Meskipun prolapsus bukan satu keadaan yang bersifat life threatening, namun
keadaan ini menimbulkan rasa tak nyaman dan sangat mengganggu kehidupan penderita.
Prolaps uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi
kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari
vagina. Dalam keadaan normal, uterus disangga oleh otot panggul dan ligamentum
penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah atau mengalami cedera akan terjadi
prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus yang
sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vaginae dan berada diluar vagina. Prolaps
uteri sering terjadi bersamaan dengan uretrokel dan sistokel (urethra dan atau kandung kemih
terdorong keluar dari dinding depan vagina) dan rektokel (dinding rektum terdorong keluar
dari dinding belakang vagina).
II
I
Epidemiologi
Prolasps uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua
dan wanita dengan pekerjaan yang berat. Djafar Siddik pada penyelidikan selama 2 tahun
(1969-1971) memperoleh 63 kasus prolaps dari 5.372 kasus ginekologi di RS Dr. Pirngadi,
Medan. Terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause. Dari 63 kasus tersebut,
69% berumur 40 tahun. Walaupun jarang sekali prolapsus uteri juga ditemukan pada seorang
nullipara (Olsen dkk, 1997).
Kehamilan pada prolapsus total sangat jarang terjadi, mengingat proses koitusnya
sukar berhasil, namun kehamilan pada uterus yang mengalami prolapsus parsial lebih sering
ditemukan.
Etiologi
Etiologi dari prolaps uteri terdiri dari:
a. Dasar panggul yang lemah oleh kerusakan dasar panggul pada partus (ruptur
perineum atau regangan) atau karena usia lanjut.
b. Tekanan abdominal yang meninggi karena asites, tumor, batuk yang kronis, atau
mengejan (obstipasi atau striktur dari traktus urinalis).
c. Partus yang berulang dan terjadi terlampau sering.
d. Partus dengan penyulit.
e. Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat
transversal.
f. Pertolongan persalinan yang tidak terampil, sehingga mengejan terjadi pada saat
pembukaan belum lengkap.
g. Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat
penyangga vagina.
h. Ibu yang banyak anak, sehingga jaringan ikat di bawah panggul menjadi kendur.
i. Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon
estrogen berkurang, sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot
panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim.
Patofisiologi
Prolaps uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai prolaps
uteri kompleta atau totalis. Sebagai akibat persalinan, khususnya persalinan yang susah
terdapat kelemahan-kelemahan ligamen yang tergolong dalam fascia endopelvika dan otototot serta fasia-fasia dasar panggul. Dalam keadaan demikian tekanan intraabdominal
memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot berkurang (Chu TW dkk,
2000).
Jika serviks uteri terletak di luar vagina, maka ia menggeser dengan celana yang
dipakai oleh wanita dan lambat laun bias berbentuk ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus.
Jika fascia di depan dinding vagina kendur oleh suatu sebab, biasanya trauma
obstetrik, maka bisa terdorong oleh kandung kencing ke belakang dan menyebabkan
menonjolnya dinding depan vagina ke belakang. Hal ini dinamakan sistokel.
Sistokel ini pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan
berikutnya, terutama jika persalinan itu berlangsung kurang lancar, atau harus diselesaikan
dengan menggunakan peralatan. Uretra dapat pula ikut serta dalam penurunan itu dan
menyebabkan uretrokel. Ureterokel ini harus dibedakan dari divertikulum uretra. Pada
divertikulum keadaan uretra dan kandung kencing normal, hanya di belakang uretra ada
lubang yang menuju ke kantong antara uretra dan vagina.
Kekenduran fascia di belakang vagina oleh trauma obstetrik atau sebab-sebab lain
dapat menyebabkan turunnya rektum ke depan dan menyebabkan dinding belakang vagina
menonjol ke lumen vagina. Ini dinamakan rektokel.
Enterokel adalah suatu hernia dari kavum douglasi. Dinding vagina atas bagian
belakang turun, oleh karena itu menonjol ke depan. Isi kantong hernia ini adalah usus halus
atau sigmoid.
Manifestasi Klinis
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang-kadang penderita yang
satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun. Sebaliknya
penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Prolaps dapat terjadi secara akut alam hal ini dapat timbul gejala nyeri yang sangat,
muntah dan kolaps. Keluhan-keluhan yang hampir dijumpai adalah:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.
2. Rasa sakit dalam panggul dan pinggang. Biasanya jika penderita berbaring keluhan
hilang atau berkurang.
3. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri terhadap celana dapat menimbulkan lecet sampai luka
dekubitus pada portio uteri.
4. Leukorhea karena kongesti pembuluh darah vena daerah serviks dan area infeksi serta
luka pada portio uteri.
5. Koitus terganggu.
6. Infertilitas karena servisitis.
7. Inkontinensia urin jika sudah terjadi sistokel oleh karena dinding belakang uretra
tertarik sehingga faal spingter kurang sempurna.
8. Kesukaran defekasi pada rektokel. Obstipasi karena feses terkumpul dalam rongga
rektokel. Baru dapat dilaksanakan defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel
dari vagina.
Diagnosis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan genikologi umumnya dengan mudah
dapat menegakkan diagnosis prolaps uteri.
Friedman dan Little (1961), mengajukan pemeriksaan dengan cara penderita dalam
posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah
portio uteri pada posisi normal, apakah portio di bawah posisi normal, apakah portio sampai
introitus vagina, apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Pada prolaps uteri didapatkan
hasil pemeriksaan berupa portio tampak dalam introitus. Pada prolaps uteri totalis didapatkan
uterus tergantung di luar badan, terbungkus oleh vagina. Pada bentuk ini selaput lendir vagina
menebal dan sering terjadi ulkus dekubitus.
10
Penatalaksanaan
Terapi Non Operatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan dan hanya memberikan hasil
sementara. Cara ini dilakukan pada prolaps ringan tanpa keluhan, jika yang bersangkutan
masih ingin punya anak. Jika penderita menolak untuk dilakukan operasi atau jika kondisinya
tidak mengijinkan untuk dioperasi. Yang termasuk pengobatan tanpa operasi:
1. Latihan-latihan otot dasar panggul.
Latihan ini sangat berguna pada prolaps yang ringan yang terjadi pasca persalinan
yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya adalah untuk menguatkan otot dasar panggul.
Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.
Caranya: penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan panggul, seperti
biasanya setelah BAB, atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang
mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya.
Latihan ini bias menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut
Kegel. Alat ini terdiri dari obsturator yang dimasukkan ke dalam vagina dengan
selaput pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian kontraksi otototot dasar panggul dapat diukur.
2. Stimulasi otot-otot dengan alat-alat listrik
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya
dapat dipasang dalm pessarium yang dimasukkan dalam vagina.
3. Pengobatan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan
uterus di tempatnya selama dipakai. Jika Pessarium diangkat timbul prolaps lagi.
Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut mengadakan tekanan pada
dinding vagina bagian atas sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak
11
dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Kerugian pessarium ini adalah
perasaan rendah diri dan pessarium harus dibersihkan sebulan sekali. Untuk
penanganan prolapsus uteri selama awal kehamilan, uterus harus direposisi dan
dipertahankan dalam posisinya dengan pessarium yang sesuai.
Terapi Operatif
Menurut Scotti dan Lazarou, terapi operatif yang dapat dilakukan pada prolaps uteri
adalah:
1. Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak dilakukan
operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi, dengan cara memendekkan ligamentum
rotundum atau mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara
operasi Purandare.
2. Histerektomi vagina
Histerektomi vaginal sebagai terapi prolaps dipilih kalau ada metroragi, patologi
portio atau tumor dari uterus, juga pada prolaps uteri tingkat lanjut.
a. Dimulai dengan melakukan insisi serviks pada sambungan servikovaginal.
b. Cul de sac posterior terbuka
c. Peritoneum cul de sac anterior diinsisi
12
3. Manchester Fothergill
13
Komplikasi
1. Keratinisasi Mukosa Vagina dan Portio Uteri
Mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut dan berwarna keputuhputihan.
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan pakaian
dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang dan lambat laun timbul ulkus
dekubitus. Dalam keadaan demikian perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebihlebih pada penderita berumur lanjut. Biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan
kepastian ada tidaknya karsinoma insitu.
14
15
Prognosis
Prolaps uteri bukan merupakan keadaan yang bersifat mengancam nyawa, namun
keadaan ini menimbulkan rasa tak nyaman dan sangat mengganggu kehidupan penderita.
Pada umumnya, prognosisnya adalah baik apabila diterapi dengan tepat dan sesuai dengan
derajat yang dialami oleh penderita.
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF GINEKOLOGI RSU BETHESDA LEMPUYANGWANGI, YOGYAKARTA
Nama
: Apriliana Widiastuti
NIM
: 11.2013.228
Pembimbing / penguji
Tanda tangan
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. K
Tanggal Lahir : 28 Mei 1942
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jagalan Beji PA I/388 RT 8/2,
Purwokinanti, Yogyakarta
Masuk Rumah Sakit :
ANAMNESIS
Keluhan utama
Usia : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Akademi
Suku Bangsa : Jawa
16
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
Dalam batas normal.
Haid
Siklus 6 bulan
Menarche : 14 tahun
( - ) Teratur
(-) Nyeri
Lama : 15 hari
Riwayat Perkawinan
kawin 1 kali pada usia 18 tahun selama 27 tahun
Tahun
Persalina
n
Jenis
Kelami
n
Umur
Kehamila
n
Jenis
Persalina
n
Penolon
g
Hidup/Mat
i
Riwaya
t Nifas
Menetek
s/d Umur
17
1960
II
1962
III
1974
IV
1975
Lakilaki
Lakilaki
Lakilaki
Lakilaki
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Kontrasepsi
( + ) Pil KB
( - ) Suntikan
( - ) Kondom
( - ) IUD
( - ) Susuk KB
Ekstremitas
Dalam batas normal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 60 kg
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Suhu
: 36,50C
Pernafasan
Keadaan Gizi
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Sianosis
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Habitus
: athletikus
Cara berjalan
: normal
18
Mobilisasi (aktif/pasif)
: aktif
Leher
Dalam batas normal.
Dada
Bentuk
: normal
Pembuluh darah
: tidak tampak
Buah dada
Paru-paru
Dalam batas normal.
Jantung
Dalam batas normal.
Abdomen
Dalam batas normal.
Ekstremitas
Dalam batas normal.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
19
Inspeksi
Wajah
Payudara
Pemeriksaan Dalam
Fluxus (+), Fluor (-)
v/u
portio
: licin
korpus uteri
cavum douglassi
: tidak menonjol
LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Platelet
Neutrofil
Eosinofil
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
GDS
HbsAg
RESUME
23 November 2014
13,2
6280
5 juta
221.000
3,09
0,21
20
9
45
0,89
121
Positif
24 November 2014
11,5
13550
4,4 juta
209.000
11,81
0,01
20
Wanita 72 tahun, P4A0, mengeluhkan uterus turun saat berjalan hingga menonjol keluar
kemaluan, namun membaik bila berbaring. Keadaan ini dirasakan mengganggu. BAB dan
BAK tidak ada gangguan. Dari vagina juga keluar cairan, tidak ada darah. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan terlihat uterus yang menonjol seluruhnya keluar.
DIAGNOSA KERJA
Proplaps Uteri Total
PROGNOSA
Baik
TERAPI
-
IVFD RL
Histerektomi vaginal dan kolporafi anterior-posterior
Sefalosporin 2 x 500 mg
Tramadol 1 x 50 mg
Asam traneksamat 3 x 1 gram
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Pada tanggal 23 November 2014, pasien masuk dan dirawat di rumah sakit untuk
persiapan operasi. Pada 24 November 2014, dilakukan histerektomi pervaginal pada pasien.
Operasi berlangsung dari pukul 09.30-11.00. Setelah operasi selesai, dilakukan pemantauan
terhadap perdarahan yang ada. Pasien mengalami perdarahan minimal pascaoperasi dan nyeri
jahitan luka operasi. Keadaan ini dirasakan pasien dengan intensitas yang menurun setiap
harinya sampai pasien pulang pada tanggal 29 November 2014.
FOLLOW UP
25 November 2014
S: Merasa ada dahak di tenggorokan. Demam (-). Pusing (-), mual (-), nyeri bekas
operasi (+), miring kanan-kiri (+), kentut (+).
O: KU
: sakit sedang
Tensi
: 130/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
21
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,90C
: baik
Tensi
: 160/90 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,30C
27 November 2014
S: Miring kanan-kiri (+), pusing (-), nyeri bekas operasi (+).
O: KU
: baik
Tensi
: 140/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit
22
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 360C
Perdarahan minimal
A: Post Histerektomi Vaginal hari ketiga
P: Intervensi dilanjutkan
Aff DC. Bila BAK baik, boleh pulang
28 November 2014
S: Sudah jalan-jalan. Pusing sedikit, mual bila makan, nyeri bekas operasi sedikit, belum
BAB.
O: KU
: baik
Tensi
: 140/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 360C
Perdarahan minimal
A: Post Histerektomi Vaginal hari keempat
P: Intervensi dilanjutkan
29 November 2014
S: Pusing sedikit, nyeri bekas operasi (-), BAB-BAK (+).
O: KU
: baik
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 360C
Perdarahan minimal
23