Anda di halaman 1dari 19

Proses pembangunan kapal dapat melalui dua sistem yakni frame erecting system dan

block assembling system.

I.

Frame erecting system


Pembangunan kapal dengan menggunakan sistem ini mungkin bisa dibilang
pembangunan kapal dengan sistem kuno yang mana sistem ini dulunya memang
umum digunakan sebelum tahun 1950. Akan tetapi sekarang ini masih ada sebagian
galangan kecil yang masih menerapkan pembangunan kapal dengan menggunakan
sistem ini.

1. Keel laying
Lunas adalah pondasi dari struktur kapal. Lunas memiliki dua jenis, yakni lunas
batang dan lunas pelat. Lunas batang biasanya digunakan untuk kapal-kapal yang terbuat dari
kayu sedangkan lunas pelat biasanya digunakan untuk kapal baja. Peletakan lunas merupakan
awal dari proses konstruksi pembangunan kapal, yang biasanya akan diadakan suatu
ceremony karena merupakan hari kelahiran kapal. Biasanya untuk kapal kayu diawali dengan
pembuatan rangka lunas kapal. Sedangkan untuk baja pelaksanaan peletakan lunas kapal
ditandai dengan pengelasan pertama. Umur kapal dihitung sejak tanggal peletakan lunas (keel
laying) yang dilakukan di galangan kapal (shipyard).
2. Fabrication of bottom shell plating
Penyusunan pelat alas dari kapal setelah peletakan lunas dilakukan dimana
penyusunan pelat alas tersebut harus menjagaalignment penyusunannya karena bottom shell
plating nantinya akan menjadi dasar dari kapal tersebut. Bottom shell plating itu merupakan
hal yang penting dalam sebuah konstruksi badan kapal, karena fungsinya yakni secara efektif
menghalangi masuknya air laut, mengatasi tegangan yang dihasilkan dari tekanan tegak lurus
air ke pelat kulit, mengatasi stress bending yang diakibatkan oleh adanya terusan air laut.
Konstruksi dasar harus memenuhi persyaratan klasifikasi. Konstruksi dasar harus mampu
menahan beban yang bekerja pada bagian dasar atau alas, sehingga ketika kapal beroperasi
tidak timbul momen bending yang terjadi pada pelat kulit dasar.
3. Construction of double bottom
Konstruksi dari double bottom dibagi menjadi dua, yakni ada konstruksi secara
melintang dan konstruksi memanjang. Struktur konstruksi alas ganda pada sistem konstruksi
melintang yakni pada bagian melintang terdapat wrang-wrang atau floors, yang mana wrang
tersebut adalah pelat yang dipasang melintang pada alas kapal sebagai tumpuan pelat alas
dan pelat alas dalam. Untuk mempermudah penyusunan muatan dan juga pembuatannya,
maka floor dibuat mendatar pada sisi atasnya. Jenis wrang atau floor itu sendiri terbagi
menjadi tiga yakni plate floor, open floor, dan watertight floor. Untuk mendapatkan kekuatan
memanjangnya maka dipasang pembujur sebagai tumpuan wrang-wrang tersebut. Pembujur
tersebut adalah penumpu tengah (centre girder) dan penumpu samping (side girder). Untuk

konstruksi alas ganda dengan sistem konstruksi memanjang, kerangka alas gandanya terdiri
atas penumpu tengah, penumpu samping, pembujur alas, dan pembujur alas dalam. Peletakan
wrang tidak boleh melebihi lima kali jarak gading. Pemasangan wrang pelat harus
membentuk cincin kekuatan konstruksi yang berkesinambungan dengan balok besar dan
gading besar.
4. Frame erection from stern to stem
Penggabungan gading dari buritan sampai ke haluan, dimana gading - gading tersebut
nantinya kan dihubungkan dengan pelat sisi dari badan kapal . Selain gading biasa yang
menyusun badan kapal, ada gading tipe spesial yakni intermediate frame, web frame, deep
frame, open frame, dan intercostal frame.
5. Fitting of side shell plating to frames
Pelat-pelat kulit kemudian disambung menjadi lajur yang terdapat pada bagian badan
kapal ini disebut dengan ship shell. Setelah tahap awal pembangunan kapal yang dimulai dari
pembangunan double bottom, tahap selanjutnya adalah pemasangan gading-gading beserta
braketnya. Jika proses pengerjaan ini selesai maka dimulailah tahap peletakkan pelat kulit
pada gading di tiap sisi kapal sehingga nantinya akan mulai terbentuk badan kapal.
6. Fabrication of deck construction
Setelah konstruksi dasar dan konstruksi sisi kapal selesai di bangun,maka
pembangunan geladakdari kapal bisa dilakukan. Bagian dari bagian paling atas geladak
menerus dinamakan dengan main deck atau geladak cuaca. Konstruksi dari geladak ada dua
macam yaitu konstruksi melintang dan konstruksi memanjang. Pada bagian geladak terdapat
beberapa macam penguatan-penguatan yaitu berupa balok geladak, braket, balok besar,
kantilever. Penguatan-penguatan tersebut disusun berdasarkan jenis dari konstruksi yang
digunakan. Terkadang konstruksi geladak yang terpotong oleh bukaan pada bagian geladak
seperti lubang palkah, maka konstruksi pada bagian tersebut harus diperkuat, bisa juga
dengan menggunakan kantilever atau menggunakan pilar yang menguhubungkan alas dalam
dan geladak, kekuatan pillar pillar tersebut ditentukan oleh antar lain jumlah pilar dalam
satu deret lebar kapal, jarak antar pilar, panjang dari pillar, tipe dari geladaknya, dan berat
total muatan diatas pilar. Biasanya terdapat sekat yang membatasi antara ruang yang satu
dengan ruang yang lainnya. Sekat itu sendiri terbagi menjadi tiga tipe yakni watertight
bulkhead, oil-tight bulkhead, dan ordinary bulkhead. Biasanya untuk watertight bulkhead
setidaknya ada tiga atau empat buah yang terpasang dalam suatu kapal. Jika kamar mesin
ditengah sekat terdiri dari dua sekat membatasi kamar mesin, after peak bulkhead, dan
collision bulkhead.
7. Fitting of superstructure and deck house
Setelah konstruksi geladak selesai dibangun tahap selanjutnya adalah pembangunan
bangunan atas kapal dan rumah geladak. Bangunan atas kapal itu dapat meliputi forecastle
(bangunan atas pada haluan kapal), poop (bangunan atas pada buritan kapal), dan jembatan.
Yang dinamakan forecastle adalah bangunan atas kapal yang mempunyai lebar selebar kapal
pada posisi itu atau minimum 0.96 dari lebar kapal pada posisi itu (B), kalau kurang dari
0.96 B maka disebut rumah geladak. Bagian paling penting pada bangunan atas di area

midship adalah struktur memanjangnya yangmana akan berkonstribusi langsung pada


konstruksi kekuatannya. Bagian-bagian itu adalah bridge deck, pelat sisi, dan bagian-bagian
penguat memanjang kapal.Konstruksi dari rumah geladak tidak difungsikan sebagai kekuatan
utama kapal, karena rumah geladak hanya terkena tegangan local (local stresses).

8. Launching
Peluncuran kapal yang biasa digunakan adalah dengan sistem end launching ataupun
side launching. Pada saat peluncuran untuk end launching yakni sumbu memanjang kapal
yang terletak tegak lurus garis pantai dan biasanya kapal diluncurkan dengan buritan terlebih
dahulu. Untuk peluncuran side launching, sumbu memanjang kapal sejajar dengan garis
pantai.
Pada umumnya pembangunan suatu kapal dilakukan di darat, diatas seperangkat
balok lunas (keel blocks). Dimana balok-balok lunas ini, dapat dipasang pada suatu landasan
beton permanen (building berth), atau dapat juga di tanah yang telah diperkuat. Ketika kapal
akan diluncurkan, dipasanglah peralatan luncur pada building berth tadi. Setelah peralatan
peluncuran siap, berat kapal dipindahkan dari balok-balok lunas ke sepatu luncur dan
landasan luncur, sedang ujung darat kapal masih dalam keadaan terikat. Kemudian ikatan
ujung ini segera dipotong atau dilepas dan kapal akan meluncur karena beratnya sendiri
sampai terapung di air.
9. Installation of machineries
Tahap selanjutanya adalah pemansangan mesin-mesin pada kapal. Pada tahap ini
mesin dihubungkan dengan komponen-komponen lain yang mendukung operasional kapal
yang sebelumnya mesin induk dan mesin bantu sudah terpasang didalam kapal sebelum
kapal tersebut diluncurkan.
9.1. Instalasi permesinan
Instalasi permesinan harus sesuai dengan peraturan badan klasifikasi dan
persyaratan keselamatan dari Departmen Jenderal Perhubungan Laut dan Peraturan
Pemerintah lain yang berlaku. Instalasi Mesin Induk dan Mesin Bantu (M/E dan A/E)
dapat dilaksanakan setelah blok-blok sampai geladak disambung dengan baik. Karena
perkiraan kedatangan permesinan tersebut memerlukan waktu lama (melebihi jadwal
peluncuran, maka instalasi permesinan tersebut dilaksanakan setelah peluncuran kapal
(floating condition) dan setelah melalui prosedur pengujian seperti pengujian di
pabrik pembuat (manufacturer shop test). Penyetelan mesin induk ini dengan
mempertimbangkan sudut kemiringan poros propeller, persyaratan ketebalan bantalan
dudukan mesin (chock fast).

9.2 Instalasi system propulsi


Pada kapal perintis (Coaster) pemasangan poros dan ukurannya sesuai dengan
peraturan badan klasifikasi dimana tabung poros terbuat dari cast steel/black steel
pipe. Sedangkan pada Tug Boat, sistem propulsi menggunakan tipe SRP (Steerable
Rudder Propeller) dengan instalasi terdiri dari 2 macam, yaitu melalui bottom (bawah)
pada saat kapal docking, dan yang tipe kedua melalui atas deck dengan menggunakan
crane. Metode pemasangan pertama menggunakan teknik katrol secara perlahan
dengan posisi SRP di letakkan dibawah lambung hingga terpasang secara vertikal.

10. Ship outfitting


Setelah tahap-tahap diatas selesai maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah
melengkapi peralatan-peralatan kapal, seperti perlengkapan pipa, kabel-kabel elektrik,
pemasangan peralatan mesin jangkar, dan lain sebagainya.
10.1 Instalasi system perpipaan
Peralatan dalam sistem perpipaan terdiri dari pipa, katup (valve), flen, filter,
fitting, pompa, dan lain-lain. Jadwal pemasangan sistem perpipaan ini dimulai setelah
penyambungan antar block. Sistem perpipaan pertama yang dipasang adalah sistem
bilga dan ballast, sea chest, dan cross pipe-nya dan sistem ini terpusat di kamar mesin
dan selanjutnya sistem pipa pendingin, pemadam kebakaran dan lain-lain. Tahapan
instalasi pipa mulai dari persiapan muka las, penyetelan (fit-up), dan pengelasan.
Penyambungan antar pipa dengan flen harus memperhatikan perapihan las-lasan di
sekitar flen dan ujung pipa yang disambung, digerinda agar tidak menambah
hambatan aliran fluida dan mengurai tingkat laju korosi di daerah tersebut. Fungsi dan
kekedapan katup di tes secara individu sebelum disambung dengan sistem perpipaan.
Untuk pompa dilakukan tes kapasitas dan head-nya sesuai dengan aturan pengujian
tekanan.

10.2 Instalasi system kelistrikan dan navigasi


Jaringan listrik dan panel-panelnya mulai dipasang setelah peluncuran kapal
dan bertahap mengikuti pemasangan blok rumah kemudi (Wheel House). Instalasi
peralatan dan perlengkapan navigasi mengikuti panduan teknisi dari pabrik
pembuat/supplier dan dilaksanakan setelah instalasi blok rumah kemudi (Wheel
House )dan sebagaian interiornya. Penetrasi kabel-kabel yang menembus sekat dibuat
rapih dan kedap.
10.3 Instalasi peralatan perlengkapan geladak
Instalasi-instalasi ini mencakup:

Jangkar, rantai, dan tali temali

Mesin Jangkar (Hydraulic System)

Peralatan tambat

Peralatan Kemudi (Hydraulic dan manual untuk emergency)

Perlengkapan Komunikasi dan Navigasi GMDSS :


-

VHF Radio

MF/HF Radio

INMARSAT-C MES

Radar Transporder

NAVTEX Receiver

EGC Receiver

Two-way VHF Receiver

Perlengkapan keselamatan
-

Sekoci Penolong (lifeboat)


Rakit Penolong (liferaft)
Gelang Pelampung (lifebuoy)
Baju Penolong (lifejacket)
Peralatan Pelempar Tali Otomatis
Dan Peralatan lain yang memenuhi persyaratan.

Perlengkapan Pemadam Kebakaran

Instalasi lampu-lampu penerangan di tiap deck dan ruangan

Instalasi lampu-lampu navigasi sesuai ketentuan COLREG.

11. Sea trial


Tahap ini dilakukan untuk mendemonstrasikan performance dan kecukupan kapal
yang tidak bisa dilaksanakan di galangan. Test-test yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi
speed-power standardization test; economy power test; full power endurance test; ahead
stering and maneuverability test; quick reversal astern and head reach; astern stering test;
quick reversal ahead and stern reach; anchor windlass test; distilling plant test; dan
callibration of navigation equipment.

12. Delivery
Setelah kapal menjalani serangkaian test yg dilakukan oleh kru, surveyor dan pihakpihak yang terkait lainnya jika pengujian tersebut telah memenuhi persyaratan yang berlaku
maka kpal akan diserahkan dari pihak galangan ke ship owner. Serah terima kapal dilakukan
ditempat sesuai yang ditetapkan dalam kontrak.Serah terima dilaksanakan sesuai rencana
dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) dan direncanakan tidak lebih dari 450
hari kalender. Mobilisasi kapal ke tempat serah terima menjadi tangung jawab pihak
galangan.

2. BLOCK ASSEMBLING SISTEM


Di era saat ini, umumnya dalam membangun suatu kapal menerapkan block
assembling system. Sejarah diterapkannya sistem ini yakni dahulu pada masa perang dunia II,
pembangunan kapal baru sangat dibutuhkan secepat mungkin, akhirnya tercipta suatu inovasi
bahwasannya untuk membangun suatu kapal bisa dengan cara penggabungan suatu blok-blok
yang nantinya akan dilas untuk penggabungannya. Pada sistem ini juga menggunkan teknikteknik pengelasan yang baru.Konstruksi lambung dibagi kedalam banyak bagian, bergantung
pada kapasitas kran yang ada di suatu galangan tersebut, yang mana satu bagian tersebut
biasa disebut dengan block, unit, atau sub-assembly. Dan pada setiap pembangunan masingmasing blok tersebut tidak saling bergantungan artinya, pembangunan setiap blok itu dapat
dilakukan secara independent atau terpisah. Block-block yang telah selesai dibuat tersebut
nantinya akan diposisikan ke building berth dan kemudian dilas antara yang satu dengan yang
lainnya. Proses penggabungan tiap blok ini dimulai dengan bagian alas (bottom), kemudian
bagian sisi, dan yang terakhir adalah konstruksi geladak. Dalam pengerjaan perlengkapan
kapal bisa dilaksanakan setelah penyelesaian konstruksi badan kapal, akan tetapi untuk dapat
mempercepat proses pembuatan kapal maka proses perlengkapan kapal itu dapat dilakukan
pada saat pembangunan blok itu sendiri.
Sistem control assembly
Untuk dapat merefleksikan cara-cara dan metode kontol akurasi dimensi pada tiap metode
assembly, berikut ini sebagai awal contoh metode assembly;

1. Metode panel and parts assembly , secara berurut tahap-tahap pelaksanaannya adalah
sebagai berikut
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. Pemasangan pembujur dan pelintang
d. Tacking dan pengelasan pembujur dan pelintang
2. Metode pro-fitting longitudinals assembly dengan urutan sebagai berikut;
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. pembujur longitudinal
d. Pemasangan, tacking, dan pengelasan pelintang
3. Metode egg box framing assembly, secara berurut dapat diuraikan sebagai berikut;
a. Pemasangan dan penyambungan pelat-pelat
b. Marking and cutting
c. Pemasangan, tacking, dan pengelasan framing-pembujur dan pelintang-.
d. Pemasangan, tacking, dan pengelasan framed assembly diatas
Dan sebagai saran kontrol pada saat pelaksanaan pekerjaan assembly, digunakan peralatan
bantu untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dimensi akibat proses-proses kerja
assembly yang telah disebutkan diatas.
Umumnya jenis peralatan bantu kerja sebagai saran kontrol tersebut adalah sebagai berikut;
1. Face alignment pieces, untuk meyakinkan kelurusan/kedataran permukaan sambungan
pelat.
2. Wandal pieces, digunakan untuk menarik/mendekatkan sisi sambungan pelat panelblock.
3. Portal pieces penekan-, digunakan untuk memasang pembujur dan pelintang dengan
baik dan tepat sesuai dengan ketentuan.
4. Run-off tab, digunakan dengan memasangnya pada kedua ujung pengelasan butt join
untuk mencegah penyimpangan dimensi akibat pengelasan pada bagian ujung-ujung.
5. Strong-back/penahan, digunakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dimensi
akibat deformasi pengelasan.
Berbagai macam bentuk konstruksi yang umumnya dibangun dalam tahap assembly:
1. Flat blocks.
Merupakan block dengan konstruksi sederhana yang umumnya terletak di daerah
pararel middle body badan kapal. Konstruksi ini terdiri dari pelat datar besar,
pembujur, pelintang, dan girders. Dalam konstruksi flat blocks, kemungkinan adanya
bagian konstruksi lengkung juga ada, seperti halnya pelat bilga, block deck kamar
mesin dan sebagainya.
2. Curved blocks
Merupakan konstruksi assembly dengan bentukan lengkung dan bagian-bagiannya
sama dengan konstruksi flat blocks, yaitu pelat lengkung besar, pembujur, pelintang,
dan girders. Dasar bentuk lengkungnya adalah bentuk lengkung pelatnya yang

diperkuat oleh pembujur dan pelintang dengan bentuk lengkungannya mengikuti


bentuk lengkung pelat.
3. Grand assembly blocks
Konstruksi ini merupakan gabungan block-block, baik antar flat blockmaupun antar
curved block ataupun gabungan antara keduanya. Dalam konstruksi ini terdapat jenisjenis konstruksi gabungan block tersebut yang umumnya terdiri dari, L type dan U
type. Penyebutan atas jenis-jenis konstruksi diatas merupakan refleksi atas bentukbentuk konstruks yang dihasilkan dari penggabungan block tersebut.
Tahap sub assembly
Pada tahap sub assembly terdapat kegiatan pekerjaan antara lain yakni fitting,
welding, marking akhir, dan finishing. Maka pelaksanaan pemeriksaan mutunya
dilakukan pada tiap tahapan tersebut.Dan yang lebih mendapat perhatian disini adalah
tahap pelaksanaan fitting karena merupakan pekerjaan penentu untuk tahap
selanjutnya sesuai dengan posisi members, dimana bila terjadi kesalahan perbaikan
yang harus dilaksanakan memerlukan waktu dan biaya operasi yang cukup besar.
Pekerjaan pengelasan di bengkel sub assembly akan dapat mengurangi jumlah
pekerjaan pengelasan di bengkel assembly. Pemeriksaan hasil pekerjaan di bengkel
sub assembly dilakukan oleh bengkel dan Dalmut Divisi. Sebagai pegangan dalam
pemeriksaan adalah working drawing, material list dan standaryang telah ditentukan.
Tahap assembly
Tahap ini merupakan tahap perakitan blok/seksi yang berasal dari sub assembly dan
bengkel fabrikasi. Pada tahap assembly ini pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan structural, pemeriksaan hasil pengelasan, dan pemeriksaan
deformasi.Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan adalah gambar kerja,
material list, dan standar yang ditentukan.Pemeriksaan dalam tahap ini dilakukan oleh
bengkel, Dalmut Divisi, Quality Control & Assurance serta badan klasifikasi.
Tahap fabrikasi
Pada tahap fabrikasi dimana merupakan suatu proses pembuatan bagian badan kapal terdidir
dari tiga tahapn proses yaitu marking, cutting, dan bending. Pengawasa kualitas pada tahap
fabrikasi merupakan tahap awal dari kegiatan pengawasan mutu hasil produksi pada tahap
selanjutnya.Ruang lingkup pengendalian mutu pada tahap ini meliputi, identifikasi material,
pemeriksaan penandaan, pemeriksaan pemotongan, dan pemeriksaan pembentukan.
1. Identifikasi material
Identifikasi material adalah usaha/tindakan pemeriksaan yang akan dipakai,
dimana disesuaikan dengan charge no, klasifikasi, dimensi pelat, dan profil. Demikian
juga dengan kondisi permukaan material seperti ptting, flaking, laminasi,
dll.Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat, dalam suatu laporan pemeriksaan (check
sheet) sekaligus perbaikannya.Pemeriksaan dilakukan bersama-sama dengan Kabeng
dan Dalmut Divisi. Material pelat dan profil yang akan dilakukan pemeriksaan oleh
QC/A selanjutnya QC/A mengundang klasifikasi untuk melakukan pemeriksaan
material. Pemeriksaan kondisi permukaan material ini meliputi cacat-cacat yang
terjadi pada permukaan pelat, seperti pitting, flanking, profil yang bengkok atau
lengkung.

2. Penandaan
Ini adalah proses penandaan pada permukaan pelat yang akan mengalami
pengerjaan sepanjang ketentuan tanda kerjanya. Sehingga secara umum proses
marking ini dapat dimasukkan sebagai pelaksanaan pemindahan dimensi-dimensi
untuk ukuran-ukuran dari gambar kerja yang berasal dari mudflot. Pemindahan
dimensi dan ukuran dilakukan seakurat mungkin karena kesalahan dari marking tidak
hanya menyebabkan ditolaknya pemakaian material akan tetapi juga akan menambah
material yang terbuang. Pemeriksaan penandaan dilakukan oleh bengkel dan Dalmutu
Divisi Niaga.Semua penandaan yang ada pada material diperiksa dengan didasarkan
pada marking list table, cutting plan, material list, mal tamplate, dan mal film.
Disamping memeriksa tanda-tanda pada material , juga dilakukan pemeriksaan ukuran
yang ada di material dengan menggunakan ukur meteran, penggaris, dan lain-lain
untuk bentuk teratur, sedang untuk bentuk yang tidak teratur, memakai mal atau mal
film.
3. Pemotongan
Untuk proses cutting ini diberikan suatu standar pekerjaan dimana ditujukan
untuk memberikan kestabilan akan standar mutu pekerjaan serta mengurangi
terjadinya pekerjaan tambahan akibat penyimpangan dimensi cutting. Oleh karena itu
makan para pelaksan diharusakan melakukan pemeriksaan atas hasil-hasil pekerjaan
sesuai standar yang digunakan.Dari hasil pemotongan yang dilakukan pelaksana,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh bengkeldan Dalmutu Divisi, dimana semua
ukuran elemen dan kondisi material yang telah dipotong diperiksa dengan
membandingkan ketentuan standar yang ada. Proses pengerjaan cutting banyak
dipengaruhi beberapa hal yang berhubungan dengan proses pemotongan itu sendiri.,
dimana hal ini akan menyebabkan berubahnya dimensi material serta kondisi material
akibat pemotongan (cacat-cacat). Hal-hal yang mempengaruhi tersebut antara lain
yakni kerf, notch, kekasaran permukaan, kecepatan potong terlalu rendah, panas awal
tidal cukup, panas awal berlebihan, kecepatan pemotongan berubah-ubah, kecepatan
pemotongan terlalu tinggi, posisi nozzle terlalu tinggi.
4. Pembentukan
Material profil yang telah dipotong dan diperiksa oleh Kabeng dan Dalmutu
Divisi kemudian diadakan pembandingan/pembentukan sesuai dengan gambar kerja,
dalam hal ini material yang tidak membutuhkan bentuk lengkung seperti bulkhead,
floor dan lain=lain langsung menuju proses selanjutnya. Pengecekan atau
pemeriksaan hasil pembentukan yang mana setelah melewati pembentukan dengan
proses dingin atau panas (fairing) berpedoman pada mal kayu atau mal film yang
telah diberi tanda untuk pedoman pemeriksaan, dimana ketelitian ukuran tetap
diadakan pemeriksaan oleh karena adanya penyusutan material. Setiap jenis pelat atau
profil mempunyai tingkat penyusutan yang berbeda-beda dengan spesifikasi atau
sifat-sifat material tersebut. Pengecekan atau pemeriksaan hasil pembentukan
dilakukan oleh bengkel dan Dalmutu Divisi untuk intern bengkel dan selanjutnya oleh

surveyor QC/A untuk sistem informasi standar serta untuk persiapan pemeriksaan
surveyor classs-owner. Hasil pemeriksaan dimasukkan kedalam laporan pemeriksaan
yang memuat hasil pekerjaan baik atau ada penyimpangan ukuran maupun adanya
kesalahan pembentukan dan bila ada kesalahan maka diadakn perbaikan atau
gantibaru sesuai dari Dalmutu Divisi.

Penjelasan Gambar
1. Keel laying
Keel laying adalah proses awal dalam pembangunan kapal, dimana ini merupakan
pertama kali tahap pembangunan kapal yakni berupa peletakkan lunas. Dimana lunas ini
menjadi dasar dalam konstruksi kapal. Ada dua jenis bentuk keel yang umum digunakan
yakni Bar keel dan plat keel. Bar keel merupakan lunas yang berbentuk batang, biasanya
digunakan untuk kapal kayu, sedangkan untuk plat keel biasanya digunakan untuk kapal
yang terbuat dari material baja. Keel yang digunakan dalam pembangunan kapal ini harus
memenuhi persyaratan konstruksi dan kekuatannya.
2. Assembly of Bottom Shell Plating
Setelah Keel laying berhasil dilakukan, maka tahap berikutnya dilanjutkan pada
pemasangan pelat alas. Pada pemasangan pelat alas ini tidak main main, harus
memperhatikan ketepatan dari penyambungan pelat satu dengan pelat yang lain, proses
pengelasan yang sesempurna mungkin untuk menghindari kebocoran akibat pengelasan
yang menimbulkan lubang pada bagian alas, ataupun pengelasannya belum sempurna
sehingga tidak kuat menahan beban yang besar, serta kelurusan dari pemasangan pelat
alas yang perlu diperhatikan pula.
3. Completion of bottom Shell Plating
Pada tahap ini, struktur yang menyusun dasar kapal sudah dapat terlihat bentuknya
dengan pemasangan keel, pelat alas serta dilengkapi juga dengan lajur pelat bilga.Lajur
pelat bilga memiliki bentuk seperempat lingkaran.
4. Fitting of Double Bottom Members
Tahap ini, merupakan tahap pemasangan konstruksi penyusun alas dalam, berupa
pemasangan penguat penguat alas dalam yaitu antara lain berupa solid floor dan girder
(penumpu). Girder terbagi menjadi dua yakni center girder (penumpu tengah) dan side
girder (penumpu sisi).Tebal dari masing masing penguat tersebut harus memenuhi
beban maksimal yang bekerja pada alas dalam.Ada dua konstruksi yang dapat
diaplikasikan pada konstruksi alas, yakni berupa konstruksi melintang dan konstruksi
memanjang. Pada konstruksi memanjang penegarnya berupa bottom transverse, pembujur
alas, center girder dan side girder. Sedangkan pada konstruksi melintang penegarnya

berupa floor, center girder dan side girder. Tinggi dari double bottom minimal adalah
600mm.
5. Assembly of Inner Bottom Plating
Setelah konstruksi penguatan alas dalam terpasang, maka tahap berikutnya yaitu
pemasangan pelat alas dalam, tebal dari pelat alas dalam harus memenuhi perhitungan
beban maksimal yang bekerja pada alas dalam sesuai dalam perhitungan BKI volume II.
6. Completion of Double Bottom
Pada tahap ini, proses pemasangan pelat alas dalam disempurnakan sehingga
seluruh bagian dari alas dalam sudah terpasangi oleh pelat. Setelah seluruh pelat
terpasang barulah dapat dilakukan pemasangan konstruksi sisi dan nantinya dilanjutkan
dengan pemasangan konstruksi geladak.
7. Fitting of Side Frames
Pada tahap ini, dilakukan pemasangan gading gading yang memperkuat
konstruksi sisi kapal.Pada umumnya konstruksi ini terdapat system penguatan berupa
gading biasa, gading besar, pelintang sisi pembujur sisi dan senta sisi. Penggunaan
penguatan penguatan tersebut tidak digunakan seluruhnya akan tetapi didasarkan pada
jenis konstruksi yang digunakan pada lambung kapal. Jika konstruksi memanjang maka
menggunakan pembujur sisi, pelintang sisi dan senta sisi.Jika menggunakan konstruksi
melintang maka menggunakan gading, gading besar, dan senta sisi. Pemasangan gading
gading pada konstruksi melintang kapal akan diperkuat oleh bracket yang dipasang pada
sisi atas dan sisi bawah gading. Pada proses ini, harus diperhatikan pula bagaimana
hubungan dari konstruksi yang membentuk cincin kekuatan, yaitu antar wrang pelat,
gading besar, dan balok besar. Apakah ketiganya terbentuk dengan saling terhubung
ataukah malah sebaliknya.
8. Completion of Frame Erection
Pada Tahap ini, keseluruhan gading harus terpasang pada konstruksi kapal yang
nantinya akan dilanjutkan pada pemasangan pelat sisi kapal.
9. Assembly of Shell Plating
Setelah seluruh gading telah terpasang, maka gading gading tersebut akan
dihubungkan oleh pelat, dimana pelat tersebut merupakan badan kapal. Pelat yang
terpasang pada bagian sisi kapal harus memenuhi beban maksimal yang bekerja pada sisi
kapal (Ps) sesuai dengan perhitungan beban peraturan BKI volume II
10. Fitting of Deck Beams, Girders, and Hold Pillars
Pada tahap ini dilakukan pemasangan konstruksi yang menyusun geladak kapal,
konstruksi tersebut diantaranya berupa Balok geladak, girder, pillar, kantilever, strong
beam, pembujur geladak dan pelintang geladak.Jika konstruksi yang menyusun geladak

berupa konstruksi melintang maka penegarnya terdiri dari balok geladak, balok besar,
Kantilever (Untuk lubang palkah)/ bisa juga menggunakan penguatan pilar, dan penumpu
geladak (side girder dan center girder).Jika konstruksi yang menyusun geladak berupa
konstruksi memanjang maka penegarnya terdiri dari deck transverse, pembujur geladak,
dan penumpu geladak.Konstruksi yang direncanakan harus sekuat dan seefisien dalam
menyusun geladak.
11. Fitting of Deck Plating
Setelah konstruksi geladak terpasang pada kapal, tahap selanjutnya yaitu
pemasangan pelat geladak.Tebal pelat geladak yang dipilih harus memnuhi beban
maksimal yang bekerja pada geladak (Pd) berdasarkan perhitungan beban geladak sesuai
peraturan BKI volume II.
12. Completion of Cargo Hold
Tahap ini merupkan proses penyempurnaan dari konstruksi yang menyusun badan
kapal pada bagian ruang muat, sehingga berdasarkan gambar terdapat lubang palkah yang
digunakan sebagai akses loading-unloading muatan.

The General Flow of Building Process


1. Keel laying

Merupakan proses awal pembangunan kapal baru, proses ini bersifat simbolik dari
awal pembangunan kapal. Persyaratan biasanya ditentukan oleh badan class ataupun
owner kapal. Ketentuan yang biasa dipakai adalah 10% gross tonage dari DWT kapal.
Pada Block Assembly System peletakan lunas atau Keel Laying hanya berupa ceremonial
saja, tanpa ada pengerjaan yang sebenarnya.

2. Fabrication of Bottom Construction Blocks


Pada tahap ini masing-masing block mulai dibangun dimulai dari bottom
construction. Pertama adalah pemasangan pelat alas. Pada pemasangan pelat alas ini tidak
main main, harus memperhatikan ketepatan dari penyambungan pelat satu dengan pelat
yang lain, proses pengelasan yang sesempurna mungkin untuk menghindari kebocoran
akibat pengelasan yang menimbulkan lubang pada bagian alas, ataupun pengelasannya
belum sempurna sehingga tidak kuat menahan beban yang besar, serta kelurusan dari
pemasangan pelat alas yang perlu diperhatikan pula. Kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan double bottom dan diteruskan sampai inner bottom plate.

3. Installation of Bottom Blocks on The Building Berth


Setelah proses pembangunan bottom construction selesai dikerjakan, lalu
bottom contruction ini dipindah ke building berth.

4. Fabrication of Side Construction Block


Setelah pembangunan bottom construction selesai, proses pembangunan kapal
dilanjutkan dengan pembangunan side construction. Pada tahap ini, dilakukan
pemasangan gading gading yang memperkuat konstruksi sisi kapal.Pada umumnya
konstruksi ini terdapat system penguatan berupa gading biasa, gading besar, pelintang
sisi pembujur sisi dan senta sisi. Penggunaan penguatan penguatan tersebut tidak
digunakan seluruhnya akan tetapi didasarkan pada jenis konstruksi yang digunakan
pada lambung kapal. Setelah seluruh gading telah terpasang, maka gading gading
tersebut akan dihubungkan oleh pelat, dimana pelat tersebut merupakan badan kapal.

Daftar Pustaka:
Practical shipbuildingg by Ir. G. DE ROOIJ, MRINA tahun 1961 The Nederlands:
Koninklijke Drukkerij Van de Garde N. V., Zaltbommel
Motor Penggerak Kapal dan Mesin Bantu oleh Ir. Murdijanto, M. Eng 2005 ITS
Ship Production oleh Ir. Soejitno
Diktat Teori Bangunan Kapal II

Anda mungkin juga menyukai