Demokrasi
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki
hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga Negara untuk berpartisipasi, baik secara langsung atau
melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Salah satu pilar demokrasi adalah
prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif
dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini
bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad
ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di banyak Negara. Kata demokrasi
berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar,
sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara.
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini,
setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka
memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi
langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika
terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk
membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi
suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum
merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari
rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari
semua permasalahan politik negara.
2.Demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui
pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.
BAB II
Hak Asasi Manusia
Pengertian dan Definisi HAM :
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak
rakyat dan oposisi.
Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.
Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan
partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
BAB III
GEOPOLITIK INDONESIA
Wawasan Nasional
Wawasan berasal darai kata wawas yang berarti meninjau, memandang, atau
mengamati. Dengan demikian, wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang (KBBI,
2002: 1271). Pada awal era revormasi, istilah ini menjadi kurang popular sehingga para
politisi pun enggan menggunakannya (tidak lagi tersurat dalm GBHN 19999 sebagai
wawasan bangsa).
Wawasan nasional suatu bangsa terbentuk karena bangsa tersebut tinggal dalam
suatu wilayah yang diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu, apabila
suatu bangsa dibahas, akan terkait pula masalah sejarah diri dan budaya, falsafah hidup,
serta tempat tinggal dan lingkungan bangsa tersebut. Dari ketiga aspek itu, tercetus
aspirasi bangsa yang kemudian dituangkan dalam perjanjian tertulis-konstitusi-ataupun
tidak tertulis. Perjanjian ini tetap menjadi catatan hidup-motivasi yang semuanya
dituangkan menjadi ajaran doktrin -dasar untuk membanngun negara yang berupa
wawasan nasional.
Wawasan nasioal bangsa Indonesia dinamakan wawasan nusantara yang
merupakan implementasi perjuangan pengakuan se-bagai negara kepulauan yang
disesuaikan dengan kemajuan zaman. Pada masa lalu negara kepulauan yang meliputi
kumpulan pulau-pulau_berdasarkan contour yang dipisahkan oleh laut. Paham Nusantara
menunjukkan dua arah pengaruh, yaitu :
ke dalam: berlaku asas kepulauan yang menuntut terpenuhnya unsur tanah dan air
yang selaras dan serasi untuk merealisasikan wujud tanah air;serta
ke luar: berlakunya asas posisi antara yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia
untuk dapat berdiri tegak dari tarikan segala penjuru.
Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang
bhineka, serta lingkungan geografinya yang berwuud negara kepulauan berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena
itu, hakikat tujuan Wawasan Nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam
kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai berikut :
Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan potensi
geografi, serta kebhinekaan budaya.
Pedoman dan pola tindak serta pola pikir kebiaksanaan nasional.
Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, yang serasi dan selaras pada
segenap aspek kehidupan nasional.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pamanfaatan lingkungannya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan
antara bangsa dan ruang hidupnya. Oleh karena itu, pemanfaatan lingkungan harus
bertanggung jawab. Jika tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkugan yang
pada akhirnya akan merugikan bangsa.
Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila suatu bangsa kepentingan
nasionalnya sejalan atau parallel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka
kedua bangsa itu akan mudah terjalin hubungan persahabatan.
Merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi
wajah itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan
yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu, dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu,
yaitu Wawasan Nusantara (Wasantara). Namun, wajahnya lebih dari satu, yaitu ada 4
wajah yang meliputi :
maupun tidak tertulis). Namun, UUD45 tidak memuat secara jelas ketentuan wilayah
negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasalnya.
Adapun pasal-pasal yang menyebut wilayah/daerah, yaitu:
UUD 1945 ketentuan tentang wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini di
jelaskan oleh ketua PPKI__Ir. Sukarno__bahwa dalam UUD yang modern, daerah
(=Wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt: 347). Berdasarkan penjelasan
dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah, tanah air, atau tumpah darah Indonesia
meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional, dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas
wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah, tetapi juga untuk menegaskan hak
bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi Indonesia
berdasarkan pancasiladalam arti persatuan dan kesatuanmenuntut suatu konsep
kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan, serta udara angkasa di atasnya
sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah, laut bukan lagi sebagai alat pemisah
wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada Aturan
Peralihan UUD45, Pasal IISegala badan Negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
iniyang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia Belanda
telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam
Ordonantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang dimuat dalam
Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang Territoriale Zee en Maritiem Kringen
Ordonantie.
Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah sepanjang 3
mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasarkan garis pasang surut, yang
dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu mempunyai
konsekuensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan bagian wilayah negara
Republik Indonesia mempunyai laut territorial sendiri-sendiri.
Sementara itu, di sisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut territorial
dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian
wilayah negara Republik Indonesia dipisahkan oleh adanya kantong-kantong laut yang
berstatus sebagai laut bebas yang berada di luar yuridiksi nasional. Dengan demikian,
dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasarkan hal itulah, pada 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia
yang dikenal sebagai Deklarasi Juanda Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana
Menteri Republik Indonesia yang pada hakikatnya melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) No. 442 tahun 1939. Isi
pengumuman tersebut sebagai berikut:
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut (low
water line), tetapi didasarkan pada system penarikan garis lurus (straight base line)
yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari pada
pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia (= point to point theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi Juanda
pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau Nusantara. Di dalam
deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu keutuhan
wilayah negara di lautan.
Selanjutnya, deklarasi ini diakomodasikan dalam rangkaian peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
1.
Undang-Undang No. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU ini,
diberikan penjelasan dan kejelasan sebagai berikut:
bebas, merdeka dan bergerak, serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak;
datar dan tebuka, serta tidak dapat dipakai sembunyi;
tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikaveling, sulit diberi tanda); serta
Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, karena itu dapat diambil dan dimiliki
setiap negara;
Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, karena itu tidak dapat
diambil/dimiliki oleh setiap negara.
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang
lebih primitif. Oleh karena itu, para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling
berpolemik mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.
Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori Mare
Liberum (laut bebas). Laut tidak dapat di kuasai suatu negara dengan jalan
okupasi (menduduk), karena itu laut menjadi bebas.
John Selden, seorang ahli hukum Inggris yang pada tahun 1635 menulis tentang
hukum laut dengan judul, Mare Clausum (hak kuasa laut), sebagai jawaban atas
teori Grotius. Menurutnya, setiap negara dapat menguasai laut.
Sebagai koreksi atas tulisan tersebut di atas, Grotius memuat argument bahwa,
laut wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya
milik negara pantai. Selanjutnya , Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi
kapal-kapal dengan alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.
Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea): wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis
yang menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
Perairan Pedalaman (Internal Waters): wilayah laut sebelah dalam dari
daratan/sebelah dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.
Zona Tambahan (Contigous Zone): wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh
melebihi 12 mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk
melakukan pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, serta sanitasi dalam wilayah laut
territorial.
Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone): wilayah laut yang tidak
melebihi 200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat
untuk kepentingan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi, dan pengelolaan sumber
kekayaan hayati perairan.
Landas Kontinen (Continental Shelf): wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar
laut dan tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak
melebihi 100 mil dari kedalaman 2.500 m.
Laut Lepas (High Seas): dikenal pula sebagai laut bebas/laut Inter-nasional :
Wilayah laut > 200 mil dari Garis Pangkal.
Perubahan peta bumi terjadi setelah perang dunia ke II karena telah lahir banyak
Negara nasional baru yang memiliki laut. Dengan demikian, perlu di perhatikan:
Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory): bahwa Ruang Udara Be-bas dapat
digunakan siapa saja, karena itu timbul perbedaan persepsi, pembebasan udara tanpa
batas atau kebebasan udara terbatas?;
Teori Negara berdaulat di Udara (Ari Sovereignty Theory ): behwa Negara kolong
berdaulat penuh tanpa batas ke atas. Hal ini juga menimbulkan perbedaan persepsi:
kedaulatan negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai?;
Masalah Ketinggian. Sampai kini masih belum ada kesepakatan (tahun 1910 pernah
di tentukan batas ketinggian kurang lebih 500 km). Teori penguasaan Cooper
menyatakan bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi setiap Negara.
Sementara itu, menurut Teori Udara Schacter, bahwa batas ketinggian s.d. 30 km atau
s.d. balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan diterbangkan;
Batas Wilayah Udara. Cara menentukan wilayah udara ada perbedaan, yaitu apabila
ditarik garis tegak lurus dari permukaan bumi ke atas, luas daratan dan lautan = luas
udara, tetapi ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan masalah. Kemudian,
disepakati ditarik garis dari pusat bumi sampai batas ruang angkasa/antariksa yang
membentuk kerucut terbalik. Oleh karena itu, luas daerah udara lebih luas dari pada
luas daratan dan lautan.
Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty):
Penggunaan damai bagi antariksa. Antariksa dan badan-badannya dianggap menjadi
wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku pemafaatan ruang
antariksa berdasarkan first come,first serve yang merugikan negara sedang
berkembang. Indonesia memiliki ruang digantara yang luas,apalagi di bawah
khatulistiwa yang memiliki jalur GSO. Sementara itu, batas ruang udara dan ruang
antariksa di tetapkan 100/110 km.
Seperti halnya dengan hukum laut, Indonesia juga menuntut perlakuan yang sama
terhadap ukum udara. Dalamhal ini, Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan negara
kolong terhadap Ruang Digantara. Paling sedikit tujuan yang ingin di capai Indonesia
ialah Ruang Udara Indonesia sebagai wilayah udarah (air soverignty) nasional dan ruang
antariksa Indonesia sebagai wilayah kepentingan (air juridiction) ZEE atau landas
kontinen, yang meliputi manfaatan wilayah Geostationary Satellite Orbit (GSO),
Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO).
Geostationery Satellite Orbit (GSO)
Geostationery Satellite Orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cincin terletak
pada enam radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk meletakkan satelit
komunikasi agar satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi.
Ketinggian GSO km di atas permukaan bumi. GSO mempunyai tiga keunikan, antara
lain:
GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa;
Ukuran terbatas, yaitu tebal 30 km lebar 150 km; serta
Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timurdengan masa orbit
24 jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau
12,5% keliling GSO. GSO menjadi sumberdaya alam terbatas.
Luar Wilayah:
Dasar: Ketentuan Peralihan UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, tetap berlaku
Ordonansi No. 442?1939.
6,7 kmPengumuman
, menjadi
Pembagian Daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi,serta daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing
mempunyai pemerintah daerah (pasal 2 UU No. 32/2004). Pemerintah provinsi yang
berbatasan dengan laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai kea rah laut lepas dan ke arah perairan kepulauan (pasal18 ayat [4] UU No.
32/2004). Asas ini bertentangan dengan Deklarasi Pemerintaan RI yang telah dilakukan
melalui UNCLOS, serta telah diratifikasi dengan UU No. 6/1996 tentang perairan
Indonesia.
Sehubungan dengan ini, ada yang patut diwaspadai bahwa semangat otonomi
seharusnya tidak menjurus pada semangat pembentukan daerah berdasarkan etnik atau
subkultur. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Indonesia terbagi berdasarkan
pertahanan;
keamanan;
yustisi;
agama.
Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (Pasal 13)
Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber
daya lainnya di wilayah laut (Pasal 18):
pengaturan administrasi;
penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;
1.
2.
3.
4.
Daerah Frontier
Banyak pimpinan daerah politisi dan pejabat daerah yang tidak menyadari dan
mendalami makna filosofi otonomi daerah sehingga ada wilayah yang terpencil, bahkan
terisolasi pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah "hinterland'
(pedalaman), tetapi apabila hinterlatid ini berada di tapal batas - batas resmi, yang
dikukuhkan melalui perjanjian internasional dengan negara jiran, daerah ini merupakan
daerah "frontier". Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling bergantung,
baik dengan manusia maupun dengan alam sehingga terjadi simbiosis. Kehidupan
masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara jiran menjadi saling mempengaruhi.
Akibatnya, terjadi pergeseran batas negara secara imajiner.
Daerah frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi antara lain:
1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup;
2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan
mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social security,
dan lain-lain); serta
3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup
kemungkinan adanya tuntutan referendum.
Kemudahan di negeri jiran dapat mendorong perbuatan kriminal yang berupa
antara lain pencurian kayu, penyelundupan barang dan orang, penggeseran patok batas,
penjualan pasir di pulau terluar, dan lain-lain. Pembinaan wilayah frontier laut hendaknya
mendapat prioritas, mengingat banyak pulau-pulau sepanjang perbatasan yang rawan
untuk dikuasai negara tetangga. Dari 91 pulau yang menjadi titik batas (point) ada 12
pulau yang rawan diserobot oleh negara lain, baik melalui okupasi diam-diam (silent
occupation) maupun melalul penetrasi budaya dan ekonomi. Untuk itu, perlu berdirinya
jawatan pencatatan pulau/pantai yang dikenal sebagal Marine Cadastre.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Berkaitan dengan diundangkannya UU No. 32/2004, perlu ditinjau kembali
rencana tata ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat
mengacu UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai,
dan telah menjadi Perda. Namun, RTRW Kabupaten dan Kota masih di bawah 50% yang
telah menjadi Perda (dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU No. 32/2004, ternyata
perlu mengubah RTRW. Pengubahan RTRW hendaknya mengacu pada kepentingan
nasional, tidak hanya mengacu pada kepentingan daerah semata (UU No. 24/1992). Oleh
karena itu, perlu standardisasi penataan ruang dan sudah barang tentu mengacu pada asas
negara kepulauan. Selama ini sering RTRW lebih berorientasi pada negara kontinen
sehingga upaya pembenahan pantai kurang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup.
Kurangnya pemahaman akan makna hakikat negara Nusantara, menyebabkan
meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di darat, tetapi juga di daerah maritim.
Sebagai contoh, reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan bakau
menimbulkan banjir yang tidak saja menimpa DKI Jakarta, tetapi juga provinsi lain.
Kasus yang sekarang masih terkatung-katung hingga kini adalah masih adanya
limbah B-3 dari Singapura yang dionggokkan di pulau-pulau Provinsi Kepulauan Riau.
Pulau-pulau tempat teronggoknya limbah B-3 temyata belum terencana peruntukannya
oleh Pemerintah, baik oleh pusat maupun daerah. Masuknya limbah B-3 sebagai barang
impor menandakan bahwa Indonesia masih belummungkin tidaktahu akan bahaya
limbah B-3 yang dimasukkan sebagai pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada
pulau-pulau yang tidak berpenghuni seperti halnya kasus di atas pada gilirannya akan
merugikan masyarakat.
Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa masyarakat dan pemerintah sering
mengabaikan baku mutu lingkungan, yaitu dengan terabaikannya salah satu sektor.
Kewajiban memiliki analisis dampak lingkungan (amdal) sering terabaikan karena
kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal, semua komponen masyarakat
hendaknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya, yaitu:
4. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingm secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna, serasi, selaras, dan berkelanjutan;
5. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlinclungan hukum.
6.
7.
8.
9.
Dengan menyadari akan filsofi ini, maka akan didapat hal-hal berikut:
Tercapainya kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam;
terwujudnya manusia indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
untuk melindungi dan membina lingkungan hidup;
Terjaminnya generasi masa kini clan generasi masa depan;
Tercapainya kelestarian lingkungan hidup;
Dapat menuntut hak (claim) atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila
diduduki secara diam-diam oleh negara tetangga;
Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau, tetapi tidak tabu apa atau pulau mana
yang hilang; serta
Memberikan batas wewenang pada daerah otonom tentang batas laut berdasarkan
koordinat tidak berdasarkan perkiraan, seperti sekarang ini yang berakibat pada
konflik di kalangan masyarakat.
Pembangunan desa pantai, yang diisi oleh keluarga nelayan/pelaut, tidak seperti
sekarang ini yang masih dibangun oleh petani gunung; serta
nelayan ikut memonitor para pengganggu negara yang melakukan pencurian ikan,
pencemaran lingkungan, dan perusakan alat navigasi laut.
Dalam menghadapi negara yang memiliki armada angkutan laut besar yang ingin
tetap berperan dalam era globalisasi:
12. penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime Organization
harus tetap ditolak karena pada hakikatnya akan membuat wilayah Indonesia menjadi
terbuka sehingga kontraproduktif dibandingkan dengan Deklarasi Juanda.
13. ALKI perlu diinformasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim Indonesia,
dengan ditindak lanjuti secara proaktif dalam bentuk pengawasan.
Dalam menghadapi negara adidaya yang sejak semula menentang negara
Nusantara, hendaknya Indonesia tetap menolak penambahan ALKI. Penambahan ALKI
dapat mengakibatkan wilayah Indonesia terbuka kembali. Dengan demikian, laut
nusantara menjadi high seas.
BAB IV
GEOSTRATEGI INDONESIA
1. URAIAN TEORI DAN KONSEPSI
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa
lampau, kini, maupun masa mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap
bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara
sebagai ruang hidup nasional. Semua ini dalam rangka menentukan kebijakan, sarana,
dan sasaran perwujudan kepentingan, serta tujuan nasional melalui pembangunan.
Dengan demikian, suatu bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis,
sosial budaya, dan hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara
agar dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk
mewujudkan upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Selain itu, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional
untuk merancang arahan tentang kebijakan, sarana, serta sasaran pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut. Geostrataegi Indonesia dirumuskan
dalam wujud Konsepsi "Ketahanan Nasional".
2.
a. Pengertian Geostrategi
Geostartegi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
untuk menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan
nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan
dalam upaya mewujudkan tujuan politik.
b. Pengertian Geostrategi Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia
untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang
strategi pembangunan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan
sejahtera. Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk
3)
4) terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and social
justice), serta
5) tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan din (freedom of the
people).
4.
yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan
negara.
b. Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini bergantung pada kemampuan bangsa
dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta aspek sosial
sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang.
Ketahanan Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat
dalam wilayah nasional, baik fisik maupun sosial, serta memiliki hubungan erat
antargatra di dalamnya secara komprehensif integral. Kelemahan salah satu
bidang akan mengakibatkan kelemahan bidang yang lain, yang dapat
memengaruhi kondisi keseluruhan.
1) Model Astagatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan
memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan
kemampuannya.
Model
yang dikembangkan oleh
Lemhanas ini menyiinpulkan adanya 8 unsur aspek kehidupan nasional
yaitu:
a) Aspek Trigatra Kehidupan Alamiah:
(1) Gatra letak dan kedudukan geografi;
(2) Gatra keadaan dan kekayaan alam; serta
(3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
b)
Aspek
(1) Gatraldeologi,
Pancagatra
Kehidupan
Sosial:
2) Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang
cukup banyak. Bila model Lemhanas berevolusi dan observasi empiris
perjalanan perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan secara analitis.
Dalam analisisnya, Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan
nasional dibina dalam kaitairnya dengan negara-negara lain. Artinya, ia
menganggap pentingnya perjuangan untuk mendapatkan power position
dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya, maka terdapat advokasi untuk
memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balanced
power.
4) Model Cline
Cline melihat suatu negara dan luar sebagaimana dipersepsikan oleh
negara lain. Baginya hubungan antemegara pada hakikatnya amat
dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk di
dalamnya persepsi atau sistem penangkalan dan negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia
memiliki potensi geografi besar atau negara secara fisik yang wilayahnya
besar dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula. Model ini
mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan
dapat
memproyeksikan diri sebagai negara besar. Sebaliknya, suatu
negara dengan wilayah yang besar, tetapi jumlah penduduknya kecil juga
tidak akan menjadi negara besar walaupun berteknologi maju.
1) Trigatra
Komponen strategi trigatra ialah gatra geografi, sumber kekayaan alam, dan
penduduk. Trigatra merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat
kehidupan alamiah.
2)
Pancagatra
Komponen strategi pancagatra adalah gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancagatra merupakan kelompok gatra
yang intangible atau bersifat kehidupan sosial.