Anda di halaman 1dari 11

Pengaturan Suhu

Shynthia Indriyanthi
Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna no. 6
Jakarta 11510
Email : shynthia_indriyanthi@yahoo.co.id

Pendahuluan
Setiap sel dalam tubuh memerlukan energy untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang
essensial bagi kelangsungan hidup sel itu sendiri serta untuk menjalankan peranan khusus
terhadap keseimbangan hoemeostatik.1 Energi yang masuk ke dalam sel didapatkan dari
makanan. Energi yang dihasilkan dari proses biokimiawi nutrient tersebut dapat digunakan
langsung untuk menjalankan proses biologis atau dismpan sementara di dalam tubuh untuk
pemakaian kemudian sesuai kebutuhan selama periode ketika tidak terjadi pencernaan dan
penyerapan makananm.1 Sesuai dengan hukum termodinamika I, energy tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan. Tidak semua energy di dalam molekul nutrient namun ada yang diubah
menjadi bentuk lain misalnya menjadi panas.2 Pembentukan panas akhirnya bergantung pada
oksidasi bahan bakar metabolic yang berasal dari makanan. Fungsi sel peka terhadap fluktuasi
suhu internal, manusia secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang
optimal bagi kelangsungan metabolism sel yang stabil. Bahkan bila terjadi peningkatan suhu
tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denturasi protein yang
irreversible.

Basal Metabolic Rate (BMR)


1

Kecepatan pemakaian energy oleh tubuh selama kerja eksternal dan internal dikenal sebagai
laju metabolic.1 Laju metabolic dan akibatnya jumlah panas yang dihasilkan bervariasi tergantung
pada ada atau tidaknya berbagai factor, misalnya olahraga, pemasukan makanan, mengigilo dan
rasa cemas. Peningkatan aktivitas otot rangka merupakan factor terbesar yang dapat
meningkatkan laju metabolism. Peningkatan sedikit tonus otot dapat menaikan laju metabolic dan
berbagai tingkatan aktivitas fisik mengubah pengeluran energy dan produksi pabas secara
bermakna
BMR adalah tingkat terkecil pemakaian energy internal dalam keadaan terjaga. Pengukuran
BMR dapat dilakukan pada kondisi tertentu, yaitu :1,2
Orang yang bersangkutan harus berada dalam kondisi istirahat secara fisik
Orang tersebut harus berada dalam keadaan istirahat mental untuk memperkecil tonus otot
rangka dan untuk mencegah peningkatan sekresi epinefrin yang meningkatkanju
metabolic.
Pengukuran di tempat yang nyaman, sehingga orang tersebut tidak mengigil. Menggigil
dapat dangat meningkatkan produksi panas karena tujuan kontraksi reflex otot rangka
yang beosilasi tersebut adalah menghasilkan panas sebagai respons terhadap pajanan
dingin.
Orang tersebut tidak boleh makan dalam 12 jam terakhir sebelum penentuan BMR untuk
mengurangi termogenesis yang disebabkan makanan atau peningkatan obligatorik tingkat
metabolic yang terjadi sebagai konsekuensi dari pemasukan makanan.
`
Kecepatan produksi panas pada penentuan BMR dapat diukur secara langsung atau tidak
langsung.:1

Kalorimteri langsung, melibatkan prosedur yang penempatan subyeknya diruangan


terisolasi dengan H2O beredar melintasi dinding-dindingnya. Perbedaan suhu H2O yang
masuk dan keluar ruangan tersebur mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh

subjek dan diserap oleh H2O pada saat H2O tersebut melewati ruangan.
Kalorimteri tidak langsung, penyerapan O2 persatuan waktu subjek dan tidak perlu
peralatan.
Makanan + O2

H2O + CO2 + energi

Sehingga terdapat hubungan lansung antara volume O2 yang digunakan dengan panas yang
dihasilkan. Hubungan ini juga bergantung dengan jenis makanan yang dioksdasi.
2

Factor yang mempengaruhi kecepatan metabolism :1,2


1.

Pengerahan otot
Konsumsi O2 akan meningkat selama masa pengerahan otot.

2. Aksi dinamik spesifik (Spesific dynamic action, SDA)


SDA suatu makanan adalah kenaikan produksi panas diatas BMR karena makanan.
Kenaikan produksi panas tejadi setelah satu jam intake makanan dan maksimum pada jam
ketiga. SDA yang paling tinggi
o Protein
= 30%
o Hidrat Arang
=6%
o Lemak
= 4%
o Average mixed diet
= 10 %
3. Suhu lingkungan
4. Tinggi badan, berat badan, luas permukaan tubuh
Pria yang bertubuh besar memilii tingkat produksi panas yang lebih besar dibandingkan
dengan pria yang lebih kecil. Tetapi apabila dinyatakan dalam luas permukaan tubuh maka
pengeluaran kilokalori kira-kira setara.
5. Jenis kelamin
6. Umur
7. Pertumbuhan
8. Reproduksi
9. Laktasi
10. Suhu badan
11. Kadar homon Tiroid
Peningkatan kadar hormone tiroid dalam darah meningkatkan BMR.
Pengaturan suhu tubuh
Jika suhu lingkungan lebih dingin dari suhu badan maka, tubuh harus terus menerus
menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh
sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yag
ireversibel. Sebagian besar orang akan mengalami kejang apabila suhu internal mencapai sekitar
41C. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pad suhu 37C, namun sebenarnya
tidak ada suhu tubuh normal karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Suhu initi di bagian

dalam yang terdiri dari ogan-organ, abdomen dan thoraks, system saraf pusat, serta otot rangka
relative konstan. Suhu inti internal yang dianggap sebagai suhu tubuh.1,2
Factor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain irama sirkadian, jenis kelamin
dan usia individu. Determinan suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas dan
pengeluaran panas. Keseimbangan ini dipertahankan oleh mekanisme homeostatic.3
1. Produksi panas, berlangsung melalui reaksi katabolisme makanan dan aktivitas otot.
dalam kondisi bamsal, hati memproduksi 20% panas tubuh; otak 15%; jantung 12% dan
otot sisanya.
2. Pengeluaran panas, ke udara atau ke objek yang berdekatan terjadi melalui prosesproses fisik seperti radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. 80% panas dikeluarkan
melalui kulit. Sisanya melalui membrane mukosa saluran pencernaan, pernafasan dan
saluran urinaria.
a. Radiasi, adalah pemindahan panas dalam bentuk sinar infra merah antar objek yang
tidak bersentuhan. Secara normal, lebih dari setengah panas yang dikeluarkan tubuh
adalah melalui radiasi.
b. Konduksi, adalah pemindahan panas antar objek yang bersentuhan. Konduksi
mengakibatkan pengeluaran panas yang besar, kecuali gradient panasnya memang
lebih besar. Misalnya kompres dingin diletakan pada kulit.
c. Konveksi, pemindahan panas ke media nergerak seperti udara atau air saat tempratur
suhu udara atau air lebih rendah dari suhu tubuh.
d. Evaporasi, pemindahan dan pengeluaran panas melalui difusi molekul air yang
menembus permukaan tubuh ke udara. Air keluar dari permukaan tubuh melalui
prespirasi tak kasat mata yang terus berlangsung selama difusi dari jaringan di
bawahnya dan terevaporasi tak kasat mata dikulit, serta berkeringat yang dikendalikan
oleh termoregulasi.
Pusat termoregulator merupakan sekelompok saraf pada area preoptik dan hipotalamus
posterior yang berfungsi sebagai thermostat. Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik
control yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai di
bawah atau naik sampai di atas titik ini, pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau
meningkatkan pengeluaran panas. Termoreseptor perifer yang terletak dalam kulit, mendeteksi
perubahan suhu kulit dan membrane mukosa tertentu serta mentrasnmisi informasi tersebut ke
hipotalamus. Termoreseptor sentral yang terletak diantara hipotalamus anterior, medulla spinalis,
organ abdomen, dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi perubahan suhu darah.3
4

Mekanisme penahan panas:3


1. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, akibat stimulasi simatis akan emngurangi
aliran darah dan pengeluaran panas melaui kulit serta menahan darah hangat pada bagian
init tubuh
2. Peningkatan aktivitas muscular, seperti kontraksi otot volunteer daru penggigilan
volunteer, akan meningkatkan produksi panas.
3. Mekanisme hormone, yang meliputi produksi epinefrin, nor-epinefrin,tiroksin,
glukokortikoid, meningkatkan metabolism produksi panas.
Mechanisme pengeluaran panas :3
1. Vasodilatasi pembuluh darah, akibat inhibisi saraf simptis menyebabkan peningkatan
aliran darah ke permukaan tubuh untuk memperbesar pengeluaran panas dan mengurangi
tonus otot sehingga roduksi panas berkurang.
2. Peningkatan eksresi kelenjar keringat meningkatkan pengeluaran panas melalui
evaporasi
Patogenesis Demam
Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat stress fisiologis, seperti
reaksi alergi, trauma jaringan, dehidrasi, lesi SSP atau infeksi bakteri atau virus. Demam
merupakan pertahanan nonspesifik terhadap infeksi.3
Mekanisme demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau
peradangan. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur
pada suhu 37oC. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan
infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel
darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk
melawan infeksi.4
Pengaturan Kembali Termostat Hipotalamus Pada Penyakit Demam-Efek Pirogen
Pirogen
Pirogen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan setiap zat yang
menyebabkan demam. Terdapat 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen.
Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin, produk-produk bakteri dan bakteri itu
sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang pelepasan pirogen endogen yang disebut
5

dengan sitokin. Sitokin adalah protein kecil (berat molekul, 10,000-20,000 Da) yang mengatur
proses kekebalan tubuh, peradangan, dan darah. Ada beberapa sitokin yang diantaranya yaitu
interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), interferon (INF), interleukin-6 (IL-6) dan
interleukin-11 (IL-11). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang merupakan
akibat reaksi terhadap pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini merangsang hipotalamus
untuk meningkatkan sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu
tubuh.5
Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam dua jam setelah terpapar.
Umumnya pirogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag atau monosit, untuk merangsang
sintesis interleukin-1 (IL-1). Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen eksogen,
misalnya endotoksin, bekerja langsung pada hipotalamus untuk mengubah pengatur suhu.
Beberapa bakteri memproduksi eksotoksin yang akan merangsang secara langsung makrofag dan
monosit untuk melepas IL-1 (merupakan salah satu pirogen endogen). Mikroba bisa
menyebabkan demam melalui tindakan langsung dari zat pirogenik dalam struktur mereka atau
secara tidak langsung oleh induksi respon imun. Dua produk utama monosit-makrofag adalah
interleukin-1 (IL-1) dan Tumor necroting factor (TNF).
Pirogen endogen diproduksi dan dilepaskan oleh stimulasi makrofag dari pirogen
eksogen. Monosit dan makrofag dan bukan oleh polimorf. Ini adalah protein dengan berat
molekul 15000 dalton. Toksin yang dilepaskan dari organisme penyebab infeksi dan
penghancuran jaringan di sel fagosit (monosit, makrofag, dan sel Kupfer) memproduksi sitokin
yang bertindak sebagai pirogen endogen. Salah satu sitokon yang termasuk sitokon pirogen
endogen adalah Interleukin-1 (IL-1). Interleukin-1 (IL-1) disimpan dalam bentuk inaktif dalam
sitoplasma sel sekretori, dengan bantuan enzim diubah menjadi bentuk aktif sebelum dilepas
melalui membran sel kedalam sirkulasi. Interleukin-1 mempunyai banyak fungsi, fungsi
primernya yaitu menginduksi demam pada hipotalamus untuk menaikkan suhu. Peran IL-1
diperlukan untuk proliferasi sel-T serta aktivasi sel-B. Pirogen endogen menyebabkan demam
dalam waktu 10-15 menit, sedangkan respon demam terhadap pirogen eksogen timbul lebih
lambat karena memerlukan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang
bersifat di anterior hipotalamus meningkatkan produksi prostaglandin E2 (PGE2). Prostaglandin
bertindak di hipotalamus untuk meningkatkan set point thermostat.5

Termostat di Hipotalamus
Sekresi fagosit menginduksi timbulnya demam, terutama melalui pelepasan pirogen
endogen (PE). Respon ini terutama terjadi apabila organisme invasive telah masuk ke dalam
aliran darah. Pirogen endogen diyakini menyebakan pengeluaran prostaglandin, suatu perantara
kimiawi local, di dalam hipotalamus yang menaikkan thermostat hipotalamus yang mengatur
suhu tubuh. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di
suhu tubuh normal. Jika sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi
38,9oC (102oF; seperti catatan suhu per oral), hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam
sebesar 37oC (98,6oF) terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin
untuk meningkatkan suhu menjadi 38,9oC. Mengigil ditimbulkan agar dengan cepat
meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan
cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.
Mekanisme-mekanisme tersebut menyebabkan timbulnya rasa dingin menggigil mendadak pada
permulaan demam. Karena merasa kedinginan orang yang bersangkutan memakai selimut
sebagai

mekanisme

volunteer

untuk

membantu

meningkatkan

suhu

tubuh

dengan

mengkonservasi panas (penurunan pengeluaran panas). Setelah suhu baru tercapai suhu tubuh
diatur seperti pada keadaan normal sebagai respons terhadapa pajanan dingin atau panas, tetapi
dengan patokan yang lebih tinggi. Dengan demikian pembentukan demam sebagai respons
terhadap infeksi adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi.1
Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama demam
dengan memicu pengeluaran local prostaglandin yaitu zat perantara kimiawi lokal yang bekerja
langsung di hipotalamus. Aspirin menurunkan demam dengan menghambat sintesis
prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak demam, karena adanya
pirogen endogen yang tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah berati di hipotalamus.
Hilangnya demam diperkirakan karena penurunan pirogen atau penurunan sintesis prostaglandin.
Apabila titik patokan hipotalamus dipulihkan ke normal, suhu 38,9oC (seperti dalam contoh)
terlalu tinggi. Mekanisme respons panas diaktifkan untuk mendinginkan tubuh. Terjadi
vasodilatasi kulit oleh berkeringat. Orang yang bersangkutan merasa panas dan membuka semua
pelindung tubuh tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus ini
menurunkan suhu normal.1
7

Infeksi/peradangan

Neutrofil

Pirogen endogen

Prostagladin

Titik patokan
hipotalamus
Mengawali respon
dingin
Produksi panas;
Pengurangan panas
suhu tubuh ke titik patokan
yang baru = Demam

Gambar 1. Mekanisme demam


Tahap-Tahap Demam
Dimulai dari peningkatan pengaturan thermostat hingga didapatkan set point yang baru,
misalnya pada suhu 39oC (103oF). Sekarang hipotalamus regio posterior yang mendeteksi rasa
dingin akan meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas, yaitu dengan
menggigil, vasokonstriksi arteriol kulit, dan meningkatkan metabolisme tubuh.6
Menggigil (Kedinginan), Apabila set-point pusat pengatur suhu hipotalamus berubah
dari nilai normal menjadi lebih tinggi dari normal (akibat penghancuran jaringan, zat
pirogen, atau dehidrasi) biasanya dibutuhkan waktu selama beberapa jam agar suhu tubuh
8

dapat mencapai set-point suhu yang baru. Efek peningkatan set-point yang tiba-tiba
meningkat 103oF. Karena suhu darah lebih rendah daripada suhu thermostat hipotalamus,
terjadi respon otonom yang biasanya menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Selama
periode ini orang akan menggigil karena suhu tubuhnya melebihi batas normal. Kulitnya
juga dingin sebab vasokontriksi, dan ia gemetar karena menggigil, keadaan ini disebut
stage of chili. Menggigil akan terus berlangsung sampai suhu tubuhnya mencapai set
point hipotalamus yaitu 390C (103oF). Kemudian, bila orang tersebut tidak lagi
menggigil tetapi sebaliknya tidak merasa dingin atau panas. Sepanjang faktor yang
menyebabkan set point yang meningkat pada pengaturan suhu hipotalamus terus ada,
suhu tubuh akan diatur kurang lebih dengan cara yang normal, tetapi pada nilai set-point
suhu yang tinggi.4
Krisis atau Kemerahan, bila faktor yg menyebabkan suhu tinggi dihilangkan, setpoint pada pengatur suhu hipotalamus akan turun ke nilai yang lebih rendah - mungkin
kembali ketingkat normal. Dalam keadaan ini suhu tubuh masih 1030F, tetapi hipotalamus
mencoba mengatur suhu tubuh pada 370C (98,6oF) keadaan ini analog dengan pemanasan
berlebihan area preoptika-hipotalamus anterior, yang menyebabkan berkeringat yang
berlebihan dan pembentukkan kulit yang panas dengan mendadak karena terjadinya
vasodilatasi diseluruh tubuh. Perubahan peristiwa yang mendadak ini pada penyakit
demam dikenal sebagai krisis atau yang lebih tepat, kemerahan.4
Kesimpulan
Makanan selain menghasilkan energy yang digunakan sehari-hari juga dari energy
tersebut diubah menjadi panas tubuh. Laju metabolic dan akibatnya jumlah panas yang dihasilkan
bervariasi tergantung pada ada atau tidaknya berbagai factor, misalnya olahraga, pemasukan
makanan, mengigil dan rasa cemas. Jika suhu lingkungan lebih dingin dari suhu badan maka,
tubuh harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu
tubuh. Peningkatan suhu tubuh Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau naik sampai di atas
titik control thermostat hipotalamus, pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau
meningkatkan pengeluaran panas. Mekanisme penahan panas bisa melalui vasokonstriksi
pembuluh darah perifer, peningkatan aktivitas muscular, mekanisme hormone. Mechanisme
pengeluaran panas vasodilatasi pembuluh darah, peningkatan eksresi kelenjar keringat.
9

Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat stress fisiologis, seperti
reaksi alergi, trauma jaringan, dehidrasi, lesi SSP atau infeksi bakteri atau virus. Demam
merupakan pertahanan nonspesifik terhadap infeksi. Walaupun suhu tubuh hanya berbeda 1oC,
tubuh akan tetap terasa dingin dan menggigil. Jika suhu inti tubuh sedang meningkat maka
disebut stage of chili. Setelah beberapa jam, suhu inti tubuh sudah mencapai pengaturan yang
baru dari thermostat dan rasa kedinginan hilang. Akan tetapi sekarang, tubuh akan
mempertahankan suhu tubuh pada 39oC. Ketika pirogen endogen menghilang, thermostat diatur
ulang dengan suhu normal 37oC. Lalu suhu tubuh yang 39 oC akan terasa panas dan hipotalamus
anterior akan menginduksi mekanisme penurunan panas, yaitu dengan berkeringat, vasodilatasi
arteriol kulit, dan penurunan metabolisme tubuh. Fase demam pada keadaan ini disebut stage of
crisis dan itu menandakan bahwa suhu inti tubuh sedang menurun.

Daftar pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. 2001. h.
593-7.
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. 2008. h. 293-6.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta; EGC. 2010. h. 311-7.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2008.h.93647.
5. Shaheen R. Fever. India: Indian Journal for the Practising Doctor. Indmedica 2004 Sept;1(2).
Diunduh 22 October 2011.
10

http://www.indmedica.com/journals.php?
journalid=3&issueid=4&articleid=61&action=article

6. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12 th edition. Hoboken:
John Wiley & Sons, (Asia) Pte Ltd; 2009.h.1002-12.

11

Anda mungkin juga menyukai