Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang komponennya
terdiri dari pari, wis (man), dan ata. Pari berarti banyak, berkali-kali, lengkap
(ingat kata paripurna). Wis (man) berarti rumah properti, kampung, komunitas. Ata,
berarti pergi terus-menerus, mengembara (roaming about).
Pariwisata dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 pasal 1 tentang
kepariwisataan adalah: keseluruhan kegiatan yang terkait dengan periwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan tiap
orang dan negara serta instansi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
Kepariwisataan (tourism) menurut Maryani (1997:36), yaitu: Segala sesuatu yang
terkait dengan pariwisata yaitu mulai dari wisatawan mencari informasi tentang daerahdaerah yang akan dikunjunginya, kemudian pergi ke sebuah objek pariwisata sampai
kembali lagi ke rumah.
E. Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan
sebagai berikut: Pariwisata dalam artian modern adalah fenomena dari zaman sekarang
yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang
sadar akan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat
manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta
penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.
2. Pariwisata dalam Kajian Geografi

Setiap ilmu saling berhubungan satu sama lain, begitupun dengan ilmu pariwisata
tidak dapat lepas hubungan dengan ilmu geografi. Seperti yang diungkapkan Robinson
dalam Maryani (2000) yang menyatakan bahwa pariwisata menjadi kajian bidang
geografi dengan beberapa alasan sebagai berikut.
-

Geografi berhubungan dengan lingkungan baik alam maupun manusia.


Ilmu geografi selalu berhubungan dengan lokasi suatu fenomena, hubungan

antara fenomena dan distribusi keruangan.


Pariwisata erat kaitannya dengan pemanfaatan ruang, lokasi-lokasi daerah
tujuan wisata, loaksi dimana wisatawan bergerak dari suatu daerah ke aerah lain.

Dengan demikian geografi mempunyai peran yang sangat penting dalam


menyediakan ruang sebagai daerah tujuan wisata yang sesuai dengan permintaan
wisatawan yang memiliki karakter berbeda-beda.
Pariwisata erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan
perlindungan bentang alam (landscape). Pada sisi lainnya geografi juga menyebabkan
berubahnya bentang alam menjadi kawasan budaya. Geografi sebagai tata guna lahan
dapat memberikan solusi bagaimana ruang dapat dimanfaatkan sesuai dengan daya
lingkungannya dan meminimalkan risiko kerusakan.
3. Perkembangan Pariwisata
Pariwisata baru muncul pada abad ke 18, khususnya setelah revolusi industri di
Inggris. Istilah periwisata berdasarkan dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour),
yaitu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat
tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan upah atau gaji.
Menurut Yoety (1983:1) kata pariwisata sesungguhnya baru populer di Indonesia
setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur,

pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya sebagai ganti kata
pariwisata digunakan kata tourisme yang berasal dari bahasa belanda.
Pada waktu pembukaan musyawarah yang diadakan di Gedung Pemuda, Surabaya,
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dalam amanatnya yang disampaikan kepada peserta
musyawarah, menanyakan kepada Menteri P dan K, Prof. Prijono (almarhum),
perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk pengganti istilah tourisme.
Dalam jawabannya kepada Presiden Soekarno, Prof. Prijono memberi penjelasan,
bahwa sebagai pengganti kata tourisme dapat digunakan kata dharmawisata untuk
perjalanan antarkota (dalam negeri), sedangkan perjalanan antarbenua (luar negeri)
lebih tepat digunakan kata pariwisata.
Pada saat itulah diresmikan penggantian kata tourisme menjadi kata pariwisata
oleh Presiden Soekarno dan atas dasar itu pula pada tahun 1960 istilah Dewan Tourisme
Indonesia diubah menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI). Adapun orang yang
berjasa mempopulerkan kata pariwisata itu adalah Jenderal G.P.H. Djatikusumo yang
pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan
Pariwisata.
Tujuan perkembangan pariwisata adalah memberikan keuntungan baik bagi
wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang
standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat
tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi,
keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan
dikembangkan melalui penyediaan tampat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui
pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat
tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan
menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata.
4. Pembangunan Pariwisata

Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalm aspek ekonomi, sosial,


dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusi devisa dari
kujungan wisatawan manca negara (wisman) dan Produk Domestik Bruto (PDB)
beserta komponen-komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam
penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, dan peningkatan jati
diri bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata dapat
mengangkat pruduk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan
alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional (RPJMN
1009-2014).
Pengembangan sektor pariwisata dan penunjangnya memiliki makna penting dalam
integrasi nasional. Infrastruktur bukan saja berfungsi mengikat geografi wilayah
nusantara, tetapi juga memandu lahirnya partisipasi, efisiensi dan kesejahteraan.
Keberhasilan negara memberikan kesejahteraan bermakna hak dan kewajiban negara
dan warga negara telah berjalan optimal. Warga yang sejahtera cenderung bersifat
integratif dan hubungan warga negara dengan pemerintahan positif sehingga masingmasing ingin memelihara manfaat dari hubungan positif tersebut (Pokja Wasantara
2010).
B. Wisatawan
1. Pengertian Wisatawan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tentang Kepariwisataan, Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan.
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
2. Pengelompokkan Wisatawan
Menurut Marpaung (2002:48) pengelompokkan wisatawan dibagi ke dalam kategori
sebagai berikut:
a. Umur
Pengelompokkan wisatawan berdasarkan umur dibagi menjadi tiga yaitu
wisatawan remaja, wisatawan usia menengah, dan wisatawan usia lanjut. Dewasa

ini wisatawan remaja sangat umum di Indonesia, remaja biasanya melakukan


perjalanan sendiri, dan menetap dalam waktu yang cukup panjang dalam
menghabiskan hari liburnya. Permintaan akan fasilitas dan pelayanan sangat
fleksibel, sederhana, dan juga murah. Wisatawan untuk usia menengah biasanta
tidak ada kebutuhan, tetapi memiliki keinginan besar untuk melakukan kegiatan
wisata. Selanjutnya wisatawan usia lanjut harus memperhatikan kondisi fisik dalam
perencanaan perjalanan wisata dan tidak merencanakan perjalanan yang
melelahkan. Biasanya sering mengunjungi tempat yang sama lebih dari satu kali
untuk lebih memahami.
b. Jenis Kelamin
Wanita umumnya lebih banyak tertarik dengan pusat perbelanjaan, dan peranan
wanita pada kebudayaan pada suatu daerah tujuan wisata. Wanita lebih
memperhatikan masalah keberadaan fasilitas dan pelayanan terutama makanan.
Biasanya wanita lebih teliti dalam membelanjakan uangnya, dan cenderung mudah
lelah dan cepat kehilangan rasa antusias terhadap atraksi-atraksi wisata.
c. Kelompok Sosio-Ekonomi
Karakteristik wisatawan berdasarkan sosio-ekonomi dibagi menajdi dua, yaitu
kelompok sosio-ekonomi menengah-bawah dimana kelompok ini memiliki
pendidikan rendah, pendapatan kecil, keahlian menengah. Seseorang akan
menunjukkan minat mereka terhadap atraksi-atraski dan melontarkan beberapa
pertanyaan yang bersifat lebih pasif. Kemudian kelompok sosio ekonomi
menengah-atas memiliki pendidikan yang lebih baik, pendapatan besar, orang yang
profesional dan menduduki jabatan yang tinggi akan lebih tertarik untuk
mempelajari kebudayaan dan lingkungan serta banyak mengeluarkan pertanyaanpertanyaan tetapi juga cenderung untuk membanggakan pengetahuannya dan agak
sulit ditangani.

C. Kawasan Wisata
1. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Sedangkan menurut Marpaung (2002:80), daya tarik wisata
dapat digolongkan secara garis besar ke dalam tiga bentuk yaitu alam, budaya, dan
buatan manusia. Hal ini akan berkaitan dengan jenis wisata yang dikembangkan serta
disesuaikan dengan kondisi alam serta potensi yang tersedia di lokasi wisata tersebut
termasuk ke dalam objek wisata antara lain:
a. Keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, flora dan fauna yang
aenh (uncommon vegetation and animals). Hutan (the sylvan elements), dan
sumber kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, mandi
lumpur, dan lain-lain.
b. Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi-candi,
art gallery, dan lain-lain. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu,
maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara
profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tantang kepariwisataan, menyebutkan
bahwa Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) dapat digolongkan ke dalam kelompok
sebagai berikut.
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata
tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Wisatawan berkunjung ke sua tu tempat karena tertarik oleh sesuatu. Hal atau
sesuatu yang menyebabkan wisatawan datang ke suatu tempay disebut daya tarik atau
atraksi wisata. Misalnya Tanjung Lesung yang terkenal dengan ombak dan pantainya
yang indah, Ujung Kulon yang terkenal karena memiliki binatang langka yang hanya
terdapat di tempat itu, Pyramid Mesir dengan bangunan kuno dan bersejarahnya.
Museum Louvre di Paris menarik jutaan pengunjung tiap tahun karena koleksi barangbarang, terutama gambar yang tak ternilai harga dan nilai sejarahnya. Jutaan orang per
tahun menjelajahi gedung Kabuki di Tokyo untuk menyaksikan pementasan cerita
rakyat Jepang yang digelar di tempat itu. Daya tarik lain seperti kehidupan sehari-hari,
pasar-pasar tradisional, cara bertani, memancing, perkebunan, memanjat tebing, arung
jeram, berselancar, menyelam, berlayar, festival, upacara adat dan lain-lain.
Suatu objek daya tarik wisata pada prinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut:
1. Something to see (ada yang dilihat).
2. Something to do (ada yang dilakukan).
3. Something to buy (ada yang dibeli/souvenir).
Objek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga hal antara lain:
1. Objek wisata alam
Laut
Pantai
Gunung
Danau
Fauna
Flora
Kawasan lindung
Cagar alam
Pemandangan alam
2. Objek Wisata Budaya
Upacara kelahiran
Tari tradisional
Musik tradisional
Pakaian adat

Perkawinan adat
Upacara laut
Upacara turun ke sawah
Cagar budaya
Bangunan bersejarah
Peninggalan tradisional
Festival budaya
Kain tenun tradisional
Tekstil lokal
Pertunjukan tradisional
Adat istiadat lokal
Museum
3. Objek Wisata Bahari
Sarana dan fasilitas olahraga
Permainan
Hiburan (lawak, akrobatik)
Ketangkasan (naik kuda)
Taman rekreasi
Taman Nasional
Pusat-pusat perbelanjaan
4. Toko Cinderamata dan Pusat Kerajinan
Cenderamata yang dapat dibeli oleh wisatawan lebih disukai bila berorientasi lokal,
artinya wisatawan ingin membawa pulang kenang-kenangan berupa cenderamata yang
merupakan hasil masyarakat dimana wisatawan berkunjung.

Anda mungkin juga menyukai