Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Askep ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah Askep ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah Askep ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Semarang, 25 Juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.

Latar Belakang ........................................................................................................


Tujuan .....................................................................................................................

3
3

BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Pengertian ................................................................................................................ 4
Etiologi ................................................................................................................... 4
Klasifikasi ............................................................................................................... 6
Patofisiologi ............................................................................................................ 7
Tanda dan Gejala ..................................................................................................... 7
Manifestasi Klinis .................................................................................................. 8
Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................... 8
Penatalaksanaan ...................................................................................................... 9
Komplikasi ............................................................................................................. 10
Faktor Risiko / Predisposisi Yang (Diduga) Berhubungan Dengan Terjadinya Abortus
....................................................................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABORTUS

A.
B.
C.
D.

Pengkajian ...............................................................................................................
Diagnosa .................................................................................................................
Intervensi ................................................................................................................
Evaluasi ...................................................................................................................

12
15
15
20

BAB IV PENUTUP
A.

Kesimpulan ..............................................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

22

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang paling sering
terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002).
Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat
mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita mengalami yang kehamilan dengan
usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan
demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah
mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta
(Prawirohardjo, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan
masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena
itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien
harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
B. Tujuan
1.

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian
Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan

2.

Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami definisi abortus
b) Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan gejalanya.
c) Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
d) Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
e) Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus
g) Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus.

BAB II
PEMBAHASAN
I.

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan
di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang
(Chalik, 1998).

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones,
2002).
Abor-tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD,
Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau
berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran
Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1.
Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a.
Faktor kromosom.
Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks.
b.
Faktor lingkungan endometritum.
1)
Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.
2)
Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
c.
Pengaruh luar
1) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
2) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.
2.

Kelainan Pada Plasenta


a.

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak

dapat berfungsi.

b.
c.

Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.


Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga

menimbulkan keguguran.
3.

Penyakit Ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
melalui plasenta:
a.
b.
c.
4.

Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.


Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes
melitus.
Kelainan Yang Terdapat Dalam Rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

a.

Penyebab Dari Segi Maternal

Penyebab secara umum:


1)
a)
b)
c)
2)
a)
b)
3)
4)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
5)
6)
b.
a.
b.
c.
5.
6.

Infeksi Akut
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
Infeksi Kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi
nephritis
diabetes
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum
Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
Trauma fisik.
Penyebab Yang Bersifat Lokal:
Fibroid, inkompetensia serviks.
Radang pelvis kronis, endometrtis.
Retroversikronis.
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.
Penyebab Dari Segi Janin

a.
b.
c.

Kematian janin akibat kelainan bawaan.


Mola hidatidosa.
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C.
1.
a.

KLASIFIKASI
Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Yaitu:
Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
b.
Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
c.

adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.


d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup.

D.

PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda
kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

E.
1.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada abortus Imminen :

a.
b.
c.

Terdapat keterlambatan datang bulan


Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi

kontraksi otot rahim


d.
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
e.
2.
a.
b.
c.

tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.


Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
Perdarahan lebih banyak
Perut mules atau sakit lebih hebat
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan

3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.

atau hasil konsepsi dapat diraba


Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
Uterus telah mengecil
pendarahan sedikit
Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion :
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
Payudara mengecil kembali

F.
1.
2.

MANIFESTASI KLINIS
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau

meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
5.
a.

uterus
Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau

b.

busuk dari vulva


Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

c.

Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

G.
1.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3

2.
3.

minggu setelah abortus


Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan Pemeriksaan kadar

4.
5.

fibrinogen darah pada missed abortion.


Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.

H.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.

PENATALAKSANAAN
Abortus Imminen
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang mekanik berkurang.
Tes kehamilan dapat dilakukan.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
Abotus Insipien
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan pengosongan uterus

memakai kuret vakUun atau cunam abortus.


b. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5% 500 ml
c.

dimulai 8 tetes permenit.


Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam

d.

dengan diberikan morfin.


Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara

manual.
3. Abortus Inkompletus
a.
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas
mungkin di tranfusi darah.
b.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
c.

intramuscular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara

d.
4.
a.
b.

manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Abortus Kompletus
Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.

c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.
e.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.


Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
Abortus Infeksiosus Atau Septik
Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
Penangulangan infeksi
Tingkatkan asupan cairan.
Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi

6.
a.
b.

perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.


Habitual Abortus
Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral. Pembatasan obat-

obatan yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.


c.
Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan
7.
a.

menghilangkan rasa cemas.


Missed Abortion.
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu

b.

dengan kuret tajam.


Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika

mengeluarkan konsepsi.
c.
Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
d.
Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse oksitoksin 10
iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada
kontraksi uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut
I.
1.

KOMPLIKASI
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.

Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.

3.

Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.

4.

Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).

BAB 3
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.

Pengkajian

1.

Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan
pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.

2.

Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah rasa
nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang
terjadi.

3.

Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik),
riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari hari.

4.

Pemeriksaan fisik

a.

B1 (Breath)

1)

RR= 18 x/menit

2)

Tidak ada suara nafas tambahan

3)

Tidak menggunakan alat bantu pernafasan

b.

B2 (Blood)

1)

Tekanan darah

: 60/40 mmHg

2)

Nadi

: 50x/menit

3)

Suhu

: 39o C

4)

Hb

: 5 gr/Dl

5)

Leukosit

: 15.000

6)

Akral dingin

7)

CRT > 2 detik

c.

B3 (Brain)

a.
b.
c.
d.

Stupor, tidak mengalami gangguan tidur


B4 (Bladder) : B5 (Bowel)
Nyeri di daerah perut
Penurunan nafsu makan
Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
B6 (Bone)
Turgor kulit baik
Pergerakan dalam batas normal
Psikologis

e.

Ansietas
Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga
3.3.1. Pemeriksaan laboratorium
a.
darah : leukosit naik 15.000
Hb : 5 gr/dL
B.

: baik

Analisis Data

NO
1

S :O:
Suhu pasien biasanya 39o, hb 5 gr/dl
Pasien biasanya mengeluarkan banyak darah
Biasanya darah yang keluar + 1 liter

S:
Biasanya pasien merasa lemas
O:
Biasanya nadi lemah (50 x/menit) dan pasien terlihat pucat

S:

Biasanya pasien mengeluh nyeri di perut dan pasien merintih kes


O:
P = Aborsi
Q = Severe pain
R = Abdomen

S = (skala 8)
T = Current

S:O:
Leukosit klien biasanya 15.000,
Suhu 39oC

S:

px biasanya mengatakan ketakutan tidak bisa memberi keturunan


O:
px akan terlihat gelisah dan akralnya dingin

C.

Diagnosa Keperawatan

1.

Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

2.

Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

3.

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

4.

Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

5.

Cemas b.d kurang pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai