Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA LANSIA

A.

Pengertian

Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.
Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of Is. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung
dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga
terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi
kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala
kemuduran fisik, antara lain :
Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
Rambut kepala mulai memutih atau beruban
Gigi mulai lepas (ompong)
Penglihatan dan pendengaran berkurang
Mudah lelah dan mudah jatuh
Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi

Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang


Sulit menerima ide-ide baru
B.

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia

Mudah jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian,
yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).
Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai
yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang
kurang terang dan sebagainya.
Mudah lelah, disebabkan oleh :
a.

Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi

b.

Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll

c.

Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi,
dsb Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb Sesak nafas pada
waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius,
overweight, anemia Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1,
penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb Nyeri pinggang atau punggung karena
osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb. Nyeri sendi pinggul karena artritis,
osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit Berat badan menurun karena nafsu makan menurun,
gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang
kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis Sukar menahan BAB karena
obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum Gangguan ketajaman penglihatan karena
presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata Gangguan pendengaran
karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental Gangguan tidur karena lingkungan
kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas) Keluhan pusing-pusing karena
migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota
badan karena ggn sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal Mudah gatal-gatal karena kulit
kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi
C.

Karakteristik penyakit lansia di indonesia

Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis


Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke,
trigliserida tinggi, anemia, PJK
Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna
Prostat Hiperplasia
Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb
D. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler
1.

Perubahan Anatomi Kardiovaskuler

a.

Jantung (Cor)

Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya
kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan
merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi
sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi
malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah ( 1gram/tahun pada
laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari
jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan
fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising
sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup
antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan
circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral,
juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi
jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering
terjadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta
terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.

b.

Pembuluh Darah Otak

Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan
plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna,
Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil
mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi.
Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan
oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit
pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi
discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada
mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang meliputinya
dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan
mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama
spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga
degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis
servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1)
Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
2)
Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok.
Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan
diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahanperubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
c.

Pembuluh Darah Perifer.

Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan
pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan otot
yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2.

Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler

a.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung

1)
Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment) pada
serat-serat miokardium.

2)
Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung.
Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar
sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering
ditemukan pada lansia.
3)
Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama
jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50
tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas
His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan
penurunan denyut jantung.
4)
Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung
secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5)
Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena
menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah

1)
Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan
meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload
meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut Isolated aortic incompetence.
Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2)
Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor -adrenergik. Selain itu reaksi
terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons
terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
3)

Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

c.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah

1)

Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.

2)
Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan
jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan
resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
E. Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia
1.

Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya
stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
2.

Penyakit jantung koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala
umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
3.

Disritmia

Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan struktural dan
fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering
dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh
4.

Penyakit Vaskular Perifer

Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat
aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri
tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankan gaya hidup yang kurang
gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain
yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang,
deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan
mati rasa.
5.

Penyakit Katup Jantung

Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase
pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur dan
fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Lnsia dapat turut berperan
dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang menghabiskan sebagian besar waktunya
dengan kurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk
curah jantungnya
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat pada katup
yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang terlibat tetapi secara umum
terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan
atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedengar pada saat auskultasi
D.

Penatalaksanaan

1. Pencegahan Primer

Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler
di antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan yang
agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam kelompok usia ini.
Peningkatan kualitas hidup telah ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas
fisik secara teratur dan mengurangi merokok.
a.
MerokokMerokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan
kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada
molekul hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan
menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu, semua
pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan tentang aspek membahayakan dari
merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan berhenti merokok pada usia berapapun
b.
HiperlipidemiaKadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia.
Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah
prediktor yang penting untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun wanita yang berusia
di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya
meningkatkan resiko terjadinya kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar
kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi mereka yang tidak
memperoleh efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan
c.

Diabetes mellitus dan Obesitas

Pengurangan berat badan sangat bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi juga untuk hipertensi
dan hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang menderita diabetes dan obesitas perlu
didukung dan didorong untuk mengendalikan diabetesnya secara efektif, untuk mengikuti diet
penurunan berat badan secara tepat, atau keduanya untuk mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler
d.

Gaya Hidup Monoton

Pada lansia terjadi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot tak berlemak, yang digntikan
dengan jaringan lemak, dan peningkatan resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan primer yang
ditujukan untuk malawan resiko ini harus difokuskan pada perubahan sikap tentang pentingnya
aktivitas fisik secara teratur untuk semua usia dan meningkatkan kepercayaan bahwa ada program
aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa mengabaikan tingkat kebugaran saat ini atau
adanya penyakit yang menyertai.
e.
HipertensiPencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat
badan ideal, dietrendah garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini
dan penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung
hipertensif

f.

Kondisi setelah menopause

Pencegahan penyakit kardiovaskular pada wanita lansia memfokuskan pada metode sulih
estrogen. Walaupun sulih estrogen efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita
pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya resiko kanker endometrium.
Penembahan progesteron dalam regimen estrogen dapat mencegah konsekuensi keganasan dan
nonkeganasan dri estrogen yang tidak dapt dilawan.
2. Pencegahan sekunder
a.

Riwayat dan Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik yang menunjukkan indikasi adanya masalah sistem kardiovaskular adalah perfusi
organ akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi ginjal yang buruk pada keadaan tidak memiliki
penyakit ginjal dapat mengalami penurunan haluaran urin selama lebih dari 24 jam. Tanda dan
gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi dari kulit yang terasa dingin ketika
disentuh, dengan menurunnya pengisian kapiler, sampai penemuan kronis seperti pingsan atau
tidak adanya denyut nadi perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional dan
ulkus yang sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber nonkardiak yang memerlukan
pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi cairan yang terakumulasi dan
variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung merupakan edema yang lembut dan
meninggalkan bekas cekungan bila ditekan, memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan
bagian tubuh yang dependent.
Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan emfisema senilis pada dinding
dada. Jika buyi jantung terdengar jauh atau sulit didengar, klien mungkin diposisikan miring pada
sisi kirinya dengan lengan kiri menopang kepala.
Dalam pengkajian jantung pada lansia, abnormalitas harus diinterpretasikan dengan hati-hati.
Walaupun merupakan suatu parameter pengkajian yang rutin, pengukuran tekanan darah secara
akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan penanganan
hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian ketat terhadap detail ukuran manset dan
terhadap aktivitas sebelum pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting
untuk memperoleh hasil yang akurat.
b.

Penatalaksanaan Keperawatan

1)

Mengurangi Beban Kerja Jantung

Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem
kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus
otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap
darah yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal
sepanjang hari. Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung

dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan
untuk menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi
yang dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien
melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium atau keduanya atau melalui pemberian
diuretik, volume darah totl yang harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan
keperawatan dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens
penghambat adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokardium dan obat-obatan
seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
2)

Peningkatan Fungsi

Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta
kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas
termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan,
memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan
keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat
kardiotonik seperti preparat digitalis.Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah
pengkajian secara hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari
preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan
ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering memberikan digoksin
dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan.
Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada
tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh karena itu, lansia
yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk mengetahui adanya
gejala-gejala overdosis.Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi
yang efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama
jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus
attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan obatobatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya efek samping yang terjadi
dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan
kemampuan jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau
gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia,
beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari
gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau
peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak
diinginkan atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat
secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap
perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus
dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap berfungsinya sistem
kardiovaskular secara efktif.
Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan

darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam
menit atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam
pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat
aktifitas, dari yang ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
E.

Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dihubungkan dengan sistem kardiovaskular adalah penurunan
jantung
Hasil yang diharapkan
1.

Kecepatan dan irama jantun teratur

2.

Tanda-tanda vital berada dalam batas normal

3.

Suara paru bersih

4.

Denyut nadi perifer teraba

5.

Pengisian kapiler cepat

6.

Kesadaran dan orientasi terhadap lingkungan sekitarnya

7.

Tidak ada edema

8.

Nilai-nilai laboratorium normal

9.

Haluaran urin sebanding asupan cairan (dikurangi kehilangan cairan yang tidk dirasakan)

10. Tidak ada nyeri dada atau dispnea pada aktifitas minimal
Tindakan keperawatan
Kaji secara teratur bukti-bukti untuk mengetahui hasil yang diharapkan
1.

Seimbangkan istirahat dan aktivitas

2.

Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu klien sesuai kebutuhan)

3.

Pantau respons terhadap program latihan awal dan lanjutan

4.

Berikan oksigen tambahan (jika diperlukan)

5.

Kurangi ansietas dengan cara:

a.

Gunakan dengan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan

b.

Berikan informasi ketika klien menunjukan kesiapannya

c.

Hilangkan nyeri secepatnya

d.

Gunakan sentuhan dan kontak mata

e.

Berikan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman

6.

Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan cara:

a.

Atur asupan cairan.

b.

Batasi asupan natrium (jika diperlukan)

c.

Tinggikan kaki dan tungkai bawah ketika duduk

d.

Gunakan kaus kaki penekan tirang baring

e.

Pastikan asupan nutrisi memadai.

3. Pencegahan Tersier
Untuk menyeimbangkan masalah kardiovaskular kronis dengan gaya hidup memerlukan
pengetahuan tentang bagaimana cara menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan kebutuhan.
Penyesuaian mungkin diperlakukan baik pada gaya hidup maupun lingkungan untuk memastikan
bahwa jantung lansia dapat memenuhi kebutuhan darah yang mengandung oksigen untuk
tubuh.Suatu program untuk membantu keseimbangan ini dimulai melalui pengkajian personal
klien, faktor risiko yang dapat diubah. Suatu pemahaman tentang kesediaan dan kemampuan klien
untuk mengikuti rencana perawatan yang diberikan akan mengarahkan tindakan keperawatan.
Sebagian lansia berseduia untuk membuat penyesuaian terhadap gaya hidup mereka ketika mereka
telah memahami secara keseluruhan tentang rekomendasi tersebut dan alasanya. Namun upaya
untuk memksa perubahan gaya hidup secara radikal dan multiple biasanyan hanya menghasilkan
kegagalan. Melibatkan klien dalam menetapkan prioritas untuk perubahan tujuan jangka pendek
dapat mengembangkan saling ketergantungan dan meningkatkan harga diri klien. Setiap usaha
untuk memodifiksi perilaku, tidak peduli sekecil apapun, harus didukung karena hal tersebut
menggambarkan perkembangan kearah pencapaian tujuan jangka panjang.Perawat perlu
menerima hak klien untuk memilih dengan tindakan mengubah kebiasaan tertentu yang telah
dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau makan makanan yang tinggi lemak. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dan mengajarkan isi dengan suatu cara yang dapat
dipahami dan diterima oleh klien. Namun, bila pemahaman telah tercapai prinsip penentuan diri

sendiri yang akan mendorong hak indivisu setiap orang untuk menerima atau menolak hal-hal
yang telah diajarkan tersebut.
Pengetahuan klien tentang obat-obatan, diet dan rencana latihannya harus dikaji dan ditambahkan
sesuai dengan kebutuhan. Perawat harus meminta klien untuk menggambarkan kegiatanya pada
hari-hari dalam satu minggu tertentu dan akhir minggu tertentu. Setiapm aspek rencana perawatan
harus didiskusikan dalam rangka memadukan rencana tersebut kedalam rutinitas yang telah
dilakukan klien sehari-hari. Saran yang tidak jelas mengkonsumsi obat tiga kali perhari dengan
makanan dapat kurang memiliki arti atau membingungkan bagi lansia yang hanya makan satu kali
sehari. Selain itu, setiap klien harus memahami tanda dan gejala kondisi yang memburuk dan
memiliki rencana untuk memperoleh bantuan medis jika diperlukan.Perawat harus mengkaji
kebutuhan klien untuk membantu AKS dan AKS instrumental. Apakah bantuan tersedia bagi
keluarga, teman atau kelompok masyarakat? Pakah bentuk-bentuk bagian ini dapat diperoleh oleh
klien? Study sebelumnya telah menunjukan bahwa kuarang teapatnya rencana pemulangan
menghasilkan sumber-sumber yang tidak adekuat untuk mediasi, makanan dan transpotasi, juga
kurangnya pemahaman tentang program pengobatan, hasilnya adalah tingginya tingkat perawatan.
Kembali pada lansia dengan gagal jantung kongesti. Suatu rujukan pada pelayanan sosial atau
lembaga kesehatan rumah mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa klien mendapatkan
dukungan yang diperlukan untuk membantu gaya hidup yang dapat meningkatkan kesehatan.
Pemeliharaan masalah kardiovaskular yang berkelanjutan dapat dipandang sebagai suatu tindakan
keseimbangan. Banyak lansia yang mendapatkan keuntungan dari program rehabilitasi jantung
tertruktur, yang menawarkan bantuan dalam mencapai keseimbangan yang diperlukan setelah
serangan jantung atau ketika mengelola efek jangka panjang dari penyakit kardiovaskular.Suatu
program rehabilitasi jantung yang terstrukstur biasanya dimulai dengan aktifitas dini dan progresif
segera setalah sistem kardiovaskular stabil.elemen pendidikan ditawarkan ketika klien
menunjukan kesiapan untuk belajar. Program dilanjutkan dengan mengawasi komponen latihan.
Efek sinergis dari berpartisipasi dalam suatu program dengan orang lain dlam kondisi yang hampir
sama dapat mengurangi rasa takut dan isolasi yang sering menyertai kondisi tersebut. Motivasi
untuk membuat perubahan gaya hidup yang diperlukan adalah suatu tujuan kunci dari rehabilitasi
jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia Medika
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai