekitar 15% dari total produksi nasional.

3. PT Pertamina, Persero (Indonesia), perusahaan pelat merah Indonesia baru


ada di peringkat ketiga, berkontribusi sekitar 12,9% dari total produksi nasional
atau setara 1.049,25 mmscfd.
4. ConocoPhillips Grissik (Amerika Serikat), di posisi keempat ini menghasilkan
gas 1.027,02 mmscfd dari Blok Koridor, Sumatera Selatan. Angka itu setara
12,6% dari total produksi gas di Tanah Air.
5. ConocoPhillips Indonesia Ltd (Amerika Serikat), menempati ranking kelima
sebagai produksi gas terbesar di Indonesia. Perusahaan yang masih juga dimiliki
AS tersebut memproduksi gas sebanyak 432,94 mmscfd dari South Natuna East
Sea Blok B.
6. Vico Indonesia (Inggris), memproduksi 380,94 mmscfd,
7. ExxonMobil Oil Indonesia (Amerika Serikat), memproduksi 369,22 mmscfd.
8. Kangean Energy, menghasilkan 294,99 mmscfd dari lapangan Terang Sirasun
Batur.
9. PetroChina Jabung (Cina), memproduksi sebanyak 264,99 mmscfd ada di
posisi ke-9.
10. PT PHE ONWJ (Indonesia), menempati posisi terakhir ini adalah anak usaha
Pertamina menjadi kontributor ke-10 dengan tingkat produksi 212,46 mmscfd.
Saat ini sekitar 52% sumber energi dalam negeri masih dipenuhi oleh BBM, 28%
gas bumi, 15% batu bara, 3% tenaga air dan 2% panas bumi. Dengan semakin
berkurangnya cadangan minyak, otomatis gas bumi merupakan energi
pengganti BBM yang paling tepat saat ini.
Berujuk pada road map yang disusun kementrian ESDM, ke depan konsumsi gas
dan batu bara akan mulai ditingkatkan untuk menggantikan BBM, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan energi nasional sampai 53%. Sedangkan BBM
menjadi hanya 20%.
Total Cadangan Gas Alam di Dunia
Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi
produksi gas nasional hingga 27 Januari 2013 lalu mencapai 8.152,53 juta kaki
kubik per hari (mmscfd).
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar.
2. Gas LNG sebagai komoditas ekspor, dan
3. Gas sebagai bahan baku (pupuk, petrokimia, metanol, plastik,industri besi
tuang dan sebagainya.

Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air
conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok,
Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
Total cadangan gas dunia (yang sudah dikonfirmasi) adalah 6,112 triliun kaki
persegi. Daftar 20 besar negara dengan cadangan gas terbesar dalam satuan
triliun kaki persegi(trillion cu ft) adalah :
1. Rusia = 1,680
2. Iran = 971
3. Qatar = 911
4. Arab Saudi = 241
5. United Arab Emirates = 214
6. Amerika Serikat = 193
7. Nigeria = 185
8. Aljazair = 161
9. Venezuela = 151
10. Irak = 112
11. Indonesia = 98
12. Norwegia = 84
13. Malaysia =75
14. Turkmenistan = 71
15. Uzbekistan = 66
16. Kazakhstan = 65
17. Belanda = 62
18. Mesir = 59
19. Kanada = 57
20. Kuwait = 56
Korversi Minyak Tanah ke Gas
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengulas kesuksesannya kala
memberlakukan program konversi minyak tanah menjadi gas di sela-sela acara
peresmian pengoperasian Terminal LPG milik Bosowa Group di Makassar,
Sulawesi Selatan, Sabtu (21/12/12) lalu.
JK menjelaskan, pemberlakuan konversi minyak tanah ke gas dilakukan untuk
mengurangi subsidi energi pada tahun 2005 yang dinilai hampir membuat
bangkrut negara.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberlakukan program konversi minyak
tanah menjadi gas.
Menurut JK, beberapa langkah yang diambil antara lain menaikkan harga BBM
(termasuk minyak tanah) hingga dua kali.
Kenaikan itu pun dilakukan dua hari menjelang puasa dengan pertimbangan
pada bulan tersebut, umumnya, masyarakat hanya memasak dua kali sehingga
kenaikan harga tidak terlampau memberatkan.
Setelah itu pemerintah melalui survei menemukan fakta bahwa belanja minyak
tanah yang dilakukan masyarakat setiap pekan umumnya berada dikisaran Rp
15.000.
Sehingga ada upaya untuk membuat tabung gas yang bisa dihargai di kisaran Rp
15.000, agar konversi bisa diterima masyarakat. Akhirnya lahir lah tabung tiga
kilogram, karena saat itu yang penting harganya terjangkau, ujar JK.
Saat itu menurut dia, pemerintah melalui PT Pertamina harus mengeluarkan
biaya sebesar Rp 15 triliun dalam melakukan konversi minyak tanah ke gas.
Selain itu untuk memastikan pemberlakuannya sehat, maka diputuskan tidak
melalui tender. Dengan program itu, negara dapat menghemat 10 juta kilo liter
BBM, sekaligus anggaran subsidinya. (rr/bsc)
Subsidi BBM jadi Kambing Hitam Kacaunya Ekonomi Nasional
Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menilai
subsidi Bahan Bakar Minyak sebagai Top Looser yang menjadi penyebab karut
marut neraca pembayaran Indonesia.
Kalau dikatakan top looser-nya itu siapa, ya itu BBM, kata Agustinus di Hotel
Atlet Century, Jakarta, Rabu (18/12/2013) lalu. Dia menyebutkan, hanya ada dua
jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan defisit neraca transaksi berjalan
terkait besarnya impor BBM, yakni:

Menaikkan harga BBM bersubsidi, dan


Membatasi konsumsi BBM bersubsidi (program RFID).
Kalau kenaikan tidak bisa karena pemilu. Ya batasi konsumsinya. Menurut saya
agak sulit untuk memitigasi konsumsi BBM karena ada beberapa kebijakan yang
kontra produktif, mobil murah misalnya.

Itu jelas akan menaikkan konsumsi BBM.


Jadi kalau mau dibilang ya harusnya itu naik harga BBM untuk membatasi
konsumsi dan mengurangi beban impor, dan juga fiskal, jelas Agustinus.
Menurutnya, Kementerian ESDM memiliki peran vital dalam mengatasi persoalan
impor dan konsumsi BBM.
Jadi sebetulnya kalau mau di matrix itu sebenarnya kerjaan ESDM itu juga tidak
kalah serius untuk mengatasi masalah defisit neraca pembayaran karena defisit
yang paling besar itu karena impor BBM, tutup Agustinus.
Alasan Pertamina naikkan harga elpiji 12 Kg
PT Pertamina, selaku distributor gas elpiji, memutuskan untuk menaikkan harga
jual tabung 12 Kg sesaat selepas tahun baru. Pertamina menaikkan harga Elpiji
non subsidi kemasan 12 Kg menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan
turunnya nilai tukar Rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin
besar.
Pertamina memberlakukan harga baru elpiji non subsidi kemasan 12 Kg secara
serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen
sebesar Rp 3.959 per Kg. Saat ini harga jual elpiji 12 Kg rata-rata sebesar Rp
120.000 per tabung dan bervariasi di tiap daerah.
Besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE
ke titik serah (supply point), tutur Vice President Corporate
Communication Pertamina, Ali Mundakir. Dengan kenaikan inipun, lanjutnya,

Pertamina masih jual rugi kepada konsumen Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg
sebesar Rp 2.100 per Kg.

Tabung Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg.


Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan dampak penaikan
harga elpiji 12 Kg terhadap inflasi rendah. Menurutnya, pemerintah tidak bisa
melarang PT Pertamina untuk menaikkan harga elpiji 12 Kg. Mengingat barang
itu tidak disubsidi oleh pemerintah.
Kalau saya punya keinginan tentu kita tahan. Jangan dulu dinaikkan, kata Hatta
di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/14). Ancang-ancang
menaikkan harga elpiji ini sebenarnya telah dilakukan lama oleh Pertamina.
Namun selalu gagal karena mendapat desakan penolakan dari pemerintah.
Pemerintah beralasan kenaikan ini akan memberatkan beban hidup rakyat dan
mengganggu stabilitas perekonomian. Akan tetapi, sebagai sebuah perusahaan,
Pertamina mengaku harus menerapkan good governance karena bertanggung
jawab pada pemegang saham.
Lalu apa saja sebetulnya alasan Pertamina harus menaikkan harga elpiji 12 kg?
Ada 4 alasan mendasar atas kenaikan itu adalah:
1. Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Keputusan ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam laporan hasil pemeriksaan pada bulan Februari 2013, di
mana Pertamina menanggung kerugian atas bisnis Elpiji non subsidi selama
tahun 2011 sampai dengan Oktober 2012 sebesar Rp 7,73 triliun, yang hal itu
dapat dianggap menyebabkan kerugian negara.
2. Selalu tanggung kerugian

Dengan konsumsi Elpiji non-subsidi kemasan 12 Kg tahun 2013 yang mencapai


977.000 ton, di sisi lain harga pokok perolehan Elpiji rata-rata meningkat menjadi
USD 873, serta nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar, maka kerugian
Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 5,7 triliun.
Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual Elpiji non subsidi 12 Kg
yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan.
Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober
2009 yaitu Rp 5.850 per Kg, sedangkan harga pokok perolehan kini telah
mencapai Rp 10.785 per Kg. Dengan kondisi ini maka Pertamina selama ini telah
jual rugi dan menanggung selisihnya.
3. Kerugian telah mencapai Rp 22 triliun
Pertamina mencatat akumulasi kerugian penjualan elpiji 12 Kg telah mencapai
Rp 22 triliun dalam 6 tahun terakhir. Pertamina mengaku selalu kesulitan
mengembangkan bisnis perusahaan jika kejadian ini terus berlanjut di masa
mendatang.
Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung
Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada
masyarakat, tutur Vice President Corporate Communication Pertamina Ali
Mundakir.
4. Konsumen elpiji 12 Kg golongan mampu
Dengan pola konsumsi Elpiji non subsidi kemasan 12kg di masyarakat yang
umumnya dapat digunakan untuk 1 hingga 1,5 bulan, kenaikan harga tersebut
akan memberikan dampak tambahan pengeluaran sampai dengan Rp. 47.000
per bulan atau Rp.1.566 per hari.?
Kondisi ini diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat
mengingat konsumen Elpiji non subsidi kemasan 12kg adalah kalangan mampu.
Untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro, Pemerintah telah
menyediakan LPG 3 kg bersubsidi yang harganya lebih murah. (IWP /
Antara / thejakartapost / merdeka / Wikipedia / Ndw/
liputan6.com/ energitoday.com / indomigas.com)

*****
Nomor 2
Arun (NAD), Dumai (Riau), Musi (Sumatera Selatan), Balongan (Jawa Barat),
Balikpapan, Bontang (Kalimantan Timur), Teluk Bintuni (Papua Barat), Natuna
(Kepulauan Riau)

Nomor 3
Gas alam lebih mudah ditemukan dibanding minyak bumi. Pembentukan gas
alam dapat dibagi menjadi dua jenis yakni proses biologis dan proses thermal.
a.

Proses Biologis

Pada proses awal, gas alam terbentuk dari hasil dekomposisi zat organik oleh
mikroba anaerobik. Mikroba yang mampu hidup tanpa oksigen dan dapat
bertahan pada lingkungan dengan kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan
gas alam secara biologis ini biasanya terjadi pada rawa, teluk, dasar danau dan
lingkungan air dengan sedikit oksigen. Proses ini mmembentuk gas alam pada
kedalaman 760 sampai 4880 meter akan tetapi pada kedalaman dibawah 2900

meter, akan terbentuk wet gas (gas yang mengandung cairan hydrocarbon).
Proses jenis ini menempati 20 persen keseluruhan cadangan gas dunia.

b.

Proses Thermal

Pada kedalaman 4880 meter, minyak bumi menjadi tidak stabil sehingga produk
utama hydrocarbon menjadi gas metan. Gas ini terbentuk dari
hasil cracking cairan hydrocarbon yang ada disekitarnya. Proses pembentukan
minyak bumi juga terjadi pada kedalaman ini, akan tetapi proses pemecahannya
menjadi metan lebih cepat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai