SYOK HIPOVOLEMIK
I. Pendahuluan
Syok hipovolemik merupakan salah satu jenis syok yang disebabkan oleh hilangnya
darah, plasma, atau cairan interstitiel dalam jumlah yang besar. Hilangnya darah
dan plasma menyebabkan hipovolemia secara langsung. Hilangnya cairan
interstitiel menyebabkan hipovolemia secara tidak langsung dengan memicu
terjadinya difusi plasma dari intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Syok
hipovolemik mulai berkembang ketika volume intravaskuler berkurang sekitar 15 %.
Syok hipovolemik pada anak merupakan tipe syok yang paling sering terjadi,
berhubungan dengan pengurangan volume intravaskuler. Dehidrasi dan trauma
merupakan penyebab yang paling sering pada syok hipovolemik. 1,2
II. Defenisi Syok hipovolemik adalah salah satu jenis syok yang disebabkan oleh
inadekuatnya volume intravaskuler dengan volume darah di vaskuler. 1,2,3
III. Angka Kejadian Berdasarkan pengalaman pada tahun 1900-an, banyaknya
angka kejadian perlukaan yang mengancam jiwa menyebabkan terjadinya
perkembangan yang signifikan mengenai prinsip-prinsip resusitasi pada syok akibat
perdarahan. Selama Perang Dunia I, W. B. Cannon merekomendasikan untuk
menunda resusitasi cairan hingga penyebab syok hemoragiknya diatasi dengan
cara bedah. Kristaloid dan darah sering digunakan selama Perang Dunia II sebagai
penatalaksanaan pada pasien-pasien yang tidak stabil kondisinya. Angka kematian
dari syok hemoragik yang traumatik adalah 10 31 %.4
IV. Etiologi Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
intravaskuler, misalnya terjadi pada :1,2,4,5,6,7
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir
keluar tubuh seperti hematothoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik
terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 5001000 ml
perdarahan atau fraktur femur menampung 10001500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
4. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
5. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
6. Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.
V. KlasifikasiSyok hipovolemik memiliki beberapa bentuk sebagai berikut:5
1.
pembuluh darah yang terluka dengan pelepasan tromboksan A2 yang lokal. Selain
itu, trombosit teraktivasi dan membentuk sebuah bekuan yang imatur di sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak mengekspos kolagen, yang secara
signifikan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi bekuan darah tersebut.
Dibutuhkan kurang lebih 24 jam untuk menyelesaikan fibrinasi bekuan darah dan
bentuk yang matang.4,8
Bagaimanapun, mekanisme kompensasi ini terbatas. Apabila cairan dan darah
berkurang dalam jumlah yang besar atau berlangsung terus-menerus, mekanisme
kompensasi pun gagal, menyebabkan penurunan perfusi jaringan. Terjadi gangguan
dalam penghantaran nutrisi ke dalam sel dan terjadi kegagalan metabolisme sel.9
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam
jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa
melangsungkan metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman
jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan
keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita
bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi
oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan
dengan penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan
prioritas utama.7,9
Berikut adalah bagan dari proses terjadinya suatu syok hipovolemik.
dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat
terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis
laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat
karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat. Secara sederhana, tujuan dari
terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan
rumatan mengganti kebutuhan harian.4,9
Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik.
Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera
dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup
untuk segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang
umum dari hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh
lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroentritis yang lama atau emesis, dan
pankreatitis akut.7,9