Anda di halaman 1dari 12

POTENSI HEPATOPROTEKTIF KOMBINASI JAHE

MERAH DAN CABE JAWA PADA PENGGUNAAN


DOKSORUBIRISIN : STUDI IN VIVO

REZA SATRIA BAYUAJI


G1F011053

LATAR BELAKANG
Menurut (WHO), setiap 11
menit ada satu penduduk
duniameninggal karena
kanker dan setiap 3 menit
ada satu penderita kanker
baru.

Jahe merah dan cabe


jawa

Doksorubisin memiliki
aktivitas antikanker

Namun penggunaannya
telah dibatasi terutama
karena efek toksisitas yang
beragam, termasuk jantung,
hati, dan ginjal.

terbukti memiliki aktivitas dalam menurunkan


efek samping yang ditimbulkan penggunaan
kemoterapi kanker, di antaranya adalah
menurunkan efek hepatotoksik (Hanks, 2000).

PERUMUSAN MASALAH
Apakah aktivitas dari kombinasi kombinasi jahe merah
(Zingiber officinale) dan cabe jawa (Piper retrofractum)
dapat

mengatasi

doksorubisin.

efek

hepatotoksik

dari

penggunaan

TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui aktivitas kombinasi jahe merah (Zingiber
officinale) dan cabe jawa (Piper retrofractum) dalam
mengatasi
doksorubisin.

efek

hepatotoksik

dari

penggunaan

MANFAAT PENELITIAN
Agar dapat mengetahui cara mengatasi
efek hepatotoksik dari penggunaan
doksorubisin menggunakan ekstraksi jahe
merah dan cabe jawa

HIPOTESIS
Ekstrak kombinasi Z. Officinale dan P. Retrofractum
mampu mengurangi efek hepatotoksik pada

tikus

yang diinduksi doksorubisin berdasarkan parameter


biokimia darah SGOT dan SGPT.

METODE PENELITIAN
Waktu
dan
Tempat

Bahan
dan
Subjek
uji

Alat

Waktu : 5 bulan
Tempat : laboratorium biologi farmasi dan
laboratorium farmasi klinik
Serbuk simplisia jahe merah, serbuk
simplisia cabe jawa, doksorubisin dan
NaCMC 1,5% serta tikus jantan galur wistar
alat timbang tikus, jarum sonde, peralatan
gelas, corong pisah, evaporator, spuit
injeksi, pipet volume, neraca
analitik,sarung tangan, pisau bedah

METODOLOGI PENELITIAN
Pembuatan
simplisia

Jahe merah dan cabe jawa dicuci


dipotong-potong dikeringkan
dihaluskan serbuk

Pembuatan
Ekstrak

Kedua serbuk di campur dengan


perbandingan 1:1.Serbuk rimpang jahe
merah dan cabe jawa ditimbang masingmasing sebanyak 500 gr diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96% selama 3 x 24 jam
Ekstrak disaring lalu diuapkan ekstrak
kental

Uji in vivo pada


hewan uji
Pemeriksaan
parameter
darah dan
histopatologi

Tikus jantan umur dua bulan, dibagi


menjadi lima kelompok secara random.
Perlakuan dilakukan selama 35 hari
Nekropsi terhadap hewan uji. Analisis
darah dilakukan dengan menghitung nilai
SGOT dan SGPT. Analisis histopatologi
dilakukan dengan pengecatan H&E
terhadap organ hati

Kerangka Konsep
Variabel bebas : Tikus dibagi menjadi 3 kelompok masingmasing 2 tikus dengan tinkatan dosis 15 mg/kg BB, 20
mg/kg BB, dan 25 mg/kg BB.
Variabel tergantung : Penyuntikan selama 3 minggu
setiap 2 hari sekali.

Analisis
Data diperoleh dengan mengukur

Penelitian dimulai dengan membeli simplisia yang dibutuhkan yaitu jahe merah
dan cabe jawa dalam bentuk serbuk yang dipesan dari CV Merapi Farma
Yogyakarta dan melakukan determinasi sebelumnya di Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman. Hasil determinasi tanaman memberikan
keterangan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanaman jahe merah familia Zingiberaceae, spesies Zingiber officinale Roscoe Jahe Merah dan tanaman cabe jawa familia Piperaceae, spesies Piper
rectrofractum Vahl - Cabe Jawa.
Kemudian dilakukan ekstraksi terhadap kedua simplisia menggunakan etanol
96% selama 3 hari dengan cara maserasi. Maserasi dilakukan dengan
merendam simplisia dalam etanol 70%. Setelah 3 hari, hasil rendaman
(maserat) di saring, kemudian di etanol yang ada di buang menggunakan
evaporator. Setelah agak kental untuk menghilangkan sisa etanol maka maserat
tadi tadi diuapkan dengan menggunakan waterbath sampai menjadi ekstrak
kental.
Masa orientasi atau uji pendahuluan terhadap dosis doksorubisin yang dapat
menimbulkan toksisitas pada 6 tikus. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok masingmasing 2 tikus dengan tinkatan dosis 15 mg/kg BB, 20 mg/kg BB, dan 25 mg/kg
BB. Penyuntikan dilakukan secara intra peritoneal selama 3 minggu setiap 2 hari
sekali. Jika sudah selesai penginduksian doksorubisin maka hewan coba akan
dinekropsi lalu dilihat histopatologinya sehingga dapat ditentukan dosis
doksorubisin yang akan dilakukan pada percobaan sebenarnya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai