Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang berasal dari daging buah
kelapa segar yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak nabati mengandung
asam lemak tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti asam oleat, linolet
dan linolenat (Ketaren, 1986). Minyak kelapa dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas dari suatu produk maupun sebagai fungsi lain, misalnya digunakan sebagai
minyak pijat kerik maupun sebagai minyak aromaterapi dan cem-ceman (Sutarmi dan
Rosaline, 2006).
Minyak aroma terapi merupakan minyak yang beraroma yang disebabkan
oleh suatu bahan tertentu. Pembuatan minyak aromaterapi selama ini dilakukan
dengan metode ekstraksi dan penyulingan minyak dari bahan tertentu. Misalnya
dalam pembuatan minyak aromaterapi berbahan ekstraksi maupun destilasi daun kayu
putih. Minyak cem-ceman merupakan suatu metode yang juga dapat digunakan untuk
menghasilkan minyak yang beraroma.
Minyak cem-ceman memiliki standar mutu yang sesuai. Mutu dari minyak
cem-ceman dipengaruhi kekuatan aroma dan warna dari minyak yang dihasilkan.
Selain Hal yang mempengaruhi mutu tersebut adalah metode yang dilakukan untuk
menghasilkan minyak yang beraroma. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum
mengenai pengaruh metode yang dilakukan terhadap aroma dan warna dari minyak
yang dihasilkan.
METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 Februari 2015. Bertempat
di Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Alat dan Bahan
Proses praktikum meliputi beberapa tahap, seperti menyiapkan alat dan
bahan. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah neraca analitik, beaker glass,
sloki dan saringan. Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain minyak VCO
sebanyak, bunga kamboja, palstik dan tali rafia.
Preparasi Sampel
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini setiap perlakuan menggunakan
minyak VCO 40gram dan bunga kamboja sebanyak 20 gram. Bahan tersebut
ditimbang terlebih dahulu, pada praktikum yang telah dilakukan terdapat 2 perlakuan
yaitu perlakuan a (metode celup) dan perlakuan b (metode entrapping)
Perlakuan a
Kamboja sebanyak 20 gram yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam platik
kemudian ditambahkan minyak VCO sebanyak 40 gram. Platik yang telah berisi
minyak dan kamboja selanjutnya ditutup rapat dengan menggunakan tali rafia dan
diberi ruang udara untuk mencegah terjadinya pembusukan dan disimpan selama 24
jam.
Perlakuan b
Kamboja sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam platik, kemudian minyak VCO
sebanyak 40 gram yang telah dimasukkan ke dalam sloki diletakkan di dalamnya.
Plastik yang telah berisi minyak dan kamboja selanjutnya ditutup rapat dengan
menggunakan tali rafia dan diberi ruang udara untuk mencegah terjadinya
pembusukan dan disimpan selama 24 jam.
Parameter Pengamatan
Warna
Pengamatan warna dilakukan dengan cara pengamatan langsung. Pengamatan
ini dilakukan untuk membandingkan warna minyak yang dihasilkan dari masingmasing perlakuan. Warna semakin bernilai (+) apabila warna dari minyak semakin
jernih.
Aroma
Aroma
+++
+
yang dimiliki oleh bunga menguap dan aroma yang dihasilkan tidak terlalu
menyengat. Penguapan tersebut disebabkan oleh senyawa kimia yang berperan dalam
aroma adanya senyawa volatil. Senyawa kimia yang menimbulkan aroma pada
kamboja yaitu pentakosan (5,68%), Heksakosan (4,88%), Benzil Alkohol (4,35%),
Ttrakosan (4,18%) dan Heptakosan (3,01%). Menurut Sani, dkk. (2012) kondisi
bunga dan metode yang digunakan untuk pengambilan minyak atsiri berpengaruh
terhadap kualitas dari aroma yang didapatkan. Lemak yang kontak langsung dengan
kamboja dapat menyebabkan percepatan reaksi sehingga menyebabkan aroma yang
dihasilkan lebih menyengat (Guanter, 2011 dalam Hetik, dkk., 2013).
Warna
Warna yang dihasilkan oleh metode celup dan entrapping disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Warna minyak VCO
Metode
Celup
Entrapping
Keterangan:
Warna
+++
+