LANDASAN TEORI
2.1
yang
melibatkan
seluruh pekerja yang bertujuan mencapai efektifitas pada seluruh sistem produksi
melalui partisipasi dan
menulis berbagai buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus
2.2
Mentalitas Dasar
Setiap tindakan harus dicatat dalam form yang sudah disediakan, hal ini
dilakukan untuk menghindari penyimpangan, kesalahan, kadaluarsa dan
mencegah ketidaktaatan dalam pengambilan tindakan.
Disamping perhatian yang tertuju
mengenai hubungan antara atasan dan bawahan yang baik yang akan bermanfaat
dalam pengendalian pemeliharaan yang terpadu. Adapun uraiannya sebagai berikut :
a) Penentuan masalah
Atasan sebaiknya memberikan saran-saran dan rekomendasi kepada
bawahannya dan menghindari hal-hal yang bersifat perintah, sehingga
diharapkan bawahan dapat berpartisipasi penuh.
b) Pencapaian sasaran
Atasan harus dapat memberikan dorongan, informasi dan delegasi
wewenang kepada bawahan. Sedangkan bawahan harus dapat memberikan
respon yang positif pada perhatian yang diberikan atasan.
c) Evaluasi hasil
Dalam hal ini, atasan harus dapat bersikap terbuka, adil dan objektif serta
dapat memberikan penghargaan terhadap hasil kerja bawahannya, dilain
pihak bawahan harus terus meningkatkan kemampuannya.
d) Tindakan hukuman
Hindari hukuman yang memberatkan. Orientasi pada pemecahan masalah
baik atasan maupun oleh bawahan.
2.3
Sistem Manajemen
Rencana
Strategis
Top
manajemen
Midlle
Rencana
Kegiatan
manajemen
Low
Manajemen
Kelompok
Pemeliharaan
2.3.1 Organisasi
Sebagaimana dijelaskan gambar diatas, terdapat beberapa level dalam penerapan
total productive maintenance untuk saling terkait agar dapat sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan. Adapun uraian dari level tersebut adalah sebagai berikut :
Top manajemen
Berfokus pada penentuan kebujakan perusahaan, menetapkan sasaran
perusahaan dan bertindak selaku steering committee perusahaan.
Middle manajemen
Berfokus kepada kegiatan berupa penentuan kebijakan ditingkat
departemen, menetapkan sasaran departemen dan bertindak selaku komite
total productive maintenance.
Seorang
menerus, masih memerlukan waktu perkembangan yang terdiri dari empat tahap
dibawah ini:
1. Membentuk pusat kegiatan
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Membentuk kelompok
4. Memilih pimpinan kelompok
Dalam penerapannya, awal kegiatan ditetapkan bahwa total productive maintenance
akan diterapkan dengan mempromosikan ke individu-individu terkait.
2.3.4 Evaluasi kemajuan kelompok maintenance
Setelah empat pokok dalam pengembangan kelompok maintenance telah
terbangun. Maka dalam melaksanakan tugasnya kelompok kecil maintenance tersebut
memiliki dasar program tersendiri yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahap pengembangan diri
Penguasaan terhadap teknis dan peningkatan terhadap motivasi kerja.
2. Penyelesaian masalah
Kelompok melatih diri untuk melakukan penanggulangan masalah dengan
sistematis dan terencana dengan baik.
3. Kegiatan peningkatan
Kelompok melakukan evaluasi terhadap kinerja dan melakukan perbaikan
yang perlu dilakukan dengan terus mengembangkan kemampuannya.
2.4
Pemeliharaan Terencana
2.5
Preventif Maintenance
2. Wilayah Useful-life
Merupakan fase umur pakai berguna (ta- tb). Fase kerusakan pada wilayah
ini relatif konstan. Dalam wilayah ini kerusakan tidak dapat diprediksi,
maka sering disebut sebagai wilayah fase kerusakan acak. Sedangkan
beberapa contoh alasan kerusakannya antara lain kerusakan alamiah,
kesalahan manusia, faktor keselamatan yang rendah, tingkat stress
peralatan yang tinggi, dan kerusakan yang tidak dapat dijelaskan.
3. Wilayah Ware-out
Wilayah dimana umur ekonomis suatu peralalatan telah habis dan telah
melebihi batas yang diizinkan, sehingga resiko kerusakannya akan tinggi.
Beberapa alasan dari terjadinya kerusakan paa wilayah ini adalah
kurangnya perawatan, kerusakan karena telah dipakai terlalu lama, lifetime
peralatan. Pada wilayah ini preventive maintenance diperlukan untuk
mengurangi tingginya kerusakan.
2.5.2 Distribusi Kerusakan
Distribusi kerusakan adalah informasi dasar mengenai umur pakai suatu peralatan
dalam suatu populasi. Distribusi yang umum digunakan adalah distribusi
eksponensial, lognormal, normal dan weibull, distribusi kerusakan ini dapat
memenuhi berbagai macam fase kerusakan. Distribusi eksponensial biasanya
digunakan jika laju kerusakan konstan terhadap waktu. Distribusi lognormal memiliki
kemiripan dengan distribusi weibull sehingga jika pada suatu kasus memiliki
distribusi weibull maka distribusi log normal juga dapat digunakan. Distribusi normal
biasanya digunakan pada fenomena terjadinya wear-out region. Sedangkan distribusi
weibull digunakan pada model yang mengalami laju kerusakan menaik maupun
menurun. Dalam perhitungan nilai distribusi kumulatif (F(ti)) digunakan pendekatan
median rank karena metode ini memberikan hasil yang lebih baik untuk distribusi
kerusakan yang mempunyai penyimpangan distribusi. Adapun nilai (F(ti)) tersebut
dapat didekati dengan persamaan : (Ebeling, hal 364)
F ( ti )
1 0.3
n 0.4
1. Distribusi Eksponensial
Distribusi ini memiliki laju kerusakan yang tidak berubah dan konstan
terhadap waktu (constant failure rate model). Penaksiran parameter
distribusi esponensial dilakukan dengan metode kuadrat terkecil (least
square method), yaitu : (Ebeling, hal 364)
xi ti
1
yi In
1 F (ti )
F ti
(i 0.3)
(n 0.4)
x .y
i
Parameter : b
i 1
n
2
i
i 1
Fungsi keandalan
R(t ) e .t
f (t )
R (t )
2. Distribusi Lognormal
Distribusi lognormal memiliki dua parameter yaitu parameter bentuk (s)
dan parameter lokasi (tmed). Seperti distribusi weibull, distribusi lognormal
memiliki bentuk yang bervariasi. Tetapi yang sering terjadi, data yang
dapat didekati dengan distribusi weibull juga bisa didekati dengan
distribusi lognormal (Ebeling, hal 73). Distribusi lognormal dilakukan
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method), yaitu:
xi ln ti
yi zi 1 ( F (ti )
F (ti)
i 0.3
i 0.4
n
n n
n. xi . y i xi . y i
i 1
i 1 i 1
b
2
n
n
2
n. xi xi
i 1
i 1
yi
i 1
Parameter :
i 1
n
s
1
, dan
b
t med e s .a
Fungsi keandalan
1
t
f (t ) 1 ln
s t med
f (t )
1
t
1 ln
s t med
x2
MTTF t med .e
2
3. Distribusi normal
Bentuk distribusi normal menyerupai lonceng sehingga memiliki nilai
simetris terhadap nilai rataan dengan dua parameterbentuk yaitu (nilai
tengah) dan (standar deviasi). Parameter memiliki sembarang nilai,
positif maupun negatif, sedangkan parameter selalu memiliki nilai
positif (Ebeling, hal 69). Distribusi normal dilakukan dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil (least square method) yaitu : (Ebeling, hal 370)
xi ti
yi zi 1 ( F (ti )
F (ti)
i 0.3
i 0.4
n
n n
n. xi . y i xi . y i
i 1
i 1 i 1
b
2
n
n
2
n. xi xi
i 1
i 1
yi
i 1
i 1
Parameter :
a
, dan
b
1
b
1 t 2
e 2
2 2
1
Fungsi keandalan
t
R(t ) 1
f (t )
f (t )
t
1
4. Distribusi weibull
Distribusi weibull sering dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui
karakteristik fungsi kerusakan karena perubahan nilai akan mengakibatkan
distribusi weibull mempunyai sifat tertentu ataupun ekuivalen dengan
distribusi tertentu. Distribusi weibull dilakukan dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil (least square method), yaitu :
xi ti
yi ln ln
1 F (ti )
F (ti)
n
n n
n. xi . y i xi . y i
i 1
i 1 i 1
b
2
n
n
2
n. xi xi
i 1
i 1
i 0.3
i 0.4
yi
i 1
Parameter :
i 1
a
b
t
f (t ) .
Fungsi keandalan
f (t ) e
F (t ) 1 e
t
f (t )
Distribusi eksponensial
xi ln .ti
yi
ln 1
1 F (ti )
Distribusi eksponensial
xi ln .ti
yi ln
ln 1
1 F (ti)
Distribusi normal
xi ti
yi nilai normalitas dari F (ti)
Distribusi lognomal
xi ln .ti
yi nilai normalitas dari F (ti)
dimana:
ti data time to failure (untuk MTTF)
ti data downtime kerusakan (untuk MTTR)
Semakin besar nilai r menandakan bahwa hubungan linear antara xi dan yi semakin
baik. Nilai r = 0 berarti antara xi dan yi tidak ada hubungan linear, namun bukan
berarti tidak memiliki hubungan sama sekali (Walpole, hal 370). Beberapa kriteria
bisa digunakan untuk mengidentifikasi index of fit. Diantaranya adalah memilih index
of fit terbaik, yaitu yang terbesar untuk menentukan jenis distribusi suatu data
(Ebeling, hal 408).
n
n n
n. xi . y i xi . yi
i 1
i 1 i 1
n 2 n 2 n 2 n 2
n. xi xi n. y i yi
i 1 i 1
i 1
i 1
T p .R(tp ) 1 R(t p )
dimana :
tp
Tf
Tp
M (tp) =
1
= waktu rata-rata perbaikan
1
= waktu rata-rata pemeriksaan
i
Total donwtime per unit waktu merupakan fungsi dari frekuensi pemerikasaan (n) dan
didenotasikan dengan D(n), yaitu :
D (n)
( n) n
dimana :
1
i
k
n
( n) n
' (n)
k
n2
dan
D ' ( n)
k
1
n . i
2
Dimana :
1
MTTR
(1 / i)
jam ker ja / tahun
Nilai i berbanding terbalik dengan
1
i
Nilai k adalah nilai konstan dari jumlah kerusakan per satuan waktu, sehingga jumlah
pemeriksaan optimal dapat diperoleh :
n
k i
1
t
R(T ) 1 ln
s t med
1
t
R(T ) 1 ln
s t med
1 t n.
R(t n.T ) 1 ln
t med
s
RM (t ) R(T ) n R(t n.T )
dimana :
T
= Age replacement
R(t)
R(T)n
2.6
Efektifitas Peralatan
Objektivitas dari setiap kegiatan perawatan dan perbaikan dalam produksi adalah
menaikkan produktivitas dengan meminimalkan biaya-biaya yang menyangkut
penjaminan tingkat produktivitas. Berkaitan dengan preventive maintenance,
efektifitas peralatan menjamin pada kelancaran produksi dan minimasi dalam biaya
perawatan dan perbaikan. Total preventive maintenance mengarah pada usaha untuk
memaksimalkan output dengan menjaga kondisi operasi ideal dan mengoperasikan
alat dengan efektif. Sebuah mesin ataupun peralatan yang mengalami breakdown,
pengurangan kecepatan secara periodik, penurunan spesifikasi output, dan defect
merupakan sasaran untuk dilakukan efektifitas, baik dengan jalan perbaikan maupun
perawatan dengan seksama.
2.7
Autonomous maintenance
Sampai saat ini orang masih berpendapat bahwa antara kegiatan pemeliharaan
dengan kegiatan produksi merupakan dua kegiatan yang terpisah satu sama lain.
Pelaksanaan penempatan pekerja terbagi menjadi dua bagian yang terpisah sehingga
ada dua pihak yang bertanggung jawab terhadap efektifitas pemakaian mesin dengan
lingkup tanggung jawab maupun cara kerjanya masing-masing. Bagian pemeliharaan
(maintenance) bertanggung jawab atas ketersedian mesin sementara bagian produksi
bertanggung jawab pada pengoperasian mesin. Seorang operator produksi hanya
bertugas mengerjakan benda kerja dan mengawasi mutu prosesnya, tidak memikirkan
kondisi mesin yang digunakannya bahkan tidak tahu segi teknis dari mesin yang
Lubrikasi
Sulit untuk disangkal bahwa operator memang seharusnya memikul tanggung jawab
dalam pemeliharaan mesin dalam batasan tertentu. Pemakaian mesin hanya efektif
bila kinerja pengoperasiannya tinggi dan ini tergantung juga pada keterampilan
operator. Kinerja pengoperasian tinggi akan menghasilkan hasil produksi yang tinggi
pula, namun demikian hasil produksinya tentu saja akan berkurang apabila mesin
yang dioperasikan berada pada kondisi offline dan menunggu atau sedang diperbaiki
akibat gangguan yang terjadi.
2.7.1 Kegiatan bagian produksi
Didalam total productive maintenance, untuk meningkatkan efektifitas pemakaian
mesin dilakukan dua kegiatan, yaitu :
1. Kegiatan pemeliharaan
Merupakan kegiatan pemeliharaan berupa pencegahan breakdown dan
perbaikan mesin. Perwujudan terdiri dari preventive maintenance dan
corrective maintenance.
2. Kegiatan peningkatan
Merupakan kegiatan peningkatan yang bertujuan memperpanjang masa
pakai
mesin,
mempersingkat
waktu
untuk
pemeliharaan
dan
menyederhanakan pemeliharaan.
Disamping itu dari sisi operator pun memiliki kewajiban untuk menjaga kondisi dasar
pada mesin yang terdiri dari :
Mencegah penurunan performa mesin
Mengukur besarnya penurunan performa yang terjadi
Memulihkan kondisi mesin
Mencegah penurunan kondisi mesin memiliki arti operator mampu mempertahankan
kondisi mesin agar tetap berada pada spesifikasi dan performanya. Penurunan
performa mesin memang sering kali tanpa disadari. Untuk dapat mencegah atau
meminimalisir penurunan performa mesin dapat dilakukan cara seperti dibawah ini :
Mengoperasikan mesin dengan benar.
Melakukan routine maintenance seperti cleaning,lubrication dan calibration
Melakukan penyetelan mesin dengan benar.
Me-record terjadinya breakdown dan gangguan lainnya agar dapat
dicarikan solusinya juga antisipasinya dengan menggunakan data
breakdown yang ada.
Bekerjasama dengan maintenance staff untuk mempelajari symptomsymptom guna mempelajari dan menerapkan kegiatan peningkatan.
Pembersihan awal
Pada tahap perkembangan ini operator diperkenalkan pengertian pembersihan
sama dengan inspeksi. Selama ini mereka memiliki pengertian bahwa kegiatan
pembersihan
adalah
menyingkirkan
kotoran
dari
tempatnya
sehingga
Namun demikian hal ini akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan. Adapun kriteria
penyusunan standar adalah sebagai berikut :
4.
Pelatihan dasar
Penyeragaman pengetahuan
Menerapkan pengetahuan
Segi lain yang membetasi adalah alokasi waktu yang tersedia, sebab kegiatan
operasi bukan hanya terdiri dari kegiatan pemeliharaan saja.
5.
Inspeksi mandiri
Disini disusun standar dasar yang merupakan gabungan antara standar yang telah
disusun pada tahap tiga dengan ditambah inspeksi total harian. Hasilnya
dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
identifikasi tujuan yang diatur dan set standar yang terkait. Ketertiban
berhubungan dengan set standar dan berhubungan dengan operator. Tugas dari
kelompok maintenance untuk menaikan sekaligus menyederhanakan standarstandar tersebut. Dengan organisasi dan ketertiban akan meningkatkan
penyederhanaan standar yang meliputi apa yang harus diorganisir dan apa yang
harus dikontrol.
Concern
Unsur
Pekerjaan
Peralatan presisi
operasi dan
perbaikan
7.
berarti
menyingkirkan
bendaasing
(mis:
debu,
Pelumasan
Standar kebersihan
2. Pelumasan
Pelumasan merupaka persyaratan kedua dalam menjaga kondisi standar
mesin. Pelumasan secara tidak langsung akan mencegah penurunan
2.8
Maintenance Prevention
Pada mesin yang baru dipakai sering kali timbul masalah terutama pada saat uji
jalan sehingga sulit untuk menetapkan standar operasi normalnya. Mungkin saja pada
saat itu mesin dapat beroperasi dengan normal tetapi bagian pemeliharaan akan dibuat
repot dengan banyaknya perbaikan ringan, inspeksi, penyetelan, pelumasan dan
pembersihan yang diluar kebiasaan. Oleh karena itu jika ingin membeli mesin perlu
diteliti dahulu apakah mesin yang akan dibeli tersebut sudah dilengkapi dengan
sistem pencegahan pemeliharaannya, sebab apabila tidak dilengkapi dengan sistem
pemeliharaan pencegahan bagian pemeliharaan akan dibuat repot sepeti hal yang
dengan
cara
mempertimbangkan
pengalaman
yang
lalu
kualitas
standar data teknis dan pemeliharaan yang tidak bisa dipakai oleh departemen
pemeliharaan. Untuk mengatasi kondisi demikian, yang terpenting adalah komunikasi
yang baik antara departemen pemeliharaan dan production engineering. Maintenance
staff membantu pihak production engineering untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk maintenance prevention. Sebagai timbal bailk, production
engineering bertanggung jawab pada waktu fabrikasi dan instalasi. Data pemeliharaan
meliputi catatan peningkatan alat, catatan breakdown, catatan pemeliharaanperiodik,
catatan inspeksi dan sebagainya. Data-data ini tidak seluruhnya bisa dimengerti oleh
staff dari departemen production engineering dan untuk keperluan ini data harus
disesuaikan kedalam bentuk yang mudah dimengerti oleh staff departemen
production engineering.
2.9
operator maupun staff serta peningkatan penggunaan mesin dan peralatan. Untuk
dapat menghilangkan enam kerugian besar (six big losses), pertama kali yang harus
dilakukan adalah meningkatkan motivasi dengan melakukan perubahan sikap, dan
meningkatkan kompetensi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, serta
menyiapkan tempat kerja yang sesuai untuk kesuksesan penerapan total productive
maintenance. (seiichi nakajima, 1988)
2.9.1 Perubahan sikap karyawan
Kegiatan pemeliharaan mandiri yang dilakukan oleh operator adalah merupakan
salah satu ciri khas dari total productive maintenance. Sebelum diterapkan total
productive maintenance, perusahaan harus membagi-bagi fungsi dan tanggung jawab
pekerjaan melalui pembagian kerja yang spesifik. Fungsi dan tanggung jawab para
operator dan maintenance deparment staff dipisahkan secara spesifik. Akibatnya,
sikap operator didasari atas pola pikir I operate you fix atau sebaliknya I fix
you operate, dont touch anything Cara berpikir yang demikian itu akan sangat
menghambat keberhasilan penerapan total productive maintenance. Semua karyawan,
khususnya baik operator dan maintenance staff haruslah sepakat bahwa operator
mesin bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin yang dipakainya setiap hari.
Untuk dapat bertanggung jawab, maka para operator harus diberikan pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk dapat berfungsi secara mandiri.
terasalah
perlunya
terlebih
dahulu
mempelajari
cara
bagaimana
dibutuhkan suatu pelatihan untuk operator dengan tujuan agar operator dapat menjaga
apa yang disebut dengan kondisi dasar mesin. (Basic machine or equipment
condition)