Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMAHAMAN AKUNTANSI DAN KETENTUAN

PERPAJAKAN SERTA TRANSPARANSI DALAM PAJAK


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN
(Survei Pada Wajib Pajak Badan PPh Berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya)
Ade Saepudin (083403175)
Email : dhes7413@yahoo.com
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 164

Abstract

The purpose of this research to know: 1) an understanding of the accountung


and taxation provisions, transparency in tax and the taxpayers compliance agency in
city of Tasikmalaya, 2) the influence of understanding of the accounting and taxation
provisions and transparency in tax to simultaneously on the taxpayers compliance
agency in the city of Tasikmalaya. The method used in this research is descriptive
method with survey approach. The samples in this study were taken by purposive
sampling method. The subjects in this reseach is a form of business entity CV and PT
are located in the city of Tasikmalaya. The analysis tool used is multiple regression
analysis with intervals measurement. Testing of hypothesis partially by using test t and
in simultan by using test F with a significance level () of 0,05. The results of this
research showed that 1) an understanding of accounting and taxation provisions,
transparency in tax and the taxpayers compliance agency in city of Tasikmalaya have
been good, 2) an understanding of the accounting and taxation provisions and
transparency in tax to simultaneously has a significant effect on the taxpayers
compliance agency in the city of Tasikmalaya.
Keywords : Taxpayers Compliance Agency, Transparency in Tax, Understanding of
Accounting, Taxation Provisions

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pemahaman akuntansi dan


ketentuan perpajakan, transparansi dalam pajak serta kepatuhan wajib pajak badan di
Kota Tasikmalaya, 2) pengaruh pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan serta
transparansi dalam pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan survei. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive
sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah badan usaha yang berbentuk CV
dan PT yang berada di Kota Tasikmalaya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda dengan pengukuran interval. Pengujian hipotesis secara parsial dengan
menggunakan uji t dan secara simultan dengan menggunakan uji F dengan tingkat
signifikansi() sebesar 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pemahaman
akuntansi, pemahaman ketentuan perpajakan, transparansi dalam pajak dan kepatuhan

wajib pajak badan di Kota Tasikmalaya sudah baik, 2) pemahaman akuntansi dan
ketentuan perpajakan serta transparansi dalam pajak secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Badan, Pemahaman Akuntansi, Pemahaman
Ketentuan Perpajakan, Transparansi dalam Pajak

I.

PENDAHULUAN

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dan
paling besar dalam menopang pembiayaan pembangunan. Pajak bersifat dinamis dan
mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya
perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Tuntutan akan peningkatan
penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi
alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu (Rapina dkk, 2011:2).
Reformasi perpajakan di indonesia dimulai pada tahun 1984, dimana pemungutan pajak
menganut Self Assessment System secara penuh yang menggantikan Official Assessment
System.
Reformasi pajak saat ini lebih menekankan supaya penerimaaan dari sektor pajak
menjadi lebih meningkat. Dirubahnya dan disempurnakannya peraturan perpajakan
menjadi Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan merupakan tujuan dari dilakukannya reformasi pajak yaitu untuk
memperbaiki sistem perpajakan yang terjadi yang intinya dapat meningkatkan
pendapatan atau penerimaan negara dari sektor pajak tersebut.
Tabel 1
Rencana Penerimaan dan Realisasi Penerimaan PPh Badan Selama 5 Tahun
Terakhir di KPP Pratama Kota Tasikmalaya
Rencana
Realisasi
Persentase Realisasi
No. Tahun
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
1.
2008
6.951.180.281
6.622.767.937
95,27 %
2.
2009
10.673.766.065
7.232.506.119
67,76 %
3.
2010
10.751.144.311
7.962.025.412
74,06 %
4.
2011
14.433.888.350 12.788.143.153
88,6 %
5.
2012
11.436.755.272
9.057.544.160
79,19 %
(Sumber : KPP Pratama Kota Tasikmalaya)
Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat, tahun 2012 target
yang diemban oleh Dirjen Pajak mencapai Rp. 853 triliun. Dalam upaya mencapai
target penerimaan tersebut, Dirjen Pajak telah melakukan segenap upaya antara lain

dengan program Sensus Pajak Nasional, melakukan edukasi kepada wajib pajak tentang
cara pemenuhan hak dan kewajiban dibidang perpajakan (A. Sjarifuddin Alsah dkk,
2011:2). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase realisasi penerimaan pajak
di KPP Pratama Kota Tasikmalaya selama 5 tahun terakhir cenderung turun
dibandingkan dengan rencana/target penerimaan pajak yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Penerimaan atau pendapatan pajak negara akan meningkat jika tingkat kepatuhan
masyarakat sebagai wajib pajak dalam membayar pajak tinggi. Artinya jika semua
wajib pajak yang ada memiliki kepatuhan dalam membayar pajak maka pembangunan
akan terlaksana dan target penerimaan pajak tahun 2012 dapat tercapai. Namun,
Manurung Romulus (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa rata-rata 51% wajib
pajak badan melaporkan pajak terutangnya secara tidak benar dan sejumlah wajib pajak
pribadi melaporkan pajak terutangnya secara tidak benar (Liana, 2008:186). Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah.
Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan
menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang
mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Kepatuhan dalam
perpajakan berkaitan dengan mengisi, melapor dan membayarkan pajak terutangnya
dengan benar dan tepat waktu. Kepatuhan dalam membayar pajak akan tercapai apabila
wajib pajak telah memahami akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan pajak dan
ketentuan umum mengenai kewajiban dan sanksi yang akan diperoleh jika tidak
membayar pajak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Diniaty (2011:106) yang
menyimpulkan bahwa pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Namun di zaman sekarang ini, pemahaman mengenai akuntansi dan ketentuan
perpajakan tidak akan efektif terlaksana dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Dimana akhir-akhir ini banyak pemberitaan kasus kecurangan di sektor perpajakan yang
terkuak yang tidak tanggung-tanggung melibatkan jajaran Dirjen Pajak sebagai tokoh
utamanya. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah pegawai pajak yang terkena sanksi disiplin
terus meningkat. Pada tahun 2007 jumlah pegawai yang terkena sanksi disiplin
sebanyak 196 orang. Angka itu berlipat ganda pada tahun 2008 menjadi 406 orang.
Pada tahun 2009 dan 2010, berturut-turut Dirjen Pajak memberikan sanksi isiplin

kepada 516 dan 657 pegawai. Sedangkan sepanjang tahun 2012 ini sudah ada 39
pegawai yang dijatuhkan sanksi (Ririn Aprilia dalam www.viva.co.id).
Adapun kasus terbaru dari dunia perpajakan adalah berita mengenai pegawai pajak
Tomy Hendratno yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
karena akan menerima suap dari seorang pengusaha menambah deretan daftar panjang
yang buruk di dunia perpajakan, setelah terkuaknya kasus Gayus Tambunan sebagai
mafia pajak kelas kakap. Bukti yang didapati KPK berupa uang tunai sekitar Rp 300
juta

sudah

tidak

dapat

disangkal

lagi

(Kartika

Runiasari

dalam

www.suaramerdeka.com).
Adanya berbagai kasus tersebut, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
seakan tergoncang. Hal yang dipertanyakan, buat apa membayar pajak, jika akhirnya
dikorupsi oleh pejabat; jika negara tidak mampu memberikan jaminan sosial; jika
merugi karena kondisi nasional, negara tidak membantu rakyatnya; jika dibayar hanya
untuk membiayai studi banding orang-orang terhormat ke luar negeri (Michell,
2009:135).

Masyarakat

menjadi

menuntut

keterbukaan

dalam

kejelasan

alokasi/penggunaan dari penerimaan pajak (transparansi dalam pajak) yang harus


dilaksanakan Dirjen Pajak dan Pemerintah untuk meniadakan atau setidaknya
mengurangi ketidakpercayaan dan kecurigaan dalam aktivitas perpajakan.
Dengan adanya transparansi pajak dalam hal ini adanya informasi yang jelas, tidak
akan ada anggapan lagi dari masyarakat bahwa pajak yang dibayarkannya akan
dikorupsi, hanya akan digunakan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu, dan pada
akhirnya akan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar
pajaknya menjadi lebih tinggi, dan pembangunan dapat terlaksana dengan tepat sasaran.
Sehingga dengan adanya transparansi dalam pajak ini juga, kelembagaan dan sistem
perpajakan indonesia akan menjadi lebih baik. Semakin wajib pajak paham tentang
akuntansi dan ketentuan perpajakan, serta transparansi dalam pajak semakin diterapkan
dan dilaksanakan oleh Dirjen Pajak dan Pemerintah maka tingkat kepatuhannya untuk
membayar pajak akan tinggi.
Permasalahan yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman akuntansi, pemahaman ketentuan perpajakan, transparansi
dalam pajak dan kepatuhan wajib pajak badan pada wajib pajak badan PPh
berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
4

2. Bagaimana pengaruh pemahaman akuntansi, ketentuan perpajakan dan transparansi


dalam pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada wajib
pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemahaman akuntansi, pemahaman ketentuan perpajakan,
transparansi dalam pajak dan kepatuhan wajib pajak badan pada wajib pajak badan
PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman akuntansi, ketentuan perpajakan dan
transparansi dalam pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak badan
pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif dengan
pendekatan survei. Metode deskriptif adalah suatu metode yang menganalisis kelompok
manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Sedangkan penelitian survei adalah penyelidikan yang diadakan
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara faktual, baik tentang institusi sosial ekonomi atau politik dari suatu
kelompok/daerah.
Populasi penelitian ini adalah 319 wajib pajak badan yang terdiri dari wajib pajak
badan

berbentuk

CV

berjumlah

232

dan

PT

berjumlah

87

(sumber:

www.tasikmalayakota.bps.go.id) yang berada di Kota Tasikmalaya. Pemilihan sampel


penelitian didasarkan pada metode

purposive sampling. Pertimbangan dalam

pengambilan sampel yang digunakan yaitu karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya
yang dimiliki peneliti. Rascoe dalam buku Research Methods For Business (1982:253)
yang dikutip Sugiyono (2010:130) memberikan salah satu saran tentang ukuran sampel
untuk penelitian seperti berikut : Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan
multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 4
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 4 = 40 responden.
Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 16. Pengolahan data dan analisa data
menggunakan analisis regresi berganda, yaitu data diperoleh dari hasil kuesioner yang
5

telah diisi oleh wajib pajak badan, akan dinilai berdasarkan skor yang telah ditetapkan
kemudian dilakukan Uji Kualitas Data (Uji Validitas dan Uji Reliabilitas) dan Uji
Asumsi Klasik, setelah itu diuji dengan analisis regresi berganda.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 2
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Pemahaman Akuntansi
No.

Pertanyaan

1.

Apakah Bapak/Ibu selalu mencatat transaksitransaksi yang terjadi di perusahaan berdasarkan


urutan kejadiannya?
Apakah di perusahaan Bapak/Ibu, jurnal yang
disusun berdasarkan transaksi yang terjadi selalu
seimbang antara sisi debit dan sisi kredit ?
Apakah
Bapak/Ibu
selalu
mengelompokkan
transaksi-transaksi yang sudah dicatat menurut
kelompok akun yang ada, yaitu kelompok akun
(assets), akun kewajiban (liabilities), akun ekuitas
(equities), akun pendapatan (revenue) dan akun
beban (expense) ?
Apakah pelaksanaan dalam pengelompokkan data
keuangan di perusahaan Bapak/Ibu berjalan lancar ?
Apakah tahap pengikhtisaran data keuangan di
perusahaan Bapak/Ibu terdiri dari pembuatan neraca
saldo, neraca lajur dan jurnal penyesuaian ?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa neraca saldo
merupakan titik awal yang baik untuk penyusunan
laporan keuangan ?
Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa laporan keuangan
harus disusun secara sistematis untuk dapat dipahami
dan dapat diperbandingkan serta disajikan secara
lengkap ?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa laporan labarugi menunjukkan gambaran kinerja perusahaan
selama satu periode ?
Apakah dengan adanya hasil dari penafsiaran data
keuangan
membantu
Bapak/Ibu
dalam
pengembangan usaha ?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa penafsiran data
keuangan merupakan membaca laporan keuangan
yang dihasilkan sehingga dapat diketahui kinerja dan
posisi keuangan untuk perusahaan ?

2.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

10.

Jumlah

Skor Yang
Ditargetkan

Skor Yang
Diperoleh

Kategori

200

172

Baik

200

166

Baik

200

143

Baik

200

148

Baik

200

160

Baik

200

142

Baik

200

162

Baik

200

155

Baik

200

161

Baik

200

152

Baik

2000

1561

Baik

Berdasarkan Tabel 2, bahwa nilai yang diperoleh dari perhitungan terhadap


tanggapan responden mengenai pemahaman akuntansi yang dilakukan pada Wajib
Pajak Badan berbentuk Perseroan Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas (PT) di

Kota Tasikmalaya adalah sebesar 1561 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
pemahaman akuntansi pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota
Tasikmalaya sudah baik atau tinggi.
Tabel 3
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Pemahaman Ketentuan
Perpajakan
No.

Pertanyaan

1.

Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa sistem self


assessment merupakan hasil dari reformasi pajak
yang menggantikan sistem official assessment ?
Apakah menurut Bapak/Ibu sistem perpajakan yang
berlaku sekarang memberi kemudahan bagi wajib
pajak
untuk menghitung,
memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar ?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) merupakan nomor yang
diberikan sebagai identitas/tanda pengenal wajib
pajak ?
Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa NPWP merupakan
salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak ?
Apakah Bapak/Ibu selalu melaporkan SPT masa ke
kantor pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikutnya ?
Apakah Bapak/Ibu selalu melaporkan SPT tahunan
selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun akhir
pajak?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa sanksi pidana
(denda pidana, kurungan dan penjara) merupakan
siksaan atau penderitaan sebagai suatu alat terakhir
atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar
norma perpajakan dipatuhi ?
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa keterlambatan
menyampaikan atau tidak menyampaikan SPT masa
dan SPT tahunan dikenakan denda sebesar Rp.
500.000,- dan Rp. 1.000.000,- ?
Apakah Bapak/Ibu menghitung dan membayar
sendiri pajak dengan benar ?
Apakah Bapak/Ibu setelah menyampaikan SPT
menerima tanda bukti pemasukan SPT?
Apakah pembukuan diperusahaan Bapak/Ibu
diselenggarakan
dengan
itikad
baik
dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya ?
Sebelum menyelenggarakan pembukuan, apakah
Bapak/Ibu melakukan pencatatan atas data transaksi
yang terkumpul secara teratur ?

2.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.
10.
11.

12.

Jumlah

Skor Yang
Ditargetkan

Skor Yang
Diperoleh

Kategori

200

160

Baik

200

152

Baik

200

163

Baik

200

162

Baik

200

165

Baik

200

164

Baik

200

153

Baik

200

148

200

158

Baik

200

154

Baik

200

169

Baik

200

166

Baik

2400

1914

Baik

Berdasarkan Tabel 3, bahwa nilai yang diperoleh dari perhitungan terhadap


tanggapan responden mengenai pemahaman ketentuan perpajakan yang dilakukan pada

wajib pajak badan berbentuk perseroan komanditer (CV) dan perseroan terbatas (PT) di
Kota Tasikmalaya adalah sebesar 1914 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
pemahaman ketentuan perpajakan pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di
Kota Tasikmalaya sudah baik atau tinggi.

Tabel 4
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Transparansi dalam Pajak
No.

Pertanyaan

1.

Apakah menurut Bapak/Ibu sosialisasi/penyuluhan


yang dilakukan Dirjen Pajak mengenai ketentuan
baru perpajakan kepada masyarakat (wajib pajak)
telah berjalan dengan baik ?
Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa Dirjen Pajak telah
melakukan sensus pajak dan sosialisasi perpajakan
setiap setahun sekali ?
Apakah menurut Bapak/Ibu informasi mengenai
jumlah penerimaan pajak di kantor pajak pusat untuk
setiap tahun anggaran cukup jelas dapat diketahui
masyarakat ?
Apakah Bapak/Ibu merasa perlu mengetahui/diberi
tahu mengenai besarnya jumlah penerimaan pajak
baik di kantor pajak pusat maupun cabang ?
Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa pengalokasian
penerimaan pajak yang dilakukan pemerintah telah
digunakan untuk kesejahteraan rakyat melalui
pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum
(sekolah, rumah sakit, jalan dll) ?
Apakah menurut Bapak/Ibu penerimaan pajak
didistribusikan oleh pihak yang tepat secara merata
untuk pembangunan yang benar-benar membutuhkan
(tepat sasaran)?
Jumlah

2.

3.

4.

5.

6.

Skor Yang
Ditargetkan

Skor Yang
Diperoleh

Kategori

200

127

Cukup
Baik

200

148

Baik

200

130

Cukup
Baik

136

Cukup
Baik

200

162

Baik

200

147

Baik

1200

850

Baik

200

Berdasarkan Tabel 4, bahwa nilai yang diperoleh dari perhitungan terhadap


tanggapan responden mengenai transparansi dalam pajak yang dilakukan pada wajib
pajak badan berbentuk perseroan komanditer (CV) dan perseroan terbatas (PT) di Kota
Tasikmalaya adalah sebesar 850 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
masalah transparansi dalam pajak menurut wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT
di Kota Tasikmalaya sudah dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah dan Dirjen Pajak.

Tabel 5
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Badan
No.

Pertanyaan

1.

Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa setiap wajib pajak


yang memiliki penghasilan wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP?
Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa sebagai wajib pajak
harus mempunyai NPWP yang digunakan sebagai
identitas wajib pajak ?
Apakah Bapak/Ibu melaporkan sendiri SPT tahunan
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ?
Apakah Bapak/Ibu mengisi dengan benar semua
bagian formulir SPT tahunan ?
Apakah
jumlah
pajak
terutang
yang
disampaikan/dibayarkan Bapak/Ibu sesuai dengan
ketentuan perpajakan dan sesuai dengan kenyataan
pembukuannya (melaporkan sebenarnya) ?
Apakah Bapak/Ibu membayar pajak terutang
perusahaan selalu tepat waktu ?
Apakah tindakan Bapak/Ibu sebagai wajib pajak
terhadap tunggakan pajak membayar sebesar
tunggakannya ?
Apa Bapak/Ibu selalu segera melunasi tunggakan
pajak apabila memiliki tunggakan?

2.

3.
4.
5.

6.
7.

8.

Jumlah

Skor Yang
Ditargetkan

Skor Yang
Diperoleh

Kategori

200

157

Baik

200

165

Baik

200

167

Baik

200

167

Baik

200

166

Baik

200

157

Baik

200

156

Baik

159

Baik

1294

Baik

200
1600

Berdasarkan Tabel 5, bahwa nilai yang diperoleh dari perhitungan terhadap


tanggapan responden mengenai kepatuhan wajib pajak yang dilakukan pada wajib pajak
badan berbentuk perseroan komanditer (CV) dan perseroan terbatas (PT) di Kota
Tasikmalaya adalah sebesar 1294 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
kepatuhan wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya sudah
baik atau tinggi.
Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Nilai F
Tabel 6
b

ANOVA

Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

1 Regression

457.563

152.521

Residual

617.537

36

17.154

1075.100

39

Total

F
8.891

Sig.
.000a

a. Predictors: (Constant), Transparansi dalam Pajak, Pemahaman Akuntansi, Pemahaman


Ketentuan Perpajakan
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Hasil pehitungan statistik menghasilkan F hitung sebesar 8,891 dengan tingkat


signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansi < 0,05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi Kepatuhan Wajib Pajak Badan atau dapat dikatakan
bahwa Pemahaman Akuntansi, Pemahaman Ketentuan Perpajakan, dan Transparansi
dalam Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kepaatuhan Wajib Pajak
Badan.
2. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 7
b

Model Summary
Model
1

Adjusted R
Square

R Square
a

.652

.426

.378

Std. Error of the


Estimate
4.14172

a. Predictors: (Constant), Transparansi dalam Pajak, Pemahaman


Akuntansi, Pemahaman Ketentuan Perpajakan
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 16


Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan besarnya variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Dengan kata
lain, koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel bebas
dalam menerangkan variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan
nilai R square. Dari Tabel 4.46 dapat diketahui nilai R square sebesar 0,426 artinya
variabel independen

yaitu Pemahaman Akuntansi (X1), Pemahaman Ketentuan

Perpajakan (X2), dan Transparansi dalam Pajak (X3) dapat menjelaskan variabel
dependen yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y) sebesar 42,6%, sedangkan sisanya
sebesar 57,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Ketentuan Perpajakan Serta Transparansi
Dalam Pajak Secara Simultan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada
Wajib Pajak Badan PPh Berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya
Dari Hasil Uji Nilai F (Tabel ANOVA), dapat diketahui secara bersama-sama atau
simultan nilai Fhitung antara Pemahaman Akuntansi, Pemahaman Ketentuan Perpajakan
dan Transparansi dalam Pajak adalah 8,891 dengan dk = 36 (40-3-1) dan pembilang 2,
lebih besar dari Ftabel 3,26 dan nilai sigifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05, maka Pemahaman Akuntansi (X1), Pemahaman Ketentuan Perpajakan (X2) dan
Transparansi dalam Pajak (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

10

Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y). Ini berarti semakin tinggi tingkat pemahaman
akuntansi dan ketentuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak badan serta masalah
transparansi dalam pajak terlaksana atau berjalan dengan baik maka semakin tinggi pula
tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

IV. PENUTUP
SIMPULAN
1. Pemahaman akuntansi, pemahaman ketentuan perpajakan, transparansi dalam pajak
dan kepatuhan wajib pajak badan pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT
di Kota Tasikmalaya pada umummya sudah baik atau tinggi.
2. Pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan serta transparansi dalam pajak
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada
wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
3. Kemampuan variabel independen ini menjelaskan besarnya pengaruh terhadap
variabel dependen sebesar 42,6%, sementara 57,4% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
SARAN
1. Bagi Dirjen Pajak (Pemerintah).
untuk mempermudah tata cara pelaporan pajak dan lebih meningkatkan
penyuluhan atau pelatihan mengenai akuntansi dan perpajakan.
untuk lebih meningkatkan lagi sosialisasi dalam menyebarkan peraturan-peraturan
perpajakan terbaru yang meliputi tata cara penghitungan dan pelaporan pajak
terutang, tarif pajak yang berlaku, sanksi atau denda yang berlaku.
memberikan layanan yang terbaik bagi wajib pajak sehingga timbul kesadaran
masyarakat untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
2. Bagi Wajib Pajak
Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar dalam menopang
pembangunan maka sudah seharusnya kita patuh dalam membayar pajak dengan
membayar terlaksana.
Pemahaman secara benar dan tepat waktu agar pembangunan di negeri ini
mengenai akuntansi dan ketentuan perpajakan serta masalah transparansi dalam
pajak harus selalu dimiliki atau diketahui oleh wajib pajak badan karena dengan
11

demikian tidak akan ada kelalaian/kesalahan dalam melakukan pembayaran pajak


dan penggunaan penerimaan pajak tersebut dapat terawasi sehingga korupsi dalam
pajak dapat terhindar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah sampel penelitian. Sampel
dalam penelitian ini hanya menggunakan badan usaha yang berbentuk CV dan PT
saja, sehingga apabila diadakan penelitian selanjutnya dapat menggunakan atau
menambahkan badan usaha lainnya seperti BUMN, BUMD, yayasan, koperasi,
firma, kongsi dan bidang usaha lain-lainnya.
Penelitian selanjutnya hendaknya menambah indikator (jumlah item pertanyaan)
untuk setiap variabel penelitian, agar hasil penelitian lebih baik lagi (dapat
diketahui perbedaan hasil penelitiannya dengan hasil penelitian penulis).
Peneliti yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama dapat
menggunakan variabel-variabel yang tidak digunakan dalam penelitian ini, hal ini
dapat dilakukan karena nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini masih
dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan variabel bebas.

VI DAFTAR PUSTAKA
Alsah, A. Sjarifuddin; Rahmany, A Fuad dan Ledyanto, R. Dasto. 2011.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh. Jakarta : Direktorat Jendral Pajak.
Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia; Konsep, Aplikasi
dan Penuntun Praktis, Edisi 3. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Ekawati, Liana dan Radianto, Wirawan Endro Dwi. 2008. Survey Pemahaman dan
Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil dan Menengah di Kota Yogjakarta. Jurnal
Teknologi & Manajemen Informatika, Volume 6 Edisi Khusus September.
Ernawati, Sri dan Wijaya, Mellyana. 2011. Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Dibidang Perdagangan Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin. Jurnal SPRED April 2011,
Volume 1 Nomor 1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia)
Kayu Tangi Banjarmasin.
Gunadi. 2003. Akuntansi Pajak Sesuai Dengan Undang-Undang Pajak Baru.
Jakarta : Grasindo.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi 2006. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian, Edisi Pertama. Jakarta : Ghalia Indonesia.

12

Nurmantu,Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Granit.


Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia, Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rapina; Jerry dan Carolina, Yenni. 2011. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying). Jurnal Riset Akuntansi, Vol.III
No.2 Oktober.
Setiyaji, Gunawan dan Amir, Hidayat. 2005. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan
Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Indonesia Esa Unggul Jakarta, Edisi
November.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suharli, Michell. 2009. Pelaporan Keungan Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi.
Jakarta : Grasindo.
Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Wardhani, Rulyanti Susi. 2005. Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilan
di KPP Palembang Hilir Timur. Jurnal Fordema Volume 5.
Yusup, Diniaty. 2011. Pengaruh Pemahaman Akuntansi dan Ketentuan Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan PPh (Survei Pada Perusahaan
Kontraktor di Tasikmalaya). Skripsi : Universitas Siliwangi.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/06/11/120989/MenkeuSegera-Pecat-Pegawai-Pajak-TH. diakses 20 Mei 2012 Pukul 13.00
http://www.tasikamalayakota.bps.go.id/ diakses 17 Juni 2012 Pukul 09.04
http://www.viva.co.id/news/read/349910-satu-dekade-reformasi-pajak. diakses 15
Agustus 2012 Pukul 15.02
http://www.antaranews.com/berita/324540/pajak-sumbang-7864-persen-pendapatannegara diakses tanggal 13 Agustus 2012 Pukul 17.32

13

Anda mungkin juga menyukai