PNE 1201 A
RPKPS
(Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)
1. Nama Mata Kuliah: EKONOMI PERTANIAN
2. Kode / SKS: PNE 1201 A(2/0)
3. Prasyarat: Dasar-dasar Manajemen
4. Status Mata Kuliah: Wajib
5. Deskripsi Singkat:
Dasar-dasar ekonomi mikro dan ekonomi makro untuk membahas dan mendalami
persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan
pembangunan ekonomi pada umumnya.
1. Tujuan Pembelajaran
Mengajarkan kepada mahasiswa agar mampu mengaplikasikan teori ekonomi
(ekonomi mikro dan ekonomi makro) untuk membahas dan mendalami persoalan
yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan
ekonomi pada umumnya.
2. Materi Pembelajaran
No. Pokok Bahasan
1.
Pengantar: Ruang Lingkup
Ekonomi Pertanian
2.
EKONOMI PERTANIAN
Pertanian
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
6.
Pembangunan Pertanian
1. Model-model pembangunan
pertanian
2. Syarat-syarat pembangunan
pertanian
3. Teknologi dan pembangunan
pertanian
4. Pembangunan pertanian di
Indonesia
7.
1.
2.
3.
4.
Kebijakan harga
Kebijakan infrastruktur
Kebijakan kelembagaan
Kebijakan ekspor dan impor
8.
1.
2.
3.
4.
2. Outcome Pembelajaran
EKONOMI PERTANIAN
Pokok Bahasan
Metode
Pengantar
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
2.
Prinsip-prinsip
Ekonomi Produksi
Pertanian
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Prinsip-prinsip
Ekonomi Produksi
Pertanian
Analisis Ekonomi
Usaha Pertanian
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Permintaan dan
Penawaran Hasil
Pertanian
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Permintaan dan
Penawaran Hasil
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan
Ceramah,
Diskusi
EKONOMI PERTANIAN
Pertanian
Ujian Sisipan
7.
Tataniaga Hasil
Pertanian
dan
Penugasan
1.
2.
3.
4.
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
8.
Pembangunan
Pertanian
1. Model-model pembangunan
pertanian
2. Syarat-syarat pembangunan
pertanian
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Pembangunan
Pertanian
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
10.
Peranan
Pemerintah Dalam
Pembangunan
Pertanian
Peranan
Pemerintah Dalam
Pembangunan
Pertanian
1. Kebijakan harga
2. Kebijakan infrastruktur
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Ceramah,
Diskusi
dan
Penugasan
Persoalan Ekonomi
Makro
1.
2.
3.
4.
11
12.
3. Kebijakan kelembagaan
4. Kebijakan ekspor dan impor
Pertanian dan pendapatan nasional
Pertanian dan kesempatan kerja
Pertanian dan inflasi
Pertanian dan neraca perdagangan luar
negeri
Ceramah,
Diskusi dan
Penugasan
Ujian Akhir
EKONOMI PERTANIAN
EKONOMI PERTANIAN
EKONOMI PERTANIAN
EKONOMI PERTANIAN
penduduk. Keadaan jumlah dan dan distribusi penduduk ini dapat menimbulkan
berbagai persoalan seperti (a) persediaan tanah pertanian semakin kecil, (b) produksi
pertanian per penduduk menurun, (c) bertambahnya pengangguran, dan (d)
memburuknya hubungan antara pemilik tanah dengan penyewa atau penyakap.
Pertanian subsisten. Petani kecil umumnya bersifat subsisten yaitu dalam
melaksanakan usahataninya lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan
keluarga. Keadaan ini menyebabkan petani kurang responsive terhadap perubahan
harga dan teknologi. Akibatnya tidak mudah memasukkan kebijakan harga dan
teknologi baru kepada petani. Hal ini pada gilirannya menyebabkan upaya
peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak mudah dilaksanakan.
Keberlanjutan pertanian. Penggunaan sumberdaya pertanian (terutama lahan
dan air) yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi menyebabkan produksi
pertanian menurun, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia.
4. Kelembagaan Dalam Ekonomi Pertanian
Lembaga pertanian yang dimaksud disini adalah organisasi atau kaidahkaidah, baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota
masyarakat tertentu baik dalam kegiatan rutin sehari-hari ataupun dalam usahanya
mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga adat yang penting peranannya misalnya
pemilikan tanah, jual beli dan sewa-menyewa tanah, bagi hasil, gotong royong dan
sebagainya. Lembaga-lembaga formal yang diselenggarakan pemerintah untuk
mendorong produksi pertanian antara lain Bimas, Koperasi, P3A, penyuluhan
pertanian, dsb.
5. Perkembangan Pertanian Terakhir
Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi meliputi (a) menciptakan
ketahanan pangan, (b) penyedia bahan baku industri, (c) memberikan kesempatan
kerja dan pendapatan, (d) pengentasan kemiskinan, (e) sumber devisa, dan (f)
sumber pertumbuhan ekonomi. Kenerja pembangunan pertanian terakhir sebagai
berikut.
a. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian
PDB: nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh suatu perekonomian (negara,
propinsi, kabupaten) dalam periode waktu tertentu (Januari-Desember)
Uraian
PDB Pertanian
PDB Bahan Makanan
EKONOMI PERTANIAN
Tahun
2000-2003
1998-1999
1993-1997
2000-2003
Laju Pertumbuhan
(%/tahun)
1,83
0,88
1,57
0,77
Keterangan
PDB Perkebunan
PDB Peternakan
2000-2003
2000-2003
5,02
3,17
EKONOMI PERTANIAN
Keterangan
Sapi potong 0,64%, sebelum krisis
1,69%
Sapi perah 2,20%, sebelum krisis
1,51%
Kambing domba 1,53%, sebelum
krisis 4,33%
Ayam broiler 27,30%, sebelum krisis
8,14%
Ayam petelur 13,67%, sebelum krisis
7,15%
Cenderung
lambat
akibat
laju
konsumsi yang lebih besar dibanding
produksi.
Keterangan
Meningkat dari US $ 1.300 milyar pada tahun 1990
menjadi US $ 3.794 milyar pada tahun 2003
Meningkat dari US $ 7.763 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 8,850 milyar pada tahun 2003 (6,71%)
Meningkat dari US $ 4,096 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 4,491 milyar pada tahun 2003 (9,64%)
Naik 3,32 %. Surplus terbesar terjadi pada produk
perkebunan, peternakan, dan hortikultura sedangkan
produk tanaman pangan deficit. Surplus perdagangan
agribisnis terbesar terjadi pada produk olahan. Adanya
surplus ini menunjukkan daya saing produk pertanian.
h. Kesejahteraan Petani
Uraian
Keterangan
Jumlah penduduk miskin Jumlah penduduk miskin (i) 1999 sebanyak 48,4
menurun
juta (24%), (ii) 2000 sebanyak 36,1 juta (19%),
dan (iii) 2004 sebanyak 36,1 juta (17%)
Peran sektor pertanian
Sektor pertanian menurunkan penduduk miskin
hingga 66% (74% di desa dan 55% di kota)
Nilai Tukar Petani (NTP)
Meningkat dari tahun ke tahun (2001-2003) dan
pada tahun 2003 telah melampaui angka sebelum
krisis.
6. Soal-soal Latihan
EKONOMI PERTANIAN
10
Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Indonesia
Jenis
Luas
Provinsi
Tahun
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman
Panen(Ha)
Indonesia
Padi
2001 11499997.00
43.88 50460782.00
Indonesia
Padi
2002 11521166.00
44.69 51489694.00
Indonesia
Padi
2003 11488034.00
45.38 52137604.00
Indonesia
Padi
2004 11922974.00
45.36 54088468.00
Indonesia
Padi
2005 11839060.00
45.74 54151097.00
EKONOMI PERTANIAN
11
Provinsi
Jenis
Luas
Tahun
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman
Panen(Ha)
Indonesia
Jagung
2001
3285866.00
28.45
9347192.00
Indonesia
Jagung
2002
3126833.00
30.88
9654105.00
Indonesia
Jagung
2003
3358511.00
32.41
10886442.00
Indonesia
Jagung
2004
3356914.00
33.44
11225243.00
Indonesia
Jagung
2005
3625987.00
34.54
12523894.00
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kacang Tanah Provinsi Indonesia
Jenis
Luas
Provinsi
Tahun
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman
Panen(Ha)
Kacang
Indonesia
2001
654838.00
10.84
709770.00
Tanah
Kacang
Indonesia
2002
646953.00
11.10
718071.00
Tanah
Kacang
Indonesia
2003
683537.00
11.49
785526.00
Tanah
Kacang
Indonesia
2004
723434.00
11.58
837495.00
Tanah
Kacang
Indonesia
2005
720526.00
11.61
836295.00
Tanah
EKONOMI PERTANIAN
12
Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 1995 2000
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
992,4
1146,3
2109,1
2669,7
2860,8
2991,3
125,4
129,6
146,3
151,3
154,6
157,8
Kopi
Teh
49,3
46,7
61,8
62,5
63,2
63,2
Kina
81,0
88,8
89,3
91,2
91,6
90,0
4,6
2,2
2,3
0,6
1,3
1,3
Tebu
Tembakau
496,9
400,0
378,1
405,4
391,1
388,5
9,1
4,3
4,5
5,7
5,2
5,2
Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 1995 2000
Karet Minyak
Biji
Kulit
Tahun
Coklat Kopi Teh
Gula Tebu Tembakau
Kering
Sawit
Sawit
Kina
1995
341,00 2476,40 605,30 46,40 20,80 111,08
0,30 2104,70
9,90
1996
334,60 2569,50 626,60 46,80 26,50 132,00
0,40 2160,10
7,10
1997
330,50 4165,69 838,71 65,89 30,61 121,00
0,50 2187,24
7,80
1998
332,57 4585,85 917,17 60,93 28,53 132,68
0,40 1928,74
7,70
1999
293,66 4907,78 981,56 58,91 27,49 126,44
0,92 1801,40
5,80
2000
375,82 5094,86 1018,97 57,73 28,27 123,12
0,79 1780,13
6,31
Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman, 2000-2004
Jenis Tanaman
Karet
Kelapa
Kelapa sawit
Kopi
Kakao
2000
3 046,00
3 601,70
1 190,20
1 321,90
641,10
2001
2 838,40
3 819,00
1 566,00
1 259,50
708,30
2002
2 825,50
3 806,00
1 808,40
1 318,00
798,60
2003
2 772,50
3 785,30
1 854,40
1 243,20
898,90
2004
2 747,90
3 723,90
2 220,30
1 251,30
1 003,30
EKONOMI PERTANIAN
2000
1 125,2
2 951,0
1 977,8
585,2
2001
1 723,3
3 069,0
2 800,7
542,6
560,4
2002
1 226,6
3 010,9
3 426,7
621,3
654,3
2003
2004
1 396,2
3 136,4
3 517,3
668,3
645,0
1 662,0
3 000,8
3 847,2
731,0
618,2
13
Kakao
Ekspor dan Impor
Ekspor Crude Oil of Copra
Kode HS
Diskripsi HS
151311000
Crude
Copra
oil
353,6
of
40,2
511,4
657,2
636,8
55,453,380
53,927,563
26,099,445
31,783,902
4,586,061
13,818,514
397,181
957,007
Diskripsi HS
Maize (Corn)
Starch
Feb-13
Perubahan
Jan-2013
dengan
Feb-2013
(%)
Mar-13
Perubahan
Feb-2013
dengan Mar2013 (%)
1.04
143.34
0.57
144.27
0.65
146.73
1.2
147.7
0.66
148.82
0.76
a) Bahan Makanan
155.55
1.99
157.15
1.03
159.17
1.28
b) Makanan Jadi
144.95
0.58
145.43
0.33
145.91
0.33
c) Perumahan
146.22
0.46
146.78
0.39
147.2
0.28
d) Sandang
141.36
0.34
141.6
0.17
141.7
0.07
e) Kesehatan
f) Pendidikan, Rekreasi & Olah
raga
131.23
0.52
131.72
0.38
132.08
0.27
126.88
0.15
127.14
0.2
127.26
0.09
116.35
0.2
116.41
0.05
116.56
0.13
- Indeks BPPBM
130.04
0.4
130.38
0.27
130.69
0.24
a) Bibit
132.25
0.45
132.5
0.19
132.79
0.22
128.84
0.33
129.02
0.13
129.16
0.11
125.12
0.3
125.33
0.16
125.46
0.1
125.65
0.33
125.94
0.23
126.35
0.33
133.2
0.4
133.54
0.26
133.88
0.25
130.22
0.46
130.71
0.37
131.16
0.34
150.6
0.85
150.78
0.12
150.81
0.02
105.67
-0.19
105.19
-0.45
104.53
-0.63
Jan-13
Perubahan
Des-2012
dengan Jan2013 (%)
142.52
EKONOMI PERTANIAN
14
EKONOMI PERTANIAN
Output (Q)
0
5
14
21
26
15
5
6
7
8
9
10
30
33
35
36
36
35
EKONOMI PERTANIAN
16
Total (Total Physical Product/TPP), (ii) Hasil Fisik Rata-rata (Average Physical
Product/APP) dan (iii) Hasil Fisik Marginal (Marginal Physical Product/ MPP).
TPP dapat dirumuskan sebagai Q=f(X), output (Q) merupakan fungsi dari
input (X). APP dirumuskan sebagai Q/X atau output per unit input. MPP dirumuskan
sebagai Q/X atau dQ/dX atau perubahan output per unit perubahan input. Tabel 3
berikut menunjukkan hubungan antara input dan output serta angka-angka APP dan
MPP. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang ditunjukkan oleh angka
MPP yang pada awalnya mengalami kenaikan bila input X bertambah, kemudian
meunurun dan akhirnya menjadi negatif. MPP positif berarti menambah input akan
menambah hasil, MPP nol berarti menambah input tidak menambah hasil, dan MPP
negatif berarti menambah input mengurangi hasil. APP dan MPP pada berbagai
tingkat penggunaan input dapat dilihat pada gambar 2.2. Bila fungsi produksi mulus
maka TPP, APP, dan MPP seperti terlihat pada gambar 2.3.
Tabel 2.2. Hubungan input-output, APP dan MPP
Input (X)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Output (Q)
TPP
0
5
14
21
26
30
33
35
36
36
35
EKONOMI PERTANIAN
APP
(Q/X)
5
7
7
6,8
6
5,5
5
4,5
4
3,5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
9
7
5
4
3
2
1
0
-1
MPP
(Q/X)
5/1=5
9/1=9
7/1=7
5/1=5
4/1=4
3/1=3
2/1=2
1/1=1
0/1=0
-1/1=-1
17
APP, MPP
2
0
1
10
-2
Input (X)
APP
MPP
Gambar 2.2. APP dan MPP pada berbagai tingkat penggunaan input
EKONOMI PERTANIAN
18
Output (Q)
C
B
Daerah
TPP
Daerah
II
Daerah
III
X1
X2
X3
Input (X)
APP,MPP
MPP
APP
Input (X)
Gambar 2.3. TPP, APP, dan MPP bila fungsi produksi mulus
EKONOMI PERTANIAN
19
Bila fungsi produksi adalah Q=X2-(1/30)X3 maka dapat dicari persamaan APP dan
MPP sebagai berikut.
APP = Q/X = (X2-(1/30)X3)/X = X-(1/30)X2
MPP = dQ/dX = 2X (1/10)X2
b. Elastisitas Produksi
Respon produksi terhadap perubahan input dapat diukur dengan elastisitas
produksi yang dirumuskan sebagai berikut.
Persentase perubahan output
Persentase perubahan input
Elastisitas produksi ( X )
Q / Q
X / X
Q X
X Q
dQ X
dX Q
MPP
1
MPP
APP
APP
Bila X >1 produksi dalam keadaan elastis, X =1 unit elastis, dan X <1 inelastis.
Sebagai contoh X =1,5 artinya bila input dinaikkan sebesar 1% maka produksi akan
naik sebesar 1,5%.
Proses produksi dapat dibedakan menjadi daerah rasional dan daerah
irrasional. Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa daerah I adalah daerah irrasional
karena tidak rasional bila seorang produsen menghentikan penambahan input di
daerah ini sementara APP terus meningkat. Demikian pula daerah III juga termasuk
daerah irrasional karena menambah input menyebabkan output menurun. Daerah II
merupakan daerah yang rasional karena di daerah ini produsen akan memperoleh
keuntungan terbesar. Tingkat penggunaan input yang paling menguntungkan
ditentukan oleh rasio harga input dan harga output.
c. Penggunaan Input Optimal
Penentuan tingkat penggunaan input yang menghasilkan keuntungan terbesar
adalah sebagai berikut.
PQ Q PX X FC
= keuntungan
PQ = harga output
PX = harga input
EKONOMI PERTANIAN
20
atau MPP X
dX
PQ
PQ
Dengan demikian keuntungan tertinggi tercapai pada waktu MPP sama dengan rasio
harga input dan harga output.
Contoh
Bila hubungan antara input dan output seperti pada table 3 dan harga input (P X) 1
dan harga output (PQ) juga 1 maka tingkat penggunaan input yang paling
menguntungkan sebagai berikut.
PX/PQ = 1/1 = 1, maka MPP harus sama dengan 1
Hal ini terjadi pada tingkat penggunaan input X antara 7-8 unit atau
output antara 35-36 unit
PX/PQ = 2/1 = 2, maka MPP harus sama dengan 2
Hal ini terjadi pada tingkat penggunaan input X antara 6-7 unit atau
output antara 33-35 unit
Secara grafis MPP adalah slope atau tangen dari garis singgung pada kurva
produksi. Dengan demikian penentuan tingkat penggunaan input yang paling
menguntungkan atau optimum adalah mencari slope pada kurva produksi yang
besarnya sama dengan rasio harga input dan harga output (P X/PQ). Gambar 4
menunjukkan bahwa bila rasio harga input-output adalah (PX/PQ)1 maka tingkat
penggunaan input optimum adalah X*1 dengan produksi sebesar Q*1. Pada tingkat
penggunaan input ini keuntungan yang diperoleh produsen terbesar.
Bila (PX/PQ) turun karena harga input relatif menjadi lebih murah dari harga
output atau karena harga output relatif menjadi lebih mahal dari harga input maka
tingkat penggunaan input akan naik dan produksi meningkat. Hal ini ditunjukkan
oleh gambar 2. 4. dimana (PX/PQ) bergeser dari (PX/PQ)1 menjadi (PX/PQ)2 sehingga
input naik dari X*1 menjadi X*2 dan output naik dari Q*1 ke Q*2. Kebijakan
pemberian subsidi pada harga input (pupuk urea, BBM, irigasi, bunga KUR, dsb)
dan support pada harga output (Harga Pembelian Pemerintah/HPP untuk beras, dsb)
merupakan aplikasi dari teori ini.
EKONOMI PERTANIAN
21
(PX/PQ)1
(PX/PQ)2
Q*2
B
Q*1
A
X
X*1
X*2
dQ
1,084 0,006X
dX
X* =
2,71 0,25
164
0,015
Dari penggunaan input optimal dapat diperoleh kurva atau fungsi permintaan
input sebagai berikut.
PX=1
X=7 - 8
PQ=1
PX=2
X=6 - 7
PQ=1
Harga Input (PX)
EKONOMI PERTANIAN
22
Input (X)
PX
PQ
PQ 2,5
1,084 0,006 X
PX
PQ
1,084 0,006 X
PX
2,5
2,5(1,084 0,006X) = PX
Permintaan input untuk PQ=2,5
d. Soal-soal Latihan
1.
2.
EKONOMI PERTANIAN
23
4.
Produktivitas
(ton/ha)
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
`2000
`2001
2002
2003
Pertum
buhan
per
tahun
(%)
EKONOMI PERTANIAN
Luas
Panen
(000ha)
Bibit
(kg/ha)
Pestisida
(kg/ha)
Pupuk
(kg/ha)
3,906
3,942
3,977
4,039
4,354
4,247
4,302
4,346
4,345
4,447
4,345
4,349
4,417
4,432
4,174
4,252
4,401
4,388
4,469
4,538
9764
9902
9988
9923
8251
10531
10502
10904
11103
8926
10734
11439
11570
11141
11613
11963
11793
11500
11521
11477
38,79
39,24
39,97
40,3
40,65
40,76
40,33
38,71
39,67
36,71
38,73
39,06
39,01
39,44
45,8
42,68
41,74
41,58
41,65
41,8
2,37
2,35
3,7
3,84
2,57
2,72
2,42
4,72
2,52
2,99
2,79
2,67
2,65
3,13
2,75
3,19
3,36
3,44
3,5
3,54
244,45
241,76
262,08
261,31
301,36
311,58
302,89
312,82
303,2
296,66
284,23
290,98
271,28
303
300,22
319
328
334
338
343
0,55
-9,18
0,36
0.98
2,06
24
Tahun
PRO
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
`2000
`2001
2002
2003
LUS
3,906
3,942
3,977
4,039
4,354
4,247
4,302
4,346
4,345
4,447
4,345
4,349
4,417
4,432
4,174
4,252
4,401
4,388
4,469
4,538
BNH
9764
9902
9988
9923
8251
10531
10502
10904
11103
8926
10734
11439
11570
11141
11613
11963
11793
11500
11521
11477
PES
38.79
39.24
39.97
40.3
40.65
40.76
40.33
38.71
39.67
36.71
38.73
39.06
39.01
39.44
45.8
42.68
41.74
41.58
41.65
41.8
PPK
2.37
2.35
3.7
3.84
2.57
2.72
2.42
4.72
2.52
2.99
2.79
2.67
2.65
3.13
2.75
3.19
3.36
3.44
3.5
3.54
t
244.45
241.76
262.08
261.31
301.36
311.58
302.89
312.82
303.2
296.66
284.23
290.98
271.28
303
300.22
319
328
334
338
343
Std. Error
t-Statistic
0.013637
608.8637
0.001138
4.904578
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Prob.
0.0000
0.0001
8.361632
0.043675
-4.123985
-4.024412
24.05488
0.000114
Total diferential:
EKONOMI PERTANIAN
25
dPRO
/ dt ) x100%
PRO
ln PRO=8.303007+0.005583t
Pertumbuhan produktivitas padi per tahun = 0.00558x100%=0.558%
Dependent Variable: LOG(LUS)
Method: Least Squares
Date: 04/14/13 Time: 15:50
Sample: 2001 2020
Included observations: 20
Variable
Coefficient
C
9.550070
T
-0.091880
R-squared
0.066875
Adjusted R-squared
0.015034
S.E. of regression
2.086096
Sum squared resid
78.33233
Log likelihood
-42.03105
Durbin-Watson stat
2.437541
Std. Error
t-Statistic
0.969057
9.855012
0.080895 -1.135788
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.2709
8.585331
2.101957
4.403105
4.502678
1.290013
0.270943
Std. Error
t-Statistic
0.019629
186.3337
0.001639
2.249767
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.0372
3.696216
0.046553
-3.395546
-3.295972
5.061452
0.037213
EKONOMI PERTANIAN
26
Included observations: 20
Variable
Coefficient
C
0.998403
T
0.009821
R-squared
0.096365
Adjusted R-squared
0.046163
S.E. of regression
0.182789
Sum squared resid
0.601414
Log likelihood
6.663276
Durbin-Watson stat
2.204594
Std. Error
t-Statistic
0.084911
11.75819
0.007088
1.385475
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.1828
1.101520
0.187160
-0.466328
-0.366754
1.919541
0.182837
Std. Error
t-Statistic
0.084911
11.75819
0.007088
1.385475
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.1828
1.101520
0.187160
-0.466328
-0.366754
1.919541
0.182837
Prob.
0.0000
0.0003
5.790642
0.045290
-6.510988
-6.580401
148.9587
0.000259
Fungsi Produksi:
Total Differential
1
1
1
1
1
dPRO
dLUS 1
dBNH 2
dPES 3
dPPK 4
PRO
LUS
BNH
PES
PPK
EKONOMI PERTANIAN
27
Partial Derivative
PRO LUS
1 , elastisitas luas lahan
LUS PRO
PRO BNH
2 , elastisitas benih
BNH PRO
PRO PES
3 , elastisitas pestisida
PES PRO
PRO PPK
4 , elastisitas pupuk
PPK PRO
Dependent Variable: LOG(PRO)
Method: Least Squares
Date: 03/20/14 Time: 08:41
Sample: 1984 2003
Included observations: 20
Variable
Coefficient
C
7.001084
LOG(LUS)
0.056369
LOG(BNH)
-0.439290
LOG(PES)
-0.039049
LOG(PPK)
0.440082
R-squared
0.826658
Adjusted R-squared
0.780434
S.E. of regression
0.020465
Sum squared resid
0.006282
Log likelihood
52.27873
Durbin-Watson stat
1.447923
Std. Error
t-Statistic
0.488155
14.34191
0.057537
0.979705
0.119591 -3.673262
0.027439 -1.423120
0.057802
7.613620
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.3428
0.0023
0.1752
0.0000
8.361632
0.043675
-4.727873
-4.478940
17.88360
0.000014
EKONOMI PERTANIAN
28
Dalam hal ini hubungan antara pupuk dan air irigasi bersifat komplementer atau
saling melengkapi. Adakalanya dua macam input tidak terkait satu dengan lainnya.
Bila hal ini terjadi hubungan kedua macam input tersebut bersifat independent.
a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dengan dua macam input variabel dapat dituliskan sebagai
berikut.
Q f ( X 1 , X 2 X 3 ,..., X n )
atau Q f ( X 1 , X 2 )
Tabel 2.3. berikut menunjukkan produksi (Q) yang dapat dicapai dengan berbagai
kombinasi input-1 (X1) dan input-2 (X2) yang diturunkan dari fungsi produksi
2
2
Q 18 X 1 X 1 14 X 2 X 2 .
Tabel 2.3.
10
9
8
7
6
5
4
X1 3
2
1
0
80
81
80
77
72
65
56
45
32
17
0
0
93
94
93
90
85
78
69
58
45
30
13
1
104
105
104
101
96
89
80
69
56
41
24
2
113
114
113
110
105
98
89
78
65
50
33
3
120 125
121 126
120 125
117 122
112 117
105 110
96 101
85
90
72
77
57
62
40
45
4
5
X2
128
129
128
125
120
113
104
93
80
65
48
6
129
130
129
126
121
114
105
94
81
66
49
7
128
129
128
125
120
113
104
93
80
65
48
8
125
126
125
122
117
110
101
90
77
62
45
9
120
121
120
117
112
105
96
85
72
57
40
10
Dari fungsi produksi di atas dapat ditentukan penggunaan input untuk mencapai
produksi tertinggi sebagai berikut.
Q
MPP1 18 2 X 1 0
X 1
Q
MPP2 14 2 X 2 0
X 2
EKONOMI PERTANIAN
29
X1 9
X2 7
} Q 130
a. Isoquant
Dari tabel 2.3. dapat dicari kombinasi input yang menghasilkan output sama.
Misalnya output sebesar 105 dapat dicapai dengan kombinasi input seperti pada
tabel 2.4. Kurva yang menggambarkan kombinasi input yang menghasilkan output
sama disebut sebagai isoquant. Bila kombinasi input pada tabel 2.3. diplotkan dalam
gambar akan diperoleh kurva isoquant seperti pada gambar 2.7.
Tabel 2.4. Kombinasi input X1 dan X2 untuk output sebesar 105
Input X1
9
6
5
4
5
Input X2
2
3
4
7
10
Output
105
105
105
105
105
EKONOMI PERTANIAN
30
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 - Q=20
0=Q
1 2
Q=130
Q = 104
Q = 78
Q = 52
7 8 9 10
X2
Gambar 2.7. Kurva isoquant untuk ouput sebesar 130, 104, 78, 52 dan 0
b. Marginal Rate of Input Substitution (MRS)
Jumlah X1 yang dapat digantikan oleh setiap unit X2 agar output tetap disebut
sebagai MRS X2 untuk X1. Secara matematis MRS X2 untuk X1 dapat dirumuskan
sebagai berikut.
MRS X 2 X 1
X 1
X 2
X1
10 9 8 7 -
EKONOMI PERTANIAN
31
6
5
4
3
2
1
B
C
10
X2
X 1 6 9 3
3 , artinya agar
X 2 3 2
1
output tetap, 3 unit input X1 dapat digantikan oleh 1 unit input X2.
Diantara titik B dan C, MRS X 2 X 1
X 1 5 6 1
1 , artinya agar
X 2 4 3
1
ouput tetap 1 unit input X1 dapat digantikan oleh 1 unit input X2.
Tabel 2.5. MRS input X2 untuk X1 untuk Q=105
X2
X1
X 2
X 1
2
3
4
5
6
7
8
9
6
5
4,4
4,1
4
4,1
1
1
1
1
1
1
-3
-1
-0,6
-0,3
-0,1
0,1
EKONOMI PERTANIAN
MRS X 2 X 1
X 1
X 2
-3/1=-3
-1/1=-1
-0,6/1=-0,6
-0,3/1=-0,3
-0,1/1=-0,1
0,1/1
32
MRS X 2 X 1
X 1
X 2
X 1 / Q
X 2 / Q
X 1 Q
x
Q X 2
1
xMPP2
MPP1
MPP2
MPP1
Contoh
2
Q 18 X 1 X 1 14 X 2 X 2
MRS X 2 X 1
MPP2
14 2 X 2
MPP1
18 2 X 1
14 (2)(3)
8
4
18 (2)(6)
6
3
c. Isocost Line
Isocost line adalah garis yang menggambarkan kombinasi input yang dapat dibeli
dengan biaya yang sama. Isocost line dapat dirumuskan dari Total Variable Cost
(TVC) sebagai berikut.
TVC PX 1 X 1 PX 2 X 2
X1
TVC PX 2
X2
PX 1
PX 1
PX 2
PX 1
Tabel 2.6. dan gambar 2.6. di bawah menunjukkan kombinasi input pada TVC=18
dan TVC=12 bila PX1=2 dan PX2=3. Bila masing-masing kombinasi input tersebut
digambarkan akan diperoleh 2 isocost line yang sejajar atau sama slopenya tetapi
berbeda intersepnya. Isocost line yang letaknya lebih jauh dari titik origin
EKONOMI PERTANIAN
33
menunjukkan TVC yang lebih besar. Tabel 2.7 dan gambar 2.10 menunjukkan
isocost line bila PX1 naik menjadi 3.
Tabel 2.6. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=2 dan PX2=3
TVC = 18; PX1 = 2; PX2=3
TVC = 12; PX1 = 2; PX2 = 3
X1
X2
X1
X2
0
6
0
4
....
....
....
....
....
.
.
.
9
0
6
0
X1
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
X1 = TVC/PX1 = 18/2 =9
X1 = TVC/PX1 = 12/2 = 6
X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4
X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X2
Gambar 2.9. Kurva isocost line
Tabel 2.7. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=3 dan PX2=3
TVC = 18; PX1 = 3; PX2=3
TVC = 12; PX1 = 3; PX2 = 3
X1
X2
X1
X2
0
6
0
4
....
....
....
....
....
.
.
.
....
.
.
.
....
6
0
4
0
EKONOMI PERTANIAN
34
X1
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
X1 = TVC/PX1 = 18/3 = 6
X1 = TVC/PX1 = 12/3 = 4
X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4
X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6
2 3 4 5 6 7 8 9 10
X2
Gambar 2.10. Kurva isocost line
EKONOMI PERTANIAN
35
X1
X2
Gambar 2.11. Slope dari isoquant
Gambar 2.12. menunjukkan bahwa output sebesar Qo dapat dicapai dengan
kombinasi input di titik A (X2A,X1A) atau C (X2C,X1C). Bila hal ini dilakukakn maka
biaya yang harus dikeluarkan akan sebesar TVC2. Output sebesar Qo dapat
dihasilkan dengan kombinasi input di titik B (X2B,X1B). Biaya terkecil untuk
menghasilkan output sebesar Qo di titik B dengan biaya sebesar TVC1. Bila biaya
yang tersedia kurang dari TVC1 misal TVCo maka output sebesar Qo tidak dapat
tercapai. Secara grafis dapat dilihat bahwa penggunaan input optimal tercapai bila
terpenuhi syarat sebagai berikut
slope isoquant = slope isocost
MRS X 2 X 1 rasio h arg a input
MRS X 2 X 1
X 1 dX 1
MPP2
X 2 dX 2
MPP1
MPP2
P
X2
MPP1
PX 1
EKONOMI PERTANIAN
36
X1
A
X1A
X1B
X1C
TVCo
TVC1
Q = Qo
TVC2
X2
X2A
X2B
X2C
Q 18 X 1 X 1 14 X 2 X 2 ; PX 2 3 dan PX 1 2
MRS X 2 X 1
MPP2
14 2 X 2
MPP1
18 2 X 1
Syarat optimal:
MPP2
P
X2
MPP1
PX 1
7 X2
3
9 X1
2
X2
Q 18 X 1 X 1 14(
3 X 1 13
2
3 X 1 13
3 X 13 2
)( 1
)
2
2
2
9 X 78 X 1 169
Q 18 X 1 X 1 21X 1 91 ( 1
)
4
2
EKONOMI PERTANIAN
37
b b 2 4ac
2a
Q 105
X2
(3)(6,2) 13
2,8
2
Untuk menghasilkan output sebanyak 105 unit kombinasi input yang biayanya
termurah atau kombinasi input yang keuntungannya terbesar adalah X1 = 6,2 dan X2
= 2,8.
e. Soal-soal Latihan
1. Berikut adalah kombinasi input yang menghasilkan sejumlah output tertentu.
X1
X2
X 1
X 2
X 1 / X 2 =MPP2/MPP
1
30
28
20
14
9
5
1
0
0
1
3
5
8
12
17
25
-2
-8
-6
-5
-4
-4
-1
1
2
2
3
4
5
8
-2
-4
-3
-5/3
-1
-4/5
-1/8
Carilah kombinasi input yang biayanya termurah bila harga input sebagai
berikut.
PX1
8
0,25
0,4
EKONOMI PERTANIAN
PX2
6,4
0,75
1
38
2. Carilah kombinasi input yang biayanya termurah dari fungsi produksi dan hargaharga berikut.
1/ 2
1/ 4
a. Q X 1 X 2 ; PX 1 4, PX 2 2, Q 8
b. Q X 1
3/ 4
X2
1/ 4
; PX 1 3, PX 2 1, Q 12
Q2
A
B
Q1
Q1
(a)
(b)
Gambar 2.13. Hubungan output-output competitive
EKONOMI PERTANIAN
39
(ii) Complementary
Hubungan antar output yang bersifat complementary ditandai dengan meningkatnya
jumlah suatu output bila output lainnya meningkat. Misalnya, meningkatnya jumlah
produksi legum berakibat meningkatnya jumlah produksi jagung. Secara grafis
hubungan antar output yang bersifat complementary ditunjukkan oleh kurva AB
pada gambar 2.14a dan kurva AB dan DC pada gambar 2.14b.
(iii) Supplementary
Pada hubungan antar output yang bersifat supplementary kenaikan suatu output
diikuti dengan output lain yang jumlahnya tetap. Misalnya, usaha meningkatkan
produksi jagung tanpa mempengaruhi jumlah pemeliharaan sapi. Secara grafis
hubungan antar output yang bersifat supplementary ditunjukkan oleh kurva AB pada
gambar 2.15a. dan kurva AB dan CD pada gambar 2.15b.
Q2
Q2
B
A
Q1
C
D
Q1
(a)
(b)
Gambar 2.14. Hubungan output-output complementary
Q2
Q2
B
A
B
D
EKONOMI PERTANIAN
40
Q1
C
(a)
(b)
Gambar 2.15. Hubungan output-output supplementary
Q1
(iv) Joint
Hubungan antar output yang bersifat joint ditandai dengan adanya dua macam
produk atau lebih dihasilkan secara simultan pada perbandingan tertentu. Misalnya,
gula dan tetes dihasilkan secara simultan. Secara grafis hubungan antar output yang
bersifat joint ditunjukkan oleh 2.16a. dan 2.16b.
Q2
Q2
Q1
(a)
Q1
(b)
Q2A
Q2B
EKONOMI PERTANIAN
A
B
41
Q1A Q1B
Q1
Q1
0
7
13
18
22
25
27
28
27
25
MPPXQ1
7
6
5
4
3
2
1
-1
-2
X
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Q2
0
12
22
30
36
40
42
43
42
40
MPPXQ2
12
10
8
6
4
2
1
-1
-1
EKONOMI PERTANIAN
Q1
0
7
13
18
22
42
EKONOMI PERTANIAN
Q1
0
7
13
18
22
25
27
28
43
Q1
Q2
Q1
43
42
40
36
30
22
12
0
0
7
13
18
22
25
27
28
-1
-2
-4
-6
-8
-10
-12
7
6
5
4
3
2
1
EKONOMI PERTANIAN
MRPS Q1Q 2
Q2
Q1
-1/7
-1/3
-4/5
-3/2
-8/3
-5
-12
44
Q2
A
Q2
Q1
Q1
Gambar 2.20. Kurva PPC dan MRPS
MRPS Q1Q 2
Q2
slope pada PPC
Q1
d. Isorevenue
Isorevenue adalah garis atau kurva yang menggambarkan kombinasi output
yang menghasilkan total penerimaan (TR) yang sama. TR dapat dirumuskan sebagai
berikut.
TR = PQ1Q1 +PQ2Q2
Q2=TR/PQ2-(PQ1/PQ2) Q1
dimana PQ1 adalah harga Q1 dan PQ2 harga Q2
Kombinasi output pada berbagai TR dapat dilihat pada tabel 2.12. sedangkan
kurva isorevenuenya dapat dilihat pada gambar 2.21. TR yang semakin besar
digambarkan dengan garis isorevenue yang semakin jauh dari titik origin. Pengaruh
perubahan harga output terhadap isorevenue dapat dilihat pada tabel 2.13. dan
gambar 2.22. dan gambar 2.23.
Tabel 2.12. Kombinasi output pada TR=80, TR=100 dan TR=120
PQ1 2; PQ 2 1; TR 80 PQ1 2; PQ 2 1; TR 100PQ1 2; PQ 2 =1;
TR 120
EKONOMI PERTANIAN
45
Q1
Q2
0
10
20
30
40
80
60
40
20
0
Q2
Q1
TR1
80
80
80
80
80
0
10
20
30
40
50
100
80
60
40
20
0
TR2
100
100
100
100
100
100
Q1
Q2
0
10
20
30
40
50
60
120
100
80
60
40
20
0
TR3
120
120
120
120
120
120
120
Q2
120 100 -
TR1=80
80 -
TR2=100
TR3=120
40
50
60
Q1
Q2=TR/PQ2-(PQ1/PQ2) Q1
Tabel 2.13. Pengaruh perubahan harga Q1 dan harga Q2
Harga Semula
Harga Q2 Naik
Harga Q1 Naik
PQ1 2; PQ 2 1; TR 80 PQ1 2; PQ 2 2; TR 80
TR 80
Q1
Q2
0
10
20
30
40
80
60
40
20
0
TR1
80
80
80
80
80
Q1
0
10
20
30
40
Q2
40
30
20
10
0
TR2
80
80
80
80
80
Q1
0
10
20
30
32
Q2
80
55
30
5
0
TR3
80
80
80
80
80
Q2
EKONOMI PERTANIAN
46
80 -
40-
.
40
Q1
Gambar 2.22. Pengaruh kenaikan harga Q2 terhadap isorevenue
Q2
80 -
32 40
Q1
Gambar 2.23. Pengaruh kenaikan harga Q1 terhadap isorevenue
Slope isorevenue dapat dirumuskan sebagai berikut.
TR PQ1Q1 PQ 2 Q2
Q2
PQ1
TR
Q1
PQ 2 PQ 2
Slope isorevenue =
PQ1
dQ2
dQ1
PQ 2
EKONOMI PERTANIAN
47
C
Q1
Gambar 2.24. Kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar
Kombinasi output di titik A dan C menghasilkan revenue sebesar TR1. Kombinasi
ouput di titik B menghasilkan revenue sebesar TR2. Kombinasi output di titik B
menghasilkan revenue terbesar.Titik B dicirikan dengan kondisi sebagai berikut.
Slope PPC = Slope Isorevenue
MRPS Q1Q 2
PQ1
PQ 2
0
7
13
18
22
25
27
28
-1
-2
-4
-6
-8
-10
-12
Q1
7
6
5
4
3
2
1
MRPS Q1Q 2
Q2
Q1
1/7
-2/6
-4/3
-6/4
-8/3
-10/2
-12/1
Bila PQ1=2 dan PQ2=1 maka PQ1/PQ2= 2/1 = 2. Q1 dan Q2 yang menghasilkan TR
terbesar dapat dicari dari MRPS Q1Q 2 yang besarnya sama dengan 2. Dari tabel
EKONOMI PERTANIAN
48
2.14. dapat dilihat bahwa MRPS Q1Q 2 sebesar 2 terletak antara -6/4 dan -8/3 atau
output Q2 antara 22s/d30 dan output Q1 antara 22s/d25.
Contoh
Q1 100 0,0065Q2
MRPS Q 2Q1
PPC
dQ1
0,013Q2
dQ2
PQ 2
PQ1
6
5
PQ 2
-0,013Q2 = -6/5
PQ1
Q2 = 92,3
f. Soal-soal Latihan
1. Berikut adalah kombinasi output yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
sumberdaya tertentu.
Q1
Q2
53
52
50
46
40
32
22
0
0
17
23
28
32
35
37
38
Q1
Q2
Q2 / Q1
Carilah kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar bila harga Q 1 dan harga
Q2 sebagai berikut.
(i)
PQ1 = 6
EKONOMI PERTANIAN
PQ2 = 2
49
(ii) PQ1 = 4
(iii) PQ1 = 2
PQ2 = 6
PQ2 = 10
C = jagung
S = sorgum
N = nitrogen
Carilah kombinasi jagung dan sorgum yang menghasilkan revenue terbesar bila
harga jagung dan sorgum sebagai berikut.
(i)
(ii)
PC = 3 dan PS = 2,5
PC = 4 dan PS = 2
keuntungan
TR = penerimaan total
TC = biaya total
a. Cara 1
PQ Q PX X FC ; FC fixed cos t
d
dX
dX
PQ PX
0;
perubahan input per unit perubahan output
dQ
dQ
dQ
dX
PX
perubahan biaya per unit perubahan output
dQ
PQ MC 0; MC PQ
Sisi ouput
EKONOMI PERTANIAN
MPP=Px/PQ
Sisi input
50
b. Cara 2
TR TC
d
dTR dTC
0
dQ
dQ
dQ
dTR dTC
dQ
dQ
dTR
MR ,MR=marginal revenue, perubahan penerimaan per unit
dQ
perubahan
output
dTC
MC , MC=marginal cost, perubahan biaya per unit perubahan output
dQ
2
Bila Q X
1 3
X ; PQ 30; PX 100; FC 1000 akan diperoleh tabel 2.15.
3
Tabel 2.15.
TR=PQQ
TVC=PXX
TC=TR-TVC-FC
1000
1000
-1000
3,7
111
200
1000
1200
-1089
30
13,9
417
400
1000
1400
-983
30
19,1
28,8
864
600
1000
1600
-736
30
13,42
11,04
FC
MR
MC
54,05
46,9
1407
800
1000
1800
-393
30
10
66,7
2001
1000
1000
2000
-1
30
10,1
12
86,4
2592
1200
1000
2200
392
30
10,15
14
104,5
3135
1400
1000
2400
735
30
11,04
16
119,5
3585
1600
1000
2600
985
30
13,33
18
129,6
3888
1800
1000
2800
1088
30
19,8
20
133,3
3999
2000
1000
3000
999
30
54,05
22
129,6
3888
2200
1000
3200
688
30
Dari tabel 2.15. selanjutnya dapat digambarkan kurva TR dan TC (gambar 2.25.),
kurva keuntungan (gambar 2.26), dan kurva MC (gambar 2.27).
EKONOMI PERTANIAN
51
EKONOMI PERTANIAN
52
Q 18 X 1 X 1 14 X 2 X 2
MPP2 Px 2
MPP1
Px1
14 2 X 2 7
18 2 X 1 9
Q
260
130
2
X2
X2
7
49
TVC 9 X 1 7 X 2
49
260 2 520
(
)
Q
260
7
49
TVC 130(1
MC
7
260
260 2 520
)
Q)
7
49
[(
)
Q] 1 / 2
dQ
7
7
49
EKONOMI PERTANIAN
53
MC
P2
AVC
P1
Po
Q1 Q2
3/ 5
EKONOMI PERTANIAN
54
EKONOMI PERTANIAN
55
Biaya Tetap: biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi (PBB,
penyusutan, dsb)
Tabel 3.1.
Biaya dan Pendapatana Usahatani
No.
1
Uraian
Perhitungan
Nilai Produksi
a. Padi
b. Jagung
c. Ayam
d. Ikan
QPD x PPD
QJG x PJG
QAY x PAY
QIK x PIK
Jumlah-1
Biaya Produksi
a. Benih
Padi
Jagung
Ayam
Ikan
b. Pupuk
Urea
SP36
KCl
c. Pakan ayam
d. Pakan ikan
e. Pestisida
f. Tenaga kerja luar
g. Bunga kredit
h. Sewa lahan/Bagi Hasil
i. Iuran irigasi
j. PBB
k. Penyusutan
Rp .
Rp .
Rp .
Rp .
Rp .
XPD x PXPD
XJG x PXJG
XAY x PXAY
XIK x PXIK
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
XUR x PXUR = Rp
XSP x PXSP = Rp
XKC x PXKC = Rp
XPAY x PXPAY = Rp
XPIK x PXPIK = Rp
XPES x PXPES = Rp
XTK x PXTK = Rp
Rp
Rp.
Rp
Rp
Rp
Jumlah-2
=
=
=
=
Rp
Rp
Rp.. ..
Rp.. ..
Jumlah-4
Rp.. ..
Rp
b. Kasus Usahatani 1
Seorang petani memiliki lahan sawah seluas 0,5 ha dan lahan kering seluas
0,25 ha. Lahan sawah dalam setahunnya dapat ditanami padi dua kali (padi musim
hujan dan padi musim kemarau) dan jagung sekali. Lahan kering seluruhnya
ditanami kelapa sebanyak 40 pohon. Petani juga memiliki lahan pekarangan yang
EKONOMI PERTANIAN
56
11
30
12
30
1 2
30 30
Bulan
3
4 5 6
30 30 30 30
45
45
60 60
45
45 60 60
7
30
8
30
9
30
45
45
60
Macam
Bibit
a. Padi (kg)
b. Jagung (kg)
c. Ayam (ekor)
d. Sapi (ekor)
Pupuk
a. Urea (kg)
b. SP36 (kg)
c. KCl (kg)
Pakan
EKONOMI PERTANIAN
Jumlah
Harga (Rp/Unit)
30
20
120
4
2 000
1 250
1 000
2 000 000
300
150
100
1 000
1 250
1 500
57
4
5
6
7
a. Konsentrat (kg)
b. Pakan ayam (kg)
Pestisida (l)
Vaksin (unit)
Iuran irigasi (kali/tahun)
PBB (kali/tahun)
1000
1000
2
3
1
1
Penerimaan
No
Komoditas
1
Padi MH (ton GKP)
2
4
5
Sapi (ekor)
Ayam (ekor)
Kelapa (butir)
Jumlah
Biaya Penyusutan
No
Uraian
Jumlah
3,5
Harga
Rp
1500/kg
3
Rp
1500/kg
3
Rp
1000/kg
4
Rp 3 jt/ek
3x40 =120
Rp
10000/ek
40x30=1200 Rp 500/bt
Tanaman kelapa
Kandang sapi
Biaya
Investasi
40xRp
15000=Rp
600000
Rp 2000000
Kandang ayam
Rp 2000000
Peralatan
Jumlah
750
1 200
10 000
15 000
20 000
50 000
Penerimaan
Umur
Ekonomis
15
Biaya
Penyusutan
Rp 600000/15
= Rp 40000
5
4
Rp
2000000/5=Rp
400000
Rp 2000000/4=
Rp 500000
Rp 50000
Rp 990000
c. Kasus Usahatani-2
Tabel 3.4. s/d tabel 3.6. adalah hasil penelitian usahatani di dusun Planggok,
Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman selama tiga tahun tanam
yaitu tahun tanam 97/98, 98/99, dan 99/00. Dari tabel-tabel ini dapat diketahui
karakteristik rumah tangga tani, komposisi pendapatan rumah tangga tani, dan biaya
usahatani padi.
EKONOMI PERTANIAN
58
Table 3.4.
General characteristics of farm household in Planggok
Person
Year
Person
Person
Person
97/98
24
52,85
3,95
2,25
1,65
Crop Year
98/99
24
53,85
4,2
2,1
1,65
99/00
24
54,85
4,1
3
1,85
Agricultural land
Owned land: paddy field
Other
Leased in
Leased out
Cultivated
Compound and home garden
m2
m2
m2
m2
m2
m2
1776
239
1955
845
3230
682
1860
63
2430
998
3354
699
1828
206
2249
664
3619
785,6
Rp
Rp
Rp
Rp
Kg
2348012
Na
Na
Na
Na
7464228
2296000
5168228
1735867
948
7474480
6674894
799586
1818466
994
Items
Sample
Age of head of household
Family member living together
Labor force
Family member living apart
Unit
Table 3.5.
Income composition and self sufficiency rate of farm household in Planggok
Crop Year
Items
Income composition
Agriculture
Off-farm
EKONOMI PERTANIAN
Unit
Rp
Rp
97/98
98/99
99/00
-259196
1958675
4635301
2280665
3881905
3149075
59
Remittance
Land rent
Total
Composition of agricultural sales value
Crops
Home garden
Livestock
Catfish
Total
Total sale's value of ag. product/ag.
land cultivated
Self sufficiency rate
Rice
Vegetable
Fruits
Egg
Chicken
Fish
Rp
Rp
Rp
173250
338760
2211489
399250
149012
7464228
168500
275000
7474480
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
582025
52250
0
2645480
3279755
1700641
154000
86450
11000407
12941498
1918016
99580
135175
14701125
16853896
835
3858
4657
93,65
14,66
na
37,25
17,75
na
90
20,25
45,5
33
18
34
Rp/m2
%
%
%
%
%
%
Na
Na
Na
Na
Na
Na
Table 3.6.
Area, yield and fertilizers and pesticides cost of rice in Planggok
Crop Year
EKONOMI PERTANIAN
Harvested/Planted
Area (%)
Yield of Rice
(kg/ha)
Fertilizer&Pesticides
Cost/Crop Sale (%)
60
50,53
68,27
63,46
727
2036
1918
Total
64,04
1845
74,09
95,47
93,36
2924
3869
3116
Total
88,86
3333
98,63
93,82
96,35
4425
4093
4406
Total
96,01
4306
23,61
24,31
26,48
EKONOMI PERTANIAN
61
Buku Jurnal
Buku Besar
b. Neraca Perusahaan
Neraca menggambarkan keadaan keuangan perusahaan pada saat tertentu.
Neraca terdiri atas Aktiva (Assets) dan Pasiva (Liabilities). Aktiva adalah kekayaan
perusahaan dan pasiva adalah hutang ditambah modal sendiri.
Tabel 3.7.
No.
Macam Aktiva (Assets)
1
Aktiva Lancar
Aktiva Lain
Tabel 3.8.
No
Macam Pasiva (Liabilities)
1
Hutang Jangka Pendek
(pelunasan kurang dari
setahun)
EKONOMI PERTANIAN
a.
b.
c.
d.
Contoh
Uang tunai
Piutang
Persediaan
Pembayaran di muka
a. Tanah
b. Bangunan
c. Pabrik
Tidak termasuk 1 dan 2 misal
mesin tidak terpakai, biaya pra
operasi
Contoh
a. Hutang usaha
b. Beban yang harus dibayar
perusahaan
62
Modal (equity)
Tabel 3.9.
No
1
Neraca
Aktiva
No
Aktiva Lancar
Nilai (Rp) 1
Kas
Persediaan
Piutang
Aktiva Tidak
Lancar
Tanah
Bangunan
Pabrik
Aktiva Lain-lain
Pasiva
Hutang Jangka Nilai (Rp)
Pendek
Hutang Usaha
Hutang Gaji
Hutang Jangka
Panjang
Obligasi
Hipotik
Modal
Saham
Laba ditahan
c. Laporan Rugi/Laba
Laporan rugi/laba menggambarkan hasil usaha dalam periode waktu tertentu.
Biasanya diantara 2 tanggal neraca. Rugi/Laba negatif belum tentu tidak layak.
Misalnya usaha perkebunan selama tanaman belum menghasilkan (TBM) maka
Rugi/Laba akan negatif. Unsur-unsur Rugi/Laba meliputi (i) pendapatan, terdiri atas
pendapatan dari operasi dan pendapatan non-operasi, (ii) biaya (harga pokok
penjualan), (iii) laba kotor, (iv) beban operasi (biaya penjualan dan biaya
administrasi/umum).
Contoh
Perhatikan transaksi bisnis berikut ini.
EKONOMI PERTANIAN
63
1. Pada tanggal 1-1-2001 petani menanamkan modalnya sebesar Rp 5 000 000,untuk usaha jagung manis.
2. Pada tanggal 3-1-2001 petani membeli tanah untuk memulai usaha senilai Rp
3 000 000,3. Pada tanggal 10-1-2001 petani membeli peralatan seharga Rp 1 250 000,secara kredit.
4. Pada tanggal 10-2-2001 petani membeli saprodi senilai Rp 250 000,- secara
tunai.
5. Pada tanggal 28-2-2001 jagung dijual senilai Rp 2 000 000,- secara tunai.
6. Pada tanggal 1-3-2001 petani mengambil uang Rp 300 000,- untuk keperluan
pribadi.
Tabel 3.10.
Jurnal
Tanggal
Uraian
Debet
1/1
Kas
5 000 000
Modal
3/1
Kas
Tanah
3 000 000
10/1
Peralatan
1 250 000
Utang
10/2
Saprodi
250 000
Kas
28/2
Kas
2 000 000
Jagung
1/3
Prive
300 000
Kas
Jumlah
11 800 000
Debet: penambahan aktiva, pengurangan modal/utang
Kredit: pengurangan aktiva, penambahan modal/utang
Kredit
5 000 000
3 000 000
1 250 000
250 000
2 000 000
300 000
11 800 000
Tabel 3.11.
Transaksi
Kas
EKONOMI PERTANIAN
Neraca
Aktiva
Peralatan
Lahan
Hutang+Modal
Hutang
Modal
64
01/1
03/1
5 000 000
-3 000 000
2 000 000
10/1
2 000 000
- 250 000
1 750 000
2 000 000
3 750 000
- 300 000
3 450 000
10/2
28/2
01/3
5 000 000
3 000 000
3 000 000
5 000 000
1 250 000
1 250 000
3 000 000
1 250 000
1 250 000
1 250 000
3 000 000
1 250 000
1 250 000
3 000 000
1 250 000
1 250 000
3 000 000
1 250 000
5 000 000
- 250 000
4 750 000
2 000 000
6 750 000
- 300 000
6 450 000
Tabel 3.12.
Rugi Laba
No
1
2
3
Uraian
Penerimaan
Biaya
Laba Bersih
Nilai (Rp)
2 000 000
250 000
1 750 000
Tabel 3.13.
No
1
2
3
4
Perubahan Modal
Uraian
Modal Awal
Laba Bersih
Prive
Modal Sekarang
Nilai (Rp)
5 000 000
1 750 000
-300 000
6 450 000
d. Analisis Keuangan
d.1. Analisis Liquiditas
Menganalisis kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek
Arus Lancar
Arus Cepat
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
Asset Cepat
Kewajiban Lancar
EKONOMI PERTANIAN
65
(i)
(ii)
(iii)
Tabel 3.15.
EKONOMI PERTANIAN
66
EKONOMI PERTANIAN
67
Tabel 3.17.
EKONOMI PERTANIAN
68
EKONOMI PERTANIAN
69
EKONOMI PERTANIAN
70
EKONOMI PERTANIAN
71
EKONOMI PERTANIAN
Susunlah jurnal
Susunlah neraca
Susunlah Rugi/Laba
Susunlah perubahan modal
72
Jumlah (Q)
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1000
100
Q
1000
2800
EKONOMI PERTANIAN
73
50
40
30
20
10
100
80
60
40
20
55
50
45
40
35
Permintaan
Pasar
(kg/minggu)
205
170
135
100
65
150140-
10
20
35
65
130C
Pasar
120110100-
50 55
100
205
50
100 .. 200
Q
10
20
30
40
..
EKONOMI PERTANIAN
74
konsumen, dan (iv) selera konsumen. Secara matematis permintaan barang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Q = f(PS, PL, Y, S)
Q = jumlah barang diminta
PS = harga barang itu sendiri
PL= harga barang lain
Y = pendapatan konsumen
S = selera
Pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap permintaan dapat diukur dengan
elastisitas permintaan.
Elastisitas Pendapatan
EY
% perubahan Q Q / Q Q Y
% perubahan Y
Y / Y
Y Q
Untuk barang normal EY>0. Barang normal dapat dibedakan menjadi barang
kebutuhan pokok dan barang mewah. Barang kebutuhan pokok EY<1 dan barang
mewah EY>1. Untuk barang inferior EY<0.
Contoh
Q
25
50
EY
Y
1000
1100
Q Y
25 1000
10
Y Q 100 25
Bila pendapatan konsumen naik 1% maka jumlah barang diminta akan naik 10%.
Dapat diperkirakan bahwa barang ini adalah barang mewah.
Elastisitas Harga Barang Sendiri
ES
% perubahan Q
Q / Q
Q PS
% perubahan PS
PS / PS PS Q
EKONOMI PERTANIAN
75
Contoh
Q
1000
1200
ES
PS
1000
900
Q PS
200 1000
2
PS Q 100 1000
Q PL
% perubahan Q
Q / Q
=
% perubahan PL PL / PL PL Q
QS PL
25 15
3
PL QS 5 25
QS
25
50
EL
PL
15
10
QS dan QL komplementer
PL
10
15
QS PL 25 10
2
PL QS
5 25
QS dan QL substitusi
b. Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Hubungan antara jumlah barang ditawarkan dengan harga adalah bila harga naik
maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami kenaikan sebaliknya bila
harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami penurunan.
Hubungan ini dikenal sebagai hukum penawaran.
Penawaran dapat dibedakan menjadi penawaran individual dan penawaran
pasar. Penawaran individual adalah penawaran dari seorang produsen dan penawaran
pasar adalah penawaran dari semua produsen yang ada di pasar. Secara matematis
penawaran pasar adalah penjumlahan horisontal dari penawaran individual.
EKONOMI PERTANIAN
76
Pasar
Parsial
50
90
130
170
210
250
290
330
370
410
Pasar
Total
50000
90000
130000
170000
210000
250000
290000
330000
370000
410000
c. Keseimbangan Pasar
Keseimbangan pasar terjadi bila permintaan sama dengan penawaran. Pada
keseimbangan pasar tidak ada kecenderungan bahwa harga dan jumlah barang akan
berubah. Bila permintaan melebihi penawaran atau terjadi excess demand maka
harga cenderung naik sebaliknya bila penawaran melebihi permintaan atau terjadi
excess supply maka harga cenderung turun.
P
P1
B
E
P
Po
D
Q
EKONOMI PERTANIAN
77
EKONOMI PERTANIAN
78
EKONOMI PERTANIAN
79
Petani
Pedagang
Pengecer
Tingkat
Desa
Pedagang
Pengumpul
Tingkat
Desa
Pedagang
Pengecer
Moderen
(Super
Market)
Pedagang
Antar
Pulau
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Petani
EKONOMI PERTANIAN
80
Pedagang
Pengumpul
Pedagang
Antar
Daerah
Pedagang
Grosir
Pedagang
Pengecer
Konsumen
EKONOMI PERTANIAN
81
Tabel 4.4. Biaya pemasaran salak dari petani di Kecamatan Ratahan sampai
konsumen di Menado, Februari 1995.
No
Unsur Biaya
Biaya
Harga
% Dari
(Rp/Kg) (Rp/kg)
Harga
Eceran
1 Petani
Biaya pemasaran
a. Panen
25,00
b. Pengemasan di kebun
90,00
c. Ongkos angkut
45,00
Harga Jual
750,00
33,33
2 Pedagang Pengumpul Desa
Harga beli
750,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengemasan
10,00
b. Biaya angkut
15,00
Keuntungan
225,00
Marjin pemasaran
250,00
Harga jual
1000,00
44,44
3 Pedagang antar pulau
Harga beli
1000,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengepakan
70,00
b. Ongkos angkut ke Biak
285,00
c. Ongkos angkut ke Jayapura
357,00
Keuntungan di Biak
1145,00
Keuntungan di Jayapura
2273,00
Margin pemasaran di Biak
1500,00
Margin pemasaran di Jayapura
2700,00
Harga jual di Biak
2500,00
Harga jual di Jayapura
3700,00
4 Pedagang Pengecer
Harga beli
1000,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengemasan
10,00
b. Susut
175,00
Keuntungan
1065,00
Marjin pemasaran
1250,00
Harga jual
2250,00
100,00
5 Harga beli konsumen
2250,00
EKONOMI PERTANIAN
82
EKONOMI PERTANIAN
83
yang semakin ketat dan hanya produsen atau petani yang efisien yang dapat
memenangkan persaingan.
c)
Tuntutan terhadap pelaku ekonomi untuk memperhatikan aspek lingkungan
hidup (Ecolabel, Tropical Timber Campaign, ISO 9000-14000 series, Deaner
Production). Dengan demikian maka barang-barang yang akan diterima pasar
adalah barang-barang yang diproduksi dengan memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup.
d)
Tuntutan konsumen akan keamanan pangan, kehalalan pangan, dan kesehatan
pangan. Tuntutan ini mengharuskan produsen menghasilkan produk pangan yang
tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak bertentangan dengan norma
budaya serta agama.
e)
Diberlakukannya UU HAKI tahun 2003 yang terdiri dari UU Merek Dagang,
UU Hak Cipta, dan UU Hak Paten dan diratifikasinya beberapa konvensi
internasional di bidang HAKI.
f)
Masuknya perusahaan multinasional dalam industri pertanian. Di samping
membawa dampak positif seperti penciptaan lapangan kerja juga membawa
dampak negatif karena menjadi pesaing berat bagi perusahaan dalam negeri.
g)
Perkembangan teknologi informasi melahirkan sistem/pola perdagangan
moderen yang berbasis jaringan elektronis (internet). Hal ini memungkinkan
agroindustri dapat melakukan aktivitas usahanya secara efisien tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu.
b. Kondisi Pasar Komoditas Pangan
a) Pertumbuhan pasar global komoditas pertanian didominasi oleh komoditas nontradisional seperti buah-buahan dan sayuran, ikan olahan, makanan olahan yang
rata-rata tumbuh 10% per tahun.
b) Permintaan makanan olahan adalah yang paling tinggi sejalan dengan
meningkatnya aktivitas di luar rumah sehingga waktu yang tersedia bagi keluarga
untuk memasak terbatas.
c) Negara-negara ASEAN umumnya belum intensif mengekspor produk-produk
bernilai tambah tinggi kecuali Thailand yang sukses mengekspor buah-buahan
olahan, sayuran dan produk ikan olahan.
d) Permintaan USA terhadap produksi hasil laut juga cenderung meningkat. Nilai
impor udang USA selama lima tahun terakhir meningkat 4,38% per tahun dan
pemasok utama adalah Thailand dengan pangsa pasar 34%.
e) Perdagangan hasil pertanian ke Uni Eropa cukup tinggi dan sering diwarnai
dengan perjuangan yang cukup rumit karena Uni Eropa umumnya penghasil
produk pertanian yang menerapkan subsidi cukup besar.
f) Permintaan dalam negeri mulai mengarah pada produk-produk olahan serta
makanan siap saji khususnya di kota besar.
g) Berikut adalah kondisi pasar beberapa komoditas pangan dan hortikultura
Indonesia.
EKONOMI PERTANIAN
84
EKONOMI PERTANIAN
85
Manggis
b)
c)
d)
e)
f)
g)
EKONOMI PERTANIAN
86
1996
Sehat
Aman
Halal
1999
Aman
Sehat
Utuh
Halal
2001
Bayar
Aman
Sehat
Utuh
Halal
2002
Bayar
Aman
Sehat
Utuh
Halal
Lingkungan
hidup
Gizi
IPR/HAKI
SEKUNDER
TERTIER
Bibit/Benih
Bahan Baku
Pengolahan
Pangan
Olah Mix
Bahan Pangan
Tanam/
Breeding
Tradisional
Moderen
Tradisional
Moderen
Panen
Pasca Panen
K
O
S
U
M
E
N
EKONOMI PERTANIAN
87
Sarana
Produksi
Produksi
Pertanian
Handling
Pengolahan
Distribusi
Pasar
GFP
GHP
GMP
GDP
GRP
Konsumen
GCP
EKONOMI PERTANIAN
88
V. PEMBANGUNAN PERTANIAN
5.1. Peranan Sektor Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan
ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana. Sebelum tahun
1969, dikenal beberapa rencana pembangunan ekonomi yaitu (1) Plan Kasimo, (2)
Rencana Kesejahteraan Istimewa, (3) Rencana Pembangunan Lima Tahun, dan (4)
Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun. Semenjak tahun 1969,
pembangunan ekonomi di Indonesia dilaksanakan melalui Repelita mulai Repelita I
sampai dengan Repelita V yang dikenal dengan Pembangunan Jangka Panjang Tahap
I. Setelah itu, dilanjutkan dengan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II yang terdiri
dari 5 Repelita, yaitu Repelita VI sampai dengan Repelita X. Memasuki awal
Repelita VII terjadi reformasi yang berakibat pada terjadinya rencana pembangunan
ekonomi selanjutnya.
Menurut Soedarsono Hadisapoetro (1970), pertanian dapat diartikan sebagai
turut campurtangannya manusia dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan
supaya lebih baik memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pembangunan pertanian
dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan selalu menambah produksi
pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk
memperbesar turut campurtangannya manusia di dalam perkembangan tumbuhtumbuhan dan hewan.
Dalam difinisi di atas terdapat istilah selalu, karena di dalam pembangunan
pertanian orang mudah memperoleh kenaikan produksi tetapi mengabaikan normanorma pengawetan tanah, pencegahan erosi dan sifat-sifat perkembangan tumbuhtumbuhan dan hewan itu sendiri. Dengan demikian kenaikan produksi hanya akan
berlangsung beberapa tahun saja dan sesudah itu bukan kenaikan produksi yang
diperoleh tetapi justru kemerosotan. Jadi penambahan modal dan skill di dalam
pembangunan pertanian harus dipergunakan tidak sekedar untuk mempertinggi
produksi di dalam beberapa tahun saja tetapi dipergunakan pula untuk menjalankan
usaha-usaha yang konkrit seperti pengawetan tanah, pencegahan erosi, dan
sebagainya yang dapat menjamin bahwa penambahan produksi dapat berlangsung
untuk waktu yang tidak terbatas.
Produksi yang dimaksud dalam difinisi di atas adalah produksi pertanian
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat bukan produksi yang dihasilkan. Oleh karena
itu penambahan modal dan skill harus ditujukan pula untuk menjaga agar kehilangan
dan kerusakan dalam pemasaran dan pengolahan dapat ditiadakan atau setidaktidaknya dapat diperkecil.
EKONOMI PERTANIAN
89
EKONOMI PERTANIAN
90
EKONOMI PERTANIAN
91
industri karena sektor industri merupakan pasar bagi sektor pertanian. Kedua,
karena industrialisasi dan urbanisasi namun sektor pertanian tidak dapat memenuhi
permintaan tersebut. Kasus ini kemungkinan karena (1) ekspor hasil pertanian dan
impor pangan masih lebih menguntungkan dan (2) belum adanya peluang ekonomi
yang menarik untuk menggantikan impor pangan. Ketiga, permintaan pasar dalam
negeri meningkat karena kenaikan pendapatan masyarakat. Meningkatnya
pendapatan masyarakat di daerah perkotaan menyebabkan permintaan hasil
pertanian meningkat dalam jumlah dan mutu.
Permintaan pasar luar negeri menjadi sangat penting artinya pada waktu
pembangunan pertanian memasuki tahap komersialisasi. Pada tahap ini sektor
pertanian memerlukan barang-barang modal yang harus diimpor dari luar negeri.
Sektor pertanian harus menghasilkan devisa untuk mengimpor barang-barang modal
tersebut. Pada tahap ini permintaan pangan untuk konsumsi dalam negeri akan
mengalami peningkatan. Oleh karenanya perlu adanya keseimbangan antara
produksi pangan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan produksi hasil
pertanian untuk memenuhi permintaan ekspor.
Agar petani memperoleh harga yang layak bagi hasil-hasil pertaniannya
diperlukan sistem pemasaran yang efisien. Sistem pemasaran hasil-hasil pertanian
meliputi transportasi, penyimpanan, prosesing, pendanaan, dan pengelolaan.
Transportasi yang memadai diperlukan untuk mengangkut hasil pertanian dari lokasi
pertanian ke lokasi konsumen. Panen hasil pertanian yang sifatnya musiman
memerlukan sistem penyimpanan yang memadai agar hasil pertanian dapat
didistribusikan sepanjang tahun. Untuk hasil pertanian yang mudah rusak misalnya
daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan memerlukan prosesing. Untuk
melaksanakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran diperlukan
pendanaan dan pengelolaan agar sistem pemasaran dapat bekerja secara efisien.
Kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran menentukan keputusan petani
dalam memilih komoditas yang akan diusahakan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kepercayaan petani terhadap sistem pemasaran antara lain (1)
pelayanan oleh pihak pemasar (swasta, koperasi, pemerintah), (2) kinerja sistem
pemasaran pada waktu yang lalu, (3) fluktuasi dan prediktabilitas harga berbagai
hasil pertanian, dan (4) tersedianya fasilitas prosesing. Kepercayaan terhadap sistem
pemasaran oleh semua pihak yang terlibat merupakan dasar yang harus dibangun
untuk menuju ke pertanian modern.
b. Teknologi Yang Senantiasa Berubah
Dengan teknologi yang sama produksi pertanian tidak dapat ditingkatkan
secara terus menerus karena adanya faktor pembatas. Oleh karenanya, harus selalu
dicari teknologi baru untuk mengatasi masalah ini. Sebagai contoh, perlu dicari
varietas baru karena varietas lama tidak lagi responsif terhadap pemupukan, varietas
EKONOMI PERTANIAN
92
lama tidak lagi resisten terhadap serangan hama dan sebagainya. Teknologi baru
biasanya diperkenalkan kepada petani dalam bentuk paket misalnya varietas baru
disertai dosis pemupukan, cara penanaman, cara pengendalian hama dan sebagainya.
Demikian pula, teknologi baru akan diterima oleh petani bila teknologi tersebut
dapat menaikkan produksi atau menurunkan biaya dalam jumlah yang cukup besar.
Teknologi baru dapat berasal dari berbagai sumber antara lain (1) praktek
petani, (2) daerah lain, dan (3) hasil percobaan. Budidaya yang diterapkan petani
dalam satu lokasi seringkali berbeda antara petani satu dengan petani lainnya.
Diantara petani-petani tersebut terdapat petani yang berhasil mencapai produksi
yang tinggi. Budidaya yang diterapkan oleh petani lainnya. Teknologi yang berhasill
diterapkan di suatu daerah di dalam negeri atau di luar negeri mungkin dapat
diterapkan di daerah yang mempunyai karakteristik pertanian yang sama. Teknologi
baru dapat dihasilkan oleh lembaga penelitian melalui percobaan pengujian.
Tidak ada negara yang berhasil mencapai pembangunan pertanian yang
memadai tanpa mendirikan lembaga penelitian dan pengembangan pertanian yang
mampu menghasilkan teknologi baru. Program penelitian dan pengembangan yang
perlu dilaksanakan oleh lembaga ini adalah pengembangan stasiun percobaan yang
komprehensif di satu atau lebih agar dapat mewakili daerah pertanian yang luas dan
potensial. Di samping itu, mengembangkan stasiun pengujian yang tersebar di
berbagai lokasi usahatani. Hal ini perlu dilakukan karena kondisi fisik lokasi
usahatani bervariasi sehingga teknologi baru yang dihasilkan oleh stasiun percobaan
dapat diuji lebih lanjut oleh stasiun pengujian agar diperoleh teknologi yang spesifik
untuk suatu lokasi atau dikenal sebagai teknologi spesifik lokasi.
c. Tersedianya Saprodi dan Alsintan Secara Lokal
Sarana produksi pertanian yang berupa bahan kimia seperti pupuk dan
pestisida dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Demikian pula alat dan mesin
pertanian tertentu seperti traktor, alat pemanen, alat perontok, sprayer juga
dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Hanya peralatan pertanian sederhana
seperti cangkul, sabit yang dapat diproduksi secara lokal. Benih dihasilkan oleh
lembaga penelitian dan pengembangan selanjutnya diperbanyak oleh balai benih,
penangkar benih atau petani tertentu untuk memenuhi permintaan petani.
Petani akan membeli dan menggunakan sarana produksi dan alat & mesin
pertanian bila masing-masing input tersebut memenuhi syarat-syarat berikut.
Pertama secara teknis efektif misalnya produktivitasnya lebih tinggi, masaknya lebih
serempak, rasanya lebih enak, dan sebagainya. Kedua, kualitasnya terjamin misalnya
kebenaran komposisi bahan, keaslian barang , dan sebagainya. Ketiga, harganya
rasional, dalam arti rasio harga input dan output menguntungkan petani. Keempat,
tersedia di lokasi pada waktu dibutuhkan. Kelima, dijual dalam ukuran dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan petani.
EKONOMI PERTANIAN
93
EKONOMI PERTANIAN
94
Tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah tangga tani
merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.
Semakin banyak kebutuhan rumah tangga tani akan barang dan jasa, peani akan
sakin terdorong untuk meningkatkan produksi pertaniannya agar memperoleh uang
yang lebih banyak. Dengan demikian distribusi barang dan jasa di daerah pedesaan
yang efisien merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat pembangunan
pertanian.
e. Transportasi
Biaya transportasi yang murah diperlukan agar harga yang diterima petani
dari hasil penjualan produknya relatif tinggi sebaliknya harga yang harus dibayar
petani atas pembelian input relatif rendah. Besarnya biaya transportasi bergantung
pada (1) berat atau volume barang yang diangkut, (2) jarak dari asal ke tujuan, (3)
jumlah setiap kali mengangkut, dan (4) macam alat angkut. Di samping itu, untuk
angkutan darat masih bergantung pada kondisi jalan, untuk angkutan laut dan udara
bergantung pada frekuensi pelayaran atau penerbangan. Berbagai kasus
menunjukkan bahwa biaya transportasi yang murah dan memadai menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian.
Jalan yang menghubungkan lokasi petani sampai dengan jalan raya atau
sering disebut sebagai jalan lokal, besar pengaruhnya terhadap jumlah hasil
pertanian yang dapat dipasarkan. Jalan semacam ini juga besar pengaruhnya
terhadap harga yang diterima dan harga yang dibayar petani. Kunjungan petugas
yang melayani kepentingan seperti penyuluh, petugas pertanian lainnya meningkat
dengan adanya jalan ini. Jalan raya dibangun untuk berbagai kepentingan termasuk
pertanian. Jalan raya dan jalan lokal harus terhubung dan terintegrasi satu dengan
lainnya agar hasil pertanian dengan mudah mengalir dari lokasi petani ke pusat-pusat
pasar. Demikian pula input pertanian baik sarana produksi dan alat & mesin
pertanian dapat sampai ke lokasi petani.
5.2.2. Syarat Pelancar Pembangunan Pertanian
a. Pendidikan Untuk Pembangunan
Pendidikan untuk pembangunan adalah pendidikan yang tepat untuk suatu
masyarakat yang ingin berkembang. Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan ini
adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan melalui belajar dari
pengalaman masyarakat tersebut pada masa yang lalu dan dari masyarakat kainnya.
Pendidikan untuk pembangunan meliputi (1) pendidikan dasar dan lanjutan, (2)
pendidikan pembangunan untuk petani, (3) pelatihan untuk teknisi pertanian, dan (4)
pendidikan pertanian bagi masyarakat perkotaan.
EKONOMI PERTANIAN
95
EKONOMI PERTANIAN
96
EKONOMI PERTANIAN
97
EKONOMI PERTANIAN
98
EKONOMI PERTANIAN
99
260.638,5
16.519,3
13.797,1
462,1
2.260,1
76.573,4
199.110,4
159.384,7
6.761,7
32.964,0
62.305,6
47.911,3
14.394,3
80.459,9
305.894,2
21.183,9
17.772,9
621,0
2.790,0
85.263,2
234.262,6
187.996,0
7.687,1
38.579,5
75.795,9
59.462,8
16.333,1
91.438,4
345.922,6
29.100,5
25.033,8
827,0
3.239,7
92.366,3
258.869,2
205.791,7
8.634,0
44.443,5
97.343,5
72.234,5
25.109,0
105.621,7
28.554,9
7.143,2
619,2
26.938,6
17.204,0
121.871,4
69.460,2
52.411,3
1.264.918,7
1.081.417,9
33.061,4
8.436,8
733,9
29.584,9
19.621,5
141.362,2
81.850,9
59.511,3
1.449.398,1
1.261.383,3
39.832,8
9.319,2
797,0
33.173,8
22.498,9
150.957,2
83.293,5
67.663,7
1.610.011,6
1.421.676,4
EKONOMI PERTANIAN
2002
68.018,4
34.442,1
11.327,9
7.537,0
6.651,3
8.060,0
39.768,1
21.574,4
13.082,2
5.111,5
113.671,7
11.434,0
102.237,7
7.514,6
100
a. Electricity
b. Gas
c. Water Supply
Construction
Trade, Hotel and Restaurant
a. Wholesale and Retail Trade
b. Hotel
c. Restaurant
Transport and Communication
a. Transport
b. Communication
Financial, Ownership and Business
Services
a. Bank
b. Non Bank Financial Institutions
c. Services Allied to Financial
d. Building Rental
e. Business Services
Services
a. General Government
b. Private
Gross Domestic Product
Gross Domestic Product Non-Oil Gas
5.394,7
268,0
912,1
23.278,7
63.498,3
50.333,8
2.669,2
10.495,3
29.072,1
21.176,3
7.895,8
27.449,4
5.818,2
297,3
962,6
24.259,1
66.888,1
53.055,3
2.760,2
11.072,5
31.207,1
22.319,8
8.887,3
28.388,6
6.163,5
342,8
1.008,3
25.255,3
69.303,2
54.827,3
2.796,4
11.679,4
33.649,5
23.364,1
10.285,4
29.963,2
9.167,9
3.064,6
235,1
9.214,8
5.767,0
38.051,5
22.555,1
15.496,4
398.016,9
363.758,7
9.655,9
3.172,8
242,7
9.417,6
5.899,7
38.826,9
22.795,4
16.031,5
411.691,0
378.957,2
10.296,6
3.284,0
251,2
9.947,0
6.184,4
39.596,6
22.887,0
16.709,6
426.740,5
393.732,1
Growth Rate of Gross Domestic Product at Constant 1993 Market Prices by Industrial Origin, 1996-2002
(Percent)
Industrial Origin
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Agriculture, Livestock, Forestry and
3.14
1.00
(1.33)
2,16
1,88
0,98
1,74
Fishery
a. Farm Food Crops
2.11
(2.85)
2.03
1,99
1,53
(0,79)
0,53
b. Non-food Crops
4.47
1.37
0.05
1,91
0,19
2,40
3,17
c. Livestock and Products
5.06
4.90
(13.94)
6,17
3,28
3,56
3,07
d. Forestry
2.23
11.57
(8.47)
(4,45)
1,60
2,09
1,97
e. Fishery
5.40
5.79
1.92
6,07
5,00
3,74
3,56
Mining and Quarrying
6.30
2.12
(2.76)
(1,62)
5,51
(0,00)
2,25
a. Crude Petroleum and Natural Gas
1.45
(0.59)
(2.42)
(5,16)
2,36
(4,95)
0,17
b. Non-Oil and Gas Mining
19.19
5.20
26.58
7,02
12,18
7,60
4,64
c. Quarrying
12.74
8.80
(36.10)
(1,90)
5,66
5,11
5,28
Manufacturing Industry
11.59
5.25
(11.44)
3,92
5,98
4,10
4,01
a. Oil and Gas Manufacturing
11.06
(1.97)
3.68
6,84
(1,67)
(3,48)
2,12
b. Non Oil-Gas Manufacturing
11.66
6.11
(13.10)
3,54
7,02
5,04
4,22
Electricity, Gas and Water Supply
13.63
12.37
3.03
8,27
7,56
7,65
6,17
a. Electricity
.13.16
12.06
3.25
8,81
7,62
7,86
5,95
EKONOMI PERTANIAN
101
b. Gas
c. Water Supply
Construction
Trade, Hotel and Restaurant
a. Wholesale and Retail Trade
b. Hotel
c. Restaurant
Transport and Communication
a. Transport
b. Communication
Financial, Ownership and Business
Services
a. Bank
b. Non Bank Financial Institutions
c. Services Allied to Financial
d. Building Rental
e. Business Services
Services
a. General Government
b. Private
Gross Domestic Product
Gross Domestic Product Non-Oil Gas
21.63
13.95
12.76
8.16
8.01
6.07
9.44
8.68
6.60
19.55
6.04
22.54
10.86
7.36
5.83
6.00
3.01
5.66
7.01
4.76
17.44
5.93
(16.52)
8.88
(36.44)
(18.22)
(18.69)
(8.91)
(18.02)
(15.13)
(19.94)
4.83
(26.63)
0,62
7,38
(1,91)
(0,06)
(0,57)
4,30
1,30
(0,75)
(3,74)
8,70
(7,19)
18,28
4,45
5,64
5,67
5,80
2,95
5,73
8,59
7,29
12,24
4,59
10,96
5,53
4,21
5,34
5,41
3,41
5,50
7,34
5,40
12,56
3,42
15,30
4,75
4,11
3,61
3,34
1,31
5,48
7,83
4,68
15,73
5,55
2.99
10.40
12.14
5.06
8.48
6.12
(37.90)
(17.21)
(16.65)
(13,64)
1,81
3,70
5,55
3,91
3,88
5,32
3,53
3,23
6,63
3,51
3,52
5.85
12.05
3.40
1.27
7.38
7.82
8.16
4.97
8.50
3.62
1.19
7.88
4.70
5.23
(6,01)
(2,72)
1,94
1,66
2,37
0,79
1,00
3,47
5,30
2,33
1,37
3,77
4,92
5,31
2,20
2,30
2,04
1,07
3,45
3,44
4,18
5,62
4,83
1,98
0,40
4,23
3,66
3,90
(19.87)
(16.73)
(3.85)
(7.32)
1.88
(13.13)
(14.22)
Type of Activity
1997
1998
1999
2000*)
Population 15 +
135,070,350 138,556,198 141,096,417 141,170,805
Labor Force
89,602,835
92,734,932
94,847,178
95,650,961
Labor Force
(66.34)
(66.63)
(67.22)
(67.76)
Participation Rate
Working
85,405,529
87,672,449
88,816,859
89,837,730
Looking for Work
4,197,306
5,062,483
6,030,319
5,813,231
Unemployment
(4.68)
(5.46)
(6.36)
(6.08)
Rate
3. Not in Labor
45,467,515
45,821,266
46,249,239
45,519,844
Force
Schooling
10,814,356
11,273,682
10,934,731
10,763,473
House Keeping
25,896,013
25,266,906
25,857,621
25,275,187
Others
8,757,146
9,280,678
9,456,887
9,481,184
Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
No
2001
144,033,873
98,812,448
(68.60)
90,807,417
8,005,031**)
(8.10)
Population 15 Years of Age and Over Who Worked by Main Industry 1997-2001
Main Industry
1997
1998
1999
2000
EKONOMI PERTANIAN
45,221,425
10,899,236
26,461,653
7,860,536
2001
102
1.
Agriculture, Forestry,
34,789,927 39,414,765 38,378,133
Hunting and Fishery
2. Mining and Quarrying
875,280
674,597
725,739
3. Manufacturing Industry
11,008,951
9,933,622 11,515,955
4. Electricity, Gas, and Water
233,237
147,849
188,321
5. Construction
4,184,970
3,521,682
3,415,147
6. Wholesale Trade, Retail
16,953,006 16,814,233 17,529,099
Trade, Restaurants and
Hotels
7. Transportation, Storage,
4,125,429
4,153,707
4,206,067
and Communications
8. Financing, Insurance,
656,724
617,722
633,744
Real Estate and Business
Services
9. Community, Social, and
12,574,844 12,394,272 12,224,654
Personal Services
10. Others
3,161
Total
85,405,529 87,672,449 88,816,859
Source: National Labour Force Survey 1997, 1998, 1999, 2000 and 2001
40,676,713
39,743,908
11,641,756
3,497,232
18,489,005
12,086,122
3,837,554
17,469,129
4,553,855
4,448,279
882,600
1,127,823
9,574,009
11,003,482
522,560
89,837,730
1,091,120
90,807,417
EKONOMI PERTANIAN
2000
221,242
1,216,976
1,367,892
2,546,355
184,690
276,076
5,813,231
2001
851,426
1,893,565
1,786,317
2,933,490
251,134
289,099
5,813,231
103
Export of Non Oil and Gas by Sector and Commodities, 2001- 2002
No
Sector/Goods
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
III.
1.
Agricultural Products
Coffee
Shrimp
Spices
Tea
Fish and Other Related
Cocoa
Tobacco
Others
Industrial Products
Plywood
Garments
Processed Rubber
Furniture & Parts
Tulle and Lace
Base Metal Goods
Electrical Appliance
Audio Visual
Fertilizer
Palm Oil
Footwear
Processed Food
Others
Mining Products
Copper Ore
EKONOMI PERTANIAN
Growth
Absolute Percent
129,8
5,3
36,2
19,8
-99,7
-10,6
11,8
6,8
3,3
3,5
18,4
5,1
244,7
88,5
-14,3
-17,7
-70,6
-12,4
1 058,5
2,8
-89,6
-4,9
-589,3
-13,2
353,1
22,6
87,6
6,2
-242,2
-15,8
-140,3
-6,9
94,9
3,6
32,1
1,0
4,4
3,4
1 011,5
93,6
-357,5
-23,7
141,6
13,6
752,2
4,8
174,1
4,9
51,2
3,0
104
2.
3.
4.
5.
6.
IV.
Coal
Nickel Ore
Natural Sands
Bauxite
Others
Other Sectors
EKONOMI PERTANIAN
1 617,6
55,5
60,6
12,5
119,1
5,4
1 762,4
50,8
27,0
20,8
127,2
4.5
144,8
-4,7
-33,6
8,3
8,1
-0,9
9,01
-8,5
-55,4
66,4
6,8
-16,7
105