Disusun oleh :
Mizna Sabilla
108101000011
Titah Wulandari
108101000028
Iin Septiana
108101000032
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011M / 1432 H
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, populasi penduduk lanjut
usia juga semakin bertambah dari hari ke hari. Pertumbuhan penduduk lansia yang
cepat di seluruh dunia telah mengatasi pertumbuhan kelompok usia lainnya. Hal ini
dapat dilihat melalui peningkatan penduduk lansia yang signifikan dimana pada tahun
2007, jumlah penduduk lanjut usia adalah sebesar 18,96 juta jiwa dan jumlah ini
meningkat
menjadi
20.547.541
orang
pada
tahun
2009
(U.S.
Census
dini maka akan terjadi komplikasi penyakit yang menetap dalam tubuh lansia
(Hadisaputro dan Martono, 2000 dalam Kuswardani, 2009).
Selain penyakit yang bersifat degeneratif penyakit infeksi juga masih tinggi di
kalangan lansia. Kajian klinis dan epidemiologi telah menemukan bahwa angka
insidensi atau prevalensi penyakit infeksi meningkat atau berada paling tinggi pada
populasi geriartri (Yoshikawa, 1987). Pada lansia, daya tahan tubuh mereka akan
menjadi lemah jika dilihat secara fisik. Dalam penelitian yang dibuat oleh Fatmah
(2006) tentang respon imunitas pada lansia, beliau menemukan bahwa konfigurasi
limfosit dan reaksinya melawan infeksi berkurang yang ditunjukkan dengan rentannya
tubuh terhadap serangan penyakit apabila usia semakin meningkat. Infeksi yang
sering diderita pada lanjut usia diantaranya adalah pneumonia, dan angka kematian
bagi kasus ini adalah cukup tinggi sehingga mencapai 40% oleh karena daya tahan
tubuh yang menurun (Ismayadi, 2004).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum kaitan gizi dan imunitas lansia serta evaluasi
program intervensinya.
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada imunitas lansia
2. Mengetahui manfaat asupan gizi terhadap imunitas lansia
3. Mengetahui gambaran prevalensi masalah kesehatan lansia akibat rendahnya
imunitas tubuh
4. Mengetahui program untuk mengatasi masalah kesehatan lansia akibat
rendahnya imunitas tubuh
5. Mengevaluasi efektivitas program untuk mengatasi masalah imunitas lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas karena
adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di
hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat
dari kondisi fisik, mental dan social (Mangoenprasodjo, 2005 dalam Kuswardani,
2009).
Menurut Arisman (2004) lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke
atas. Durnin (1992) dalam Arisman (2004) membagi lansia menjadi young elderly
(65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun). Sementara Munro dkk, (1987)
mengelompokkan older elderly ke dalam dua bagian, yaitu usia 75-84 tahun dan 85
tahun. Sedangkan di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan
lansia jika telah berumur di atas 60 tahun.
2.2 Proses Menua
Menua adalah
proses
proses
menghilangnya
secara
perlahan-lahan
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.
Departemen Kesehatan republik Indonesia mempromosikan pedoman umum
gizi seimbang (PUGS), yang lebih dikenal dengan 13 pesan dasar gizi seimbang,
yaitu;
1.
2.
3.
4.
energi
5. Gunakan garam yang beryodium
6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif)
8. Biasakan Makan Pagi
9. Minum air bersih, aman, dan cukup jumlahnya
10. Lakukan olah raga dan kegiatan fisik secara teratur
11. Hindari minuman beralkohol
12. Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada bahan pangan yang dikemas.
(Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 1995).
Berdasarkan dari laporan Food and Agricultural Organization (FAO)/(World
Healt Organization (WHO)/ United Nation Union (UNU) tahun 1985. Batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index BMI. Di
Indonesia istilah BMI diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapaiusia harapan hidup lebih
panjang (Supariasa, 2002).
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Kebutuhan kalori lansia tergantung pada jenis kelamin, berat badan, pekerjaan fisik
dan macam penyakit penyerta. Pertimbangan menurunnya kebutuhan kalori sesuai
pertambahan umur adalah :
o Untuk usia 40-50 th nilai kalori dikurangi 5%
o Untuk usia 50-60 th nilai kalori dikurangi 7,5%
o Untuk usia 60-70 th nilai kalori dikurangi 10%
Kebutuhan kalori lansia pria per hari adalah 2100 kalori sedangkan untuk wanita
1700 kalori. (Darwin Karyadi & Muhilal: Kecukupan gizi bagi berbagai golongan), atau
antara 25-30 kkal/kg BB/hari. Nilai itu untuk Lansia dikurangi sesuai dengan daftar
tersebut di atas.
b. Karbohidrat dan Lemak
Pengurangan kalori yang direncanakan berasal dari pengurangan konsumsi
karbohidrat dan lemak. Makanan yang baik tidak boleh mengandung lemak lebih dari 20%
jumlah kalori yang dipakai.
c. Protein
Protein diperlukan untuk memperbaiki sel-sel jaringan yang rusak. Dianjurkan
menggunakan protein yang berkualitas tinggi yaitu yang bersumber dari protein hewani.
Kebutuhannya sama dengan orang dewasa yaitu 13-15% atau sekitar 1 gram/kg BB.
d. Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dapat diperoleh dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
Kecukupan
Kalsium
dan
vitamin
perlu
mendapat
perhatian
untuk
fungsi
imun
melalui
peran
sebagai
kofaktor
dalam
menolong
mukosa
membran
termasuk
paruparu
dari
invasi
memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung
oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun
1997. Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E)
memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok
yang hanya diberikan plasebo.
13. Vitamin D : Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Vitamin B-kompleks : Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem
imun. Pada penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel
darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi
vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin
B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang
penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada
orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun,
berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin
B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid
dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi
dan imunitas sellular.
pengecapan,
pembauan,
pada
lanjut
usia
juga
terjadi
yaitu
12
Secara umum pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi 2, yakni;
a. Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based Geriatric
Service)
b. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service).
Jenis pelayanan inilah yang dewasa ini menjadi tantangan bagi kesehatan
masyarakat di Indonesia, dan yang lebih memerlukan perhatian bagi para akademisi
dan praktisi kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada upaya pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan
oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para
lansia. Puskesmas dan dokter praktik swasta merupakan tulang punggung layanan di
tingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok atau klub lansia. Di
dalam dan melalui klub lansia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah
dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif atau rehabilitatif. Pelayanan kesehatan
di kelompok lansia
meliputi
dan emosional.
(Notoatmodjo, S, 2007).
Jenis Pelayanan Kesehatan
Adapun jenis pelayanan kesehatan dapat diberikan antara lain:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputinkegiatan dasar dalam
kehidupan seperti mandi, makan minum berjalan dan lain-lain.
2. Pemeriksaan status mental.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat dalam grafik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah.
5. Pemeriksaan laboratorium sederhana (hemoglobin) pemeriksaan gula dalam
air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetis mellitus, dan pemeriksaan
protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
6. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila diperlukan.
7. Penyuluhan, bisa dilakukan di dalam atau di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu atau kelompok lansia.
8. Dokter praktik swasta terutama menangani para lansia yang memerlukan
tindakan kuratif insidential. Seperti telah ditemukan di atas, semua pelayanan
kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan harus diintergasikan
13
pendidikan,
3. Pelayanan lengkap (poliklinik, klinik siang, ruang rawat akut, dan kronik).
Pada tingkat ini, jenis pelayanan maupun SDM relatif sama dengan tipe
sedang namun memiliki ruang rawat akut.
4. Pelayanan paripurna (pelayanan lengkap ditambah fasilitas panti werdha)
Pada tingkat paripurna, selain semua jenis pelayanan yang terdapat di tingkat
lengkap ditambah dengan ruang rawat kronik atau panti werdha.
Dewasa ini , Departemen Kesehatan RI mempunyai tiga program kesehatan bagi
lansia berupa Puskesmas Santun Usia Lanjut, Pembinaan Kelompok Usia Lanjut dan
Posyandu Usia lanjut (Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut, Depkes RI, 2005)
14
Dengan
merupakan
16
dan
program-program
pokok
untuk
meningkatkan
kesejahteraan lansia ini dimaksudkan agar para lansia di masa depan dapat hidup
dengan sehat, produktif, mandiri, dan sejahtera lahir dan batin. Implementasi dari
strategi-strategi dan program-program tersebut sangat diperlukan. Dengan demikian,
ketergantungan lansia pada penduduk usia produktif dapat diminimalkan. Upaya
pemantapan pelayanan kesehatan bagi lansia perlu mendapatkan perhatian yang
serius dan menjadi bagian dari strategi dalam peningkatan kesejahteraan lansia
melalui upaya promotif dan preventif atau yang disebut sebagai paradigma sehat.
Jika lebih dirinci program-program yang ada di Posayandu Lansia yaitu :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar seperti makan,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Medan kurang popular bila dibandingkan dengan posyandu untuk balita. Hal ini dapat
dilihat dari rendahnya kunjungan lansia di Puskesmas yang telah ditunjuk sebagai
pelaksana dari posyandu lansia. Berdasarkan jumlah kunjungan lansia ke posyandu,
jumlah lansia yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu
sebesar 70%, karena di Petisah Medan hanya mencapai angka 11,75 %.
Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia itu sendiri
bahkan keluarga juga belum memahami cara untuk memperlakukan lansia secara layak.
Karena berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat masih banyak yang kurang
mengetahui akan adanya kegiatan posyandu lansia serta tujuan dari kegiatan tersebut.
Karena kegiatan promosi posyandu lansia di masyarakat masih sebatas informasi dari
orang ke orang yang sudah pernah memanfaatkan kegiatan posyandu lansia, ataupun
informasi yang didapat saat mengunjungi puskesmas sebagai penyelenggara kegiatan
posyandu lansia.
Seyogyanya pelayanan gizi merupakan bagian pelayanan kesehatan bagi usia
lanjut yang dapat dilakukan di semua fasilitas pelayanan baik pemerintah atau swasta.
Oleh karena itu perlu dikembangkan tatalaksana gizi usia lanjut yang merupakan bagian
dalam program kesehatan usia lanjut. Dengan meningkatkan pelayanan gizi pada usia
lanjut diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi usia lanjut sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan usia lanjut.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam peningkatan pemanfaatan pelayanan
kesehatan lansia berdasarkan studi Wahono (2008), Puskesmas hendaknya melakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan dengan
masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia sehingga dapat lebih mengerti pada
masalah kesehatan dan mau untuk lebih memanfaatkan posyandu lansia. Kader lansia
hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam memberikan
pelayanan di posyandu lansia, sehingga peran kader lansia di masyarakat dapat optimal.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a. Zat gizi yang berpengaruh pada imunita lansia adalah Glucan, Hormon DHEA
(dehydroepiandrosterone), Protein (Arginin dan Glutamin, Lemak, Yoghurt yang
mengandung Lactobacillus acidophilus, Zinc, Lycopene, Asam folat, Fe, Vitamin
E, Vitamin C, Vitamin A, Vitamin D, Vitamin B-kompleks.
b. Manfaat asupan gizi terhadap imunitas lansia
- Protein (Arginin dan Glutamin) : mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan
luka, pertumbuhan tumor, dan sekresi hormon prolaktin, insulin, growth
hormone, sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
-
IL-1.
Vitamin E : Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan
Vitamin C : Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang
tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi
dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
Vitamin A : Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses
pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen
asing,
Vitamin D : Menghambat respons limfosit Th-1.
Vitamin B-kompleks : vitamin B12 meningkatan jumlah sel darah
putih.Vitamin B6 (koenzim) memperbaiki respons limfosit yang menyerang
sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat.
c. Berdasarkan hasil penelitian Kistyoko tahun 2001, penyakit infeksi pada lansia yang
terbanyak adalah ISPA y tingkat berat yaitu 37,5 % laki-laki dan 62,5 % perempuan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. 2004. Jakarta: EGC
Fatmah. 2006. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
dalam \"Makara\" seri Kesehatan Vol. 10
Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Kuswardani, Irvinda Hadi. 2009. Gambaran Peranan Keluarga terhadap Perilaku Hidup
Sehat Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan
Petisah Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara
Riyono, Erni, dkk. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Kader
Tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Desa Sukodono Kecamatan Bonang
Kabupaten Demak Tahun 2010. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tarigan, Enina. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lansia Tentang Pemanfaatan
Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan
Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara
Wahono, Hesthi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu
Lansia
di
Gantungan
Makamhaji.
Surakarta:
Universitas
Muhamadiyah Surakarta
21