Anda di halaman 1dari 8

MINHAJ TARBIYYAH

MARHALAH TAMHIDI
______________________
MADAH : AQIDAH

No. Dok

: 03/MT/KDR/001

Pokok Bahasan : Nataiju Itbaurrasul


No. Urut Pokok bahasan : 08
Status Revisi

: 0/0

Jumlah Halaman

: 16

I. TUJUAN UMUM MADAH


Mengerti tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aqidah yang benar yang digali dari
Al Qur`an, As Sunah, dalil-dalil naqly dan aqly, menanamkannya dalam jiwa, dan membersihkannya
dari bid`ah dan khurofat yang mungkin mengotorinya.
II. TUJUAN KOGNITIF

1. Memahami bahawa fitrah manusia memerlukan keyakinan tentang kewujudan


Pencipta, beribadah kepadaNya dan memiliki kehidupan yang teratur.
2. Memahami bahawa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai
Iman.
3. Memahami sifat-sifat dasar yang mesti dimiliki setiap Rasul dan dapat
menunjukkan contoh setiap sifat tersebut pada pribadi Nabi SAW.
4. Memahami keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai pribadi qurani dan
hasil tarbiyah rabbaniyah.
III. TUJUAN AFEKTIF

1.
2.

Beribadah shohihah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw


Menyadari bahwa Nabi SAW adalah uswatun hasanah bagi ummatnya.

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :
1. Kegiatan Pembuka
a. Mengkomunikasikan tentang;
1. Hajatulinsan Ilarrasul
b.

Menginventarisir tentang penomena yang berhubungan dengan tema kajian

2. Kagiatan Inti:
a. Kajian tentang Nataiju Itbaurrasul
b. Berdikusi dan tanya jawab tema kajian ( lihat tujuan Kognitif, afektif dan
psikomotor)
c. Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
materi Nataiju Itbaurrasul
3. Kegiatan Penutup:

a. Tugas mandiri (lihat tujuan


b. Evaluasi
VI. PILIHAN KEGIATAN
1. mengadakan rihlah dan tafakkur tentang ciptaan Allah Swt hingga dapat
membuktikan adanya pencipta dengan akalnya
2. mengumpulkan ayat-ayat al Qur`an yang menunjukkan pada tafakkur
3. mengumpulkan ayat-ayat tentang pentinga mengkaji Nataiju Itbaurrasul
4. mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
5. menulis makalah tentang pentingnya mengkaji Nataiju Itbaurrasul
6. mengumpulkan perkataan-perkataan orang muslim dan lainnya yang obyektif
tentang pentingnya mengkaji Nataiju Itbaurrasul
VII. SARANA EVALUASI DAN MUTABAAH
1. Test akademis melalui pertanyaan, diskusi dan dialogmenggunakan metode
pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan
2. Test kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai
VIII. TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH
1.
Menjelaskan bahwa fitrah mengakui kewujudan
Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan
yang teratur.
2.
Menjelaskan bahwa fitrah manusia perlu
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al-Quran
(Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan sunnah (sabda Nabi
dan perbuatannya).
3.
Menjelaskan bahwa untuk mengaflikasikan semua
tuntunan Allah memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal
pencipta dan sebagai panduan kehidupan manusia
IX. MUHTAWA
Birrul Walidain
Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang
anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa
batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul walid
(kewajiban orang tua) ialah orang tua berkewajiban mempersiapkan anak-anaknya
agar berbakti kepadanya. Sabda Rasulullah "Allah merahmati orang tua yang
menolong anaknya untuk bisa berbakti kepadanya".
A. Makna Birrul Walidain

Penjelasan Rasmul Bayan : Makna Birrul Walidain

C. Keutamaan Birrul Walidain

Penjelasan Rasmul Bayan


Keutamaan-keutaman dari Birrul Walidain
1. Ahabul amali illalahi ta'ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas'ud
ra "Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah?"
Rasulullah bersabda " Shalat tepat pada waktunya". Kemudian aku tanya lagi "Apa lagi
selain itu?" bersabda Rasulullah "Berbakti kepada kedua orang tua" Aku tanya lagi " Apa
lagi ?". Jawab Rasulullah " Jihad dijalan Allah". Ini berarti diantara 2 amal yang paling
dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika durhaka kepada orang
tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah seorang sahabat untuk
berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua. Akhirnya Rasulullah
memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki hubungan dengan kedua
orang tuanya.
2. Laisajaza an min waladin ila walidih (Bakti kepada orang tua bukanlah merupakan
suatu balas budi)
Seseorang anak tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua. Sebagaimana dalam
hadist "Tidak akan dapat membalas seorang anak kepada orang tuanya melainkan anak

itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya lalu dia membelinya kemudian
memerdekakannya".
3. Al ummu hiya ahaqu suhbah (perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat
dari kedua orang tua ialah ibu)
Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah "Siapakah yang lebih berhak
diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?" menjawab Rasulullah
"Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Menjawab Rasulullah
"Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah
"Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Barulah Rasulullah
menjawab "Bapakmu". Dalam Qs. 31:14 Allah memerintahkan kepada manusia untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama pada ibunya yang telah mengandung
dan menyusuinya.
4.Makruman bi ibadatillah (Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah kepada
Allah SWT)
Qs. Al Israa' ayat 23 Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik
kepada kedua orang tua melarang perkataan "ah" dan membentak kepada keduanya dan
mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat ini mengartikan bahwa berbakti kepada orang
tua sama wajibnya dengan ibadah kepada Allah SWT.
Unsur-unsur Walidain
Seorang anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap atau
berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain . Jika unsur-unsur tsb tidak
terpenuhi maka hukukul walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur Birrul
Walidain yaitu:
1. Al muhaqodhotu alal kaul
Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua,
terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau
perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam
Qs.17 : 23.
2. Khofdul Jannah
Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua
melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan
mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya
waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa' ayat 24.
3. Attoah Almushahabah
Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua.
Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan
yang sangat syar'i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan
karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15.
4. Sabatulbirri ba'da wafatihima
Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam

surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua
yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari
anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika
datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata "Ya Rasulullah apakah
masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya
meninggal dunia?" Rasulullah dengan tegas menjawab "Ya, masih ada". Ada 5 hal yang
harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang telah
meninggal :
a. Asshalatu alaihima (berdo'a untuk keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e.Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang
tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)
Kisah-kisah Para Nabi & sahabat Rasulullah SAW dalam mempraktekan Birrul Walidain
Kisah Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim As mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya berseberangan
dengan Nabi Ibrahim As tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang
anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang
mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang
lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada Qs. 19 : 41-45.
Kisah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW yang telah ditinggal ayahnya Abdullah karena meninggal dunia saat
Rasulullah masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain
ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia 6 tahun untuk berziarah kemakam ayahnya
dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit
tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh
oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya
walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah berbakti pula
kepada bibinya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
Kisah Abu Bakar As Siddiq ra
Abu Bakar As Siddiq ra adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam
berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat
udzur, bukan hanya perkataan yang lemah lembut lagi mulia dan sikap yang baik
melainkan juga beliau dapat mengajak bapaknya yakni Abu Khuwafah untuk beribadah
kepada Allah SWT dan mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya dan hal ini dinanti
oleh Abu Bakar dengan cukup lama. Allah berfirman dalam QS 14 : 40 - 41 ayat yang
do'a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang
muqiimas shalat (mendirikan shalat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan
suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
Kisah Sa'ad Bin Abi Waqas ra
Sa'ad bin Abi Waqas ra menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan
keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa'ad
memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa'ad

terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai
mengancam kalau Sa'ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum
sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa'ad merayu ibunya " Jangan Kau lakukan
hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun
gantinya atau resikonya". Tidak bosan-bosannya Sa'ad menjenguk ibunya dan tetap
berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai
suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya. Kisah ini juga
merupakan asbabun nujul turunnya ayat Qs 31 : 15.
Ketika seorang anak berbakti kepada orang tua merupakan suatu bakti yang tidak hanya
sekedar didunia tetapi juga di yaumil akhir.
D. Kaifiyat Birrul Walidain

Penjelasan Rasmul Bayan

E. Uququl Walidain

Anda mungkin juga menyukai