Anda di halaman 1dari 33

Perpajakan Sektor Publik

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan ke
hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat melalui
hari demi hari dengan penuh semangat dalam menulis makalah ini, untuk memenuhi salah
satu tugas dalam mata kuliah Perpajakan Sektor Publik. Dan ini merupakan suatu
usaha untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan. Shalawat dan salam
kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam
perjalanan makalah ini serta di kegiatan selanjutnya. Dasar harapan penulis pada makalah
ini akan membantu mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya tentang
perpajakan khususnya tentang Ketentuan Umum Perpajakan.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun
makalah ini, dari itu penulis megharapkan kritik dan saran-saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih sempurna lagi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Hj.
Warnida, SE, MM, Ak selaku dosen mata kuliah bersangkutan, yang telah memberikan
bimbingan dalam penulisan paper ini serta semua pihak yang turut membantu
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Padang, 8 September 2014

Penulis

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Ketentuan Umum Perpajakan


1.1

Latar Belakang

Penetapan dan Ketetapan Pajak


Dengan mulai digunakannya sistem self asessment, wajib pajak
diberikan kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak terhutang
pengawasan atas

sesuai dengan ketentuan perpajakan. Dan

kepatuahan wajib

pajak

dalam melaksanakan

perpajakan diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak yang diatur dalam


undang-perpajakan.
Definisi
Sebelum kita membahas tentang surat ketetapan pajak kita harus
mengetahui

definisi

dari

penetapan

dan

ketetapan.

Penetapan

merupakan aktivitas yang dilakukan oleh WP dimana WP menghitung,


memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban
perpajakannya(pasal 12 ayat 2 UU KUP). Sedangkan ketetapan
merupakan kewenangan yang dimiliki fiskus untuk menghitung kembali
pajak yang sudah ditunaikan WP apabila terdapat cukup bukti( pasal 12
ayat 3 UU KUP). Tindakan pengawasan yang dapat dilakukan oleh
fiskus dalam Self Asessment System antara lain :
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiranlampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan
penghitungannya.
Pemeriksaan adalah

serangkaian

kegiatan

menghimpun

dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan


secara

objektif

dan

profesional

berdasarkan

suatu

standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan bukti permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau
bukti

berupa

keterangan,

tulisan,

atau

benda

yang

dapat

memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau


telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang
Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara. dan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian
tindakan

yang

dilakukan

oleh

penyidik

untuk

mencari

serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak


pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.
Fungsi Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak berfungsi sebagai :
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak tertentu
yang

nyata-nyata

atau

berdasarkan

hasil

pemeriksaan

tidak

memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam


memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih
bayar.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Jenis-Jenis Ketetapan Pajak
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
1.2 Isi
1.2.1 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB-Pasal 13)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan

atau

keterangan

lain

mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang


Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau
Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang; atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
Jumlah

pajak

dalam

Surat

Ketetapan

Pajak

Kurang

Bayar

sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi
berupa kenaikan sebesar:
a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang


disetor; atau
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam SuratPemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan apabila dalam jangka waktu
5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.
Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat
diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48%
(empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau
tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Tata

cara

penerbitan

Surat

Ketetapan

Pajak

Kurang

Bayar

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Menteri Keuangan.
1.2.2 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN-Pasal 17A)
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Direktur

Jenderal

Pajak,

setelah

melakukan

pemeriksaan,

menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayarsama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak adakredit pajak atau tidak ada pembayaran
pajak. ***)

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil diatur dengan atau
berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. ***)
Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak
yang terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak;
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak sama dengan
jumlah paJak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan
cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
1.2.3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB-Pasal 17)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang. ***)
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,
setelah menelitikebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. ***)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata
pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan
pembayaran pajak yang telah ditetapkan. ***)Pasal 17C

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Direktur

Jenderal

Pajak

setelah

melakukan

penelitian

atas

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib


Pajak

dengan

kriteria

tertentu,

menerbitkan

Surat

Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan


Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.
***)
Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ***)
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
***)Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan menerbitkan
surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak. ***)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak. ***)Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud

pada

ayat

(1)

tidak

dapat

diberikan

pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila: ***)


a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu
jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut;

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu


jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender;
atau
d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.
Tata cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. ***)
1.2.4 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBTPasal 15)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak


yang telah ditetapkan sebelumnya. Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak
yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi
berupa

kenaikan

sebesar

100%

(seratus

persen)

dari

jumlah

kekurangan pajak tersebut.


Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan
berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak
sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu
5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang

perpajakan

atau

tindak

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

pidana

lainnya

yang

dapat

Perpajakan Sektor Publik

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan


pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
1.2.5 Surat Tagihan Pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila: ***)
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar;
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibatsalah tulis dan/atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau
bunga;
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapitidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak,
tetapi tidak tepat waktu;
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
yang tidakmengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana
dimaksud

dalam

Pasal

13ayat

(5)

Undang-Undang

Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,selain:1. identitas


pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) hurufb
Undang-Undang
perubahannya;

Pajak
atau 2.

Pertambahan
identitas

Nilai

pembeli

serta

1984
nama

dan
dan

tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)


huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahandilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai
dengan masapenerbitan faktur pajak; atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah
diberikanpengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

dalam Pasal 9 ayat(6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai


1984 dan perubahannya. (2) Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kekuatanhukum yang sama
dengan surat ketetapan pajak. ***) (3) Jumlah kekurangan pajak
yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi
administrasiberupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk paling lama 24 (duapuluh empat) bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak,

atau

Tahun

Pajak

sampai

dengan

diterbitkannya

SuratTagihan Pajak. ***)


(4) Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud padaayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masingmasing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari
Dasar Pengenaan Pajak. ***) (5) Terhadap Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulandari
jumlah

pajak

yang

ditagih

kembali,

dihitung

dari

tanggal

penerbitan SuratKeputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran


Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. ***)
(6) Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak diatur dengan atau
berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan. ***)
1.2.6

Penagihan Pajak

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penangung


pajak melunasi hutang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan

sekaligus,

memberitahukan

surat

paksa,

mengusulkan

pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyandraan,


menjual barang yang telah di sita.
Dasar Hukum, Pengertian, dan Jenis-jenis Penagihan Pajak

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah


Undang-undang no. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997.
Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang no. 19
tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan
oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa
menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
Definisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17), yaitu
Penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral
Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang
pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.
Definisi lain menurut Rusdji (2004:6), yaitu Penagihan pajak
adalah serangkaian tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah
disita.Sedangkan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau
badan yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk
wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajakmenurut

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

perpajakan.
Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang,
Pembatakan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan
dengan penagihan pajak.
Pejabat

adalah

memberhentikan

orang
Jurusita

yang
Pajak,

berwenang

mengangkat

menerbitkan

Surat

dan

Perintah

Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah


Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang,

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan


dengan Penanggung Pajak.
Jurusita

adalah

pelaksana

tindakan

penagihan

pajak

yang

meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat


Paksa,

penyitaan

dan

penyanderaan.

Penagihan

pajak

dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penagihan pajak aktif dan


penagihan pajak asif. Penagihan pajak pasif dilakukan melalui surat
tagihan pajak atau surat ketetapan pajak. Penagihan pajak aktif
atau penagihan pajak dilakukan dengan surat aksab diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. [2]
1.

Penagihan Pajak Pasif


Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakna Surat
Tagihan

Pajak

Bayar(SKPKB),

(STP),

Surat

Surat

Ketetapan

Tambahan(SKPKBT),

Surat

menyebabkan

terutang

Keputusan
menjadi

pajak

Keberatan
lebih

Ketetapan

yang

besar,

Pajak

Keputusan
menjadi

Kurang

Kurang

Bayar

Pembetulan
lebih

menyebabkan

Surat

Pajak

besar,

pajak

Keputusan

yang
Surat

terutang

Banding

yang

menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam


jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah
jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif
yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
2.

Penagihan Pajak Aktif


Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan
pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan pajak ini fiskus
berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan
atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan
sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. [3]

Penagihan Seketika dan Sekaligus


Pengihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak
yang dilakukan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus


berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang
diterbitkan apabila :
1.

Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk itu.

2.

Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki


atau

yang

dikuasai

mengecilkan

dalam

kegiatan

rangka

perusahaan,

menghentikan

atau

pekerjaan

atau
yang

dilakukannya di Indonesi.
3.

Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan


membubarkan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau
memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan
yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan
bentuk lainnya.

4.

Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara.

5.

Terjadinya penyitaan atas penyitaan atas barang Penanggung


Pajak oleh Pihak Ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Dalam

Surat

Penagihan

Seketika

dan

Sekaligus

sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :


1.

Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung

Pajak
2.

Besarnya Utang Pajak

3.

Perintah untuk membayar

4.

Saat pelunasan pajak

Surat

Penagihan

Seketika

dan

Sekaligus

diterbitkan

sebelum

penerbitan Surat Paksa.


Tahapan Penagihan Pajak
Adapun tahapan penagihan pajak antara lain sebagai berikut: [5]
1.

Surat Teguran

Apabila utang pajak yang tercantum dalam surat tagihan pajak,


surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang
bayar tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 hari dari batas
waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkan).

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

2.

Surat Paksa

Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat
teguran maka akan diterbitkan surat paksa yang disampaikan oleh
juru sita pajak negara dengan dibebani biaya penagihan sebesar
25.000 (dua puluh ribu rupiah), utang pajak harus dilunasi dalam
waktu 224 jam.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Surat kuasa memiliki kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan pututsan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan tetap (inkracht).
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi :
1.

Nama wajib pajak, atau nam Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

2.

Dasar penagihan

3.

Besarnya Utang Pajak

4.

Perintah untuk membayar.

Surat paksa diterbitkan apabila :


1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya
diterbitkan Surat Teguran atau surat lain yang sejenis.
2.

Terhadap penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus.


3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum

dalam

keputusan

persetujuan

angsuran

atau

penundaan pembayaran pajak


Surat Paksa terhadap orang Pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak
kepada :
1.
2.

Penanggung Pajak
Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun
bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung
pajak apabila yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.

3. salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus
harta peninggalannya apabila wajib pajak telah meninggal dunia
dan harta warisan belum dibagi.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

4. para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan
harta warisan telah dibagi.
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita pajak
kepada :
1.

Pengurus,

kepala

perwakilan,

kepala

cabang,

penanggungjawab, pemilik modal.


2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan
apabila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
sebagaimana dimaksud dalam huruf1.
Hal yang harus diperhatikan :
1.

Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan

penundaan pelaksanaan Surat Paksa.


2.

Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan

penyitaan sebelum lewat waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa


diberitahukan. [6]
3.

Surat Sita

Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 224 jam
dapat dilakukan tindakan penyitan atas barang-barang Wajib Pajak
dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp 75.000.
Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang
penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak
menurut peraturan perundan-undangan. Apabila utang pajak tidak
dilunasi oleh penanggung pajak dalam waktu 2 x 24 jam setelah
diberitahukan , Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan. Setiap melaksanakan penyitaan, jurursita pajak membuat
berita acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak,
penanggung pajak, dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita
mempunyai kekuatan mengikat meskipun penanggung pajak menolak
untuk menandatanganinya,
Barang yang dapat disita berupa :
1.

Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan

deposito berjangka, tabungan, giro,

atau bentuk

dipersamakan dengan itu, obligasi, saham.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

lainnya

yang

Perpajakan Sektor Publik

2.

Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dam kapal

dengan isi kotor tertentu.


Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah
melunasi biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan
pengadilan atau putusan Badan Perdilan Pajak atau ditetapkan lain
dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.
[7]
4.

Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara

penawaran harga secara lisan dan atau tertuli melalui usaha


pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Jika dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak
belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan
melalui kantor lelang negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan
biaya pelaksanaan sita belum di bayar maka akan dibebankan
bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuan lelang dalam
surat kabar dan biaya pada saat pelelangan.
Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya
penagihan pajak yang belum dibayar, dan sisanya untuk membayar
utang pajak. Apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah aygn cukup
untuk melunasi baya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan
lelang dihentikan oleh pejabat walaupun barang yang akan dilelang
masih

ada.

Sisa

barang

beserta

uang

kelebihan

hasil

lelang

dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak segera setelah


pelaksanaan lelang. [8]

Bunga Penagihan Pajak


Menurut pasal 19 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan sebagai berikut: [9]
Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

dan tambahan jumlah pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat


Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan
Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang
dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar itu,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen,) sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggaljatuh
tempo

sampai

dengan

tanggal

pembayaran

atau

tanggal

diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung


penuh 1 (satu,) bulan. (Undang-Undang Pajak Tahun 2000, 2001:15) .
Pencegahan dan Penyanderaan
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap
penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia
berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan pertauran
perundang-undangan. Pencegahan hanya dapat dilakukan kepada
penanggung pajak yang memiliki utang pajak sekuarng-kurangnya
sebesar rp 100 juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi
utang pajaknya. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan dan
dapat

diperpanjang

selama-lamanya

bulan

dan

dilakukan

berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri


Keuangan

atas

permintaan

pejabat

atau

atasan

pejabat

yang

bersangkutan. Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya hutang


pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
penanggung
tertentu.

utang

pajak

Penyanderaan

dengan
hanya

menempatkannya
dapat

dilakuakan

di

tempat
terhadap

penannggung pajak yang memiliki utang pajak minimal sebesar Rp


100 juta dan diragukan itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya.
Masa penyanderaan paling lam 6 bulan dan dapat diperpanjang
maksimal 6 bulan. Penyanderaan hanya dapat dilakukan berdasarkan
Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh Pejabat setelah
mendapat ijin tertulis dari Menkeu atau Kepala Daerah tingkat I. [10]

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Gugatan
Gugatan Penanggung Pajak terhadap Pelaksanaan Surat Paksa,
Surat

Pelaksanaan

Perintah

Melaksanakan

penyitaan,

atau

Pengumuman Lelang hanya dapat diajukan kepada badan peradilan


pajak. Dalam hal gugatan Penanggung pajak dikabulkan, penanggung
pajak dapat memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada
pejabat paling banyak Rp 5 juta. Perubahan besarnya ganti rugi
ditetapkan dengan keputusan Menkeu atau keputusan Kepala Daerah.
Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 hari sejak Surat Paksa, Surat
Perintah

Melaksanakan

Penyitaan,

atau

Pengumuman

Lelang

dilakukan. [11]
Ketentuan Pidana
Adapun ketentuan-ketentuan pidana antara lain:
1.

Penanggung

pajak

yang

memindahkan

hak,

memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan,


menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6bulan dan paling lambat 4
tahun, dan denda paling seikit Rp 1.500.000 dan paling banyak
12.000.000 .
2.

Apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau

menjual barang sitaan (sesuai UU PPSP Pasal 25 ayat (3) huruf b,c,d,e)
tidak melaksanakan kewajibannya, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 minggu dan paling lama 4 bulan 2 minggu dan denda
paling sedikit Rp 500.000 dan paling banyak Rp 10.000.000
3.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau

permintaan yanh dilakukan menurut undang-undang, atau dengan


sengaja

mencegah,

yindakan

dalam

menghalang-halangi,

melaksanakan

ketentuan

atau

menggagalkan

undang-undang

yang

dilakukan oleh juru sita pajak, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 minggu dan paling lam 4 bulan 2 minggu dan denda paling
sedikit Rp 500.000 dan paling banyak 10.000.000. [12]
Selain iu Penanggung Pajak dilarang :

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

1.

Memindahkan hak, memindahtangankan menyewakan,

meminjamkan,

menyembunyikan,

menghilangkan,

atau

merusak

barang yang telah disita


2.

Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak

tanggungan untuk pelunasan barang tertentu.


3.

Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan

fiducia atau diagunkan untuk pelunasan utang tertentu.


4.

Merusak, mencabut, atau menhilangkan segel sita atau salinan

berita acara Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
Penanggung Pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak Rp 12
juta.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakuakan menurut UU, atau dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan tindakan dalam
melaksanakan ketentuan UU yang dilakukan oleh juru sita pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu dan
denda paling banyak Rp 10 juta. [13]
Daluwarsa Tindakan Penagihan Pajak
Berdasarkan Pasal 22 UU KUP, hak untuk melakukan penagihan
pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan,
daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak yang bersangkutan.
Penagihan pajak dapat dilakukan setelah melampaui 10 tahun
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Diterbitkan surat teguran dan surat paksa. Kadaluwarsa

dihitung sejak tangal penyampaian surat paksa tersebut.


2.

Adanya pengakuan utang dari Wajib Pajak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan sebagai berikut:


a.

Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran

utang pajak sebelum jatuh tempo pembayaran. Untuk daluwarsa

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran


atau penundaan pembayaran utang pajak diterima.
b.

Adanya permohonan keberatan. Untuk daluwarsa ini penagihan

pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima.


Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya.
Untuk

daluwarsa

ini

penagihan

pajak

dihitung

sejak

tanggal

pembayaran sebagian utang pajak tersebut. [14]


Permohonan Pembetulan atau Penggantian
Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau
penggantian kepada Pejabat terhadap surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis, surat perintah penagihan
seketika dan sekaligus, surat paksa, dan surat lain yang sejenis yang
dalam

penerbitannya

terdapat

kesalahan

atau

kekeliruan.dalam

jangka waktu 7 hari sejak tanggal diterima permohonan tersebut


pejabat harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan,
dalam

hal

permohonan

tersebut

ditolak

tindakan

pelaksanaan

penagihan pajak dilanjutkan sesuai jangka waktu semula. [15]


Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak
yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak,
dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas
permohonan Wajib Pajak.
1.

Kesalahan atau Kekeliruan dalam Ketetapan Pajak Yang Dapat

Dibetulkan
Ruang

lingkup

pembetulan

ketetapan

pajak,

terbatas

pada

kesalahan atau kekeliruan dari :


a.

Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa

penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis


pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo;
b.

Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau

pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan;


atau

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

c.

Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma

Penghitungan

Penghasilan

Neto,

penerapan

sanksi

administrasi,

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun


berjalan, dan pengkreditan pajak.
2.

Ketetapan Pajak Yang Dapat Dibetulkan

Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau


kekeliruan, antara lain:
a.

Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan


(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan
Pajak Nihil (SKPN);
b.

Surat Tagihan Pajak (STP);

c.

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;

d. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;


e.

Surat Keputusan Pembetulan;

Surat Keputusan Keberatan;


g.

Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi;
h.

Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan

Pajak yang tidak benar.


3.

Tata Cara dan Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib

Pajak
Permohonan pembetulan oleh WP harus disampaikan ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang menerbitkan surat ketetapan pajak,
Surat Tagihan Pajak (STP), atau surat keputusan lain yang terkait
dengan

bidang

perpajakan

yang

diajukan

pembetulan,

dengan

ketentuan sebagai berikut :


a.

1 (satu) permohonan diajukan untuk 1 (satu) surat ketetapan

pajak, STP, atau surat keputusan lain yang terkait dengan bidang
perpajakan;
b.

Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia disertai alasan yang mendukung permohonannya; dan

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

c.

Surat permohonan ditandatangani oleh WP dan dalam hal surat

permohonan ditandatangani oleh bukan WP, surat permohonan


tersebut harus dilampiri surat kuasa khusus. Direktur Jenderal Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima, harus memberikan keputusan. Apabila jangka
waktu tersebut telah lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan
suatu keputusan, maka permohonan pembetulan yang diajukan
dianggap dikabulkan dan paling lama 1 (satu) bulan sejak berakhir
jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut Direktorat Jenderal Pajak wajib
menerbitkan surat keputusan pembetulan tersebut. [16]
1.2.7 Keberatan dan Banding
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu: ***)
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan
jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan
disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan. ***).Keberatan
harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim
surat

ketetapan

pajak

atau

sejak

tanggal

pemotongan

atau

pemungutan
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib
Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. ***)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan
pajak, WajibPajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar
paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan


disampaikan. ***) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat
(3a)

bukan

merupakan

surat

keberatan

sehingga

tidak

dipertimbangkan. ***)
Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pegawai
Direktorat Jenderal
Pajak yang ditunjuk untuk menerima surat keberatan atau tanda
pengiriman surat
keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau melalui
cara lain yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan menjadi
tanda bukti penerimaan surat keberatan. ***) Apabila diminta oleh
Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal
Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan
atau pemungutan pajak. ***)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu
pelunasan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau
ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan. ***) Jumlah pajak yang belum
dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan sebagaimana
dimaksud

pada

ayat

(7)

tidak

termasuk

sebagai

utang

pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a). ***)
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajakdikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima

puluh

persen)

dari

jumlah

pajak

berdasarkan

keputusan

keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum


mengajukan keberatan. ***) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
permohonan banding, sanksi administrasiberupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak
dikenakan. ***)

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan


keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
surat keberatan diterima.
Syarat pengajuan keberatan adalah:
1.

Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak

c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat atas SKPKB, SKPKBT,


SKPLB, SKPN, dan Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
2.

Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

mengemukakan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib


Pajak dengan menyebutkan alasanalasan yang jelas.
3.

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan

sejak surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan


bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena di luar
kekuasaannya.
4.

Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak

dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.


5.

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat

ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus
dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan
disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak
ditolak dan Wajib Pajak tidak mengajukan banding maka Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Banding
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama
3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri
dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut. ***)

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan


Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih
dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
1.

Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan


diterima dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut.
2.

Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua


belas) bulan sejak Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
1.2.8

Sanksi / Denda

Macam- macam Sanksi Pajak Ada 2 macam Sanksi perpajakan :,


1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan sanksi yang di kenakan pada wajib
pajak yang terkena sanksi pajak berupa pemungutan dana. Sanksi
administrasi atau sanksi pungutan dana ini di bagi menjadi 3 yaitu :
a.

Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam
UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, persentase dari

jumlah tertentu, atau suatu angka

perkalian dari jumlah tertentu.


Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan
sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah
pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja. dimuat hal-hal yang
dapat

menyebabkan

sanksi

administrasi

berupa

pengenaan denda, dan besarnya denda.


Sanksi denda:
No

Pasal Masalah

Sanksi

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Keterangan

denda,

bentuk

Perpajakan Sektor Publik

1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :


a. Masa PPN

Rp100.000 atau Rp500.000

Per SPT

b. Tahunan PPh

Rp100.000 atau Rp 1.000.000

2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150%

Per SPT
Dari

jumlah

pajak yang kurang dibayar


3 14 (4)pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu; 2% dari DP pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP
yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap 2% dari DPP PKP
melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak 2% dari DPP
b. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang
menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat
bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima
dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa
dengan

bunga

umumnya

utang

menerapkan

paiak.

Penghitungan

bunga

majemuk

bunga

utang

(bunga

pada

berbunga).

Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung


berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang
tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar
sebagian atau tidak membayar sanksi bunga yang terdapat dalam
surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga
tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi
bunga dalam ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu)
bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan dihitung 1 (satu)
bulan penuh atau tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

lebih ielas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga


dan penghitungan besarnya bunga dalam pajak.
Sanksi bunga:
No

Pasal Masalah Sanksi Keterangan

1. 8 (2 dan 2a)

Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2%

Per

bulan, dari jumlah pajak yang kurang dibayar


2. 9 (2a dan 2b)
tahunan 2%

Keterlambatan

pembayaran

pajak

masa

dan

Per bulan, dari jumlah pajak terutang

3. 13 (2)Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB 2% Per bulan,


dari jumlah kurang dibayar, max 24 bulan
4. 13 (5)SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya
tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya 48%
Dari jumlah paak yang tidak mau atau kurang dibayar.
5. 14 (3)a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% Per bulan, dari
jumlah pajak tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan
b. SPT kurang bayar

2%

Per bulan, dari jumlah pajak

tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan


14 (5)

PKP

yang

gagal

pengembalian Pajak Masukan

berproduksi

2%

dan

telah

diberikan

Per bulan, dari jumlah pajak

tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan


6. 15 (4)

SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena

adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya


48% Dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
7. 19 (1)

SKPKB/T,

SK

Pembetulan,

SK

Keberatan,

Putusan

Banding yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar 2%

Per

bulan, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar


8. 19 (2)

Mengangsur atau menunda

2%

Per

bulan,

bagian

dari bulan dihitung penuh 1 bulan


9. 19 (3)

Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2%

Atas

kekurangan pembayaran pajak


c.

Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan


Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa

kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus


dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada
dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak
yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan
karena

Wajib

Pajak

tidak

memberikan

informasi-informasi

yang

dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.


Sanksi kenaikan:
No

Pasal Masalah Sanksi

Keterangan

1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP


50% Dari pajak yang kurang dibayar
2. 13 (3)
dalam

Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut


surat

teguran,

PPN/PPnBM

yang

tidak

seharusnya

dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan


29
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar50% Dari

PPh

yang

tidak/

kurang dibayar
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100%

Dari PPh yang

tidak/ kurang dipotong/ dipungut


c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100%

Dari PPN / PPnBM

yang tidak atau kurang dibayar


3. 15 (2)

Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% dari jumlah

kekurangan pajak tersebut.


2.

Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum.

Dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP


menyatakan

bahwa

pada

dasarnya,

pengenaan

sanksi

pidana

merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib


Pajak.
Namun,

pemerintah

masih

memberikan

keringanan

dalam

pemberlakuan sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang
baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38


UU KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan
tindak kejahatan. Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan,
tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja,
lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak
mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka waktu ini dihitung sejak
saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian
tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
Penetapan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan
daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang dijadikan
dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10
(sepuluh) tahun.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana
pada intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak
format. Namun, dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi
pidana. Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi administrasi
berupa denda, walaupun tidak selalu ada.
Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
a. 38 ayat (1) = Setiap orang yang karena kealpaannya :
- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
- menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,


dipidana dengan pidanakurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau
denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
b. 39 ayat (1) = Setiap orang yang dengan sengaja :
- tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau
- tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau
- menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
- memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
-

tidak

menyelenggarakan

memperlihatkan

atau

pembukuan

tidak

atau

meminjamkan

pencatatan,

buku,

catatan,

tidak
atau

dokumen lainnya; atau


- tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di
pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
c. 39 ayat (2) = Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan
pidana

(dua)

kali

lipat

dari

ancaman

pidana

yang

diatur

sebagaimana butir b.
d.39 ayat (3) =

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk

melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa


hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai
dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah
lampau

waktu

sepuluh

tahun

sejak

saat

terutangnya

pajak,

berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau


berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Delik Aduan Dan Sanksinya
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan
tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP
yang menyangkut masalah perpajakan.
Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan WP tersebut
dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut:
a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal kerahasiaan Wajib Pajak, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
4.000.000,00 (empat juta rupiah).
b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Keterlibatan dan Sanksi bagi Pihak ketiga
- Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan
atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi
keterangan atau bukti; atau memberi keterangan atau bukti yang
tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Perpajakan Sektor Publik

- Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit


penyidikan tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan , yang
menganjurkan atau membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Pengecualian Sanksi Pajak
Ada pengecualian atas sanksi pajak terhadap wajib pajak, jika :
a. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
b. Wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas
c. Bentuk usaha tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia
d. Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum di bubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
f. Wajib pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan peraturan Menteri Keuangan
g. Wajib pajak lain yang di atur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
1.3

Kesimpulan
Penetapan
dimana

WP

merupakan

menghitung,

aktivitas yang dilakukan oleh WP

memperhitungkan,

membayar,

dan

melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya(pasal 12 ayat 2 UU


KUP). Sedangkan Ketetapan merupakan kewenangan yang dimiliki
fiskus untuk menghitung kembali pajak yang sudah ditunaikan WP
apabila terdapat cukup bukti( pasal 12 ayat 3 UU KUP). Jenis-jenis
ketetapan pajak : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil.
DAFTAR PUSTAKA
-

Wirawan B, Ilyas dan


Jakarta.Salemba Empat,.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Rudi

Suhartono.

2012.Perpajakan.

Perpajakan Sektor Publik

Resmi, Siti.2014.Perpajakan. Jakarta. Salemba Empat,.


Direktorat Jendral Pajak .2009. Undang-Undang no 16 Tahun 2009
tentang Ketetapan Umum Perpajakan.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Anda mungkin juga menyukai