Anda di halaman 1dari 10

Nama

NIM
Shift
Kelompok

: Vinsensia O
: 03121003053
: Selasa Pagi

:3

FLOKULAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Terdapat
banyak Industri yang didirikan dengan maksud meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Namun, dengan berkembangnya kegiatan industri telah menghasilkan
dampak negatif pada lingkungan yaitu limbah cair industri. Beberapa contoh
industri yang banyak menggunakan air adalah industri tekstil, printing, otomotif,
serta pulp dan kertas merupakan contoh industri penghasil utama limbah cair. Hal
ini disebabkan proses produksinya selalu menggunakan air sebagai air proses.
Limbah buangan dari industri berasal dari buangan air proses, buangan air sisa
pelumas, bahan-bahan kimia sisa produksi, sampah potongan kain dan kertas, dan
lainnya. Air buangan tersebut mengandung bahan kimia dan sisa-sisa pelumas
yang dapat merubah warna, sehingga dapat mencemari air yang sangat penting
artinya bagi kehidupan manusia.
Di Indonesia telah ada undang-undang yang mengatur tentang baku mutu
bahan buangan yang diizinkan untuk dibuang langsung ke dalam lingkungan.
Industri-industri diperbolehkan membuang limbah cair yang telah diolah secara
langsung ke lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau
bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi ambang batas konsentrasi
yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi persyaratan. Mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan dari limbah cair, penting bagi
sektor industri untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah
tersebut sebelum dibuang ke lingkungan. Penanganan limbah cair dapat diolah
secara fisik, kimia, dan biologi. Pengolahan secara kimia umumnya digunakan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap atau koloid,
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun. Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari terlaru menjadi tidak terlarut sehingga mudah diendapkan atau
lebih dikenal dengan proses flokulasi.
Proses penanganan limbah cair secara kimia, dapat berupa proses
koagulasi dan flokulasi. Koaguasi dan flokulasi merupaka proses yang terjadi

secara berurutan untuk mentidakstabilkan partikel tersuspensi, menyebabkan


tumbukan partikel dan tumbuh menjadi flok. Dimulai dengan proses koagulasi,
koagulasi melibatkan netralisas dari muatan partikel dengan penambahan
elektrolit. Dalam hal ini bahan yang ditambahkan biasanya disebut koagulan atau
dengan mengubah pH yang dapat menghasilkan agregat atau kumpulan partikel
yang dapat terpisahkan. Hal ini terjadi karena elektrolit atau konsentrasi ion yang
ditambahkan cukup untuk mengurangi tekanan elektrostasis diantara kedua
partikel . Agregat yang terbentuk akan saling menempel dan menyebabkan
terbentuknya partikel yang lebih besar yang dinamakan mikroflok, dimana
mikroflok ini tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Pengadukan cepat untuk
mendispersikan koagulan dalam larutan dan mendorong terjadinya tumbukan
partikel sangat diperlukan untuk memperoleh proses koagulasi yang bagus.
Tahap selanjutnya adalah proses flokulasi. Flokulasi merupakan satuan
proses penting dalam pengolahan air, limbah cair domestik, industri dan
pemanfaatan mineral. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan)
partikel

partikel

terdestabilisasi

menjadi

flok

dengan

ukuran

yang

memungkinkandapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses flokulasi


adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi
flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok). Flokulan merupakan senyawa
yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap
dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan suatu reaksi
kimia.
Pengaruh penggunaan flokulan terhadap proses flokulasi dimana adanya
proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan partikel koloid). Partikelpartikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan negatif, interaksi
antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama sehingga
partikel koloid menyebar. Dengan penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka
ion Al yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel koloid dan memiliki
muatan positif akan mengikat partikel-partikel koloid sehingga membentuk
gumpalan yang lebih besar. Penambahan flokulan bertujuan untuk mengikat
gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan koagulan (inti flok)

sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring.
Penambahan flokulan dan atau flokulan harus sesuai dengan dosis, apabila kurang
maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna, sedangkan apabila
ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada air. Proses
flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel -partikel kecil dalam sebuah
suspensi, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang disebut flok. Flokulasi
disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut
sebagai flokulan. Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flokulasi
adalah tawas, kapur (CaO), dan polyaluminium chloride (PAC).
Flokulan komersial dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu
flokulan organik dan flokulan anorganik. Dari kedua flokulan ini flokulan organik
lebih efektif. Flokulan organik dapat berupa polimer alami dan sintetik. Sebagai
flokulan, polimer sintetik lebih efektif daripada yang alami. Flokulan ini lebih
disukai karena tidak perlu mengatur pH media, dapat digunakan hanya dalam
jumlah kecil 1-5 ppm, flok yang terbentuk lebih besar, lebih kuat dan
pengendapannya lebih baik atau menghasilkan sedikit sludge. Flokulan anorganik
sering menimbulkan masalah baru karena menghasilkan banyak sludge dalam
proses flokulasi. Efisiensi flokulasi polimer meningkat seiring dengan
meningkatnya berat molekul. Diantara flokulan polimer, polimer sintetik bisa
dibuat dengan mengontrol berat molekul, distribusi berat molekul, struktur kimia
polimer, dan perbandingan gugus fungsi dari polimer backbone. Polimer sintetik
biasa disebut dengan polimer.
Polyacrylamide merupakan salah satu polimer sintetik yang sangat efektif
sebagai flokulan karena mempunyai daya ikat kuat terhadap partikel yang
tersuspensi dalam air, akan tetapi tidak tahan terhadap gesekan mekanis (unshear
stable) dan unbiodegradable. Polyacrylamide dalam bentuk homopolimer ataupun
komonomernya merupakan flokulan yang baik untuk penanganan hasil buangan
pabrik yang berupa limbah cair. Kegunaan lainnya adalah dalam proses pencucian
batubara non-cooking pada pembangkit listrik dan industri semen, sehingga akan
mampu mengurangi biaya pengangkutan, dan meningkatkan faktor utilitas pabrik.
Polyacrylamide dengan massa molekul 1-2106 biasa digunakan sebagai retention

aid dalam pembuatan kertas sedangkan polyacrylamide dengan berat molekul (220106 ) digunakan dalam flokulasi. Flokulan ini banyak diaplikasikan dalam
proses penjernihan air yang digunakan pada berbagai proses industri seperti
pretreatment atau pengolahan awal air boiler, pengolahan buangan dari pabrik
kertas, dan pengolahan sampah. Polimer alami misalnya starch atau pati
umumnya mudah terurai atau biodegradable, kaku atau shear stable atau sedikit
tahan gesekan mekanis, murah harganya, dan mudah didapat. Sifat biodegradable
ini dapat menyebabkan polimer alam tidak tahan lama. Starch merupakan salah
satu jenis polisakarida. Polisakarida merupakan salah satu polimer alami yang
bisa digunakan sebagai flokulan. Polisakarida terdiri dari beberapa jenis seperti
xanthan gum, guargum, starch, dan sebagainya. Semua polimer, polimer alam
maupun sintetik memiliki satu atau lebih kekurangan dan kelebihan. Polimer
alami dan sintetik dapat dimodifikasi dengan mengkombinasikannya untuk
memperoleh sifat unggul dari kelebihan kedua polimer.
Kopolimerisasi graf merupakan salah satu metode yang paling umum
digunakan untuk memodifikasi sifat-sifat kimia dan fisika polimer alami dan
sintetik. Salah satu keuntungan dari kopolimerisasi graf ini adalah berkurangnya
sifat biodegradable, dan munculnya sifat shear stable. Untuk mendapatkan
flokulan polimer yang shear stable, lebih efisien dan sedikit terbiodegradasi yang
dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan atau menggabungkan polimer sintetik
pada backbone polimer alami, dimana istilah lain dari menumbuhkan atau
menggabungkan dalam sintesa kopolimer graf disebut grafting. Kopolimer graf
dari guar gum atau xanthan gum atau starch dan polyacrylamide menunjukkan
karakterisasi flokulasi yang lebih baik daripada polisakarida sendiri dan beberapa
polimer sintetik sebagai flokulan. Dari sekian jenis polisakarida, kopolimer graf
dengan starch sebagai backbone merupakan flokulan yang cukup baik. Sintesa
kopolimer graf sangat dipengaruhi oleh proses inisiasi pada sintesa nt-PAM dan
coupling reaction.
Pembuatan kopolimer graf antara beberapa jenis polisakarida dengan
Polyacrylamide dengan teknik polimerisasi larutan. Disimpulkan bahwa, pada
Amylopectin-g-Polyacrylamide dengan rantai polyacrylamide berjumlah sedikit

tetapi panjang merupakan flokulan yang paling efektif. Karakteristik flokulasi dari
Sodium Alginate-g-Polyacrylamide (SAG-VI) lebih baik daripada flokulan
komersial yang berbasis polyacrylamide rantai lurus dalam suspensi slime bijih
besi.

Hasilnya

sintesa

Starch-g-N-tertbutylacrylamide

adalah

konsentrasi

monomer, konsentrasi inisiator, suhu, dan waktu reaksi berpengaruh pada % GE


(grafting effsiency) dan % GY (grafting yield). Sintesa Starch graft
polyacrylamide kationik dengan polimerisasi inversi emulsi dan reaksi Manich,
hasilnya adalah konsentrasi monomer, konsentrasi inisiator, konsentrasi starch,
dan temperatur reaksi berpengaruh pada % GE (grafting efficiency) dan % GY
(grafting yield). Hasil dari sintesa starch graft polyacrylamide sebagai flokulan
dengan metode grafting dan uji karakteristik flokulasinya. adalah konsentrasi
monomer, inisiator, suhu, dan waktu reaksi berpengaruh pada % GE (grafting
eficiency) dan % GY (grafting yield). Dina dan Mila, (2005), melakukan sintesa
starch graft polyacrylamide sebagai flokulan dengan metode grafting from dan
grafting to dan uji karakteristik flokulasinya dimana konsentrasi starch dan
konsentrasi inisiator CAN berpengaruh pada % GE dan % GY.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
kopolimer graf (starch graft polyacrylamide) memiliki kemampuan flokulasi lebih
baik dibandingkan dengan polimer rantai lurus (starch atau polyacrylamide).
Kemampuan kopolimer graf sebagai flokulan dipengaruhi oleh panjang dan
jumlah rantai graf, sedikit rantai graf tetapi panjang merupakan flokulan yang
lebih efektif. Telah terbukti bahwa konsentrasi monomer acrylamide, konsentrasi
inisiator, waktu dan temperatur reaksi penggabungan berpengaruh pada panjang
dan jumlah rantai graf. Akan tetapi, starch sebagai polimer backbone memiliki
struktur molekul pendek, hal ini dapat mengurangi capture capacity terhadap
partikel kontaminan. Acrylamide sebagai monomer pembentuk rantai nt-PAM
konsentrasinya kecil pada polimerisasi acrylamide. Ketika konsentrasi monomer
acrylamide berlebih dapat terbentuk polimer gel ini disebabkan adanya konversi
reaksi tinggi. Inisiator sebagai pembentuk radikal bebas pada acrylamide, ketika
konsentrasinya berlebih bisa menjadi pemicu terjadinya terminasi selama
polimerisasi acrylamide karena adanya tumbukan yang semakin cepat antar

radikal. Maka dilakukan penelitian lanjut dengan pengembangan metode grafting


to untuk mendapatkan flokulan yang efektif dan efisien. Kopolimerisasi graf dari
starch dan acrylamide (St-g-PAM) dilakukan dengan data pengaruh perbandingan
konsentrasi monomer acrylamide, konsentrasi inisiator, waktu coupling reaction,
dan suhu coupling reaction terhadap jumlah dan panjang rantai polyacrylamide
yang tumbuh pada backbone starch.
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, seperti misalnya :
1) Waktu flokulasi,
2) Jumlah energi yang diberikan
3) Jumlah koagulan
4) Jenis dan jumlah koagulan atau flokulan pembantu
5) Cara pemakaian koagulan atau flokulan pembantu
6) Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
Proses flokulasi harus disesuaikan flokulan yang akan digunakan agar
proses flokulasi secaraJenis flokulan dalam proses flokulasi terbagi beberapa
macam dan dapat dijelaskan secara langsung sifat muatan dan sifat dari flokulan
tersebut secara langsung. Jenis-jenis flokulan tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut :
1) Kopolimer dari akrilamida dan N,Ndimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik: Ionik
Sifat : Kopolimer yang linear dan kationik kepadatan muatan elektrostatik
tergantung dari status kopolomerisasi dan Ph, membentuk jarak yang sensitive
terhadap hidrolisab.
2) Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimeryang paling penting anionik dan segmen linierdalam kopolimer
dengan akril amida dan anionikc.
3) Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen

Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenalsebagai flokulan
pembantu yang ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk
membantudalam proses

flokulasi

dan

untuk

mempengaruhi

sifat

flok.

Pembubuhan koagulan atau flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhan


koagulan. Hubungan jartest dengan unit operasi dan proses secara garis besar,
mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah destabilisasi muatan negatif partikel
oleh muatan positif dari koagulan, tumbukan antar partikel dan adsorpsi. Contoh
bahan kimia untuk pengolahan koagulan (tawasal/fe, Al 2(SO4)3, poly ammonium
chloride) dan flokulan (kation polimer elektrolit dan anion polimer elektrolit).
Mekanisme kerja dari penambahan koagulan dan atau flokulan adalah prinsip
pengerjaannya merupakan proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan
partikel koloid).
Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan
negatif, interaksi antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan
yang sama sehingga partikel koloid menyebar. Dengan penambahan koagulan
(misal tawas Al), maka ion Al yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel
koloid dan memiliki muatan positif akan mengikat partikel-partikel koloid
sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar. Penambahan flokulan bertujuan
untuk mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan inti flok
sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring.
Penambahan flokulan dan atau fokulan harus sesuai dengan dosis, apabila kurang
maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna

sedangkan apabila

ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada air. Sehingga


ada metode yang biasa digunakan untuk menentukan takaran atau dosis dari
penggunaan koagulan atau flokulan yaitu dengan metode Jartest.
Ada dua macam flokulasi yaitu flokulasi perikinetik dan flokulasi
ortokinetik yang perbedaannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Flokulasi perikinetik, adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m
dengan mengandalkan gerakan Brownian, biasanya koagulan ditambahkan
untuk meningkatkan flokulasi perikinetik.

2) Flokulasi ortokinetik, adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran diatas


1 m, dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar
partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan (artificial mixing). dapat
dikurangi dengan proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan
bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel
menyebabkan

antar

partikel

yang

berlawanan

cenderung

bergabung

membentuk inti flok. Proses koagulasi selalu diikuti oleh proses flokulasi,
yaitu penggabungan inti flok atau flok kecil menjadi flok yang berukuran
besar.
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Tujuan
pengadukan adalah untuk menciptakan tumbukan antar partikel yang ada dalam
air baku. Dalam proses koagulasi, pengadukan akan membantu meratakan
koagulan yang telah dibubuhkan dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada
proses flokulasi, pengadukan akan menumbukkan partikel-partikel flok yang telah
terbentuk hingga menjadi suatu gumpalan yang cukup besar untuk diendapkan.
Dengan demikian, yang menjadi fokus utama dalam pengadukan adalah proses
tumbukan.
Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu
pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Pengadukan cepat (flash mixing)
merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah
untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang
diolah. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan
koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses hidrolisisnya
terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi.
Pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradient
kecepatan besar (300 sampai 1000 detik -1), sementara pengadukan lambat adalah
pengadukan yang dilakukan dengan gradient kecepatan kecil (20 sampai 100
detik-1). Waktu pengadukan juga berbeda. Pada pengadukan cepat, waktu yang
diperlukan tidak lebih dari 1 menit, sementara pengadukan lambat membutuhkan
waktu 15 hingga 60 menit. Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
cara mekanis, hidrolis dan pneumatik. Pengadukan mekanis adalah metode

pengadukan dengan menggunakan alat pengaduk berupa impeller yang


digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan mekanis terdiri
dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller). Pengadukan lambat
secara mekanis umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di
kompartemen I lebih besar daripada G di kompartemen II dan G di kompartemen
III adalah yang paling kecil.
Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air
sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik
yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi
gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu
aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah terjunan, loncatan hidrolis,
parshall flume, baffle basin (baffle channel), perforated wall, gravel bed, dan
sebagainya.
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan
gerakan pengadukan pada air. Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air
akan menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan
air. Makin besarnya tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan
makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pendahuluan Flokulan.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master6803-2304201003-bab1.pdf (diakses pada 07 Maret 2015)
Bangun, Romel Sagel. 2013. Jenis Koagulan dan Flokulan. (Online).
http://bangunromel.blogspot.com/2013/04/jenis-koagulan-danflokulan.html (diakses pada 07 Maret 2015)
Kimia.2009. Jenis Koagulan Atau Flokulan Pembantu ( Coagulant/Flocculant
aids

).

(Online).https://smk3ae.wordpress.com/2009/02/18/iii3-jenis-

koagulan-floku lan-pembantu-coagulantflocculant-aids/ (diakses pada 07


Maret 2015)
Lordgilang.2013. Pengolahan Limbah Cair Berwarna Dengan Flokulan Starchgraft-Polyacry

lamide

(St-g-PAM)

Terhidrolisis.(Online).

https://

lordgilang 1988. Wordpress .com/2013/06/22/pengolahan-limbah-cairberwarna-dengan-flokulan-starch-graft-polyacrylamide-st-g-pamterhidrolisis/ (diakses pada 07 Maret 2015)


Nugraha, Pratomo M. 2011. Flokulasi. (Online). https:// www. scribd. com/
search? Query =floku lasi+Muhammad+Pratomo+Nugraha (diakses pada
07 Maret 2015)

Anda mungkin juga menyukai