Anda di halaman 1dari 83

Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan

komunitas
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan
persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam
menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat
kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan
dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas,
kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan (social law)
dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan
aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas
diantaranya :

1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan
bayi. Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau
di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin
cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial
budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang
sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di
warung atau mendatangi dukun.

Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu
dewi cinta dari romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan
seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. (Ajen Dianawati, 2003)
Penyakit Menular Seksual (PMS) (kadang disebut Infeksi Menular Seksual atau penyakit
kelamin) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan
PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut.
(Katrina Smith, 2005)
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama
dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing nanah.
Dengan semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, makin banyak pula ditemukan

penyakit-penyakit baru, dan istilah venereal diseases berubah menjadi sexually transmitted
diseases atau infeksi menular seksual (IMS). (Somelus, 2008)

2. Penyebab Penularan PMS


Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas seks yang kurang sehat adalah
munculnya penyakit menular seksual. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya
seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena
melakukan hubungan seksual dengan orang yang sebelumnya sudah terkena penyakit ini. (Ajen
Dianawati, 2003).
Selain itu, terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS
termasuk ciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus,
felasio, dan kontak mulut atau genital dengan payudara. (Benson and Pernoll, 2009)
Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang dapat tertular PMS juga melalui :
1. Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam
lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.
2. Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular melalui
menyusui.
3. Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-luka
yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh orang
penderita herpes.

4. Tato dan tindik Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan
besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman
menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan HIV/AIDS.
PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN
KEBIDANANA
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), Misalnya :
seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS
dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang
ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
B. Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering
disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya
dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli

lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalian stress
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).
C. Domain Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,, dsb.
2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya
ekonomi, politik , dsb
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu
ke dalam 3 dominan yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni:
1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang:
a. Proses Adopsi perilaku
Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
Awareness
Interest
Evaluation
Trial
Adoption
b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)

2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek
Diagram:
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
a. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:
1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
b.
b. Berbagai tingkatan sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggungjawab (responsible)
c. Praktek atau tindakan (practice)
Mempunyai beberapa tingkatan:
1) persepsi (perception)
2) respon terpimpin (guide response)
3) mekanisme (mecanism)
4) adopsi (adoption)
D. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya
Adalah suatu roses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori
perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui
3 tahap:
1. Pengetahuan
Dikelompokkan menjadi:
a. pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
c. pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2. Sikap
Dikelompokkan menjadi:
a. sikap terhadap sakit dan penyakit
b. sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktek dan Tindakan
Indikatornya yakni:
a. tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

b. tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


c. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
E. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara
lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman
yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan
sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan
gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
F. Determinan dan Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan
resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku
manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.
Asumsi Determinan Perilaku Manusia
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan antar lain:
1. Teori Lawrence Green
Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di
luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk
dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau
tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alatalat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B, Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu merupakan
fungsi dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya
(behavior intention)
b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of
information)
d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan (personal
autonomy)
e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).
3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu
adalah karena adanya 4 alasan pokok:
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.
a. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.


b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
dianggap penting.
e. Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu
berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.
f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat
adalah ?
o Kurangnya pengetahuan, salah satunya dibudang kesehatan
o Adat istiadat yang dianut / berlaku di wilayah setempat
o Kurangnya peran serta masyarakat
o Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
o Kebiasaan-kebiasaan / kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.
Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat
tersebut yaitu : pengaruh negatif dan positif.
Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain :

Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

Rasa tolong menolong / perasaan senasib sepenanggungan


Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain :

Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh

Penyalahgunaan obat-obatan

Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik

Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik


Masalah kesehatan jiwa yang menonjol

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian PMS
Penyakit kelamin banyak terdapat di setiap negara. Banyaknya penyakit kelamin dalam

masyarakat mencerminkan keadaan sosial penderita karena tergantung pada tingkah laku manusia,
faktor psikologis, dan keadaan ekonominya.
Penyakit akibat hubungan kelamin (sexually transmitted disease) merupakan penyakit-penyakit
yang disebarkan melalui kontak seksual/kelamin. Sejak dulu, penyakit-penyakit ini merupakan
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Apalagi setelah ditemukannya virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus = virus yang melumpuhkan kekebalan tubuh manusia) yang menimbulkan
penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome = Sindrom menurunnya kekebalan tubuh).
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat
muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
Umumnya matarantai penularan PMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila
pemakaian kondon dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS yang banyak
ditemui Gonorrhoe (GO), Sifilis, Trikomoniasis, Herves Simplek, HIV / AIDS.
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi apapun yang terutama yang didapat
melalui kontak seksual. PMS adalah istilah umum dan organisme penyakit penyebabnya, yang
tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan
parasit-parasit kecil (misalnya Phthirus pubis, skabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya
ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga ditemukan di dalam organ

tubuh lain. Di samping itu, seringkali berbagai PMS timbul secara bersama-sama dan jika salah
satu ditemukan, adanya PMS lain harus dicurigai. Terdapat tentang keintiman kontak tubuh yang
dapat menularkan PMS termasuk berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus,
kubilingus, anilingus, felasio dan kkontak mulut atau genital dengan payudara. Dokter diminta
melaporkan PMS yang paling banyak terjadi ke departeman kesehatan setempat.
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki laki, karena saluran reproduksi
perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing, ISR pada perempuan juga sering tidak
diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan laki laki. Pada perempuan ISR
dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan., kemandulan, kanker leher rahim, kelainan
pada janin / bayi, misalnya Berat Badan Lhir Rendah (BBLR) infeksi bawaan sejak lahir, bayi
lahir mati, dan bayi lahir belum cukup umur. Infeksi saluran reproduksi (ISP) dapat terjadi akibat
:
1) Sisa kotoran yang tertinggal karena pembasuhan buang air besar yang kurang sempurna.
2) Kesehatan umum rendah.
3) Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama saat haid
4) Perkawinan pada usian muda dan berganti ganti pasangan
5) Hubumgam sexual dengan penderita infeksi
6) Pelukaan pada saat keguguran, melahirkan atau perkosaan
7) Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan /
tindakan disekitar saluran reproduksi.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang PMS :


1) PMS dapat terjadi pada laki laki maupun perempuan
2)

Penularan PMS dapat terjadi,walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa
memakai kondon denagn penderita PMS.

3) Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap PMS


4) Perempuan lebih mudah tertular PMS dari pasangannya dibandingkan sebaliknya, kaerna bentuk
dari alat kelaminnya dan luas permukaannya yang terpapar oleh air mani pesangannya
5) Infeksi atau borok pada alat reproduksi perempuan sering tersembunyi dan tidak mudah dilihat
oleh petugas yang kurang terlatih
6) ISR meningkat risiko penularan PMS / HIV / AIDS pada perempuan sepuluh kali lebih besar

7)

Beberapa PMS mungkin tidak menimbulkan gejala yang berarti pada perempuan, tetapi tetap
dapat menularkan penyakit tersebut pada pasanngannya

8) Tanda tanda dan gejala PMS pada laki laki biasanya sebagai luka atau duh tubuh, sehingga
pengobatan dapat dilakukan lebih awal
9) PMS sering tidak diobati dengan benar sehingga mengakibatkan penularan dan penderitaanyang
berkepanjangan. Kebanyakan PMS dapat diobati bila pengobatannya tepat dan pada saat yang
tepat pula
10) Komplikasi PMS seperti kemandulan dapat dicegah bila PMS segera diobati
11) Belum ada vaksin atau imunisasi untuk PMS
12) PMS meningkatkan kemungkinan tertular HIV / AIDS sebanyak 4 kali.
2.2

Rantai Penularan PMS


Virus, bakteri, protozoa, penyakit, dan jamur, manusia, bahan lein yang tercemar kuman,

penis, vagina, lubang anus, kulit yang terluka, darah, dan selaput lendir. Yang paling umum
adalah hubungan seks (penis-vagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina,
mulut-penis).
Hubungan seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena
PMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato dan
lainnya). Orang yang berperilaku seks tidak aman. Makin banyak pasangan seks, makin tinggi
kemungkinan terkena PMS dari orang yang sudah tertular.
Menurut sumber lain, cara penularan PMS termasuk HIV / AIDS, dapat melalui :
Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun oral. Cara ini
merupakan cara paling utama ( lebih dari 90 % )
2. Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan ( HIV / AIDS, Herves, Sipilis ) pada persalinan
( HIV / AIDS, Gonorhoe, Klamidia ), sesudah bayi lahir ( HIV / AIDS )
3. Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung denagn cairan darah atau produk darah
( HIV / AIDS )
1.

Perilaku yang berisiko tinggi terhadap penularan PMS, termasuk HIV / AIDS :
1. Sering berganti ganti pasangan seksual atau mempunyai satu atau lebih pasangan seksual baik
yang dikenal atau yang tidak dikenal( misalnya dengan penjaja seksual )
2. Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda. Penularan dari ibu ke janin / bayinya sering
bersumber dari pasangan / suami seperti ini

3.

Terus melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyai keluhan PMS dan tidak
memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut

4. Tidak memakai kondom saat melakukan seksual dengan pasangan yang beresiko
5. Pemakaian jarum suntik secara bersama sama secara bergantian, misalnya pada penderita
ketergantungan narkotika atau kelalaian petugas kesehatan dalam menjaga sterilitas alat suntik.
2.3

Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual (PMS) yang banyak terjadi di masyarakat, di antaranya berikut ini.

a.

INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)


Human immunodeficiency virus (HIV) pertama kali dilaporkan menyebabkan penyakit
pada tahun 1981. Sekarang di Amerika Serikat AIDS merupakan penyebab kematian ke lima
pada wanita usia subur. Lebih parah lagi di New York AIDS merupakan penyebab kematian
utama pada kelompok umur ini. AIDS sekarang merupakan krisis yang melanda seluruh dunia
dengan jutaan penderita, terutama di negara-negara berkembang. Salah satu kesulitan mengenali
infeksi HIV adalah masa laten tanpa gejala yang lama , antara 2 bulan hingga 5 tahun. Umur
rata-rata saat didiagnosis infeksi HIV ditegakkan adalah 35 tahun.
Virus berada dalam darah dan semua cairan tubuh dan ditularkan melalui kontak seksual
(>70%), terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi secara parenteral atau masuknya virus
secara transplasenta dari ibu ke janin. Kelompok dengan resiko tertinggi terhadap infeksi HIV
adalah homoseksual, pria biseksual, penyalahgunaan obat-obatan intravena dan penderita
hemofilia yang mendapat transfusi darah. Kelompok resiko tinggi lainnya adalah kaum prostitusi
dan mitra heteroseksual pria yang berada dalam kelompok resiko tinggi. Semua darah harus di
skrining terhadap HIV sebelum ditransfusikan untuk memperkecil risiko melalui transfusi.
Wanita lebih mudah mendapat virus dari pria dibanding sebaliknya karena konsentrasi HIV
dalam semen tinggi dan robekan mukosa pada introitus vagina saat hubungan seksual lebih
sering terjadi dibandingkan kerusakan kulit penis.
Meskipun antibodi anti-HIV berkembang dalam waktu 12 minggu setelah terpapar, 45%90% orang yang terinfeksi HIV akan mengalami gejala-gejala infeksi akut serupa dengan infeksi
mononukleosis dalam waktu beberapa bulan. Mereka mengalami penurunan berat badan,
demam, keringat malam, faringitis, limfedenipati dan ruam makulopapuler eritematosa. Sebagian

besar gejala ini akan hilang dalam beberapa minggu meskipun pasien tetap infeksius walau tanpa
gejala. Sebagian akan berlanjut dan menimbulkan kumpulan gejala-gejala yang berkaiotan
dengam AIDS (AIDS-related complex, ARC), dengan imunosupresi dini ( penurunan limfosit
CD4+). ARC biasanya ditandai oleh limfadenopati generalisata, penurunan berat badan, diare,
gangguan penyerapan dan penyusutan tubuh. Sebagian pasien mengalami imunosupresi lebih
lanjut dan berkembang menjadi AIDS ( adanya satu atau lebih gejala berupa sepsis akut, infeksi
oportunistik, sarkoma kaposi, kesulitan kognitif atau depresi, begitu diagnosis AIDS ditegakkan,
angka kematian melebihi 90%. Kelainan imunologi yang berkaitan dengan AIDS meliput (tetapi
tidak terbatas dengan hal-hal ini ) limfopenia, penurunan sel T-helper, penurunan limfosit T,
hipergamaglobulinemia dan perbandingan T4/T8 terbalik.
Karena belum ada obat untuk HIV, terapi dewasa ini hanya memperlambat kemajuan
penyakit. Karena itu penting sekali menekan upaya pencegahan. Disamping upaya untuk tidak
melakukan hubungan seksual (abstinensia) atau hanya menjalin hubungan dengan satu mitra
seksual yang diketahui tyidak terinfeksi,penggunan konkom lateks yang sudah dilumasi dengan
nonoxynol 9 merupakan metode yang paling efektif dalam membertas resiko infeksi. Jika
seorang wanita postif HIV, maka dia harus diberi nasehat untuk (1) tidak mendonorkan darah,
plasam, jaringan atau organya, (2) menghindari kehamilan, (3) menjaga hubungan dengan satu
pasangan dan (4) tekun menggunakan kondom yang sudah dilumasi dengan nonoxynol 9 selama
kontak seksual apapun.
Pemeriksaan antibodi HIV dimulai dengan pemeriksaan imunosorben terkait enzim
(ELISA) dengan sensitivitas >95% dan spesifitas >99% jika telah berulangkali positif. Jika
ELISA positif, harus dilakukan pemeriksaan western blot untuk mengkonfirmasi diagnosis. Hasil
negatif palsu jarang terjadi kecuali pasien berada dalam tahap penyakit yang terlalu dini untuk
membentuk antibodi. Penapisan HIV (setelah mendapat persetujuan pasien dan dijamin
kerahasiannya) harus dianjurkan wanita-wanita dan kelompok berikut: penggunaan obat-obtan
intravena, pekerja seks, mempunyai mitra seksual pria dengan HIV positif atau mempunyai
resiko HIV, penderita penyakit menular seksual lainya, mendapat transdusi darah antara tahun
1978-1985, memiliki tanda-tanda dan gejala klinis HIV, penduduk negara dengan infeksi HIV
heteroseksual endemis tinggi, penghuni tahanan dan wanita yang menggap dirinya beresiko.
Kehamilan tampaknya tidak mengubah perjalanan penyakit HIV tetapi kemungkinan
janin mendapat virus adalah 20%-50%. Neonatus dapat terinfeksi selama persalinan dan

kelahiran melalui darah atau cairan dari tubuh ibu atau dapat terinfeksi selama menyusui. Cara
pelahiran tidak mempengaruhi perkembangan AIDS pada anak. Penyakit akut yang berhubungan
dengan HIV delam kehamilan dapat salah didiagnosis jika pemeriksaan serologis HIV tidak
dilakukan. Jika infeksi HIV didiagnosis selama kehamilan, pengobatan harus ditunda karena
adanya potensi teratogenetik pada obat-obatan yang digunakan. Wanita hamil yang terinfeksi
harus menjalani tes penapisan untuk PMS lainnya sambil mengevaluasi adanya infeksi
oportunistik. Dianjurkan melakukan pemeriksan serologis dasar untuk sitomegalovirus dan
toksoplasmosis, uji kulit untuk TBC dan Rontgen dada.
Perawatan wanita dengan HIV positif dan bayinya selama peripartum dan postpartum
meliputi perlindungan bagi pekerja tenaga kesehatan dengan menggunakan panduan
pengendalian infeksi universal (misalnya baju kedap air, sarung tangan, masker, kacamata, untuk
mengatasi kemungkinan terpercik, penghisap dinding atau bola lampu). Pemasangan elektrode
pada kulit kepala dan pengambilan sampel darah kulit kepala janin harus dihindari merupakan
tempat masuk virus HIV yang potendial jika janin belum terinfeksi). Jangan lakukan sirkumsisi
jika neonatus positif HIV. Karena antibodi IgG anti HIV dapat menembus plasenta, pemeriksaan
serologi bayi mungkin positif tanpa terinfeksi. Gambaran wajah abnormal pernah diuraikan pada
sebagian bayi baru lahir dengan HIV positif, tetapi hal ini jarang terjadi. Jika terjadi AIDS pada
neonatus / anak-anak, perjalanan penyakitnya lebih cepat dibandingkan dewasa dan kematian
lebih banyak terjadi dalma waktu beberapa bulan dibanding beberapa tahun.
2.

GONORE
Neisseria gonorrhoeae ( salah satu penyebab PMS yang paling lazim) adalah diplokokus
gram negatif yang biasanya berdiam dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita..
Infeksi terutama mengenai epitel kolumner atau transisional salurn kemih atau kelamin.
Organisme ini sangat sulit untuk dikultur dan peka terhadap suasana kering, cahaya matahari,
pemanasan dan sebagian besar desinfektan. Diperlukan media khusus (mmisalnya ThayerMartin) untuk mencapai hasil yang optimal. Biakan saluran genital bawah biasanya didapat
dengan memutar lidi kapas selama 15-20 detik jauh didalam saluran endoserviks. Jika dibuat
usapan ektum, insiden keberhasilan meningkat dari 85% menjadi >90%. Pada infeksi saluran
genital atas yang dibuktikan dengan biakan yang di dapat melalui laparoskopi, hanya kira-kira
50% biakan saluran genital bawah akan memperlihatkan N. Gonorrhoeae.

Setelah terpapar oleh mitra seksual yang terinfeksi, sekitar 60%-90% wanita dan 20%50% pria akan terinfeksi. Jika tidak diobati, 10%-17% wanita akan mengalami penyakit radang
panggul (PRP). Jika wanita positif terinfeksi N.gonorrhoaea, ia juga kemungkinan 20%-40%
mengalami infeksi klamidia, sifilis atau hepatitis.
Gejala-gejala dini yang khas meliput discharge vagina, gangguan frekuensi miksi dan
iritasi rektum. Sebagian melaporkan rasa panas seperti terbakar, gatal atau peradangan pada
vulva, vagina, serviks atau uretra meskipun sebagian besar wanita tidak bergejala. Mungkin
mnegenai duktus dan kelenjar bartholini yang dibuktikan dengan adanya pembengkakan atau
pembentukan abses. Faringitis dan tonsilitis akut dapat terjadi teta[i tidak lazim. Jarang terjadi,
karier yang tanpa gejala akan mengalami penyebaran infeksi dengan poliartralgia, tenosinovitis
dan dermatitis atau meningitis atau endokarditis. Meskipun infeksi mata yang sering terjadi pada
neonatus yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi, oftalmitis pada dewasa dapat terjadi akibat
autoinokulasi.
Diagnosis dapat diperkiran jika pada apusan dengan pewarnaan dari tempat yang terkena
menunjukan adanya diplokokus gram negatif intraseluler. Namun konfirmasi diagnostik setelah
adanya kultur dalam media selektif penting dilakukan. Biakan untuk gonore harus mencangkup
pemeriksaan resistensi penisilin karena 2%-3% strain di Amerika Serikat resisten terhadap
penisilin. Kasus gonore harus di laporkan ke pejabat kesehatan setempat.
Pasien dan semua mitra seksualnya harus diobati. Semua penyakit lain yang ditemukan
bersamaan harus diobatijika ada. Regimen pengobatan untuk pasien dewasa yang dipilih untuk
penyakit tanpa komplikasi, menurut Centers of Disease Control (CDC) adalah seftriason 250 mg
IM, diikuti oleh doksisiklin 100 mg PO dua kali sehari selma 7 hari. Regimen alternatif meliputi
(1) spektinomisinb 2g IM, diikuti oleh doksisiklin untuk pasien pasien yang tidak tahan terhadap
seftriaxon (namun spektinomisin bukan merupakan terapi yang dapat diandalkan untuk infeksi
faring, (2) siprofloksasin 0,5 g atau norfloksasin 0,8 mg per oral satu kali (hanya untuk yang
tidak hamil), ditambah doksisiklin, (3) sefotaksin 1 gr atau seftiason 0,5 g IM, ditambah
doksisiklin, (4) sefuroksin asetil 1 gr dengan probenesid 1 gr PO satu kali, ditambah doksisiklin
pada kasus-kasus yang didapat yang didapat terbukti tidak menghasilkan penisilinase. Jika
tetrasiklin merupakan kontraindikasi atau tidak dpat ditoleransi, dapat diberikan eritromisn
etilsuksinat 800 mg PO empat kali sehari selama 7 hari. Karena munculnya organisme-organisme

resisten, biakan ulangan harus dilakukan dlam waktu 7 hari setelah terapi selesai untuk
memastikan kesembuhan.
Penyakit yang menyebar memerlukan perawatan inap. Meningitis dan endokarditis harus
dipastikan atau disingkirkan. Terapi yang dianjurkan atau disingkirkan. Terapi yang dianjurkan
adalah seftriakson 1 g IM atau IV setiap hari atau sefotaksim atau seftriakson 1 gr IV setiapa 8
jam. Pasien yang alergi terhadap obat-obatan beta laktamase dapat diobati dengan spektromisin
2 gr IM setiap 12 jam. Jika pada uji sensitivitas memastikan organisme ini sensitif terhadap
penisilin, dapat diberikan ampisilin 1 g setiap 6 jam. Regimen apapun yang dipilih, pengobtan
harus dilanjutkan selama 7 hari. Pengobatan peroral berupa sefuroksim asetil 0,5 g setiap 1 jam,
Augmentin 0,65 g setiap 8 jam atau siprofloksasin 0,5 g setiap 12 jam (jika tidak hamil).
Prognosis baik untuk gonore yang diobati dengan tepat, tetapi fertilisasi di masa
mendatang mungkin terganggu.

3.

INFEKSI KLAMIDIA
Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat dengan dinding sel

menyerupai bakteri gram negatif. Meskipun dikelompokan dalm bakteri, namun chlamydia
mengadung DNA dan RNA, dan melakukan pembelahan biner, hanya tumbuh intraseluler seperti
virus. Karena kebanyakan serotipe C.trachomatis hanya menyerang sel epitel kolumner kecuali
serotipe L yang agresif, tanda-tanda gejala yang terjadi cenderung terlokalisir ditempat terinfeksi
(misalnya mata atau saluran genetal) tanpa adanya invasi kejaringan dalam.

Servisitis
Infeksi C.trachomatis pada serviks dan tuba terjadi pada wanita usia muda (2-3 kali lebih
tinggi pada wanita berumur <20 tahun ), mempunyai banyak mitra seksual, status sosial ekonomi
rendah, menderita PMS lain dan pengguna kontrasepsi oral. Kontrasepsi penghalang cenderung
menurunkan angka infeksi. Insiden pada wanita hamil mencapai 8%-12%.
Tanda-Tanda dan Gejala
Discharge mukopurulen khas terjadi pada infeksi serviks pada klamidia dan serviks
memperlihatkan adanya peradangan hipertrofi (servisitis mukopurulen). Infeksi dapat tidak
bergejala pada 15% wanita tidak hamil yang aktif secara seksual.
Penemuan Laboratorium

Metode deteksi yang paling sering digunakan adalah uji antibodi monoklonal terkonjugasi
fluoresen langsung (tersedia dalam bentuk kit). Pemeriksaan ini cepat, sensitif (85%-93%) dan
spesifik (kira-kira 99%). Biasanya spesimen diperoleh dengan cara yang sama untuk gonore.
Diperlukan biakan jaringan untuk C.trachomatis dan karena harganya mahal, ketersediaanya
terbatas, dan mengalami penundaan selama 2-6 hari, maka jarang dilakukan. Meskipun
pewarnaan spesimen konjungtiva dan Giemsa pada neonatus cukup memuaskan untuk mengenali
badan inklusi klamidia, tehnik ini hanya 40%akurat untuk infeksi genital.
Diagnosis Banding
N.gonorrhoeae merupakan satu-satunya organisme untama lainya yang menyebabkan
servisitis mukopurulen. Karena itu uji antibodi fluoresen atau biakan pada medium selektif harus
dilakukan untuk diagnosis banding. Kedua organisme dapat ada bersama-sama.
Pengobatan
Angka kesembuhan >95% dapat dicapai dengan menggunakan salah satu dari beberapa
regimen ini. Regimen yang disukai adlah tetrasiklin 500 mg PO rmpat kali dalam 7 hari atau
doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 7 hari. Jika tetrasiklin merupakan kontraindikasi,
dapat diberi eritromisin basa 500 mg empat kali sehari selama 7 hari atau eritromisin etilsuksinat
800 mg empat kali sehari selama 7 hari.
Komplikasi
Komplikasi utama infeksi serviks oleh C. Trachomatis adalah salphingitis. Sayangnya, jika
pasien hamil dan tidak diobati, konjungtivitis klamidia dapt terjadi pada 50% neonatus yang
dilahirkan pervaginam 100% mengalami pneumonitis dengan onset lambat. Kelahiran prematur
dan endometritis pospartum dini juga merupakan masalah yang menyertai.

Salpingitis
Salpingitis karena C. Trachomatis mungkin sama seringnya dengan salphingitis karena N.
Gonorrhoeae. Namun terdapat perbedaan patofisiologi dan gejala yang jelas. Salphingitis karena
C. Trachomatis ( yang juga merupakan infeksi asenden) mempunyai onset tersembunyi, biasanya
menyebabkan gejala minimal dan organisme menetap di dalam tuba (terutama dlam epitel)
selama berbulam-bulan. Sebaliknya infeksi N. Gonorrhoeae mempunyai onset akut,

menyebabkan gejala-gejala yang lebih akut dan hanya tinggal didalam tuba selama 24 48 jam.
Infeksi gonore tampaknya memiliki efek sitotosik yang jauh lebih besar pada epitel tuba.
Meskipun salphingitis karena C. Trachomatis biasanya menyebabkan gejala yang lebih
sedikit, namun gambaran umum tuba bahkan mengarah ke keterlibatan yeng lebih parah.
Salphingitis merupakan akibat servisitis karena C. Trachomatis. Pengobatan salphingitis karena
C. Trachomatis dapat diberikan dengan tetrasiklin atau erittromisin. Sekeule salphingitis karena
C. Trachomatis meliputi kehamilan ektopik

dan infertilitas meskipun insiden pasti dari

komplikasi ini tidak diketahui.

Limfogranuloma Venereum
C. trachomatis serotipe L menyebabkan limfogranuloma venereum yang biasanya terjadi di
daerah tropis atau subtropis ( termasuk Amerika Serikat bagian selatan). Masa inkubasi adalah 721 hari, dan pria 6 kali lebih sering terkena dibanding wanita. Di Amerika Serikat, <500 kasus/
tahun yang dilaporkan dan paling banyak terjadi pada pria.
Limfogranuloma venereum mulai dari erupsi vesikopustuler yang berkembang menjadi
ulserasi vulva dan inguinal yang sangat nyeri. Limfedema dan invasi bakteri sekunder. Secara
klinis, adanya bagian yang lebih rendah antar kelompok modus inguinalis dan lipatan
genitokruralis meghasilkan penampakan lipatan genitokrural ganda (tanda groove). Terdapat
indruasi keras bewarna kemerahan hingga biru keunguan yang terjadi 10-30 hari setelah terpapar.
Limfedema anorektal menyebabkan defekasi yang sangat nyeri dan feses yang disertai darah.
Pada perkembangan penyakit akan terbentuk striktur rektum yang progresif yang bahkan dapat
mencegah defekasi. Striktur vagina dapat menyebabkan distorsi dan penyempitan sehingga
menghasilkan dispareunia. Sakit kepala, artalgia, mengigil dan kejang perut dapat terjadi
belakangan. Komplikasi lanjut berupa elefantiasis vulva.
Diagnosis dipastikan dengan biakan jaringan dan penentuan serotipe, tetapi fiksasi
komplemen untuk Chlamydia dengan titer 1:16 sudah merupakan dugaan, dengan
meningkatnya titer (>1:64 suh merupakan diagnostik). Loma inguinale, tubkulosis sifilis,
chancroid, kanker vulva, herpes genetali dan penyakit Hodgkin. Dengan adanya gejala-gejala
sistemik. Harus dipertimbangkan kemungkinan meningitis, artritis, peritonitis, dan plueritis.
Pengobatan limfogranulomavenerum adlah doksisiklin 100g PO du kalisahari selama 21
hari. Penyakit yang menetap memerlukan pengobatan tahap kedua pengobatan alternatif meliputi

tetrasiklin, eritromisin atau sulfisoksizol, masing-masing 500mg PO empat kali selama 1 hari
setela penyakit ini dapat dikendalikan, mungkin diperlukan pembedahan (misalnya vulvektomi
parsial). Abses jangan dieksisi tetapi di aspirasi. Striktur ani harus dilatsi setiap minggu.
Mungkin

1.

diperlukan

kolostomi

pengalihan

untuk

striktur

ani

berat.

SIFILIS
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum yang
ditularkan melalui kontak langsund dengan lesi basa yang infeksius. Organisme ini dapat
menembus membran yang intak atau kulit yang terkelupas atau di dapat melalui transplsenta.
Satu kali kontak seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi memberi kemungkinan 10%
menderita sifilis. Penyakit yang tidak di obati akan berlanjut dari sifilis primer ke sifilis
sekunder, sifilis laten dan akhirnya sifilis tersier. Sifilis kongenital mempunyai perjalanan
penyakit ini dan gejala-gejalanya sendiri. Kira-kira ada 280.000 kasus sifilis di Amerika Serikat
setiap tahunya.
Lesi primer sifilis adalah chancre keras, papula yang padat dengan indurasi tanpa rasa sakit
atau ulkus tepi meninggi yang muncul 10 hari hingga 3 bulan (rata-rata 3 minggu) setelah
masuknya treponema ke dalam tubuh. Chancre ini dapat terletak di genetallia eksterna, serviks
atau vagina atau daerah kulit manapun atau membran mukosa tubuh tetapi sering kali tidak
terlihatpada wanita. Lesi primer menetap selama 1-5 minggu dan kebanyakan diikuti
penyembuhan spontan. Setiap lesi yang dicurigai chancre harus di lakukan pemeriksaan lapangan
gelap, untuk mencari adanya treponema karena tidak tersedia biakan. Uji serologis untuk sifilis
harus dilakukan setiap seminggu selama 6 mingggu atau sampai positif (biasanya reaktif 1-4
minggu setelah muncul chancre.
Erupsi kulit generalisata (makula, makulopapuler, papuler, atau pustuler) atau sifilis
sekunder muncul 2 minggu hingga 6 bulan setelah lesi primer. Ruam yang terjadi difus, bilateral,
berupa erupsi papuloskuamosa simetris yang dapat mengnai telapak tangan dan kaki. Terdapat
lesi perineum (papula yang basah, kondiloma latum) dan positif untuk treponema pada
pemeriksaan lapangan gelap atau penelitian imunofluoresen. Mungkin terdapat bercak mukkosa
lainnya dismping alopesia setempat, hepatitis atau nefritis. Limfadenopati generalisata khas

terjadi. Lesi sekunder menetap selama 2-6 minggu dan sembuh spontan. Uji serologi hampir
selalu positif pada tahap ini.
Sifilis laten adalah sifilis yang tidak di obat-obati setelah gejala-gejala sekunder
menghilang. Pasien ini tetap infeksius selama 1-2 tahun dan dapat kambuh menyerupai tahap
sekunder. Keadaan laten ini dapat berlangsnung seumur hidup atau berakhir dengan
berkembangnya sifilis tersier yang terjadi pada sepertiga pasien.
Sifilis tersier dintandai dengan adanya lesi destruktif pada kulit, tulang, sistem
kardiovaskuler atau gangguan sistem saraf. Sifilis tersier dapat berakibat fatal pada 25%
penderita.
Meskipun perjalan sifilis maternal tidak diubah oleh kehamilan, penyekit ini seringkali
tidak dikenali kecuali dideteksi dengan penapisan serologis. Treponema dapat menembus
plasenta selama kehamilan tetapi jika penyakit ini ditemukan dan di obati pada umur kehamilan
<18 minggu, tampaknya janin hanya akan mengalami beberapa sekuele. Stelah 18 minggu,
terjadi tanda-tanda klasik kongenital pada janin. Risiko infeksi janin lebih besar selama stadium
sekunder dibanding stadium ptimer dan laten. Insiden lahir mati dan persalinan prematur
meningkat dengan adnya sifilis. Mungkin terdapat hidramnion. Gambaran hidropik dan berlilin
menunjukan keterlibatan plasenta. Infeksi kehamilan lanjut dapat menyebabkan infeksi pada
janin atau neonatus pada 40%-50% kasus.
Biasanya bayi baru lahir dengan sifilis kongenital mungkin mengalami keterlambatan
pertumbuhan dengan wajah keriput karena penurunan lemak subkutan. Kulit mungkin bewarna
kecoklatan (cafe-au-lait). Lesi sifilis kongenital dini yang paling umum pada bayi baru lahir
adalah ruam bulosa, yang disebut pemfigus sifilitik. Gelembung besar dapat terjadi pada seluruh
telapak tangan dan telapak kaki terkadang diseluruh tempat lain. Cairan seropurulen dari lesi
dipenuhi oleh treponema. Mukositis yang identik dengan sifilis sekunder pada pasien yang lebih
tua dapat diamati pada mulut dan saluran pernapasan atas pada bayi baru lahir. Dishcarge nasal
(snuffle sifilitik) sangat infeksius karena mengandung sejumlah besar T.pallidum.
Tulang biasanya menunjukan tanda-tanda osteokondritis dan pada pemeriksaan sinar-X
khas ditemui garis epifisis yang tidak beraturan (garis Guerin). Kelainan mata dan organ lain atau
sistem saraf pusat dapat muncul saat lahir atau defek ini dapat terjadi pada kemungkinan kasuskasus yang di obati. Setiap bayi dengan stigmata sifilis harus ditempatkan diruangan isolasi
sampai diagnosis pasti dapat ditegakkan dan diberi pengobatan yang tetap.

Karena uji serologi menilai antibodi IgG yang di dapat secara transplasenta, bayi akan
positif jika ibunya positif. Pengobatan neonatus yang efektif ditandai oleh penurunan titer secara
progresif selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Penemuan Laboratorium
Untuk memperlihatkan organisme treponema diperlukan lesi kulit yang basah untuk
pemeriksaan lapangan gelap, pewarnaan imunofluoresen (apusan kering) atau perawatan perak
untuk treponema dalam spesimen biopsi. Karena organisme hanya dapt ditunjukan dalam waktu
singkat, diagnosisnbiasanya dibuat berddasarkan riwayat uji serologis.
Penapisan untuk sifilis terutama dilakukan dengan pemeriksaan antibodi non treponema
non spesifik (misalnya VDRL,RPR). Semua beresiko inggi sebaliknya diperiksa pada kunjungan
pertama. Pasien-pasien beresiko tinggi sebalikya diperiksa pada umur kehamilan 28-36 minggu
dan saat melahirkan. Pemeriksaan ini akan positif 3-6 minggu setelah infeksi. Titer ini tinggi
pada sifilis sekunder dan titer akan turun hingga rendah atau menjadi negatif pada sifilis lanjut.
Titer yang ditemukan turun empat kali lipat atau menurun pada sifilis dini menunnukan
pengobatan yang adekuat.
Hasil pemeriksaan positif palsu bisa terjadi pada penyakit kolagen, mononukleosis
infeksiosa, malaria, lepra, penyakit demam, vaksinasi, kecanduan obat, usia lanjut dan
kehamilan. Titer yang terlihat pada pemeriksaan positif palsu biasanya rendah. Namun pada
setiap hasil pemeriksaan yang positif harus dilakukan pemeriksaan antibodi anti treponema. Uji
antibodi anti treponema yang paling luas digunakan adalah uji absorbsi antobodi treponema
fluoresen (FTA-ABS). Uji ini akan tetap positif meskipun telah mendapatkan pengobatan.
Karenna itu tidak dilakukan penentuan titer.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sifilis primer adalah chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma
venerum, heros, karsinoma, skabies, trauma, liken planus, proriasis, erupsi obat, aftosis, infeksi
jamur, sindroma Reiter dan penyakit bowen.
Diagnosis banding sifilis sekunder adalah pitriasis rosea, psoriasis, liken planus, tinea
versikolor, erupsi obat, erupsi id, perleche, infeksi parasit, iritis, neurorentinitis, kondiloma
akuiminata, eksentema akut, mononukleosis infeksiosa, alopesia dan sarkoidosis.
Pengobatan

Pengobatan harus dimulai jika sudah mulai terpapar meskipun belum terdapat bukti adanya
penyakit. Selama hamil, lebih baik mengobati semua kecurigaan penyakit dari pada beresiko
menderita sifilis kongenital.
Orang yang kontak dengan psien sifilis dini (primer, sekunder, dan laten <1 tahun) harus
diobati dengan salah satu regimen berikut : (1)benzhatin penisilin G 2,4 juta unit IM, (2)
tetrasiklin hidroklorid 500 mg PO empat kali sehari atau doksisiklin 100 mg dua kali sehari
selama 14 hari (jika alergi penisilin tetapi tidak hamil), atau (3) eritromisin (stearat, etilsuksinat
atau basa) 500 mg PO empat kali sehari selama 15 hari (total 30 g) jika alergi pppenisilin dan
ttidak dapat minum tetrasiklin. Terjadi demam singkat (<24 jam) pada 50%-75% pasien yang
mendapat terapi penisilin, mungkin karena pelepasan produk toksik treponema. Demam yang
terjadi 4-12 jam setetlah injeksi salah reaksi Jarisch-Herxheimer.
Sifilis kongenital di obati dengan benzhathin penisilin G 50.000 unit/kg IM jika bayi sudah
tidak bergejala dan tidak ada tanda neurosifilis. Sifilis kongenital yang tidak menimbulkan gejala
atau neurosifilis yang diobati dengan penisilin G kristal yang di encerkan 50.000 unit/kg/hari IV
dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari atau penisilin prokain G yang diencerkan selama 50.000
unit/kg setiap hati selma 10 hari.

2.

CHANCROID
Chancroid (chancre lunak) disebabkan oleh kuman batang gram negatif Haemophilus
ducreyi dan jarang ditemui di Amerika Serikat (<1500 kasus/tahun). Infeksi pada wanita dimulai
dari lesi papula atau vesikopustuler pada perineum, serviks atau vagina 3-5 hari stelah terpapar.
Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk piring cawan
yang lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang menjadi satu kelompok. Discharge kental yang
dihasilkan ulkus berbau busuk dan infeksius. Lebih dari 50% pasien mengalami limfedenitis
inguinal yang sangat nyeri yang dapat menjadi nekrotik dan mengering spontan. Aspirasi pus
dari bubo dapat mengandung organisme. Sifilis harus disingkirkan meskipun diagnosis banding
juga meliputi herpes simpleks, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinale.
Pengobatan meliputi mandi berendam dalam posisi duduk. Dengan air panas dan sabun
ditambah antibiotika. Regimen pengobatan bervariasi tergantung kepekaan kuman. Seftriason

250 mg IM setiap hari, eritromisin 50 mg PO

empat kali sehari dan trimetoprim (160

mg)/sulfametoksazol (800mg) PO dua kali sehari cukup efektif. Pengobatan harus dilanjutkan
selama minimal 10 hari sampai ulkus dan nodus limfe sembuh. Nodus berabses lebih baik
diaspirasi dibanding insisi dan drainase.
3.

GRANULOMA INGUINALE
Granuloma inguinale disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis penemuan yang
khas dalam lesi adalah badan Donovan (bakteri yeng terbungkus dalam lekosit mononuklear).
Hampir tidak pernah di jumpai di Amerika Serikat (kira-kira 100 kasus/tahun) tetapi umum
terjadi di India, Brazil dan Hindia Barat. Masa inkubasi 1-12 minggu. Granuloma inguinale dapat
menyebar melalui kontak seksual maupun nonseksual yang berulang.
Penyakit biasanya terbatas di daerah vulva dan inguinal tetapi dapat mengenai serviks,
uterus, ovarium atau mulut. Dikenal sebagai papul atau nodul yang tanpa gejala, mengalami
ulserasi sehingga membentuk daerah granuler kemerahan dengan tepi tajam. Ulkus
mengeluarkan discharge yang berbau busuk. Penyembuhan sangat lamban. Tetpai hanya sedikit
menimbulkan gejala lokal dan sistemik. Ulkus satelit dapat bersatu membentuk satu ulkus besar.
Bubo dapat terjadi demikian. Dapat menimbulkan nyeri jika terjadi di uretra dan anus.
Kompilasi lanjut dapat berupa disoareunia jika introituss menyempit karena penyakit
kronis. Diagnosis banding meliputi karsinoma, chancroid, limfogranuloma venerum dan sifilis.
Diagnnosis dipastikan dengan menemukan badan Donavan dalam spesimen biopsi atau apusan
pewarnaan wright, giemsa atau perak.
Obat pilihan untuk pengobatan granuloma inguinale adalah tetrasiklin 500 mg empat kali
sehari selma minimal 21 hari. Pilihan lain adalah eritromisin 500 mg empat kali sehari selama
14-21 hari, doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 21 hari atau sulfometoksazol 1 gr dua kali
sehari selma 21 hari.
2.4

Upaya Pencegahan PMS

2.4.1 Upaya Pencegahan


Ada dua cara untuk menolong mencegah terjadinya infeksi PMS. Cara yang paling meyakinkan
adalah tidak mengadakan hubungan seksual sama sekali dengan upaya yang disebut pemantangan.
Jika upaya pemantangan bukan pilihan yang dianggap mudah, praktik-praktik hubungan seksual yang

aman harus diterapkan. Hal tersebut di antaranya adalah tidak mengadakan hubungan seksual dengan
sembarang orang.
Pasangan suami istri usahakan selalu memakai alat kontrasepsi saat berhubungan seksual.
Meskipun tidak mudah, mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan seks yang aman (safe
sex) perlu terus ditingkatkan, sehingga terjadi komunikasi yang jujur dan terbuka.
Lebih jauh lagi diperlukan adanya upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya PMS
dari segi moral. Pendidikan seks bagi anak-anak sekolah dan remaja pun perlu ditingkatkan agar
mereka lebih waspada dalam menjalani kehidupan pergaulan remajanya.
2.4.2

Usaha Pencegahan dan Pemberantasannya


Penyakit kelamin bukan saja merupakan penyakit menular yang harus diberantas menurut

garis-garis epidemiologis, tapi juga merupakan masalah sosial yang mempunyai sifat yang sangat
kompleks. Dalam usaha pencegahan dan pemberantasannya, diperlukan kerja sama yang baik dengan
instansi-instansi lain seperti pendidikan, sosial, agama, kepolisian, dan sebagainya.
Dalam garis besarnya, usaha-usaha pencegahan dan pemberantasannya dijalankan dengan cara
sebagai berikut.
a.

Usaha-usaha yang ditujukan terhadap penderita dengan pengobatan, penyembuhan, dan


menghilangkan sumber penularan. Untuk ini perlu proses berikut.

1) Case finding, yaitu untuk mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan.
2) Contact tracing, yaitu menanyakan kepada penderita, siapa saja yang telah ia tularkan agar dapat
diusut.
b.

Pengawasan sumber penularan mengingat bahwa sebagian besar sumber penularan adalah dari
wanita tuna susila (WTS), maka perlu diusahakan lokalisasi WTS agar dapat diberikan pengobatan secara
periodik.

c.

Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui dan menyadari
bahaya-bahaya penyakit kelamin untuk dirinya, keluarga, dan keturunannya.
Menurut sumber lain, cara pencegahan PMS :

1.
2.
3.
4.

Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia


Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat kelamin, atau
keluarnya duh ( cairan nanah ) dari tubuh.

2.5

Peran Serta Tenaga Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanggulangan PMS


Disilah kita bisa melihat peran tenaga kesehatan masyarakat dan fungsi funsinya, tidak

hanya pemberantasan penyakit menular saja yang akan dilaksanakan, malah lebih.
Inilah peran peran umum tenaga kesehatan masyarakat :
a.

mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta


melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
masyarakat;

b.

merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan


Puskesmas;

c. menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis sesuai bidang
tugasnya;
d. melaksanakan upaya kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan upaya kesehatan perorangan;
f. melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/ kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga Berencana,
perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit,
pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah,
kesehatan olah raga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi
dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya
kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya serta pembinaan pengobatan
tradisional;
g. melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi semua upaya
kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pembantuan sarana dan
pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta serta kader
pembangunan kesehatan;
h. melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader pembangunan di
bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya masyarakat di wilayah kerjanya;
i. melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan;
j. melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT;
k. melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD;
l. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Dan inilah funsi dan peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pemberantasan penyakit
menular :
Di era gllobalisasi,dengan tingkat kebebasan yang longgar dari para orang tua dan ketidak
tahuan remaja tentang penyakit menular seksual yaitu salah satunya HIV/AIDS yang banyak
terjadi pada kalangan kaum remaja. Pada dasarnya remaja tidak memiliki pengetahuan tentang
penyakit menular seksual dan umumnya para remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,dan
selalu ingin mencoba hal baru.
Sebenarnya dari fakta dilapangan masyarkat pada umumnya hanya mengetahui bahwa
HIV/AIDS itu hanya bisa terjadi penularan melalui hubungan intim saja padahal penyakit ini
bisa saja tertular melalui hal-hal yang berhubungan dangan tingkah laku fisik seseorang,seperti
berciuman,terkena tetesan keringat penderita yang bersentuhan dengannya apalagi jika orang
tersebut dalam keadaan tidak sehat(kurang sehat),dan bisa juga tertular melalui terkena darah
penderita penyakit menular seksual(PMS).
Dalam hal ini dan untuk menurunkan angka penderita PMS,dibutuhkan peran serta orang
tua,keluarga,lingkungan dan tenaga kesehatan. peran tenaga kesehatan sebaiknya memberikan
ataupun mengadakan penyuluhan-penyuluhan pada semua lapisan masyarakat umumnya dan
kalangan remaja khususnya yang sangat rentan terhadap PMS.
Penyakit menular seksual (PMS) masih tetap merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian dalam penanggulangannya. Penyakit HIV/AIDS
sebagai salah satu PMS, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1987 menunjukkan
kecenderungan meningkat dan meluas pe-nyebarannya.
Terdapat kaitan yang erat antara peningkatan penyakit HIV/AIDS dengan
meningkatnya penyebaran penyakit TB-Paru, karena menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Sampai dengan bulan November 1997 secara keseluruhan tercatat 152

orang penderita

AIDS dan 450 orang terinfeksi HIV. Penanggulangan AIDS kegiatannya diintegrasikan
dengan pemberantasan PMS, meliputi sero survai AIDS dan sifilis, dan pemeriksaan
(skrining) donor darah.
Kegiatan lainnya berupa penyuluhan tentang pencegahan HIV/AIDS melalui berbagai
media massa. Selama kurun

waktu

lima

tahun terakhir, telah dilaksanakan sero

survai HIV/AIDS dan sifilis yang mencakup sekitar 432 ribu sediaan, yaitu 122 ribu
sediaan pada tahun 1993/94 dan 310 ribu sediaan selama empat tahun Repelita VI.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat
kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah san
hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih
tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan.
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengauh
terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai
akibatdari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi.
Keempat,

Perubahan

lingkungan.

Kelima,

Demokratisasi.

Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan
informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan
kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan
upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih
tinggi

pada

pentingnya

pelayanan

kesehatan

yang

bersifat

promotif

dan

preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh, tidak
semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan
sistim, fungsi, dan organ reproduksi. Pencapaian kesehatan reproduksi mencakup pencapaian
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman, serta pasangan atau individu bebas menentukan
keinginan mempunyai anak, kapan, dan berapa jumlahnya.
Semua orang, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak dalam mengatur jumlah
keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi
sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan
pelayanan bagi anak, kesehatan remaja dan lain-lain. Untuk itu dibutuhkan perangkat, teknik,
dan sistim pelayanan yang menjamin terpeliharanya kesehatan reproduksi seseorang, baik
berbentuk upaya pencegahan maupun pengendalian gangguan atau penyakit reproduksi.
Kebijakan nasional kesehatan reproduksi di Indonesia pada saat ini memprioritaskan
pelayanan empat komponen atau program terkait yaitu Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS

(Human Immuno-deficiency

Virus/Acquired Immuno-deficiency Syndrome) yang disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi


Esensial (PKRE).
Pelaksanaan PKRE bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program terkait yang sudah
tersedia di tingkat pelayanan dasar, dan paket PKRE ini merupakan keterpaduan berbagai
pelayanan dari program terkait tersebut. Bentuk pelayanan terpadu lebih berorientasi kepada
kebutuhan klien.
Adanya perbedaan sasaran dalam tiap komponen kesehatan reproduksi dan perbedaan
masalah pada tiap klien, menuntut adanya pelayanan yang komprehensif, namun spesifik, dan
sesuai dengan kebutuhan klien. Dengan demikian setiap komponen program kesehatan
reproduksi memasukkan unsur komponen kesehatan reproduksi lainnya untuk mendukung
terciptanya pelayanan kesehatan reproduksi yang integratif atau terpadu pada klien dan sesuai
dengan kebutuhan klien.
Penyakit Menular Seksual merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang
ditularkan melalui hubungan kelamin. Dari analisis data yang dihimpun di Indonesia, prevalensi
PMS tidak didokumentasikan secara nasional. Tetapi perlu disadari, angka prevalensi ISR di

Indonesia cukup tinggi. Beberapa tahun terakhir ini tampak mulai kecenderungan meningkatnya
prevalensi PMS.
Penelitian pada klien KB di Jakarta Utara (1997) mendapatkan angka Kandidiasis 22%,
Bakterial Vaginosis 9,9%, Trikomoniasis 4,5%, Gonore 1,2%, Klamidia 9,3% dan sifilis 0,8%
( Iskandar,1998). Studi di Surabaya, Jawa Timur (2003) mendapatkan hasil Kandidiasis 8,6%,
Bakterial vaginosis 24,8%, Trikomoniasis 23,6%, Gonore 26,9%, Klamidia 22,1% dan Sifilis
9%. Sedangkan studi yang dilakukan di Jakarta (2006) mendapatkan hasil Bakterial Vaginosis
13,3%, Klamidia 10,2%, Herpes Genital 9,3%, HIV 1,2% dan Sifilis 0,2% (YMI 2007).
Data PMS di Kabupaten Ciamis sampai saat ini belum dapat memberikan gambaran
epidemiologis PMS sehingga belum dapat memperlihatkan besarnya masalah PMS yang akurat
yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya derajat epidemi HIV/AIDS disuatu
daerah dan untuk mengetahui dampak program intervensi PMS. Seperti halnya masalah PMS di
Ciamis bagaikan Teori Gunung Es di Lautan
Beberapa Puskesmas di Kabupaten Ciamis sudah melaksanakan paket PKRE dengan salah satu
program yaitu Penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS melalui intervensi seperti
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), pengobatan PMS secara pendekatan sindrom maupun
berdasarkan hasil Laboratorium walau sarana laboratorium yang ada masih minim.
Puskesmas memulai paket PKRE sejak beberapa tahun terakhir, didukung dengan
pelatihan program-program PKRE yang diberikan pada petugas Puskesmas, sosialisasi,
monitoring dan evaluasi paket PKRE yang diikuti petugas Puskesmas tersebut secara rutin. Dari
kegiatan tersebut berarti secara teknis petugas puskesmas sudah melaksanakan alur pelayanan
klinis paket PKRE.
Beberapa kasus Gonorhoe positif yang terjaring di beberapa Puskesmas Kabupaten
Ciamis. Beberapa kasus penyakit, baik penyakit yang baru maupun penyakit lama mengalami
perubahan gejala, sehingga memerlukan metode yang lebih baik pada sistim pelayanan
kesehatan. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah dan hasilnya banyak mengalami
hambatan, karena belum berhasilnya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan. Faktor yang mempengaruhi pelayanan adalah faktor tenaga
kesehatan yaitu orang yang mengabdikan di bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
pelatihan khusus seperti, tenaga pemasang alat kontrasepsi Keluarga Berencana, pemeriksaan

penyakit menular seksual dan keahlian khusus lainnya. Hal inilah yang membedakan tenaga
bidang kesehatan dengan tenaga lainnya, sehingga para tenaga bidang kesehatan ini harus
mempunyai pendidikan dan keahlian melakukan pekerjaan tertentu yang berhub

ungan

dengan jiwa dan fisik manusia serta lingkungannya.


Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana
pembangunan kesehatan, sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai,
maka akan mempengaruhi pembangunan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Pemerintah
memiliki kewajiban untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat
dijangkau masyarakatnya. Masyarakat dari semua lapisan memiliki hak dan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tentunya aparatur kesehatan (dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya) tidak bisa bekerja
sendirian untuk masalah PSM. Sebaiknya melakukan sosialisai PSM melibatkan tenaga pendidik
dan kependidikan, siswa, dan lembaga pendidikan lainnya secara berantai.
BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
PMS yang banyak ditemui yaitu Gonorrhoe (GO), Sifilis, Trikomoniasis, Herves Simplek, HIV /
AIDS. PMS adalah istilah umum dan organisme penyakit penyebabnya, yang tinggal dalam
darah atau cairan tubuh, meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasitparasit kecil (misalnya Phthirus pubis, skabies).
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki laki, karena saluran reproduksi
perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing, ISR pada perempuan juga sering tidak
diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan laki laki.
Cara penularan PMS termasuk HIV / AIDS, dapat melalui :

1.

Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun oral. Cara ini
merupakan cara paling utama ( lebih dari 90 % )
2. Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan ( HIV / AIDS, Herves, Sipilis ) pada persalinan
( HIV / AIDS, Gonorhoe, Klamidia ), sesudah bayi lahir ( HIV / AIDS )

3. Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung denagn cairan darah atau produk darah
( HIV / AIDS )
Perilaku yang berisiko tinggi terhadap penularan PMS, termasuk HIV / AIDS :
1. Sering berganti ganti pasangan seksual atau mempunyai satu atau lebih pasangan seksual baik
yang dikenal atau yang tidak dikenal( misalnya dengan penjaja seksual )
2.

Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda. Penularan dari ibu ke janin / bayinya sering
bersumber dari pasangan / suami seperti ini

3.

Terus melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyai keluhan PMS dan tidak
memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut

4. Tidak memakai kondom saat melakukan seksual dengan pasangan yang beresiko
5.

Pemakaian jarum suntik secara bersama sama secara bergantian, misalnya pada penderita
ketergantungan narkotika atau kelalaian petugas kesehatan dalam menjaga sterilitas alat suntik.
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/IJPH/article/view/489/488 (diakses pada: Rabu, 20 Maret 2013


, 20:42)
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2009/09/penyakit-menular-seksual.html (diakses pada: Rabu,
20 Maret 2013, 20:43)
http://mukhsal.blogspot.com/2013/01/peran-tenaga-kesehatan-masyarakat-dalam.html (diakses pada:
Rabu, 20 Maret 2013, 20.55)
Karwati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media
Runjati. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang
2.

kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat

3.

muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
PMS ( Penyakit Menular Seksual ) adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan kelamin,

4.

tetapi dapat juga melalui kontak langsung alat-alat, handuk, dan juga melalui trasfusi darah.
STD ( Sexually Transmited Disease), adalah sebagai gangguan keseimbangan yang bersipat luas
mulai dari kondisi inflamasi minor sampai penyakit yang bersipat mematikan, Infeksi dapat secara
lokal maupun sistemik, dapat disebabkan oleh jumlah patogen yang berbeda - beda seperti: Virus,
bakteri, jamur/fungi, protozoa dan ectoparasit.
Penyakit ini memberi ancaman terhadap banyak remaja yang saat ini tengah menderita PMS tanpa
menyadarinya dan terganggu oleh gejala-gejalanya,namun tidak mencurigai ke arah PMS.

Beberapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan tidak diobati
sekalipun akan menimbulkan gejala seperti nyeri,gatal atau keluanya cairan.Akhir-akhir ini terdapat
peningkatan dan kejadian PMS di tengah masyarakat, penyebabnya adalah semakin banyak remaja
melakukan kegiatan seksual tanpa memakai pelindung ( kondom ), semakin meluasnya pengunaan
pil anti hamil.

2.2 Penularan Penyakit Menular Seksual


1.

Hubungan sex yang tidak terlindungi baik melalui vaginal, anal maupun oral sex

2.

Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan

3.

Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk

darah (Sypilis dan HIV/AIDS).

2.3 Ciri-Ciri Penyakit Menular Sexsual


a.

Penularan Penyakit Tidak Selalu Harus Melalui Hubungan Kelamin.

B. Penyakit Dapat Terjadi Pada Orang-Orang Yang Belum Pernah Melakukan


Hubungan Kelamin
C.

Sebagian Penderita Adalah Akibat Korban Keadaan Diluar Kemampuan Mereka,

Dalam Arti Mereka Sudah Berusaha Sepenuhnya Untuk Tidak Mendapat Penyakit,
Tetapi Kenyataan Masih Juga Terjangkit.
2.4 jenis-jenis Penyakit Menular Seksual
1. GONORE (KENCING NANAH)

Gonore sering disebut clap atau drip yang disebabkan oleh bakteri
gonokokus yang diisolasi dan ditemukan tahun 1879 diberi nama Neisseria

gonorrhoeae oleh Albert.L.S.Neisser.Bakteri ini hidup pada lingkungan yang hangat


dan lembab seperti pada selaput lendir saluran kencing pria dan wanita atau pada
leher rahim wanita.
Di luar tubuh bakteri ini cepat mati.bakteri ini pindah melalui kegiatan
seksual per vaginal,oral, maupun anal.

Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.

Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi.

Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama
Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada
pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau
otak
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir.

Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis


dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk
mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan
mata untuk pengobatan gonore.

Tanda- tanda atau gejalanya:


Pada laki-laki
a.

Nyeri waktu buang air kecil.

b.

Tetesan nanah dari penis.

c.

Kesukaran buang air kecil.

d.

Bengkak dan nyeri di selangkangan

e.

Demam.

Pada wanita
a.

Nyeri waktu buang air kecil.

b.

Nyeri di perut bawah (Abdomen).

c.

Gangguan sirklus haid (mens).

d.

Mengalami keputihan ringan.

e.

Demam.

Langkah pertolongan atau pengobatan


Memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat agar cairan atau nanah diperiksa
di laboraturium.
Meminum antibiotika atas resep dokter,biasanya dengan Penisilin, Tetracyclin,
Streptomycin dan Probenecid.
Mencegah penyakit gonore
a.

Berpantang seks sebelum menikah.

b.

Hubungan monogami seumur hidup.

c.

Melakukan seks yang aman .

2. SYPHILIS
Syphilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum,berasal dari bahasa
Yunani dan Latin bermaknasuatu benang pucat yang terpelintir.
Cara Penularan.

Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau
oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika
ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit
yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi.

Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak,
mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang
yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus
tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus
HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi.

Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan
penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan
meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus
ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan
dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Tanda- tanda atau gejalanya

Tanda yang pertama biasanya luka atau borok yang disebut CHANCRE.
ditimbulkan 2-5 minggu setelah hubungan kelamin dengan seorang penderita
syphilis,lukanya dapat terlihat seperti jerawat,lepuh atau borok yang terluka,
biasanya terdapat pada daerah kelamin laki-laki dan wanita. borok ini penuh
dengan kuman yang mudah ditularkan kepada orang lain. (Borok tersebut biasanya
tidak nyeri dan jika terdapat di dalam vagina,mungkin siwanita tidak menyadari
bahwa ia menderita syphilis tetapivia dapat menginfeksi orang lain dengan mudah).

Luka borok hanya berlangsung beberapa hari dan kemudian hilang sendiri
tanpa pengobatan,namun penyakit terus menyebar di seluruh tubuh.
Beberapa minggu atau bulan kemudian,dapat terjadi sakit leher,panas
ringan,luka pada mulut atau pembengkakan sendi,mungkin muncul pada kulit.
Langkah pertolongan atau pengobatan
a.

Memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat agar darah diperiksa di

laboraturium.
b.

Meminum antibiotika atas resep dokter, biasanya dengan Penisilin,

Tetracyclin.
Mencegah penyakit siphilis
a.

Berpantang seks sebelum menikah.

b.

Hubungan monogami seumur hidup.

c.

Melakukan seks yang aman .

d.

Periksalah organ reproduksi anda ke rumah sakit

e.

Hindarkan gonta-ganti pasangan

f.

sebelum menikah pilihlah pasangan secara berhati-hati

3. CHLAMIDIA
Chlamidia disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis,suatu parasitnya
dapat hidup didalam sel sehingga menimbulkan peradangan pada saluran kencing
pada wanita dan pria. Infeksi biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat
vagina dan anus.

Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.


Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi.

Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia
akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di
mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu
yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus
tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir

lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang
dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.

Tanda- tanda atau gejalanya


Pada laki-laki
a.

Nyeri waktu buang air kecil.

b.

Berat pada buah pelir dan gatal

c.

Kesukaran buang air kecil.

d.

Bengkak dan nyeri di selangkangan

e.

Demam.

Pada wanita
a.

Nyeri waktu buang air kecil.

b.

Nyeri di perut bawah (Abdomen).

c.

Gangguan sirklus haid (mens).

d.

Mengalami keputihan ringan.

e.

Demam.

Langkah pertolongan atau pengobatan


Memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat agar cairan atau nanah diperiksa
di laboraturium.
Meminum antibiotika atas resep dokter,biasanya dengan Penisilin, Tetracyclin,
Streptomycin dan Probenecid.
Mencegah penyakit chlamidia
a.

Berpantang seks sebelum menikah

b.

Hubungan monogami seumur hidup

c.

Melakukan seks yang aman

d.

Periksalah organ reproduksi anda ke rumah sakit

e.

Hindarkan gonta-ganti pasangan

f.

Sebelum menikah pilihlah pasangan secara berhati-hati

4. ULKUS MOLE
a.

PengertianUlkus mole adalah. penyakit infeksi pada kelamin yang akut,

setempat, disebabkan oleh haemopilus ducrey.


b Manifestasi klinis.
Masa inkubasi berkisar diantara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Lesi kebanyakan multiple, biasanya di daerah genital. Mula-mula kelainan kulit

berupa papul kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah
menjadi ulkus.
Tanda dan gejala :

Ulkus yang multiple4

Nyeri pada tempat inokulasi

Sering disertai penanahan kelenjar getah bening regional

Ulkus pada wanita tidak senyeri laki-laki, berupa :

Disuria

Nyeri pada waktu defekasi

Dispareunia

Atau duh tubuh vagina

d.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan sediaan apus diambil dari permukaan tepi ulkus yang bergaung,
dengan pewarnaan gram, Unna-Pappenheim, Wright atau Giemsa ditemukan basil
berkelompok atau berderet seperti rantai
Biakan kuman dengan bahan diambil dari pus bubo atau lesi, kemudian ditanam
pada perbenihan / plat agar khusus, yaitu agar gonokok dan Muller Hinton.
Dapat pula dilakukan tes imunofluoresensi, biopsy, tes kulit ito-Reenstieina, dan
autoinokulasi.
f.

Komplikasi
Dapat timbul mixed chancre, abses kelenjar inguinal, fimosis, parafimosis, fistula
urethra dan infeksi campuran. Bila terjadi infeksi campuran dengan treponema
pallidum disebut ulkus mikstum : mulanya menunjukkan gambaran ulkus mole

g.

tetapi semakin berkurang nyerinya dan lebih berindurasi.


Diagnosis.
Berdasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan agen penyebabnya. Harus juga dipikirkan

kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologic dapat dilakukan, untuk


menyingkirkan sifillis.
2.4.1 PMS Yang Disebabkan Oleh Virus
Virus Adalah Penyakit Yang Merusak Tubuh Dengan Cara Menyerang Sistem
Imun Tubuh.Virus Yang Menimbulkan Pms Ialah Aids, Herpes Dan Genital Warts
1. Herpes Genital (Hsv-2)
Herpes Genital Disebabkan Oleh Virus Herpes Simpleks Tipe 2 Yang
Mengakibatkan Lepuh Yang Nyeri Dan Luka Di Daerah Kemaluan. Dapat Berpindah
Melalui Seks Oral Dan Berciuman. Biasanya Menyerang Kalangan Orang Berintelek
Seperti Mahasiswa, Hati - Hati Virus Ini Dapat Menembus Kondom, Disarankan
Memakai Kondom Plus Spermisida
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Orang Yang Terinfeksi.

Orang Yang Terinfeksi Dan Memiliki Luka Akan Meningkat Risikonya Untuk
Terinfeksi Hiv Jika Terpapar Sebab Luka Tersebut Menjadi Jalan Masuk Virus Hiv.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Janin Dan Bayi.

Perempuan Yang Mengalami Episode Pertama Dari Herpes Genital Pada Saat Hamil
Akan

Memiliki

Risiko

Prematur. Kejadian

Akut

Yang

Lebih

Pada

Masa

Tinggi

Untuk

Persalinan

Terjadinya

Merupakan

Kelahiran

Indikasi

Untuk

Dilakukannya Persalinan Dengan Operasi Cesar Sebab Infeksi Yang Mengenai Bayi
Yang Baru Lahir Akan Dapat Menyebabkan Kematian Atau Kerusakan Otak Yang
Serius.

Tanda- Tanda Atau Gejalanya


a.

Gejala Timbul Sekitar 6-8 Hari Sesudah Infeksi Dalam Bentuk Luka Di

Daerah Kemaluan.Mula-Mula Berupa Bintit Merah Yang Perih Di Vulva Atau Penis.
b.

Virus Ini Mengakibatkan Sakit Kepala ,Nyeri Otot ,Demam,Kelenjar Getah

Bening Membengkak,Dan Nyeri Waktu Buang Air Kecil


Langkah Pertolongan Atau Pengobatan

a.

Memeriksakan Diri Ke Rumah Sakit Terdekat Agar Cairan Diperiksa Di

Laboraturium.
b.

Meminum Obat Acyclovir Atau Zovirax Bekerja Hanya Menghilangkan Nyeri

Dan Mempercepat Penyembuhan Luka.


c.

Berendam Di Air Hangat

Mencegah Penyakit Herpes


a.

Berpantang Seks Sebelum Menikah

b.

Hubungan Monogami Seumur Hidup

c.

Melakukan Seks Yang Aman

d.

Periksalah Organ Reproduksi Anda Ke Rumah Sakit

e.

Hindarkan Gonta-Ganti Pasangan

f.

Sebelum Menikah Pilihlah Pasangan Secara Berhati-Hati

2. Hiv/Aids
Cara Penularan.

Hubungan Seks Vaginal, Oral Dan Khususnya Anal; Darah Atau Produk Darah Yang
Terinfeksi; Memakai Jarum Suntik Bergantian Pada Pengguna Narkoba; Dan Dari Ibu
Yang Terinfeksi Kepada Janin Dalam Kandungannya, Saat Persalinan, Atau Saat
Menyusui.

Gejala-Gejala:

Beberapa Orang Tidak Mengalami Gejala Saat Terinfeksi Pertama Kali. Sementara
Yang Lainnya Mengalami Gejala-Gejala Seperti Flu, Termasuk Demam, Kehilangan
Nafsu Makan, Berat Badan Turun, Lemah Dan Pembengkakan Saluran Getah
Bening. Gejala-Gejala Tersebut Biasanya Menghilang Dalam Seminggu Sampai

Sebulan, Dan Virus Tetap Ada Dalam Kondisi Tidak Aktif (Dormant) Selama Beberapa
Tahun. Namun,

Virus

Tersebut

Secara

Terus

Menerus

Melemahkan

Sistem

Kekebalan, Menyebabkan Orang Yang Terinfeksi Semakin Tidak Dapat Bertahan


Terhadap Infeksi-Infeksi Oportunistik.
Pengobatan.

Belum Ada Pengobatan Untuk Infeksi Ini. Obat-Obat Anti Retroviral Digunakan
Untuk Memperpanjang Hidup Dan Kesehatan Orang Yang Terinfeksi. Obat-Obat Lain
Digunakan Untuk Melawan Infeksi Oportunistik Yang Juga Diderita.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Orang Yang Terinfeksi.

Hampir Semua Orang Yang Terinfeksi Hiv Akhirnya Akan Menjadi Aids Dan
Meninggal Karena Komplikasi-Komplikasi Yang Berhubungan Dengan Aids.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Janin Dan Bayi.

20-30% Dari Bayi Yang Lahir Dari Ibu Yang Terinfeksi Hiv Akan Terinfeksi Hiv Juga
Dan

Gejala-Gejala

Dari

Aids

Akan

Muncul

Dalam

Satu

Tahun

Pertama

Kelahiran. 20% Dari Bayi-Bayi Yang Terinfeksi Tersebut Akan Meninggal Pada Saat
Berusia 18 Bulan. Obat Antiretroviral Yang Diberikan Pada Saat Hamil Dapat
Menurunkan Risiko Janin Untuk Terinfeksi Hiv Dalam Proporsi Yang Cukup Besar
Pencegahan.

Tidak Melakukan Hubungan Seksual Dengan Orang Yang Terinfeksi, Khususnya


Hubungan Seks Anal, Di Mana Cairan Tubuh, Darah, Air Mani Atau Secret Vagina
Paling Mungkin Dipertukarkan, Adalah Satu-Satunya Cara Yang 100% Efektif Untuk
Mencegah Penularan Hiv Melalui Hubungan Seks. Kondom Dapat Menurunkan
Risiko

Penularan

Penularan. Hindari

Tetapi

Tidak

Pemakaian

Menghilangkan
Narkoba

Suntik

Sama
Dan

Sekali
Saling

Kemungkinan
Berbagi

Jarum

Suntik. Diskusikan Dengan Petugas Kesehatan Tindakan Kewaspadaan Yang Harus


Dilakukan Untuk Mencegah Penularan Hiv, Terutama Saat Harus Menerima Transfusi
Darah Maupun Produk Darah.

3. Human Papilloma Virus (Hpv)


Cara Penularan.

Hubungan Seksual Vaginal, Anal Atau Oral.


Gejala-Gejala.

Tonjolan Yang Tidak Sakit, Kutil Yang Menyerupai Bunga Kol Tumbuh Di Dalam Atau
Pada Kelamin, Anus Dan Tenggorokan.
Pengobatan.

Tidak Ada Pengobatan Untuk Penyakit Ini. Kutil Dapat Dihilangkan Dengan CaraCara Kimia, Pembekuan, Terapi Laser Atau Bedah.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Orang Yang Terinfeksi.

Hpv Adalah Virus Yang Menyebabkan Kutil Kelamin. Beberapa Strains Dari Virus Ini
Berhubungan Kuat Dengan Kanker Serviks Sebagaimana Halnya Juga Dengan
Kanker Vulva, Vagina, Penis Dan Anus. Pada Kenyataannya 90% Penyebab Kanker
Serviks Adalah Virus Hpv. Kanker Serviks Ini Menyebabkan Kematian 5.000
Perempuan Amerika Setiap Tahunnya.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Janin Dan Bayi.

Pada Bayi-Bayi Yang Terinfeksi Virus Ini Pada Proses Persalinan Dapat Tumbuh Kutil
Pada Tenggorokannya Yang Dapat Menyumbat Jalan Nafas Sehingga Kutil Tersebut
Harus Dikeluarkan.
Pencegahan.

Tidak Melakukan Hubungan Seks Secara Vaginal, Anal Dan Oral Dengan Orang
Yang Terinfeksi Adalah Satu-Satunya Cara Pencegahan Yang 100% Efektif Mencegah
Penularan. Kondom

Hampir

Tidak

Berfungsi

Penularan Virus Ini Melalui Hubungan Seks.

Sama

Sekali

Dalam

Mencegah

2.4.2 Pms Yang Disebabkan Oleh Parasit


Parasit Ialah Protozoa (Hewan Bersel Tunggal) Yang Merugikan Dan Dapat
Berkembang Di Dalam Tubuh
1. Vaginitis
Vaginitis Adalah Istilah Yang Dipakai Untuk Menunjukkan Adanya Infeksi Atau
Peradangan Vagina.Di Tandai Dengan Keluarnya Cairan Yang Kurang Sedap Dari
Vagina. Dan Gatal Atau Iritasi Di Daerah Kemaluan Dan Perih Sewaktu Kencing.
Disebabkan Oleh Bakteri Candida Dan Trichomonas.
Mencegah Infeksi Vagina
a.

Dianjurkan

Untuk

Memeriksakan

Diri

Ke

Dokter

Ahli

Penyakit

Kandungan(Ginekolog).Anjuran Untuk Mencegah Terjadi Vaginitis:


b.

Basuhlah Bagian Luar Kemaluan Secara Teratur Dengan Sabun Ringan

c.

Pakailah Celana Dalam Katun

d.

Jangan Memakai Celana Yang Terlalu Ketat Pada Selangkangan

e.

Hindari Diet Yang Kaya Gula Atauy Karbohidrat Olahan,Karena Dapat

Mengubah Ph Normal Vagina Dan Memungkinkan Kuman Berkembang


f.
g.

Periharalah Kesehatan Umum Anda


Diet Buruk Dan Kurang Tidur Dapat Menurunkan Pertahanan Anda

Terhadap Infeksi.

h.
i.

Hentikan Hubungan Seks Yang Nyeri Atau Mengakibatkan Lecet


Jika Kehidupan Seks Anda Aktif,Jangan Lupa Menjaga Kebersihan Dan

Memakai Kondom
j.

Hindarkan Pemakaian Vaselin,Lebih Baik Pakai Jelly Atau Pelumas Yang

Steril Dan Larut Air

2. Trikomoniasis
Tipe: Disebabkan Oleh Protozoa Trichomonas Vaginalis.
Prevalensi.

Trikomoniasis Adalah Pms Yang Dapat Diobati Yang Paling Banyak Terjadi Pada
Perempuan Muda Dan Aktif Seksual. Diperkirakan, 5 Juta Kasus Baru Terjadi Pada
Perempuan Dan Laki-Laki.
Cara Penularan.

Trikomoniasis Menular Melalui Kontak Seksual. Trichomonas Vaginalis Dapat


Bertahan Hidup Pada Benda-Benda Seperti Baju-Baju Yang Dicuci, Dan Dapat
Menular Dengan Pinjam Meminjam Pakaian Tersebut.
Gejala-Gejala.

Pada Perempuan Biasa Terjadi Keputihan Yang Banyak, Berbusa, Dan Berwarna
Kuning-Hijau. Kesulitan Atau Rasa Sakit Pada Saat Buang Air Kecil Dan Atau Saat
Berhubungan Seksual Juga Sering Terjadi. Mungkin Terdapat Juga Nyeri Vagina Dan

Gatal Atau Mungkin Tidak Ada Gejala Sama Sekali. Pada Laki-Laki Mungkin Akan
Terjadi Radang Pada Saluran Kencing, Kelenjar, Atau Kulup Dan/Atau Luka Pada
Penis, Namun Pada Laki-Laki Umumnya Tidak Ada Gejala.
Pengobatan.

Penyakit Ini Dapat Disembuhkan. Pasangan Seks Juga Harus Diobati.


Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Orang Yang Terinfeksi.

Radang Pada Alat Kelamin Pada Perempuan Yang Terinfeksi Trikomoniasis Mungkin
Juga Akan Meningkatkan Risiko Untuk Terinfeksi Hiv Jika Terpapar Dengan Virus
Tersebut. Adanya Trikomoniasis Pada Perempuan Yang Juga Terinfeksi Hiv Akan
Meningkatkan Risiko Penularan Hiv Pada Pasangan Seksualnya.
Konsekuensi Yang Mungkin Terjadi Pada Janin Dan Bayi.

Trikomoniasis Pada Perempuan Hamil Dapat Menyebabkan Ketuban Pecah Dini Dan
Kelahiran Prematur.
Pencegahan.

Tidak Melakukan Hubungan Seks Secara Vaginal Dengan Orang Yang Terinfeksi
Adalah Satu-Satu Cara Pencegahan Yang 100% Efektif Mencegah Penularan
Trikomoniasis Melalui Hubungan Seksual. Kondon Dan Berbagai Metode Penghalang
Sejenis Yang Lain Dapat Mengurangi Tetapi Tidak Menghilangkan Risiko Untuk
Tertular Penyakit Ini Melalui Hubungan Seks. Hindari Untuk Saling Pinjam Meminjam
Handuk Atau Pakaian Dengan Orang Lain Untuk Mencegah Penularan Non-Seksual

Dari Penyakit Ini.


2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Meningkatnya Pms
1.

Perubahan demografik secara luar biasa


Peledakan jumlah penduduk.Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan
berbagai alasan, misalnya: pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat, kongres atau
seminar

Kemajuan sosial ekonomi

Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi diatas,

terutama dalam bidang agraris dan moral.


Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks

khususnya
Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan
klinik pengobatan

Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pms Biasanya Ditularkan Dari Satu Orang Kepada Orang Lainnya Melalui
Hubungan Heteroseksual, Homoseksual Atau Kontak Intim Melalui Genitalia, Mulut
Atau Rectum.Beberapa Penyakit Menular Seksual Yang Dibahas Didalam Makalah Ini
Mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes Genital Dan Hiv /Aids
Didalam Makalah Dijelaskan Penyebab Dan Tanda-Tanda Atau Gejala Dan
Penyakit Menular Seksual Antara Lain Pengeluaran Cairan Yang Tidak Normal Dan
Saluran Kencing Atau Liang Senggama (Berbau Amis, Keputihan Yang Banyak
Sekali) Rasa Nyeri Atau Sakit Pada Saat Kencing Atau Saat Berhubungan Seksual,
Lecet,

Luka

Kecil

Yang

Disertai

Dengan

Pembengkakan

Kelenjar

Getah

Bening,Dll.Adapun Pencegahan Atau Penanggulangan Pms Tergantung Dari JenisJenis Pms Yang Dijelaskan.

3.2 Saran
Penulis Mengharapkan Agar Tenaga Kesehatan (Khususnya Mahasiswa
Kebidanan) Dapat Mengetahui Dan Memanfaatkan Makalah Ini Untuk Menambah
Wawasan Dalam Penyakit Menular Seksual Dan Dapat Dicegah Atau Ditanggulangi
Di Lingkungan Masyarakat.

Daftar pustaka

Memahami kesehatan reproduksi wanita,Edisi 2/ ida ayu chandranita manuaba, ida


bagus gde fajar manuaba, ida bagus gde manuaba: editor, monica ester, Ed. 2,
Jakarta:EGC,2009

www.kesrepro.com
www.geocities.com

(Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158)

Diposkan oleh khairun syafitri yatul ulfa di 17.49


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN KEBIDANAN


KOMUNITAS.
By Eny Retna Ambarwati
1. Hamil
a. Perilaku sosial budaya masyarakat selama kehamilan
1) Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin
dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni,
procotan dan brokohan.
2) Mengidam, dikotomi panas dingin
3) Larangan masuk hutan
4) Pantangan keluar waktu maghrib
5) Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6) Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
b. Peran bidan terhadap perilaku selama hamil
1) KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan
bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.
1) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak
benar ditinggalkan.
2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau
berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
2. Persalinan
a. Perilaku sosial budaya selama persalinan
1) Bayi laki laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5) Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1) Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan,
proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan
peralatan.
3) Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan
setempat.
3. Nifas dan Bayi Baru Lahir
a. Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir.
1) Pantang makan ikan, pedas, asin.
2) Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
3) Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
4) Minum jamu dapat memperlancar ASI
5) Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
6) Menaruh ramuan pada tali pusat
7) Khitan yang dilakukan pada bayi laki laki dan perempuan.

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir.
1) Kie perilaku positif dan negatif.
2) Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama masa nifas dan
menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3) Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat,
meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan
(kolostrum), menjaga kehangatan.
4) Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca
bersalin, bayi dan balita.

Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan


komunitas
PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA PADA SAAT HAMIL,PERSALINAN,NIFAS DAN BBL

1.

Hamil

a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
1)

Perilaku sosial budaya masyarakat selama kehamilan


Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin
dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni,
procotan dan brokohan.
Mengidam, dikotomi panas dingin
Larangan masuk hutan
Pantangan keluar waktu maghrib
Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
Peran bidan terhadap perilaku selama hamil
KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi

2)

makananbergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.


KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang

3)

tidakbenar ditinggalkan.
Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif
atauberpengaruh buruk terhadap kehamilan.

2.

Persalinan

a.
1)
2)

Perilaku sosial budaya selama persalinan


Bayi laki laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.

3)
4)
5)

Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.


Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar.

b.
1)

Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan


Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat

2)

persalinan,proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.


Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat

3)

danperalatan.
Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan
setempat.

3.

Nifas dan Bayi Baru Lahir

a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b.
1)
2)

Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir.
Pantang makan ikan, pedas, asin.
Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
Minum jamu dapat memperlancar ASI
Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
Menaruh ramuan pada tali pusat
Khitan yang dilakukan pada bayi laki laki dan perempuan.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir.
Kie perilaku positif dan negatif.
Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama masa nifas dan
menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3) Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat,
meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan
4)

(kolostrum), menjaga kehangatan.


Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin,
bayi dan balita.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/perilaku-dan-sosial-budayayang.html#ixzz3UzaMBAYA

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap
trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya
dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang
dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness
behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi
oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan
(social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan
aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.
Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa dengan
tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok
atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu
pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi
dukun.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di
komunitas diantaranya :
1. Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan, antara
lain:

Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam


prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan
brokohan.

Mengidam, dikotomi panas dingin.

Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum
sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.

Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh
jahat.

Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.

Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.

Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar
dempet atau siam.

Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak
yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.

Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.

Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet
menjadi satu.

Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun
kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga
dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.

Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing
atau cacat fisik lainnya.

Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah,
membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.

Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.

Manggunakan jimat saat bepergian.

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:

KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi,
batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.

KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar
ditinggalkan.

Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau
berpengaruh buruk terhadap kehamilan.

Bekerjasama dengan dukun setempat.

KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca
persalinan.

KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.

Pengertian pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan lancar dan
dalam keadaan sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor
antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.
Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam
kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi
pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan
tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil
tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segigaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan
ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat
berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal
baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga
kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang
sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan
baik.
2. Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan dirumah. Data survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1992
menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Bebrapa penelitian yang
pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun
yang membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar, dkk menunjukkan beberapa tindakan dan
praktek yang membawa resiko infeksi seperti ngolesi (membasahi vagina dengan minyak
kelapa untuk memperlancar persalinan), kodok ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus
untuk mengeluarkan placenta) atau nyanda ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi
bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan
dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.
Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek-praktek tradisional tertentu
masih dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
a. Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada di masyarakat,
antara lain:

Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.

Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.

Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.

Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.

Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.

Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.

Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.

Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.

Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.

Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung pada faktor mental dan fisik si ibu. Faktor
fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi. Sedangkan
faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus
dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama
persalinan. Faktor lain yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan ibu, gizi ibu
selama hamil dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada kaitannya dengan
emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan,
berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit
konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang dan tidak bisa kerja sama.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan

Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses


persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.

Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan
peralatan.

Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.

3. Nifas dan bayi baru lahir


a. perilaku social budaya di masyarakat selama nifas dan bayi baru lahir :

Pantang makan makanan yang amis ikan, telur, daging

Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin

Pantang makan makanan yang pedas dan asin

Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari setelah melahirkan karena bisa sawan

Minum jamu dapat melancarkan produksi ASI

Menaruh ramuan pada tali pusat

Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.

Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan prempuan

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir :

KIE tentang perilaku positif dan negative

Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi
dan balita.

KIE tentang masa nifas

KIE tentang perawatan bayi baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Retna Ambarwati, Eny. 2011. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara
ora-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi apat juga pada daerah daerah ekstra genital.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi
ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat alat, handuk,
termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga dapat menularkan penyakitnya
ini kepada bayi dalam kandungan.
Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang berasal dari kata
venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini yaitu sifilis, gonore, ulkus
mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale.
Ternyata pada akhir akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul
akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan oleh perbaikan sarana dan
teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis penyaki secara epidemi seperti herpes
genetalis dan hepatitis B.
Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin di tinggalkan dan di oerkenalkan istilah
Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang berarti penyakit penyakit yang dapat di tularkan
melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima penyakit V.D. tersebut
di tambah berbagai lain yang tidak masuk V.D istilah S.T.D. ini diindonesiakan menjadi P.M.S.
(Penyakit Menular Seksual), ada pula yang menyebutnya P.H.S. (penyakit hubungan seksual).
Sehubungan P.M.S ini sebagian besar di sebabkan oleh infeksi, maka kemudian istilah S.T.D
telah di ganti menjadi S.T.I (Sexually Transmitted Infection).

B. Rumusan Masalah

Apa Definisi Penyakit Menular Seksual


Apa Gejala PMS
Bagaimana Cara penularan PMS
Apa Bahaya atau Akibat PMS
Tipe PMS yang umum terjadi
Bagaimana Pencegahan PMS
Bagaimana Penanganannya
Bagaimana peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
C. Tujuan
Untuk mengetahui Definisi Penyakit Menular Seksual
Untuk mengetahui Gejala PMS
Untuk mengetahui Bagaimana Cara penularan PMS
Untuk mengetauhi Bahaya atau Akibat PMS
Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum terjadi
Untuk mengetahui pencegahan PMS
Untuk mengetahui penanganan dari PMS
Untuk mengetahui cara bidan dalam pencegahan dan penanggulan PMN

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal,
vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang dapat
menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut,
saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka
kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi
tentunya adalah seseorang yang sering jajan alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu orang ke
orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata
pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong
dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.
2. Gejala PMS
Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah
mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan
oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh
infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa
sakit atau tidak.
Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
Kemerahan di sekitar alat kelamin
Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi
Bercak darah setelah hubungan seksual

Anus gatal atau iritasi.


Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
Nyeri di paha atau perut lebih rendah.
Pendarahan pada vagina .
Nyeri atau pembengkakan testis.
Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
Nyeri seks
Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan
Terasa sakit pada daerah pinggul (wanita)
Meski tanpa gejala dapat menularkan penyakit bila tenang
3. Cara Penularan
Penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %), sedangkan cara
lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak yang
dikandungannya).
4. Bahaya / akibat PMS
v Menimbulkan rasa sakit
v Infertilisasi
v Abortus
v Ca cerviks
v Merusak penglihatan, hati dan otak
v Menular pada bayi
v Rentan terhadap HIV/AIDS
v Tidak dapat disembuhkan
v Kematian
5. Peningkatan angka kejadian PMS
Kontrasepsi, timbul perasaan aman tidak terjadi kehamilan
Seks, bebas, norma moral yang menurun
Kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan PMS
Transportasi yang makin lancar, mobilitas tinggi
Urbanisasi dan pengangguran
Kemiskinan
Pengetahuan
Pelacuran
6. Tipe PMS yang umum terjadi
a. Gonorhea
Penyakit ini paling banyak di jumpai di jajaran penyakit menular seksual, namun mudah di
obati. Tetapi jika terlambat pengobatannya atau kurang tepat penanganannya dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal, karena di jumpai 30 % - 50 % kasus dengan strain yang resistensi
terhadapa pengobatan (penicillinase Producing Neisseria Gonorhoe / PPNG) dan sering infeksi

terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain seperti chlamidia. Gonorea juga bisa menyerang
wanita hamil dan dalam kehamilan biassanya di jumpai dalam bentuk menahun.
1) Penyebab
a) Infeksi gonore disebabkan oleh bakteri Nisseria Gonococcus
b) Sifat bakteri
Bakteri mati dalam 1-2 jam pengeringan, bakteri mati dengan uap 55 0C selama 5 menit, bakteri
mati dengan AgNO3 selama 2 menit

2) Patofisiologis
a) Laki-laki : Uretritis, prostatitis, epididimitis, orchitis, vesikulitis
b) Wanita : bartholinitis, cystitis, salfingitis
3)
a)
b)

c)

Gejala
Masa inkubasi 2-5 hari
Gejala pada pria meliputi :
Rasa gatal dan panas di ujung kemaluan
Rasa sakit saat kencing dan banyak kencing
Keluar nanah pada ujung kemaluan kadang bercampur darah
Ujung kemaluan merah, membengkak dan menonjol
Nyeri waktu ereksi
Komplikasi : prostatitis dapat berlanjut ke epididmitis, orchitis kemudian vesikulitis
Gejala pada wanita
Gejala tersembunyi (carrier) karena yang terkena pertama kali adalah mulut rahim, rasa sakit

kurang, genetalia luar tenang


Mengeluarkan keputihan seperti nanah
Nyeri pada daerah punggung
Komplikasi : bartholinitis, dapat berlanjut ke cystitis kemudian salfingitis.

4)
a)
-

Therapi
Pada individu dan ibu hamil diberikan salah satu antibiotika di bawah ini :
Ampisilin 2 gram IV dosis awal lanjutkan dengan 3x1 gram oral selama 7 hari.
Ampisilin + sulbaktam 2,25 gram oral dosis tunggal
Spektinomisin 2 gram IM dosis tungga
Sefriakson 500 mg IM dosis tunggal

b) Pada masa nifas, diberikan salah satu di bawah ini :


- Siprofloksasin 1 gram oral dosis tunggal
- Trimethoprim + sulfamethoksazol (160 = 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal

c) Konjungtivitis pada bayi di obati dengan garamisin tetes mata 3x2 tetes dan di berikan salah satu
antibiotika di bawah ini
- Ampisilin 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
- Amoksisilin = asam kalvulanat 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
- Sefriakson 50 mg/kg BB IM dosis tunggal
d) Lakukan konseling tentang penggunaan metode barier dalam melakukan hubungan seksual
selama pengobatan dan resiko PMS terhadap ibu dan bayi (bila hamil)
e) Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya
f) Buat jadwal kunjungan ulang dan pastikan pesien akan menyelesaikan pengobatan sampai tuntas
b. Clamidia
Penyakit ini keerabannya sangat tinggi. Penjalaran penyakit sama dengan gonorea yaitu di
mulai dari serviks ataupun uretra ke atas. Dan juga menyebabkan infertilitas serta meningkatkan
resiko kehamilan dan persalinan. Selain itu pada bayi yang lahir pervaginam dapat terinfeksi
penyakit yang sama dan dapat mengalami konjungtivitis.
1) Penyebab
a) Infeksi ini disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis
b) Sifat bakteri
Infektivitas hilang pada suhu 600C selama 10 menit, pada suhu -50 0C sampai -700C infektivitas
bertahan bertahun-tahun, infektivitas hilang oleh eter selama 30 menit atau fenol 0,5% selama 24
jam.
2) Patofisiologis
a) Sama dengan gonorea yaitu mulai dari serviks ataupun uretra keatas yang menyebabkan
bartholinitis, uretitis, endometritis, salfingitis yang dapat mengakibatkan infertilitas.
b) Pada kehamilan resiko meningkat karena dapat abortus, kematian janin, persalinan prematur,
c)

ketuban pecah dini, dan endometritis post abortum maupun post partum.
Pada bayi yang lahir pervaginam dapat mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu
pertama kehidupannya. Pneumonia dapat terjadi pada usia 3-4 bulan. Selain itu dapat terjadi
otitis media, obstruksi nasal dan bronkhiolitis

3) Gejala
a) Masa inkubasi 1 4 minggu
b) Lesi primer sama dengan papula, vesikua didaerah genital kemudian pecah menjadi ulkus dan
sembuh sendiri, keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air
kecil.
c) Lesi sekunder (1 minggu 2 bulan) sama dengan limfadenitis dengan bengkak, merah, sakit dan
supuratif.
d) Pada kasusu kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran limfe

4)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Komplikasi
Penyakit radang panggul kemungkinan kemandulan
Kehamilan di luar kandungan
Rasa sakit kronis di rongga panggul
Infeksi mata berat
Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir
Memudahkan penularan HIV

5) Teraphy
Di berikan antibiotika sulfonomida, tetrasiklin

c.

Herpes Genetalis
Infeksi herpes virus harmonis pada orang dewasa ringan. Walaupun demikian penyakit ini
dapat menyebabkan kematian janin dan bayi. Herpes genetalis merupakan virus yang senantiasa

bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati


1) Penyebab
Virus Herpes Simplek tipe II merupakan penyebab herpes genetalis dengan gelembunggelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama herpes
simpleks. Di negara dengan prevalensi AIDS tinggi, herpes genetalis dihubungkan dengan
kemungkinan HIV(+)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Gejala
Masa inkubasi 3 5 hari
Infeksi primer sekitar 3 minggu
Lesi vasikulo ulseratif penis pada laki-laki dan serviks, vagina, vulva atau perineum pada wanita
Rasa sangat nyeri
Demam, disuria dan malaise
Limfe denopati inguinal
Gejala kambuh lagi tetapi tidak seperti senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan
menetap seumur hidup

3) Komplikasi
a) Rasa nyeri berasal dari syaraf
b) Penularan pada bayi dapat terjadi karena hematogen melalui plasenta, penjalaran keatas dari
vagina ke janin apabila ketuban pecah, melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir
c) Pada kehamilan dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi.
4) Teraphy

a) Diberikan anti virus yaitu Acyclovir


b) Bedrest, Neurotropik dan suport stamina
c) Persalinan dengan seksio cesarea jika terdapat perlukaan
d. Sifilis
Penyakit ini kini agak jarang ditemukan apalagi setelah diperkenalkannya antibiotika
penisilin. Penyakit ini menyerang semua organ tubuh. Dalam banyak kasus tidak diketahui
bahwa seorang menderita sifilis karena kemungkinan asimptomatik cukup besar. Sifilis dapat di
klasifikasikan menjadi 3 yaitu sifilis primer (stadium I), sifilis sekunder (standium II) sifilis laten
(stadium III). Penyakit sifilis yang terberat adalah sifilis kongenital.
1) Penyebeb
Infeksi sifilis ini di sebabkan oleh bakteri treponema pallida dengan sifat bakteri yaitu sukar
untuk di biakan, bakteri mati pada suhu 39 0C selama 5 jam, bakteri mati pada suhu 41,5 0C
selama 1 jam, bakteri mati pada suhu 400C selama 1 3 hari.
2) Patofisiologi
Dapat menyerang semua organ tubuh sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallida.
Stadium lanjut menyerang sistem kardiovaskuler, otak dan susunan syaraf, serta dapat menjadi
sifilis kongenital. Penjalaran menuju janin dalam kandungan dapat menimbulkan cacat bawaan
dan infeksi dini pada saat persalinan.
3)
a)
b)
-

Gejala
Stadium laten
Dapat terjadi 3 10 tahun setelah guma
Menyerang kardiovaskuler, otak, susunan syaraf dan organ lain
Sifilis kongenital
Pemfigus sifilitikus, deskuaminasi pada telapak kaki dan tangan serta rhagade di kanan kiri

mulut.
Pada persalinan tampak janin ataupu plasenta yang hidropik

4)
a)
b)
c)
d)

Komplikasi
Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
Kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan licin
Kehamilan <16 minggu dapat mengakibatkan kematian janin
Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kehalahiran bayi prematur dan menimbulkan cacat.

5)
a)
-

Teraphy
Di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
Benzatin penisilin 4,8 juta unit IM setiap minggu hingga 4x pemberian
Doksisilin hingga 600 mg oral dosis awal di lanjutkan 2x 100 mg oral hingga 20 hari

- Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.


b) Pada bayi harus benar-benar menderita sifilis dengan pemeriksaan cairan serebro spinalis dan uji
c)
d)

serologi benar di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :


Banzatin penisilin 300 ribu unit / kg BB / mg sampai 4x pemberian
Sefriakson 50 mg/kg BB dosis tunggal / hari 10 hari
Pastikan pengobatan lengkap dan terjadwal
Pantau lesi kronik / gejala lain yang menyertai

e. Hepatitis B
Penularan infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering terjadi akibat
hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan orang dewasa serta pada
wanita hamil. Terutama dalam trimester III biasanya lebih parah, dan menyebabkan nekrosis hati
yang laus dengan angka kematian maternal dan fetal yang tinggi. Janin yang di kandung dapat
tertular penyakit yang sama.
1) Penyebab
a) Di sebabkan oleh virus hepatitis B
b) Yang penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa melalui luka, kontak seksual,
operasi, medikasi, infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya.
2) Patofisiologi
a) Gejala akut sering karier, ditandai dengan anoreksia, rasa mual, febris, nyeri, tekan pada perut
b)
c)
d)
e)

kanan atas.
Tidak di waspadai dapat berlanjut menjadi kronik
Pada kehamilan gejala sering di tafsirkan sebagai hiperemesis gravidarum
Diagnosa dapat di tegakan berdasarkan pemeriksaan serologik
Dapat menjadi kanker hati dan menginfeksi janin pada wanita hamil

3) Gejala
a) Masa inkubasi 60-90 hari
b) Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise
serta ikterik
c) Gejala kronis meliputi hepatitis persisten kronik, sirosis hepatitis, hepatoma.
4)
a)
b)
c)
d)

Teraphy
Bed rest
Perbaikan KU
Makan makanan yang mengandung protein dan kalori tinggi
Pada orang yang positif terkena Hepatitis B di berikan imunisasi HBIG (Hepatitis B Immune
Glugulin) dengan dosis 0,06 ml/kg BB IM dosis tunggal selama jangka waktu 14 hari setelah
terpapar dan di lanjutkan dengan serial vaksin HB

e) Pada bayi di berikan HBIG 0,05 ml IM dosis tunggal dalam 12 jam setelah lahir. Vaksinasi HB
di berikan IM di mulai dalam waktu 7 hari setelah lahir, pada usia 1 bulan dan 6 bulan.

f.

HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficincy Syndrome. AIDS merupakan suatu
penyakit relatif baru yang di tandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari sistem
pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap

mikroorganisme oportunistik.
1) Penyebab
HIV (Human Immonu Virus) yaitu organisme patogen yang terdapat dalam cairan tubuh (darah,
air, mani, dan cairan vagian) orang yang telah terinfeksi.
2) Penularan
a) Kontak seksual (homo/hetero seksual) dengan seseorang pengidap per oral, per rectal, per
b)

vagina.
Kontak langsung dengan darah, produk darah dan jarum suntik, transfusi darah yang
mengandung virus HIV, melalui alat suntik / alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas
orang yang mengidap HIV, melalui transmisi dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada
janin yang di kandungnya melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan / melalui ASI.

3)
a)
b)
c)
-

Gejala
Fase 1 (window period)
Belum ada gejala sama sekali
Belum bisa terdeteksi melalui tes
Sudah dapat menularka HIV
Fase II
Terjadi 2 atau 5-10 tahun setekah terinveksi HIV
Demam
Pembengkakan kelenjar getah bening
Tes darah sudah positiv HIV
Fase III (muncul gejala-gejala)
Flu tidak sembuh sembuh
Nafsu makan berkurang dan lemah

d)
-

Fase IV
Infeksi kulit atau selaput lendir
Infeksi paru-paru (TB paru)
Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu
Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, kelumpuhan

Kanker kulit (khas pada penderita AIDS)

4)
a)
b)
c)
d)
e)

Pencegahan
Abstinence (tidak berhubungan seks)
Be faithful (setia pada pasangan)
Condom (gunakan kondom saat berhubungan seks berisiko)
Drug (jangan pakai narkoba)
Equipment (hati-hati! Pakai alat steril)

5)
a)
b)
-

Cara memberikan dukungan


Dukungan sosial
Saling bertukar perasaan
Mendengar perasaan
Mendengar keinginannya
Memberi semangat
Dukungan fisik
Menuruti selera makan
Memberikan waktu istirahat
Memberikan dengan selalu mengingatkan waktu, tanggal dan tempat berada
Memberi keyakinan keamaman

g. Trikomoniasis
Digolongkan PMS karena sebagian besar menular melalui hubungan seksual oleh karena itu
infeksi dalam lingkup keluarga perlu mendapatkan pengobatan bersama. Penyakit ini juga
menginfeksi bayi yang lahir.
1) Penyebab
Trikomoniasis adalah infeksi alat genitalia wanita / pria yang di sebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis. Penulusurannya juga bisa melalui alat-alat toilet seperti toilet seat, handuk, dll.
2) Patofisiologi
a) Wanita
Vagina mengeluarkan cairan keputihan bercampur nanah dan berbau khas, dinding vagina merah
dan bengkak. Cairang yang keluar menimbulkan iritasi pada bengkak cairan yang keluar
menimbulkan iritasi pada lipat paha samapai liang dubur. Infeksi apat terjadi dalam bentuk
uretriris, skonitis, dan bartholinitis.
b) Pria
Terjadi pada infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran spermatozoa. Infeksi
menahun sulit di tegakan karena gejala ringan.
3) Gejala
a) Masa inkubasi 4 hari

b) Sekret vagina berbusa, serupurulen dengan warna kekuningan dan kuning kehijauan serta berbau
khas
c) Rasa nyeri dan gatal
d) Dinding vagina meradang dengan infiltrasi
e) Pada pria gejala tersembunyi
4) Komplikasi
Kulit bibir kemaluan lecet, dapat menyebabkan bayi prematur, memudahkan penularan HIV
5)
a)
b)
c)

Terphy
Pengobatan menggunakan metronidazol per oral untuk suami dan istri
Pada wanita juga di berikan obat pervaginam
Pada kehamilan diberikan pada usia trimester II/III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.

h. Condiloma akuminata
Condiloma akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau
jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler menonjol dengan warna agak gelap
berkumpul menjadi satu
1) Penyebab
Human Papiloma Virus tipe 6 dan 11
2)
a)
b)
c)

Cara penularan
Kontak seksual
Kontak langsung dengan kulitnya
Benda benda kontaminan seperti ; handuk, celana dalam, dll.

3) Patofisiologo
a) Timbulnya kutil-kutil kecil pada bibir kemaluan yang muncul dalam waktu kurang lebih 2 bulan
setelah virus masuk ke tubuh
b) Kutil-kutil tersebut dapat membesar kemudian dapat bersatu menyerupai kembang kol atau
jengger ayam jago sehingga menutupi vagina dan anus.
4)
a)
b)
c)
d)

Tanda dan gejala


Masa inkubasi sekitar 2 bulan
Terdapat papil kecil dan multipel pada sekitar kemaluan
Permukaan kasar
Berkembang menjadi besar sehingga dapat bersatu dan dapat menutupi vagina serta anus yang
berakibat mengganggu proses kehamilan

5) Komplikasi
a) Condyloma acuminata yang sudah besar dapat menetupi jalan lahir, sehingga dengan seksio
cesarea sebagai uasaha untuk mencegaha penularan Human Papiloma Virus pada bayi yang

dilahirkan, selain itu jika tidak dengan tindakan SC dikhawatirkan dpat menimbulkan kanker
mulut rahim.
b) Condyloma acuminata yang sudah parah dapat menimbulkan kanker mulut rahim.
6) Teraphy
a) Lesi kecil dengan kauterisaasi, larutan podofilin, alkohol atau TCAA (Trichloro Acetet Acid)
b) Lesi besar dengan pembedahan, penyinaran laser, kauterisasi.
i.

Ulkus mole / cuncroid


Ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada daerah

genetalia di sertai dengan pembengkakan kelenjar limfe inguinal.


1) Penyebab
Ulkus mole ini di sebabkan oleh bakteri heamophilus ducrey dengan sifat bakteri sebagai berikut
bakteri mati pada suhu 500C selama 1 jam, bateri mati dengan antiseptik.
2) Patofisiologi
a) Setelah bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan
meninggalkan ulkus yang dalam.
b) Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya.
3)
a)
b)
c)
d)

Gejala
Masa inkubasi 4-10 hari
Pustulah pecah menjadi ulkus
Rasa nyeri yang hebat
Ulkus bersifat multipel, dala, dinding menggaung, tepi tidak rata, meradang, dasar ulkus

kemerahan muda, berada dan terdapat pus.


e) Pembesaran kelenjar limfe regional
4)
a)
b)
c)

Komplikasi
Jika ulkus membesar dapat menjadi Gian Chancroid
Pembesaran kelenjar limfe
Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya

5)
a)
b)
c)

Terphy
Berikan salah satu antibiotik dibawah ini:
Eritromisin 4x500 mg oral selama 7 hari
Trimethoprim + sulfamethoksazol 2x (160+800) mg oral selama 7 hari
Seftriakson 500 mh IM dosis tunggal
Pengobatan harus tuntas
Lakukan kunjungan terjadwal untuk pemantauan dan asuhan antenatal.

j.

Candidiasiasi vaginalis

Kandidiasis vaginalis adalah inveksi yang di sebabakan oleh jamur, yang terjadi di sekitar
vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
1) Penyebab
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur kandida albicans, selain di vagina dapat menyerang
organ organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus, dll.
2)
a)
b)
c)

Patofisiologi
Keputihan denganrasa gatal yang hebat
Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih
Juga bisa menjalar ke vagina proksimal (atas)

3)
a)
b)
c)

Gejala
Mengenai mukosa vulva (labil minora) dan vagina
Bercak putih kekuningan, heperemia, leukore, seperti susu pecah, dan gatal hebat.
Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.

4)
a)
b)
c)
d)
e)

Teraphy
Pemberian nistatin atau ketokonazole 2x200 mg selama 5 hari
Tablet vaginal atau klotrimazole 500 mg dosis tunggal
Salep mikonazol 2 %
Lakukan konseling
Buat jadwal kunjungan ulang

7.
a.
b.
c.
d.
e.

Pencegshsn PMS
Apabila belum menikah maka tidak melakukan hubungan seksual
Apabila sudah menikah maka saling setia dengan pasangan
Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko
Menggunakan kondom untuk mencegah penularan
Menjaga kebersihan alat genetalia

8.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penanganan bagi yang terkena PMS


Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan
Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga kesehatan
Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan
Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom
Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri
Beritahu tentang akiba PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri

9. Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS


a. Bidan sebagai role model memberikan contoh sikap yang baik pada masyarakat
b. Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan psangan suami istri tentang
c.

kesehatan reproduksi.
Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS

d. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada
masyarakat
e. Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain saat
berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular penyakit
kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu orang ke
orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata
pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong
dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.

B. Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai
penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat
mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya
penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya
untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta
Adobe Reader [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf]
Adobe Reader [SSH-6135-IND.pdf]. chlamydia dan gonoroe
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan
Tambayong,2000:195). Selain itu ada pendapat lain Penyakit menular seksual sering terjadi
selama kehamilan, khususnya dalam masyarakat kota karena penyalahgunaan obat dan prostitusi
(Karwati, 2011:28).
1. Angka kejadian PMS
a. Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
b. Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per 100.000 penduduk.
2. Ciri-ciri PMS
Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada
orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin
Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka
sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga
terjangkit (Adhi Jduanda, 2007 : 361).
3. Epidemiologi PMS
a. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan melaporkan
setiap kasus baru PMS yang ditemukan.
b. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c. Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali terjadi salah
diagnostic dan penanganannya.
d. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita wanita.
e. Pengontrolan terhadap PMS ini belum berjalan baik (Adhi Jduanda, 2007 : 361)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya PMS


a. Perubahan demografik secara luar biasa
Peledakan jumlah penduduk

Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya: pekerjaan, liburan,

pariwisata, rapat, kongres atau seminar


b. Kemajuan sosial ekonomi
Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi diatas, terutama dalam

bidang agraris dan moral.


Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks khususnya
Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan klinik pengobatan

(Adhi Jduanda, 2007 : 361)


5. Macam-macam penyebab PMS
PMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :
a.

b.

c.

d.

6.

Infeksi bakteri
Neisseria gonorroeae (gonore)
Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)
Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
Haemophillus ducrei (chancroid)
Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
Spesies shigella
Gardanela vaginalis (vaginitis)
Infeksi virus
Virusherper simpleks (HSV)
Hepatitis A, B, C
Sitomegalovirus (infeksi CMV)
Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
Moloskum kontangiosum
Human immunodeficiency virus (HIV)
Infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis
Entamoba histolyca
Giardia lambia
Parasit
Phthirus pubis (kutu kepiting)
Sarcoples scabies (tungau scabies)
(Karwati,2011:31)
Macam-macam PMS
Penyakit menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya yaitu :

1. GONORRHOE

Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri Neisseria
Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun berpasangan.
(Karwati, 2011:32)
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya
ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis,
vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan
kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan jika tidak
diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian
dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.

Dapat

menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup
jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat
menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi
yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di
rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
2. KLAMIDIA TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering dijumpai pada
orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual diantara
usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik

pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut
bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan, jika tidak
diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya
dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki,
jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis
(tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu
yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature,
pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan
penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.
3. HERPES SIMPLEKS / GENITALIS
Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan ditularkan lewat
kontak mukokutaneus yang intim (Neville F. Hacker , 2001: 199). Herpes simpleks adalah
infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai
dengan adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan (Arif
Mansjoer jilid II, 2000 : 151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe
I dan II (M. William Schwarts, 2004 : 701)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian
tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis
dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak nonseksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat
hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.

Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau
terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau
luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus
dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan
sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya efektif dalam
mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang terinfeksi dan
memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut
menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami
episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk
dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir
akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus
herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat
samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun
memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular
penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
4. SIFILLIS
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum (Dewi
Pujiati,2011:33).
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau
oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau
lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan
orang yang tidak terinfeksi.

Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau
chancres yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh
yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi
adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan
kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh
yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis
dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan
dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk
terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan
pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu
hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya.
Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari
kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan
dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis
melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai
kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak nonseksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
5. KANDIDOSIS VAGINAL
Kandidosis vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut pada vagina
danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C. albicans.
(Arif Mansjoer, 2000 : 150)
PENATALAKSANAAN KANDIDOSIS:

Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat anti kandida topikal krim maupun tablet
vaginal. Preparat azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan menghasilkan penyembuhan
80-90%.
a. Pengobatan topikal :
- mikonazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
- butoconazol 2% krim vulva diberikan selama 1-7 hari
- nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 7-14 hari
- klotrimazol 1 % atau mikonazol 2 % atau tiokonazol 6,5% krim vulva 7-14 hari
B. Pengobatan sistemik :
Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan flukonazol, ketokonazol, atau
itrakonazol sama efektifnya dengan pengobatan topikal. Penggunaan secara oral memang lebih
mudah, tetapi potensi toksisitasnya khususnya ketokonazol harus dipertimbangkan.
Pemberian nistatin secara oral tidak terbukti efektif untuk pengobatan kandidosis vulvovaginitis.
Pemberian ketokonazol dosis 2 x 200 mg selama 5 hari, atau
Flukonazol 150 mg sebagai dosis tunggal
Untuk pengobatan kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren:
Pengobatan setiap bulan dengan satu klotrimazol 500 mg intravaginal,
Ketokonazol 200 mg/hari selama 5 hari setiap bulan, atau
Flukonazol 150 mg oral setiap bulan.
6. AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162).
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah
yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang
terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara
yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan,
berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut
biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak

aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan
sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap
infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan
untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan
untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua orang yang
terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang
berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari
ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul
dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal
pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat
menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya
hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin
dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV
melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan
sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi
jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan
untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk
darah.
7. ULKUS MOLE
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada kelamin yang akut, setempat, disebabkan oleh
haemopilus ducrey.
(Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158)
Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis
maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi

untuk pencegahan jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada
praktek-praktek prostitusi.
2.8 Pengobatan
Untuk pembaca umum jangan coba beli obat sendiri tanpa resep dokter karena bisa membuat
kuman resisten (kebal) terhadap obat. Harap ditanyakan pada dokter atau medis yang
berkompeten.
8. KONDILOMA AKUMINATA
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu,
bertangkai dan permukaannya berjonjot (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).
PENGOBATAN
Umumnya

di

daerah

lipatan

yang

lembab

pada

genitalia

eksterna.

Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra
eksterna,

prepusium,

korpus

dan

pangkal

penis.

Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor,
terkadang pada porsio uteri.
1.

Tutul

(olesi

sedikit)

dengan

tinctura

podofilin

20-25%

(ini

tidak

boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2.

Pada

wanita

hamil,

tutul

dengan

asam

triklorasetat

(TCA)

80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%,dioleskan setiap minggu.


3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN
KEBIDANAN KOMUNITAS
Perilaku dan Sosial Budaya Pada Saat Hamil,Persalinan,Nifas dan BBL

1. Hamil
a. Perilaku sosial budaya masyarakat selama kehamilan
Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin
dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni,
procotan dan brokohan.
Mengidam, dikotomi panas dingin
Larangan masuk hutan
Pantangan keluar waktu maghrib
Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
b. Peran bidan terhadap perilaku selama hamil
KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makananbergizi, batasi

aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.


KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidakbenar

ditinggalkan.
Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atauberpengaruh

buruk terhadap kehamilan.


2. Persalinan
a. Perilaku sosial budaya selama persalinan
Bayi laki laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan,proses
persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat danperalatan.
Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
3. Nifas dan Bayi Baru Lahir
a. Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir.
Pantang makan ikan, pedas, asin.
Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
Minum jamu dapat memperlancar ASI
Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
Menaruh ramuan pada tali pusat
Khitan yang dilakukan pada bayi laki laki dan perempuan.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir.
Kie perilaku positif (menentramkan ibu pada masa nifas dan BBL)
Kie perilaku negatif (mengganggu kesejahteraan hidup ibu nifas dan BBL)


c.

Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama masa nifas dan


menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat, meliputi
pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan (kolostrum), menjaga

kehangatan.
Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin, bayi dan
balita.

DAFTAR PUSTAKA

1) Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta; 1999.


2) Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada Pertemuan
Nasional Program Kesehatan Anak, Manajemen Terpadu Balita Sakit. 2009

3) Ambarwati, Eny Retna Dkk. Asuhan Kebidanan Komunitas. Muha Medika. Yogyakarta. 2009
4)

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. Jakarta. 2003

Anda mungkin juga menyukai