2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
Pertama, kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan
diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai mampu berpikiran abstrak
atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan
perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik. Bila seorang peserta
didik dari Taman Kanak-Kanak tidak mau sekolah lagi karena diganggu temannya, apa yang
harus dilakukan oleh guru dan orangtuanya? Bila peserta didik selalu ingin merebut mainan
temannya apakah dibiarkan saja? Pemahaman kita tentang perkembangan peserta didik akan
membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukkan sumber-sumber jawaban serta
pola-pola peserta didik mengenai pikiran, perasaan dan perilakunya.
Ketiga, pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali
berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. Bila peserta didik umur dua tahun
belum berceloteh (banyak bicara) apakah dokter dan guru harus mengkhawatirkannya?
Bagaimana bila hal itu terjadi pada peserta didik umur tiga atau empat tahun? Apa yang pertu
dilakukan bila remaja umur lima betas tahun tidak mau lagi sekolah karena keinginannya yang
berlebihan yaitu ingin melakukan sesuatu yang menunjukkan sikap "jagoan" ? Jawaban akan
lebih mudah diperoleh apabila kita mengetahui apa yang biasanya terjadi pada peserta didik atau
remaja.
Keempat, dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu memahami
diri sendiri. Dengan kata lain pengetahuan ini akan membantu kita memahami apa yang kita
alami sendiri, misalnya mengapa masa puber kita lebih awal atau lebih lambat dibandingkan
dengan teman-teman lain
memahami
mata
pelajaran
yang
diajarkan.
Sedangkan
bagi
guru
mata
pelajaran,peserta didik yang memahami materi yang diajarkan bias mempermudah guru
mata pelajaran dalam menyampaikan materinya karena dengan pemahaman peserta didik
guru mata pelajaran tidak perlu menjelaskan dengan panjang lebar. Selain itu tak jarang
peserta didik malah lebih mempunyai wawasan yang luas daripada guru mata pelajaran itu
sendiri sehingga antara keduanya bias saling bertukar pikiran. Hal ini dapat dijadikan bahan
referensi bagi guru mata pelajaran dalam menyampaikan materinya.
Peserta didik
a. Pengertian Peserta didik
Mengacu pada konsep pendidikan sepanjang masa atau seumur hidup, maka dalam arti luas
yang disebut dengan peserta didik adalah siapa saja yang berusaha untuk melibatkan diri sebagai
peserta didik dalam kegiatan pendidikan sehingga tumbuh dan berkembang potensinya, baik
yang berstatus sebagai anak yang belum dewasa maupun orang yang sudah dewasa.dalam UU
sisdiknas 2003 pasal 1, dijelaskan bahwa yang di sebut peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[4]
Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang
lain (pendidik) untuk membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membimbing
menuju kedewasaan. Potensi merupakan suatu kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik,
dan tidak akan tumbuh atau berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik.[5]
Dalam istilah tasawuf peserta didik seringkali disebut dengan murid atau
thalib. Secara etimologi murid berarti orang yang menghendaki sedangkan
menurut arti terminologi murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan
dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid), sedangkan thalib
secara bahasa berarti orang yang mencari sedang menurut istilah tasawuf
adalah penempuh jalan spriritual dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat suf[6] Siswa[sunting | sunting sumber]
Siswa/siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah
atas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam
proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,
antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.
Perkembangan social
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh
seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang
lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan
sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia
akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang
untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang
lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan yang besar
kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
Motoric
Perkembangan motorik anak merupakan salah satu aspek penting untuk kehidupannya
karena hakekatnya manusia hidup dengan terus bergerak.Oleh karena itu, perkembangan motorik
harus mendapatkan perhatian khusus, disamping karena gerak merupakan kebutuhan manusia
tetapi juga sebagai acuan untuk pembinaan manusia yang berkualitas di masa depan. Saputra
(2010:1.17) menyatakan bahwa Perkembangan motorik merupakan suatu proses yang terjadi
sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan pada individu
yang meningkat dari keadaan yang sederhana, tidak terorganisasi dan tidak terampil ke arah
performa gerak yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik. Sejalan dengan
bertambahnya usia maka perkembangan motorik anak pun akan berkembang.Tetapi banyak
faktor yang bisa mempengaruhi terhambatnya perkembangan motorik anak, salah satunya adalah
lingkungan.Lingkungan keluarga, sekolah dan tempat bermain anak akan mempengaruhi
perkembangan motorik anak, seperti dikatakan oleh Heywood (1993:304) bahwa People and
situations continue to influence individuals in their choice of activities throughout life.
Pernyataan ini memperkuat bahwa peran lingkungan berpengaruh pada pilihan anak untuk
beraktifitas sepanjang hidupnya.
Lingkungan tempat tinggal anak berbeda satu sama lainnya, di daerah perkotaan yang
memiliki lahan yang sedikit untuk melakukan aktivitas gerak dan budaya hidup yang serba
praktis akan menghambat perkembangan anak, sedangkan di lingkungan pedesaan yang
cenderung memberikan kesempatan yang banyak bagi anak untuk bergerak secara aktif karena
lahannya yang tersedia secara luas dan budaya hidup sehat yang selalu berjalan kaki. Heywood
(1993:309) mengatakan bahwa A child who lacks an adecuate play space has a diminished
opportunity to get involved in activity and practice skills. Artinya, seorang anak yang bermain
di lingkungan yang sempit akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan
berlatih keterampilan, oleh karena itu perkembangan motorik anak yang berada di kota
cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak yang ada di desa.
Motoric
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik
terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
1.
perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. 2.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan
pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri. 3.
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis,
dan baris-berbaris. 4.
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkankan
atau
menjadi
anak
yang
fringer
(terpinggirkan).
mulutnya. Setelah keterampilan berjalan bebas dikuasai, keterampilan memegang secara bebas dapat
dicapai.
(2) Bermain dan Bekerja
Mulai usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang fantastik seperti menyusun alat-alat mainan
tertentu, dapat beralih kepada berbagai betuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum
terikat dengan aturan-aturan tertentu yang ketat. Pada usia anak sekolah, permainan fantastik
berkembang ke permainan yang realistik yang melibatkan gerakan yang lebih kompleks disertai aturan
tertentu yang ketat. Pada usia remaja, kegiatan motorik sudah tertuju pada persiapan kerja, keterampilan
menulis, mengetik, menjahit, dan sebagainya.
(3) Proses Perkembangan Motorik
Faktor-faktor lingkungan alamiah, sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan latihan adalah
hal-hala yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku
psikomotorik.
Morall
yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu oleh nilai-nilai
sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial
Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya
dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Prilaku moral diperlukan demi
terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.
Moral
Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
( Santrock,1995). Anak-anak ketika dlahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalan dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian
struktur kepribadian manusia atas tiga, yaitu :
1) Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari.
2) Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang
rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
3) Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem niali
dan moral, yang benar-benar memperhitungkan benaratau salahnya sesuatu.
Menurut teori psikoanalisa klasik Freud, semua orang mengalami konflik oedipus.
Konflik
ini
akan
menghasilkan
pembentukan
struktur
kepribadian
yang
dinamakan Freudsebagai superego. Ketika anak
mengatasi konflik oedipus ini,
maka
perkembangan moral mulai. Salah satu alasan mengapa anak mengatasi konflik oedipus adalah
perasaan khawatir akan kehilangan kasih sayang orangtua dan ketakutan akan dihukum karena
keinginan seksual mereka yang tidak dapat diterima terhadap orangtua yang berbeda jenis
kelamin. Struktur superego mempunyai dua komponen, yaitu ego ideal kata hati (conscience).
Kata hati menggambarkan bagian dalam atau kehidupan mental seseorang, peraturan-peraturan
masyarakat, hukum, kode, etika, dan moral.