Anda di halaman 1dari 31

BAB I

Demokrasi
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki
hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga Negara untuk berpartisipasi, baik secara langsung atau
melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Salah satu pilar demokrasi adalah
prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif
dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini
bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad
ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di banyak Negara. Kata demokrasi
berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar,
sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara.

Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu :


1.Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat

memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini,
setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka
memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi
langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika
terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk
membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi
suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum
merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari
rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari
semua permasalahan politik negara.
2.Demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui
pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

BAB II
Hak Asasi Manusia
Pengertian dan Definisi HAM :
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain

sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak


- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
Contoh pelanggaran HAM:

Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.

Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak
rakyat dan oposisi.

Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.

Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan
partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.

Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis


terhadap rakyat dan oposisi di manapun.

BAB III
GEOPOLITIK INDONESIA

Wawasan Nasional
Wawasan berasal darai kata wawas yang berarti meninjau, memandang, atau
mengamati. Dengan demikian, wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang (KBBI,
2002: 1271). Pada awal era revormasi, istilah ini menjadi kurang popular sehingga para
politisi pun enggan menggunakannya (tidak lagi tersurat dalm GBHN 19999 sebagai
wawasan bangsa).
Wawasan nasional suatu bangsa terbentuk karena bangsa tersebut tinggal dalam
suatu wilayah yang diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu, apabila
suatu bangsa dibahas, akan terkait pula masalah sejarah diri dan budaya, falsafah hidup,
serta tempat tinggal dan lingkungan bangsa tersebut. Dari ketiga aspek itu, tercetus
aspirasi bangsa yang kemudian dituangkan dalam perjanjian tertulis-konstitusi-ataupun
tidak tertulis. Perjanjian ini tetap menjadi catatan hidup-motivasi yang semuanya
dituangkan menjadi ajaran doktrin -dasar untuk membanngun negara yang berupa
wawasan nasional.
Wawasan nasioal bangsa Indonesia dinamakan wawasan nusantara yang
merupakan implementasi perjuangan pengakuan se-bagai negara kepulauan yang
disesuaikan dengan kemajuan zaman. Pada masa lalu negara kepulauan yang meliputi
kumpulan pulau-pulau_berdasarkan contour yang dipisahkan oleh laut. Paham Nusantara
menunjukkan dua arah pengaruh, yaitu :

ke dalam: berlaku asas kepulauan yang menuntut terpenuhnya unsur tanah dan air
yang selaras dan serasi untuk merealisasikan wujud tanah air;serta
ke luar: berlakunya asas posisi antara yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia
untuk dapat berdiri tegak dari tarikan segala penjuru.

Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum
didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang
bhineka, serta lingkungan geografinya yang berwuud negara kepulauan berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena
itu, hakikat tujuan Wawasan Nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam
kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai berikut :

Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi dan potensi
geografi, serta kebhinekaan budaya.
Pedoman dan pola tindak serta pola pikir kebiaksanaan nasional.

Hakekat Wawasan Nusantara dasar persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.

Kedudukan Wawasan Nusantara


Dalam system kehidupan nasional Indonesia sebagai paradigma kehidupan nasional
Indonesia yang urutannya sebagai berikut :

Pancasila sebagai falsafah, ideology bangsa, dan dasar negara.


UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan Negara Indonesia.
Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam pebangunan
nasional.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan
kehidupan nasional. Sementara itu, politik dan strategi nasional, sebagai kebijaksanaan
dasar nasional dalam bentuk GBHN- masa ORBA- yang dijabarkan lebih lanjut dalam
kebijaksanaan strategi pada strata di bawahnya.
Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjurkan dan
diterima sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan,
serta dalam usaha mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari
pemikiran yang bersifat falsafah.
Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dijelaskan peranannya
untuk :

Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, yang serasi dan selaras pada
segenap aspek kehidupan nasional.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pamanfaatan lingkungannya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan
antara bangsa dan ruang hidupnya. Oleh karena itu, pemanfaatan lingkungan harus
bertanggung jawab. Jika tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkugan yang
pada akhirnya akan merugikan bangsa.
Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila suatu bangsa kepentingan
nasionalnya sejalan atau parallel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka
kedua bangsa itu akan mudah terjalin hubungan persahabatan.
Merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

Wajah Wawasan Nusantara

Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi
wajah itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan
yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu, dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu,
yaitu Wawasan Nusantara (Wasantara). Namun, wajahnya lebih dari satu, yaitu ada 4
wajah yang meliputi :

Wajah Wasantara sebagai Wawasan Nasional yang melandasi konsepsi Ketahanan


Nasional.
Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.

Wasantara Sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional


Wajah Wasantara dalam pengembangannya dipandang sebagai konspsi politik
ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai suatu konsepsi politik
yang di dasarkan pada pertimbangan konstelasi geografis, wawasan nusantara dapat di
katakan merupakan penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia.
Dengan demikian, wawasan nusantara selanjutnya menjadi landasan penentuan
kebijaksanaan politik Negara. Dalam perjuangan mencapai tujuan nasional, akn banyak
menghadapi tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar negri maupun
dari dalam negri sendiri. Untuk menanggulanginya,dibutuhkan suatu kekuatan baik fisik
maupun mental. Semakin tinggi kekuatan itu makin tinggi pula kemampuannya.
Kekuatan dan kemampuan yang diistilahkan ketahanan nasional berdasarkan rangkaian
pemikiran tersebut maka ketahanan nasional diartikan sebagai konsepsi pengaturan dan
penyelenggaraan dalam mencapai persatuan serta kesatuan nasional dalam rangka
mencapai kesejahteraan dan keamanan nasional. Bertolak dari pandangan ini maka
ketahanan nasional merupakan geostrategi nasional untuk mencapai sasaran yang telah
ditegaskan dalam wawasan nusantara dan perlu ditingkatkan dengan berpedoman pada
wawasan nusantara.
Wasantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional
Menurut UUD 1945 MPR wajib membuat GBHN. GBHN_masa ORBA_
menegaskan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional adalah
Wawasan Nusantara yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta lingkungannya
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu, dengan
mengutamakan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Hal ini mencakup :

Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, yang


berarti :
bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan
kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa
bahwa bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah, serta memeluk/menyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan suatu kesatuan
bangsa yang bulat dalam artian seluas-luasnya.
bahwa secara psikologis bangsa Indonesia harus merata satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideology bangsa dan negara
yang melandasi, membimbing dan menyerahkan bangsa menuju tujuannya.
bahwa kehidupan politik diseluruh wilayah Nusantara merupakan suatu kesatuan
politik yang diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan system hukum
dalam arti bahwa hanya ada satu hukun nasional yang mengabdi kepentingan
nasional;serta
bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut
menciptakan ketertiban nasional yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negri bebas dan aktif serta
diabadikan pada kepen_tingan nasional
Pewujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, yang berati:
bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah modal
dan milik bersama bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia
merata di seluruh wilayah tanah air;
tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan kehidupan ekonominya; serta
kehiduan perekonomian di setiap wilayah Nusantara meru_pakan satu kesatuan
ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama mendasar atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya yang
berarti:
bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, maka perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapat tingkat kemajuan masyarakat
yang sama merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai
dengan tingkat kemajuan bangsa; serta
bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekanyaan budaya bangsa. Kekayaan ini
menjadi modal dan landasan pengembagan budaya bangsa seluruhnya. Tentunya
dengan tidak menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai

budaya bangsa, serta hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.


Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan pertahanan dan keamanan, yang
berarti:
bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan Negara; serta
bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
Dari rangkaian uraian di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut.

Wawasan Nusantara merupakan penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan


dengan kondisi, posisi dan potensi geografi, serta kebhinnekaan bangsa dalam rangka
mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Wawasan Nusantara merupakan pola tindak dan pola pikir dalam melaksanakan
pembangunan nasional.

Wasantara sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Negara.


Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik Indonesia dalam mengartikan
tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang me-liputi seluruh wilayah dan segenap
kekuatan negara.
Mengingat bentuk dan letak geografis Indonesia yang merupakan suata wilayah
lautan dengan pulau-pulau di dalamnya dan mempunyai letak ekuator besarta segala sifat
dan corak khasnya,maka implementasi nyata dari Wawasan Nusantara yang menjadi
kepentingan-kepentingan pertahanan keamanan negara harus ditegakkan. Realisasi
penghayatan dan pengisian Wawasan Nusantara di satu pihak menjamin keutuhan
wilayah nasional dan melindungi sumber-sumber kekayaan alam beserta
penyelarasannya, sedangkan di lain pihak dapat menunjukkan kedaulatan negara
Republik Indonesia.
Untuk dapat memenuhi tuntutan itu dalam perkembangan dunia, maka seluruh
potensi pertahanan ke amanan Negara haruslah sedini mungkin ditata dan di atur menjadi
suatu kekuatan yang utuh dan menyeluruh. Kesatuan pertahanan dan keamanan negara
mengandung arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah mana pun pada hakikatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan
Sebagai faktor eksistensi suatu Negara, wilayah nasional perlu di tentukan batasbataasnya agar tidak terjadi sengketa dengan Negara tetangga. Oleh karena itu, pada
umumnya batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan konstitusi negara (baik tertulis

maupun tidak tertulis). Namun, UUD45 tidak memuat secara jelas ketentuan wilayah
negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasalnya.
Adapun pasal-pasal yang menyebut wilayah/daerah, yaitu:

Pada pembukaan UUD45, alinea IV di sebutkan seluruh tumpa darah


Indonesia; serta
Pasal 18, UUD45: Pembagian daerah indnesia atas daerah besar dan kecil.
Untuk dapat memahami manakah yang di maksudkan dengan wilayah atau
tumpah darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba_hasan-pembahasan yang terjadi
pada siding-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), pada Mei s.d. Juni 1945, yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945. Adapun pembahasan-pembahasan tersebut bersumberkan pada Rancangan
UUD dan Piagam Jakarta yang dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian siding-sidang
BPUPKI bulan Mei s.d. Juni 1945, telah dibahas masalah wilayah Negara Indonesia
merdeka yang lebih populer disebut tanah air atau juga tumpah darah Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat Dr. Supomo, S.H. dan
Muh.Yamin, S.H. pada 31 Mei 1945, serta Ir.Sukarno pada 1 Juli 1945.
Dr.Supomo,S.H menyatakan,antara lain:
Tentang syarat mutlak lain lainnya, pertama tentang daerah, saya mufakat dengan
pendapat yang menga-takan: pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi batas
Hindia Belanda (Setneg RI, tt : 25).
Muh.Yamin,S.H menghendaki, antara lain:
.. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil,
Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan Semenanjung Malaya, Timor dan
Papua..Daerah kedaulatan negara Republik Indonesia ialah daerah yang delapan
yang menjadi wilayah pusaka bangsa Indonesia (Setneg RI, tt : 49).
Ir.Sokarno dalam pidaonya, antara lain:
Orang dan tempat tidak dapat dipisihkan. Tidak dapat di pisahkan rakyat dari
bumi yang ada di bawah kakinya. Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah
satu kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia, meyusun peta dunia, kita dapat
menunjukkan di mana kesatuan-kesatuan di situ. Seorang anak kecil pun, jikalau ia
melihat dunia, ia dapat menunjukakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu
kesatuan(Setneg RI, tt: 66).
Adapun yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah
Hindia Belanda. Namun, dalam rancangan UUD atau pun dalam keputusan PPKI tentang

UUD 1945 ketentuan tentang wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini di
jelaskan oleh ketua PPKI__Ir. Sukarno__bahwa dalam UUD yang modern, daerah
(=Wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt: 347). Berdasarkan penjelasan
dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah, tanah air, atau tumpah darah Indonesia
meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan
kepentingan nasional, dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas
wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah, tetapi juga untuk menegaskan hak
bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi Indonesia
berdasarkan pancasiladalam arti persatuan dan kesatuanmenuntut suatu konsep
kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan, serta udara angkasa di atasnya
sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah, laut bukan lagi sebagai alat pemisah
wilayah.
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada Aturan
Peralihan UUD45, Pasal IISegala badan Negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
iniyang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia Belanda
telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam
Ordonantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang dimuat dalam
Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang Territoriale Zee en Maritiem Kringen
Ordonantie.
Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah sepanjang 3
mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasarkan garis pasang surut, yang
dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu mempunyai
konsekuensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan bagian wilayah negara
Republik Indonesia mempunyai laut territorial sendiri-sendiri.
Sementara itu, di sisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut territorial
dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian
wilayah negara Republik Indonesia dipisahkan oleh adanya kantong-kantong laut yang
berstatus sebagai laut bebas yang berada di luar yuridiksi nasional. Dengan demikian,
dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.
Berdasarkan hal itulah, pada 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia
yang dikenal sebagai Deklarasi Juanda Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana
Menteri Republik Indonesia yang pada hakikatnya melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) No. 442 tahun 1939. Isi
pengumuman tersebut sebagai berikut:

1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut (low
water line), tetapi didasarkan pada system penarikan garis lurus (straight base line)
yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari pada
pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia (= point to point theory).
2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi Juanda
pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau Nusantara. Di dalam
deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu keutuhan
wilayah negara di lautan.
Selanjutnya, deklarasi ini diakomodasikan dalam rangkaian peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
1.

Undang-Undang No. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU ini,
diberikan penjelasan dan kejelasan sebagai berikut:

Alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang


penentuan batas laut wilayah;
Makna dan pengertian perairan Indonesia, laut wilayah Indonesia, serta perairan
pedalaman Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan
Indonesia. Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang lalu lintas
laut damai kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian, dan makna lalu
lintas damai kendaraan asing, serta bentuk dan luas kedaulatan wilayah Nusantara
sejak Deklarasi Juanda 1957.
Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda
Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal negara Indonesia menjadi
utuh tidak terpecah lagi. Hal ini menimbulkan reaksi beberapa negara yang beragam dan
dapat dikatagorikan menjadi 4 macam reaksi sebagai berikut (Kusumaatmaja, 2002: 26):

Negara-negara ASEAN termasuk Australia dan kini Timor Leste;


Negara-negara yang berkepentingan terhadap usaha perikanan laut;
Negara-negara maritim yang memiliki armada angkutan niaga besar; serta
Negara maritim besarterutama negara adidayadalam rangka mencapai tujuan
strategi global.
Tidak kalah penting adalah tantangan ke dalam, yakni mema-hami makna negara
kepulauan dan makna benua maritime (Zen, 2005). Selain itu, menghilangkan paham
bahwa batas wilayah tidak lagi berdasarkan garis pantai atau contour/coastline base,
tetapi atas dasar base line.

GEOPOLITIK DAN HUKUM KEWILAYAHAN


Hukum Laut dan Perkembangannya
Perkembangan Sejarah hukum laut tidak lepas dari kemajuan teknologi maritime
perkapalan dan kepelabuhanan Belanda dan Inggris, serta orientasi komoditi
perdagangan dunia (Simbolon, 1995). Setelah Perang Salib sampai dengan bagian akhir
zaman pencerahan (renaissance), laut praktis hanya menjadi milik Spanyol dan Portugal
sehingga ada semacam pembagian wilayah yuridiksi dari kedua Negara tersebut. Bagian
akhir zaman pencerahan (renaissance), teknologi maritime Belanda dan Inggris
melampaui Spanyol dan Portugal. Oleh Karena itu, hukum laut banyak ditentukan oleh
polemik bangsa Belanda dan Inggris.
Namun, sebelum membahas polemik yang menghasilkan rezim hukum laut, ada
baiknya dibahas terlebih dahulu hakikat laut. Hakikat laut adalah:

bebas, merdeka dan bergerak, serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak;
datar dan tebuka, serta tidak dapat dipakai sembunyi;

tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikaveling, sulit diberi tanda); serta

media untuk bermacam-macam alat angkut, terutama yang bervolume besar.


Dari hakikat tersebut timbul, falsafah hukum laut yang berbuntut pada perebutan
wilayah laut yakni:

Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, karena itu dapat diambil dan dimiliki
setiap negara;

Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, karena itu tidak dapat
diambil/dimiliki oleh setiap negara.
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang
lebih primitif. Oleh karena itu, para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling
berpolemik mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.

Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori Mare
Liberum (laut bebas). Laut tidak dapat di kuasai suatu negara dengan jalan
okupasi (menduduk), karena itu laut menjadi bebas.
John Selden, seorang ahli hukum Inggris yang pada tahun 1635 menulis tentang
hukum laut dengan judul, Mare Clausum (hak kuasa laut), sebagai jawaban atas
teori Grotius. Menurutnya, setiap negara dapat menguasai laut.

Sebagai koreksi atas tulisan tersebut di atas, Grotius memuat argument bahwa,
laut wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya
milik negara pantai. Selanjutnya , Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi
kapal-kapal dengan alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.

Cornelis Bijenkershoek (seorang Belanda) berpandapat bahwa laut wilayah


adalah 3 mil laut dari pantai pada saat pasang surut. Argumentasi ini didasari bahwa
jangkauan meriam kurang lebih 3 mil.Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994, yaitu
dengan adanya pengesahan melalui Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut
dari United Nations Convention on the of the seadi kenal UNCLOS 1982
berdasarkan persetujuan 118 negara di Montego Bay, Jamaica, tahun 1982.
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Dekla-rasi tanggal 13
Desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilaya (territory water) selebar 12 mil laut
dari Garis Pangkal/Garis Dasar (base line) atas dasar point to point theory. Dengan
demikian, laut antar pulau menjadi Perairan pedalaman (internal water) Selanjutnya, laut
wilayah dan laut pedalaman dikenalkan sebagai laut Nusantara.
Akibat konvensi hukum laut, timbul bermacam tipe perairan, hal ini tidak terlepas
karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu, dibahas beberapa masalah yang
menyangkut hukum laut:

Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea): wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis
yang menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.
Perairan Pedalaman (Internal Waters): wilayah laut sebelah dalam dari
daratan/sebelah dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.
Zona Tambahan (Contigous Zone): wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh
melebihi 12 mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk
melakukan pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, serta sanitasi dalam wilayah laut
territorial.
Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone): wilayah laut yang tidak
melebihi 200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat
untuk kepentingan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi, dan pengelolaan sumber
kekayaan hayati perairan.
Landas Kontinen (Continental Shelf): wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar
laut dan tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak
melebihi 100 mil dari kedalaman 2.500 m.
Laut Lepas (High Seas): dikenal pula sebagai laut bebas/laut Inter-nasional :
Wilayah laut > 200 mil dari Garis Pangkal.

Dengan adanya ketentuan di atas, Negara lain menuntut beberapa hakyang


sebenarnya adalah jaminandari Negara ke pulauan,antara lain:

Lintas: berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar


perairan pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan;
Lintas damai: bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjng tidak

merugikan kedamaian, ketertiban,atau keamanan negara yang bersangkutan; serta


Lintas transit: bernavigasi melintasi pada selat ynag di gunakan untuk pelayaran
internasional antara laut lepas/ZEE yang lain.
Alur Laut Kepulauan:
alur laut ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur
penerbangan di atasnya yang cocok di gunakan untuk lintas kapal dan jalur
pesawat terbang asing;
alur yang di tentukan dengan merangkai garis sumbuh pada peta,kapal dan
pesawat terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dan garis
sumbuh.
Laut Lepas:
semua bagian laut yang tak termaksud laut territorial baik perairan pedalam
maupun ZEE;
laut terbuka untuk semua negara, baik berpantai maupun tidak berpantai; serta
untuk laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang riset ilmiah dan
menangkap ikan.

Beberapa Perhatian Manusia Terhadap Laut

Perubahan peta bumi terjadi setelah perang dunia ke II karena telah lahir banyak
Negara nasional baru yang memiliki laut. Dengan demikian, perlu di perhatikan:

Laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat;

Perlu pengaturan bersama pemanfatan laut dan lingkungan untuk bangsabangsa.


Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia dalam
memanfatakan laut.
Bertambahnya jumlah penduduk harus diimbangi dengan kenaikan produksi,
khususnya dari sumber kekayaan laut.
Bagi bangsa Indonesia, laut untuk menjamin integrasi, sarana perhu-bungan dan
tersportasi, serta menjadi salah satu penghidupan, selain itu ditinjau dari segi militer
merupakan wahana pertahanan.

Hukum Dirgantara dan Perkembangannya


Ruang digantara dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu Ruang Udara dan
Ruang Antariksa. Ruang Udara berada di atas suatu wilayah negara dan dikategorikan
sebagai Ruang Udara Nasional atau wilayah kedaulatan negara kolong, yang
pemanfaatannya dikendalikan oleh negara tersebut. Adapun Ruang Antariksa,
pemanfaatannya diken-dalikan secara internasional dan tidak boleh di jadikan subjek
negara kolong.
Beberapa teori yang menjadi polemic para hukum di antaranya:

Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory): bahwa Ruang Udara Be-bas dapat
digunakan siapa saja, karena itu timbul perbedaan persepsi, pembebasan udara tanpa
batas atau kebebasan udara terbatas?;
Teori Negara berdaulat di Udara (Ari Sovereignty Theory ): behwa Negara kolong
berdaulat penuh tanpa batas ke atas. Hal ini juga menimbulkan perbedaan persepsi:
kedaulatan negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai?;
Masalah Ketinggian. Sampai kini masih belum ada kesepakatan (tahun 1910 pernah
di tentukan batas ketinggian kurang lebih 500 km). Teori penguasaan Cooper
menyatakan bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi setiap Negara.
Sementara itu, menurut Teori Udara Schacter, bahwa batas ketinggian s.d. 30 km atau
s.d. balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan diterbangkan;
Batas Wilayah Udara. Cara menentukan wilayah udara ada perbedaan, yaitu apabila
ditarik garis tegak lurus dari permukaan bumi ke atas, luas daratan dan lautan = luas
udara, tetapi ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan masalah. Kemudian,
disepakati ditarik garis dari pusat bumi sampai batas ruang angkasa/antariksa yang
membentuk kerucut terbalik. Oleh karena itu, luas daerah udara lebih luas dari pada
luas daratan dan lautan.
Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty):
Penggunaan damai bagi antariksa. Antariksa dan badan-badannya dianggap menjadi
wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku pemafaatan ruang
antariksa berdasarkan first come,first serve yang merugikan negara sedang
berkembang. Indonesia memiliki ruang digantara yang luas,apalagi di bawah
khatulistiwa yang memiliki jalur GSO. Sementara itu, batas ruang udara dan ruang
antariksa di tetapkan 100/110 km.

Seperti halnya dengan hukum laut, Indonesia juga menuntut perlakuan yang sama
terhadap ukum udara. Dalamhal ini, Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan negara
kolong terhadap Ruang Digantara. Paling sedikit tujuan yang ingin di capai Indonesia
ialah Ruang Udara Indonesia sebagai wilayah udarah (air soverignty) nasional dan ruang
antariksa Indonesia sebagai wilayah kepentingan (air juridiction) ZEE atau landas
kontinen, yang meliputi manfaatan wilayah Geostationary Satellite Orbit (GSO),
Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO).
Geostationery Satellite Orbit (GSO)
Geostationery Satellite Orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cincin terletak
pada enam radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk meletakkan satelit
komunikasi agar satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi.
Ketinggian GSO km di atas permukaan bumi. GSO mempunyai tiga keunikan, antara
lain:

GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa;
Ukuran terbatas, yaitu tebal 30 km lebar 150 km; serta

Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timurdengan masa orbit
24 jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau
12,5% keliling GSO. GSO menjadi sumberdaya alam terbatas.

Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia


Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang).
Dasar: Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim No.422/1939
(territoralle Zee en Maritiem Krigen Ordonantie No.422/1939)
Ukuran: 3 mil dari garis pantai pada saat pasang surut (low water)

Luar Wilayah:

2 juta kmSetelah Proklamasi s.d. 13 Desember 1957.

Dasar: Ketentuan Peralihan UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, tetap berlaku
Ordonansi No. 442?1939.

Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 13 Desember 1957 ( Deklarasi Juanda).


Dasar: Pengumuman Pemerintahan RI tanggal 13 Desember 1957
PEPERPU No. 4/1960 tentang Pemerintahan Indonesia.
Ukuran: 12 mil dari garis pangkal (point to point theory)
Luas Wilayah: bertambah

3,9 juta km2

Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 17 Februari 1969 (Landasan Kontinen).


Dasar: Deklarasi Pemerintahan RI tanggal 17 Februari 1969.
UU No. 1/1973 tentang Landasan Kontinen.

Luas Wilayah: Bertambah


0,8 juta km2, menjadi
Pemerintah tahun 1980 (Zone Ekonomi Eksklusif).

6,7 kmPengumuman

Dasar: Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif


UU No. 5/1983 tentang Zone Ekonomi Eksklusif (Pembenahan Kekayaan Alam
dan Potensi Alam).
Luas Wilayah: Bertambah

2,5 juta km2

, menjadi

9,2 juta km2

GEOPOLITIK DAN OTONOMI DAERAH


Latar Belakang
Sentralisasi pelayanan dan pembinaan kepada rakyat tidak mungkin dilakukan
dari pusat saja. Oleh karena itu, wilayah negara dibagi atas daerah besar dan daerah
kecil. Untuk keperluan tersebut, diperlukan asa dalam mengelola daerah, yang meliputi:

Desentralisasi pelayanan rakyat/public. Adapun filsafat yang dianut adalah:


Pemerintah Daerah ada karena ada rakyat yang harus dilayani. Desentralisasi
merupakan powersharing (otonomi formal dan otonomi material). Otonomi daerah
bertujuan memudahkan pelayanan kepada rakyat/publik. Oleh karena itu, output-nya
hendaknya berupa pemenuhan bahan kebutuhan pokok rakyatpublic goodsdan
peraturan daerah public regulationagar rakyat tertib dan adanya kepastian hukum.
Kebijakan desentralisasi mempunyai tujuan politis dan tujuan administrasi, tetapi
tujuan utamanya adalah pelayanan kepada rakyat/publik.
Dekonsentrasi: diselenggarakan karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan
kepada rakyat dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah
(kabupaten/kota). Dekonsentrasi terdiri atas fungsional (kanwil/kandep) dan integrasi
(kepala wilayah).
Pada kenyataanya, otonomi daerah di Indonesia secara luas tidak/belum pernah
terlaksana. Sejak masa masa penjajahan Belanda, Jepang, dan setelah kemerdekaan
otonomi masih dalam bentuk dekonsentrasi.

Pembagian Daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi,serta daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing
mempunyai pemerintah daerah (pasal 2 UU No. 32/2004). Pemerintah provinsi yang
berbatasan dengan laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai kea rah laut lepas dan ke arah perairan kepulauan (pasal18 ayat [4] UU No.
32/2004). Asas ini bertentangan dengan Deklarasi Pemerintaan RI yang telah dilakukan
melalui UNCLOS, serta telah diratifikasi dengan UU No. 6/1996 tentang perairan
Indonesia.
Sehubungan dengan ini, ada yang patut diwaspadai bahwa semangat otonomi
seharusnya tidak menjurus pada semangat pembentukan daerah berdasarkan etnik atau
subkultur. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Indonesia terbagi berdasarkan

subkultur dengan dibentuknya daerah keresidenan. Selanjutnya, wilayah-wilayah tersebut


terbagi habis menjadi provinsi, keresidenan, kabupaten/kota, kewedaan, dan kecamatan.
Globalisasi yang menyebabkan adanya Global Parados (Naisbit, 1987: 55) jangan
sampai menyemangati pemekaran wilayah atas dasar pendekatan kebudayaan sehingga
menimbulkan benturan budaya yang berakibat pecahnya negara nasional (Huntington,
1996:100). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada wilayah yang dilalui Alur
Laut Kepulauan Riau, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Bangka-Belitung, Banten,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Pulau Lombok, serta Maluku dan Maluku Utarayang
bebrapa saat lalu hingga kini tetap bergejolak, baik yang berupa konflik fisik maupun
konflik nonfisik (keinginan memisahkan diri dengan membentuk provinsi baru)

Pembagian Kewenangan (UU No.32/2004 tentang Pemerintaan Daerah)


Kewenangan Pemerintah (Pasal 10 Ayat [3]):

politik luar negeri;

pertahanan;

keamanan;

yustisi;

moneter dan fiskal nasional; dan

agama.
Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (Pasal 13)

Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;


penyediaan sarana dan prasarana umum;
penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
penanggulangan masalah sosial llintas kabupaten/kota
pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah, termasuk lintas
kabupaten/kota;
pengendalian lingkungan hidup;
pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil;
pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota;

urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pada dasarnya sama,


tetapi dalam skala kabupaten/kota, Pasal 14):
perencanaan dan pengendalian pembangunan;
perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masayarakat;
penyediaan sarana dan prasarana umum;
penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan;
penanggulangan masalah sosial;
pelayanan bidang ketenagakerjaan;
fsilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
pengendalian lingkungan hidup;
pelayanan pertanahan;
pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil
pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal;
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber
daya lainnya di wilayah laut (Pasal 18):

eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan laut;

pengaturan administrasi;

pengaturan tata ruang;

penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;

ikut serta pemeliharaan keamanan; dan


ikur serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Adapun batas wilayahnya adalah paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah
laut lepas dan 1/3-nya menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi


Untuk mendukung jalannya pemerintahan daerah, diperlukan dana yang tidak
sedikit. Akan tetapi, tidak semua daerah mampu mendanai sendiri jalannya roda
pemerintahan. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu membagi adil dan merata hasil
potensi masyarakat. Agar adil dan merata, diperlukan aturan yang baku. Dari ketentuan
tersebut, dikeluarkan beberapa istilah tentang dana untuk keperluan pembinaan wilayah,
antara lain:

1.

2.

3.
4.

Pendapatan Asli Daerah :


pajak daerah;
retribusi daerah;
hasil pengelolaan kekayaan daerah; dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Dana Perimbangan Daerah, terdiri atas:
dana bagi hasil dari pajak dan sumber daya alam;
dana alokasi umum; dan
dana alokasi khusus.
Pinjaman daerah: daerah dapat meminjam dari dalam negeri dan luar negeri
(melalui Pemerintah Pusat) dengan persetujuan DPR.
Lain-lain penerimaan yang sah termasuk Dana Darurat, berasal dari pinjaman
APBN.

Daerah Frontier
Banyak pimpinan daerah politisi dan pejabat daerah yang tidak menyadari dan
mendalami makna filosofi otonomi daerah sehingga ada wilayah yang terpencil, bahkan
terisolasi pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah "hinterland'
(pedalaman), tetapi apabila hinterlatid ini berada di tapal batas - batas resmi, yang
dikukuhkan melalui perjanjian internasional dengan negara jiran, daerah ini merupakan
daerah "frontier". Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling bergantung,
baik dengan manusia maupun dengan alam sehingga terjadi simbiosis. Kehidupan
masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara jiran menjadi saling mempengaruhi.
Akibatnya, terjadi pergeseran batas negara secara imajiner.
Daerah frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi antara lain:
1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup;
2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan
mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social security,
dan lain-lain); serta
3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup
kemungkinan adanya tuntutan referendum.
Kemudahan di negeri jiran dapat mendorong perbuatan kriminal yang berupa
antara lain pencurian kayu, penyelundupan barang dan orang, penggeseran patok batas,
penjualan pasir di pulau terluar, dan lain-lain. Pembinaan wilayah frontier laut hendaknya
mendapat prioritas, mengingat banyak pulau-pulau sepanjang perbatasan yang rawan
untuk dikuasai negara tetangga. Dari 91 pulau yang menjadi titik batas (point) ada 12

pulau yang rawan diserobot oleh negara lain, baik melalui okupasi diam-diam (silent
occupation) maupun melalul penetrasi budaya dan ekonomi. Untuk itu, perlu berdirinya
jawatan pencatatan pulau/pantai yang dikenal sebagal Marine Cadastre.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Berkaitan dengan diundangkannya UU No. 32/2004, perlu ditinjau kembali
rencana tata ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat
mengacu UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai,
dan telah menjadi Perda. Namun, RTRW Kabupaten dan Kota masih di bawah 50% yang
telah menjadi Perda (dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU No. 32/2004, ternyata
perlu mengubah RTRW. Pengubahan RTRW hendaknya mengacu pada kepentingan
nasional, tidak hanya mengacu pada kepentingan daerah semata (UU No. 24/1992). Oleh
karena itu, perlu standardisasi penataan ruang dan sudah barang tentu mengacu pada asas
negara kepulauan. Selama ini sering RTRW lebih berorientasi pada negara kontinen
sehingga upaya pembenahan pantai kurang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup.
Kurangnya pemahaman akan makna hakikat negara Nusantara, menyebabkan
meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di darat, tetapi juga di daerah maritim.
Sebagai contoh, reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan bakau
menimbulkan banjir yang tidak saja menimpa DKI Jakarta, tetapi juga provinsi lain.
Kasus yang sekarang masih terkatung-katung hingga kini adalah masih adanya
limbah B-3 dari Singapura yang dionggokkan di pulau-pulau Provinsi Kepulauan Riau.
Pulau-pulau tempat teronggoknya limbah B-3 temyata belum terencana peruntukannya
oleh Pemerintah, baik oleh pusat maupun daerah. Masuknya limbah B-3 sebagai barang
impor menandakan bahwa Indonesia masih belummungkin tidaktahu akan bahaya
limbah B-3 yang dimasukkan sebagai pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada
pulau-pulau yang tidak berpenghuni seperti halnya kasus di atas pada gilirannya akan
merugikan masyarakat.
Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa masyarakat dan pemerintah sering
mengabaikan baku mutu lingkungan, yaitu dengan terabaikannya salah satu sektor.
Kewajiban memiliki analisis dampak lingkungan (amdal) sering terabaikan karena
kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal, semua komponen masyarakat
hendaknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya, yaitu:
4. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingm secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna, serasi, selaras, dan berkelanjutan;
5. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlinclungan hukum.
6.
7.
8.
9.

Dengan menyadari akan filsofi ini, maka akan didapat hal-hal berikut:
Tercapainya kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam;
terwujudnya manusia indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
untuk melindungi dan membina lingkungan hidup;
Terjaminnya generasi masa kini clan generasi masa depan;
Tercapainya kelestarian lingkungan hidup;

10. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; serta


11. Terlindungnya nkri dari dampak kegiatan di luar wilayah nkri yang menyebabkan
pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, penyusunan rtrw
perlu benar-benar terpadu.

Pendaftaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)


Tanah Air Indonesia memiliki sebanyak 17.504 pulau dan yang bernama hanya
5.703 pulau dan sisanya sebanyak 11.801 belum bernama (Data Mabes TNI, 2005).
Akibatnya, dokumentasi nasional tentang konfigurasi kepulauan Indonesia tidak jelas,
bahkan gelap. Ini juga disebabkan kurangnya perhatian pengambil kebijakan
negarawan, politisi, serta para pemimpin nonformaldi negeri ini. Walhasil, banyak
pulau-pulau yang hilangdituntut kepemilikannya oleh negara jiran ataupun menjadi
rusak karena alam dan manusia Indonesiayang tidak diketahui.
Untuk itu, perlu berdirinya jawatan pencatatan pulau/pantai yang dikenal sebagai
Marine Cadastre. Dengan adanya Marine Cadastre, dengan upaya proaktif, diharapkan
Indonesia mampu menginventarisasi jumlah pulau, lengkap dengan tata letak (koordinat
pada peta taut) dan konfigurasinyaluas, letak, serta ciri flora dan faunasehingga akan
mudah bagi Indonesia untuk mendaftarkan diri ke PBB di New York. Adapun keuntungan
yang didapat dari Marine Cadastre, antara lain:

Dapat menuntut hak (claim) atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila
diduduki secara diam-diam oleh negara tetangga;
Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau, tetapi tidak tabu apa atau pulau mana
yang hilang; serta
Memberikan batas wewenang pada daerah otonom tentang batas laut berdasarkan
koordinat tidak berdasarkan perkiraan, seperti sekarang ini yang berakibat pada
konflik di kalangan masyarakat.

Upaya Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran


Dalam menghadapi ASEAN dan Australia, tindakan Indonesia paling tidak :
Mewaspadai "silent occupation" dengan pemantapan pembinaan kekuatan maritim;
Dalam menghadapi australia dengan proyek australia maritimeidentification zone
(amiz), indonesia harus segera mengidentifikasikan pulau-pulau yang tersebar luas.
Dalam menghadapi malaysia dan singapura yang menggunakan kekerasan, perlu
diwaspadai adanya five power defence agreement yang masih berlaku; serta
Dengan adanya kunjungan presiden dan wakil presiden ke perbatasan diharapkan
akan meningkatkan rasa nasionalisme rakyat indonesia.
Apabila menghadapi negara yang berkepentingan dengan perikanan:
Meningkatkan kemampuan nelayan dari nelayan pantai menjadi nelayan laut, karena
itu nelayan harus belajar membaca peta laut dan menggunakan peralatan navigasi
dengan lebih baik;

Pembangunan desa pantai, yang diisi oleh keluarga nelayan/pelaut, tidak seperti
sekarang ini yang masih dibangun oleh petani gunung; serta
nelayan ikut memonitor para pengganggu negara yang melakukan pencurian ikan,
pencemaran lingkungan, dan perusakan alat navigasi laut.

Dalam menghadapi negara yang memiliki armada angkutan laut besar yang ingin
tetap berperan dalam era globalisasi:
12. penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime Organization
harus tetap ditolak karena pada hakikatnya akan membuat wilayah Indonesia menjadi
terbuka sehingga kontraproduktif dibandingkan dengan Deklarasi Juanda.
13. ALKI perlu diinformasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim Indonesia,
dengan ditindak lanjuti secara proaktif dalam bentuk pengawasan.
Dalam menghadapi negara adidaya yang sejak semula menentang negara
Nusantara, hendaknya Indonesia tetap menolak penambahan ALKI. Penambahan ALKI
dapat mengakibatkan wilayah Indonesia terbuka kembali. Dengan demikian, laut
nusantara menjadi high seas.

BAB IV
GEOSTRATEGI INDONESIA
1. URAIAN TEORI DAN KONSEPSI
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa
lampau, kini, maupun masa mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap
bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara
sebagai ruang hidup nasional. Semua ini dalam rangka menentukan kebijakan, sarana,
dan sasaran perwujudan kepentingan, serta tujuan nasional melalui pembangunan.
Dengan demikian, suatu bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis,
sosial budaya, dan hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara
agar dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk
mewujudkan upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Selain itu, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional
untuk merancang arahan tentang kebijakan, sarana, serta sasaran pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut. Geostrataegi Indonesia dirumuskan
dalam wujud Konsepsi "Ketahanan Nasional".
2.

PENGERTIAN GEOSTRATEGI DAN GEOSTRATEGI INDONESIA

a. Pengertian Geostrategi
Geostartegi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
untuk menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan
nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan
dalam upaya mewujudkan tujuan politik.
b. Pengertian Geostrategi Indonesia
Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia
untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang
strategi pembangunan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan
sejahtera. Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk

kepentingan politik dan perang, melainkan untuk kepentingan kesejahteraan dan


keamanan.
3. PERKEMBANGAN KONSEP GEOSTRATEGI INDONESIA
Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep geostrategi
Indonesia yang tenimus adalah pentingnya pengkajian terhadap perkembangan
lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan meluasnya pengaruh
Komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai sebagai strategi untuk
mengembangkan dan membangun kemampuan teritorial dan kemampuan gerilya untuk
menghadapi ancaman komunis di Indocina.
Pada tahun 1965-an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsep
geostrategi Indonesia yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: Bahwa
geostrategi Indonesia harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan
keuletan dan daya tahan, juga untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan menangkal ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik bersifat
internal maupun ekstemal. Gagasan ini agak lebih progresif, tapi tetap terlihat konsep
geostrategi Indonesia baru sekadar membangun kemampuan nasional sebagai faktor
kekuatan penangkal bahaya.
Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian
tentang geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Pada era itu
konsepsi geostrategi Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi
ketahanan nasional dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan untuk menjaga
identitas kelangsungan serta integritas nasional sehingga tujuan nasional dapat tercapai.
Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan wujudnya dalam
bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi, metode, dan doktrin dalam
pembangunan nasional. Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bahkan juga
dikembangkan oleh negara-negara yang lain dengan bertujuan :
a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional, baik yang berbasis
pada aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan hankam, maupun aspek-aspek
alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian dan eksistensi hidup negara dan
bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
b.

Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:


1 ) menegakkan hukum dan ketertiban (law and order),
2) terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity),

3)

terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity),

4) terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and social
justice), serta
5) tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan din (freedom of the
people).

Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki dua sifat


pokok sebagai benkut.

4.

Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan,


geostrategi Indonesia ditujukan menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, serta eksistensi bangsa dan
negara Indonesia.
Bersifat developmental/pengembangan, yaitu pengembangan potensi kekuatan
bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankarn sehingga
tercapai kesejahteraan rakyat.
KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI
INDONESIA
a. Perkembangan Konsep Pengertian Tannas

Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960-an.Tannas adalah pertahanan


wilayah oleh seluruh rakyat.
Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963-an.Tannas adalah keuletan dan
daya tahan nasional dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang
dari luar maupun dan dalam yang langsung ataupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969-an. Tannas adalah keuletan dan
daya tahan nasional dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang
dari luar maupun dari dalam yang langsung ataupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
Gagasan
Tannas
berdasar
SK
Menhankam/Pangab
No.
SKEP/1382/XG/1974.Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan. ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, gangguan, dan tantangan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar yang langsung ataupun tidak langsung,
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara,
serta perjuangan nasional.
Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997.Tannas adalah kondisi dinamis

yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan
negara.
b. Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini bergantung pada kemampuan bangsa
dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta aspek sosial
sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang.
Ketahanan Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat
dalam wilayah nasional, baik fisik maupun sosial, serta memiliki hubungan erat
antargatra di dalamnya secara komprehensif integral. Kelemahan salah satu
bidang akan mengakibatkan kelemahan bidang yang lain, yang dapat
memengaruhi kondisi keseluruhan.

c. Sifat-Sifat Ketahanan Nasional.


Untuk mewujudkan ketahanan nasional, dilaksanakan dengan mengelola
dan menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap sistem kehidupan
nasional. Sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara, metode pendekatan dan pengkajian ketahanan nasional
terdiri atas pendekatan keamanan dan pendekatan kesejahteraaan. Sifat-sifat
ketahanan nasional adalah sebagai benkut :
1) manunggal;
2) mawas ke dalam;
3) kewibawaan;
4) berubah menurut waktu;
5) tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan;
6) percaya pada din sendiri; serta
7) tidak bergantudg pada pihak lain.

d. Konsepsi Dasar Ketahanan Nasonal

1) Model Astagatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan
memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan
kemampuannya.
Model
yang dikembangkan oleh
Lemhanas ini menyiinpulkan adanya 8 unsur aspek kehidupan nasional
yaitu:
a) Aspek Trigatra Kehidupan Alamiah:
(1) Gatra letak dan kedudukan geografi;
(2) Gatra keadaan dan kekayaan alam; serta
(3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
b)
Aspek
(1) Gatraldeologi,

Pancagatra

Kehidupan

Sosial:

(2) Gatra Politik,


(3) Gatra-Ekonomi,
(4) Gatra Sosial Budaya, dan
(5) Gatra Pertahanan Keamanan.

2) Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang
cukup banyak. Bila model Lemhanas berevolusi dan observasi empiris
perjalanan perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan secara analitis.
Dalam analisisnya, Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan
nasional dibina dalam kaitairnya dengan negara-negara lain. Artinya, ia
menganggap pentingnya perjuangan untuk mendapatkan power position
dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya, maka terdapat advokasi untuk
memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balanced
power.

3) Model Alfred Thayer Mahan


Mahan dalam bukunya "The Influence Seapower on History"
mengatakan bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila
bangsa tersebut memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a) Letak geografi
b) Bentuk atau wujud bumi
c) Luas wilayah
d) Jumlah penduduk
e) Watak nasional atau bangsa
f) Sifat pemerintahan

4) Model Cline
Cline melihat suatu negara dan luar sebagaimana dipersepsikan oleh
negara lain. Baginya hubungan antemegara pada hakikatnya amat
dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk di
dalamnya persepsi atau sistem penangkalan dan negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia
memiliki potensi geografi besar atau negara secara fisik yang wilayahnya
besar dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula. Model ini
mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan
dapat
memproyeksikan diri sebagai negara besar. Sebaliknya, suatu
negara dengan wilayah yang besar, tetapi jumlah penduduknya kecil juga
tidak akan menjadi negara besar walaupun berteknologi maju.

e. Komponeri Strategi Astagatra


Komponen strategi Astagatra merupakan perangkat hubungan bidangbidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini. Dengan
memanfaatkan dan menggunakan secara memadai segala komponen strategi
tersebut, dapat dicapai peningkatan dan pengembangan kemampuan nasional.

1) Trigatra
Komponen strategi trigatra ialah gatra geografi, sumber kekayaan alam, dan
penduduk. Trigatra merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat
kehidupan alamiah.
2)

Pancagatra
Komponen strategi pancagatra adalah gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancagatra merupakan kelompok gatra
yang intangible atau bersifat kehidupan sosial.

Hubungan Komponen Strategi Antargatra


Hubungan komponen strategi antargatra dalam trigatra dan pancagatra. serta
antargatra itu sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut
hubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependency). Oleh karena itu,
hubungan komponen strategi dalam trigatra dan pancagatra tersusun secara utuh
menyeluruh (komprehensif integral) di dalam komponen strategi astagatra.

Anda mungkin juga menyukai