Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Ketentuan Perpajakan Serta Transparansi Dalam Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Ketentuan Perpajakan Serta Transparansi Dalam Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Abstract
Abstrak
wajib pajak badan di Kota Tasikmalaya sudah baik, 2) pemahaman akuntansi dan
ketentuan perpajakan serta transparansi dalam pajak secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Badan, Pemahaman Akuntansi, Pemahaman
Ketentuan Perpajakan, Transparansi dalam Pajak
I.
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dan
paling besar dalam menopang pembiayaan pembangunan. Pajak bersifat dinamis dan
mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya
perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Tuntutan akan peningkatan
penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi
alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu (Rapina dkk, 2011:2).
Reformasi perpajakan di indonesia dimulai pada tahun 1984, dimana pemungutan pajak
menganut Self Assessment System secara penuh yang menggantikan Official Assessment
System.
Reformasi pajak saat ini lebih menekankan supaya penerimaaan dari sektor pajak
menjadi lebih meningkat. Dirubahnya dan disempurnakannya peraturan perpajakan
menjadi Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan merupakan tujuan dari dilakukannya reformasi pajak yaitu untuk
memperbaiki sistem perpajakan yang terjadi yang intinya dapat meningkatkan
pendapatan atau penerimaan negara dari sektor pajak tersebut.
Tabel 1
Rencana Penerimaan dan Realisasi Penerimaan PPh Badan Selama 5 Tahun
Terakhir di KPP Pratama Kota Tasikmalaya
Rencana
Realisasi
Persentase Realisasi
No. Tahun
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
1.
2008
6.951.180.281
6.622.767.937
95,27 %
2.
2009
10.673.766.065
7.232.506.119
67,76 %
3.
2010
10.751.144.311
7.962.025.412
74,06 %
4.
2011
14.433.888.350 12.788.143.153
88,6 %
5.
2012
11.436.755.272
9.057.544.160
79,19 %
(Sumber : KPP Pratama Kota Tasikmalaya)
Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat, tahun 2012 target
yang diemban oleh Dirjen Pajak mencapai Rp. 853 triliun. Dalam upaya mencapai
target penerimaan tersebut, Dirjen Pajak telah melakukan segenap upaya antara lain
dengan program Sensus Pajak Nasional, melakukan edukasi kepada wajib pajak tentang
cara pemenuhan hak dan kewajiban dibidang perpajakan (A. Sjarifuddin Alsah dkk,
2011:2). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase realisasi penerimaan pajak
di KPP Pratama Kota Tasikmalaya selama 5 tahun terakhir cenderung turun
dibandingkan dengan rencana/target penerimaan pajak yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Penerimaan atau pendapatan pajak negara akan meningkat jika tingkat kepatuhan
masyarakat sebagai wajib pajak dalam membayar pajak tinggi. Artinya jika semua
wajib pajak yang ada memiliki kepatuhan dalam membayar pajak maka pembangunan
akan terlaksana dan target penerimaan pajak tahun 2012 dapat tercapai. Namun,
Manurung Romulus (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa rata-rata 51% wajib
pajak badan melaporkan pajak terutangnya secara tidak benar dan sejumlah wajib pajak
pribadi melaporkan pajak terutangnya secara tidak benar (Liana, 2008:186). Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah.
Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan
menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang
mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Kepatuhan dalam
perpajakan berkaitan dengan mengisi, melapor dan membayarkan pajak terutangnya
dengan benar dan tepat waktu. Kepatuhan dalam membayar pajak akan tercapai apabila
wajib pajak telah memahami akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan pajak dan
ketentuan umum mengenai kewajiban dan sanksi yang akan diperoleh jika tidak
membayar pajak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Diniaty (2011:106) yang
menyimpulkan bahwa pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Namun di zaman sekarang ini, pemahaman mengenai akuntansi dan ketentuan
perpajakan tidak akan efektif terlaksana dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Dimana akhir-akhir ini banyak pemberitaan kasus kecurangan di sektor perpajakan yang
terkuak yang tidak tanggung-tanggung melibatkan jajaran Dirjen Pajak sebagai tokoh
utamanya. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah pegawai pajak yang terkena sanksi disiplin
terus meningkat. Pada tahun 2007 jumlah pegawai yang terkena sanksi disiplin
sebanyak 196 orang. Angka itu berlipat ganda pada tahun 2008 menjadi 406 orang.
Pada tahun 2009 dan 2010, berturut-turut Dirjen Pajak memberikan sanksi isiplin
kepada 516 dan 657 pegawai. Sedangkan sepanjang tahun 2012 ini sudah ada 39
pegawai yang dijatuhkan sanksi (Ririn Aprilia dalam www.viva.co.id).
Adapun kasus terbaru dari dunia perpajakan adalah berita mengenai pegawai pajak
Tomy Hendratno yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
karena akan menerima suap dari seorang pengusaha menambah deretan daftar panjang
yang buruk di dunia perpajakan, setelah terkuaknya kasus Gayus Tambunan sebagai
mafia pajak kelas kakap. Bukti yang didapati KPK berupa uang tunai sekitar Rp 300
juta
sudah
tidak
dapat
disangkal
lagi
(Kartika
Runiasari
dalam
www.suaramerdeka.com).
Adanya berbagai kasus tersebut, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
seakan tergoncang. Hal yang dipertanyakan, buat apa membayar pajak, jika akhirnya
dikorupsi oleh pejabat; jika negara tidak mampu memberikan jaminan sosial; jika
merugi karena kondisi nasional, negara tidak membantu rakyatnya; jika dibayar hanya
untuk membiayai studi banding orang-orang terhormat ke luar negeri (Michell,
2009:135).
Masyarakat
menjadi
menuntut
keterbukaan
dalam
kejelasan
berbentuk
CV
berjumlah
232
dan
PT
berjumlah
87
(sumber:
pengambilan sampel yang digunakan yaitu karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya
yang dimiliki peneliti. Rascoe dalam buku Research Methods For Business (1982:253)
yang dikutip Sugiyono (2010:130) memberikan salah satu saran tentang ukuran sampel
untuk penelitian seperti berikut : Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan
multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 4
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 4 = 40 responden.
Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 16. Pengolahan data dan analisa data
menggunakan analisis regresi berganda, yaitu data diperoleh dari hasil kuesioner yang
5
telah diisi oleh wajib pajak badan, akan dinilai berdasarkan skor yang telah ditetapkan
kemudian dilakukan Uji Kualitas Data (Uji Validitas dan Uji Reliabilitas) dan Uji
Asumsi Klasik, setelah itu diuji dengan analisis regresi berganda.
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah
Skor Yang
Ditargetkan
Skor Yang
Diperoleh
Kategori
200
172
Baik
200
166
Baik
200
143
Baik
200
148
Baik
200
160
Baik
200
142
Baik
200
162
Baik
200
155
Baik
200
161
Baik
200
152
Baik
2000
1561
Baik
Kota Tasikmalaya adalah sebesar 1561 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
pemahaman akuntansi pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota
Tasikmalaya sudah baik atau tinggi.
Tabel 3
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Pemahaman Ketentuan
Perpajakan
No.
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Jumlah
Skor Yang
Ditargetkan
Skor Yang
Diperoleh
Kategori
200
160
Baik
200
152
Baik
200
163
Baik
200
162
Baik
200
165
Baik
200
164
Baik
200
153
Baik
200
148
200
158
Baik
200
154
Baik
200
169
Baik
200
166
Baik
2400
1914
Baik
wajib pajak badan berbentuk perseroan komanditer (CV) dan perseroan terbatas (PT) di
Kota Tasikmalaya adalah sebesar 1914 dan termasuk kategori baik yang berarti bahwa
pemahaman ketentuan perpajakan pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di
Kota Tasikmalaya sudah baik atau tinggi.
Tabel 4
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Transparansi dalam Pajak
No.
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Skor Yang
Ditargetkan
Skor Yang
Diperoleh
Kategori
200
127
Cukup
Baik
200
148
Baik
200
130
Cukup
Baik
136
Cukup
Baik
200
162
Baik
200
147
Baik
1200
850
Baik
200
Tabel 5
Rekapitulasi Tanggapan Responden untuk Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Badan
No.
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah
Skor Yang
Ditargetkan
Skor Yang
Diperoleh
Kategori
200
157
Baik
200
165
Baik
200
167
Baik
200
167
Baik
200
166
Baik
200
157
Baik
200
156
Baik
159
Baik
1294
Baik
200
1600
ANOVA
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
457.563
152.521
Residual
617.537
36
17.154
1075.100
39
Total
F
8.891
Sig.
.000a
Model Summary
Model
1
Adjusted R
Square
R Square
a
.652
.426
.378
Perpajakan (X2), dan Transparansi dalam Pajak (X3) dapat menjelaskan variabel
dependen yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y) sebesar 42,6%, sedangkan sisanya
sebesar 57,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Ketentuan Perpajakan Serta Transparansi
Dalam Pajak Secara Simultan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada
Wajib Pajak Badan PPh Berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya
Dari Hasil Uji Nilai F (Tabel ANOVA), dapat diketahui secara bersama-sama atau
simultan nilai Fhitung antara Pemahaman Akuntansi, Pemahaman Ketentuan Perpajakan
dan Transparansi dalam Pajak adalah 8,891 dengan dk = 36 (40-3-1) dan pembilang 2,
lebih besar dari Ftabel 3,26 dan nilai sigifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05, maka Pemahaman Akuntansi (X1), Pemahaman Ketentuan Perpajakan (X2) dan
Transparansi dalam Pajak (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
10
Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y). Ini berarti semakin tinggi tingkat pemahaman
akuntansi dan ketentuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak badan serta masalah
transparansi dalam pajak terlaksana atau berjalan dengan baik maka semakin tinggi pula
tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
IV. PENUTUP
SIMPULAN
1. Pemahaman akuntansi, pemahaman ketentuan perpajakan, transparansi dalam pajak
dan kepatuhan wajib pajak badan pada wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT
di Kota Tasikmalaya pada umummya sudah baik atau tinggi.
2. Pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan serta transparansi dalam pajak
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada
wajib pajak badan PPh berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya.
3. Kemampuan variabel independen ini menjelaskan besarnya pengaruh terhadap
variabel dependen sebesar 42,6%, sementara 57,4% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
SARAN
1. Bagi Dirjen Pajak (Pemerintah).
untuk mempermudah tata cara pelaporan pajak dan lebih meningkatkan
penyuluhan atau pelatihan mengenai akuntansi dan perpajakan.
untuk lebih meningkatkan lagi sosialisasi dalam menyebarkan peraturan-peraturan
perpajakan terbaru yang meliputi tata cara penghitungan dan pelaporan pajak
terutang, tarif pajak yang berlaku, sanksi atau denda yang berlaku.
memberikan layanan yang terbaik bagi wajib pajak sehingga timbul kesadaran
masyarakat untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
2. Bagi Wajib Pajak
Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar dalam menopang
pembangunan maka sudah seharusnya kita patuh dalam membayar pajak dengan
membayar terlaksana.
Pemahaman secara benar dan tepat waktu agar pembangunan di negeri ini
mengenai akuntansi dan ketentuan perpajakan serta masalah transparansi dalam
pajak harus selalu dimiliki atau diketahui oleh wajib pajak badan karena dengan
11
VI DAFTAR PUSTAKA
Alsah, A. Sjarifuddin; Rahmany, A Fuad dan Ledyanto, R. Dasto. 2011.
OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh. Jakarta : Direktorat Jendral Pajak.
Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia; Konsep, Aplikasi
dan Penuntun Praktis, Edisi 3. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Ekawati, Liana dan Radianto, Wirawan Endro Dwi. 2008. Survey Pemahaman dan
Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil dan Menengah di Kota Yogjakarta. Jurnal
Teknologi & Manajemen Informatika, Volume 6 Edisi Khusus September.
Ernawati, Sri dan Wijaya, Mellyana. 2011. Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Dibidang Perdagangan Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin. Jurnal SPRED April 2011,
Volume 1 Nomor 1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia)
Kayu Tangi Banjarmasin.
Gunadi. 2003. Akuntansi Pajak Sesuai Dengan Undang-Undang Pajak Baru.
Jakarta : Grasindo.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi 2006. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian, Edisi Pertama. Jakarta : Ghalia Indonesia.
12
13