Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi dan inovasi yang semakin mutakhir menyebabkan munculnya
beragam kendaraan bermotor yang cukup canggih dan inovatif. Kemajuan ini seiring dengan
perkembangan dunia otomotif yang sangat pesat menjadikan para pencinta otomotif semakin
banyak. Para pecinta otomotif menuangkan kreasinya dalam bentuk komunitas sebagai wadah
dalam berbagi pengalaman di dunia otomotif. Beragam komunitas ini, salah satunya komunitas
pencinta Motor Gede, atau biasa disebut Moge.
Komunitas yang termasuk dalam komunitas Moge antara lain Harley Davidson Club
Indonesia (HDCI), Komunitas Silver Hawk Motorcycle, Young Riders Sportbikers Community
(YRS), Ducati Superbike Owner Club (DSOC), MV Agusta Owner Club Indonesia (MVOCI),
Komunitas Japit ( Japan Italian Bikes), dan lainnya.
Pada penulisan makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai komunitas
Motor Gede (Moge) Harley Davidson. Bagi pemilik dan penggemar motor Harley-Davidson,
memiliki produk otomotif asal Amerika ini suatu kebanggaan tersendiri bagi komunitas ini.
Berjalan dan berputar kelilingkota, baik sendiri maupun konvoi dari kota ke kota dengan
mengendarai motor yangmempunyai struktur gagah, mewah dan macho,membawa kepuasan
tersendiri

bagi pemiliknya. Ini tak lain karena merek Harley-Davidson yang telah mendunia.

Harley-Davidson adalah kombinasi dari besi, kulit, getaran, suara, yang semuanya menjadi satu.
Harley-Davidson adalah karya seni. Ada emosi dan kebebasan yang tergambar dengan
mengendarai Harley, menurut Willy Tjondrodiputero, General Manager PT. Mabua HarleyDavidson. Menurut Willy, populasi Harley-Davidson sejak tahun 1998 sekitar 800 unit. Angka
ini berdasarkan data penjualan dari dealer. Total angka tersebut barangkali jauh lebih banyak
mengingat Harley-Davidson sudah hadir di Indonesia sejak lama1. Harley-Davidson

selain

sebagai sebuah hobi, memiliki dan mengendarai motor besar Harley-Davidson memberikan
pengalaman sekaligus juga merupakan Life Style (gaya hidup) para penggemar dan pecinta
motor besar Harley-Davidson. Dalam buku On Brand (Hermawan Kertajaya) menyebutkan

http://cahyocalm.tripod.com/moge_topic5.htm
diakses pada tanggal 20 Juni 2014, pukul 12.45 di Jakarta.
1

bahwa Harley-Davidson sebagai salah satu Brand Religion dimana Brand Religion ini
merupakan pencapaian tertinggi atas sebuah merek2.
1.2 Rumusan Masalah
Jika melihat sejarah keberadaan Harley-Davidson di Indonesia dapat diketahui bahwa
kemunculan motor gede ini disebabkan oleh kebutuhan para prajurit kolonial Belanda yang
biasanya menggunakan motor ini sebagai kendaraan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
kebutuhan perang, mengantar surat (kurir), dan lain sebagainya. Kemudian dalam
perkembangannya terutama setelah jaman kemerdekaan Indonesia, keberadaan motor Harley ini
terus dipertahankan oleh masyarakat lokal, khususnya para pecinta motor gede. Di zaman
reformasi seperti saat ini, para pecinta motor gede pada akhirnya membentuk suatu komunitas
Harley-Davidson. Secara garis besar, komunitas ini bertujuan untuk menumbuhkan solidaritas
antar sesama pecinta motor gede. Hal ini dibuktikan dari banyaknya kegiatan yang dilakukan
oleh para anggota, contohnya touring, sahur on the road, donor darah, menolong korban bencana
alam, dan kegiatan sosial lainnya. Akan tetapi di lain pihak, tidak jarang para anggota HarleyDavidson melakukan beberapa pelanggaran yang merugikan orang lain. Hal ini dibuktikan dari
beberapa kasus pelanggaran lalu lintas yang menunjukkan ketidaktertiban para anggota dalam
berlalu lintas di jalan raya. Berdasarkan dari kasus-kasus pelanggaran tersebut, permasalahan
yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah mengapa para anggota komunitas HarleyDavidson yang seharusnya bisa member contoh pada komunitas-komunitas sosial lainnya justru
melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam kehidupan masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang melatarbelakangi kasus pelanggaran yang dilakukan oleh komunitas Harley-Davidson.
Adapun untuk menjawab rumusan permasalahan, penulis menggunakan teori yang berkaitan
dengan kasus pelanggaran tersebut.

http://www.hdci.info/p/sejarah-hdci.html
diakses pada tanggal 20 Juni 2014, pukul 12.45 di Jakarta
2

1.4 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah dengan menggunakan metedologi
kualitatif dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan
untuk tujuan lain, bukan untuk tujuan menyelesaikan masalah yang sedang ditangani saat ini
yaitu merupakan data penunjang yang akan diperoleh dari studi literatur, buku-buku pemasaran,
jurnal on-line, artikel-artikel terkait dari majalah atau koran, situs-situs website mengenai objek
penelitian, dan studi kepustakaan lainnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Kerangka penelitian terdiri dari empat (4) bagian, yaitu :
Bagian 1 PENDAHULUAN
Bagian ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian,
metode penelitian, kerangka konsep dan terakhir sistematika penulisan.
Bagian 2 LANDASAN TEORI
Pada bagian landasan teori akan dibahas mengenai hasil dari tinjauan kepustakaan
atau riset data sekunder berupa teori yang sesuai untuk digunakan sebagai landasan
penelitian.
Bagian 3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bagian ini membahas mengenai analisis teori yang digunakan terhadap fenomena
kehidupan komunitas Harley-Davidson di Indonesia.
Bagian 4 PENUTUP
Pada bagian penutup ini mencangkup kesimpulan yang telah dibahas dan
dianalisis di bab-bab sebelumnya.

BAB 2
ANALISIS TEORI
Pada bab ini penulis akan menganilsa teori yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi
pada fenomena kehidupan komunitas Harley Davidson. Teori yang akan penulis gunakan adalah
teori Anomi dari Robert Merton. Istilah Anomie digunakan oleh Durkheim dalam bukunya yang
berjudul The Duvisuon of Labor in Society (1893), untuk menggambarkan keadaan deregulasi di
dalam masyarakat. Keadaan deregulasi oleh Durkheim diartikan sebagai tidak ditaatinya aturanaturan yang terdapat dalam masyarakat dan orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain.
Keadaan deregulasi atau normlessness inilah yang menimbulkan perilaku deviasi.
Pada tahun 1938, Robert Merton mengambil konsep anomi untuk menjelaskan perbuatan
deviasi di Amerika. Menurut Robert Merton, dalam setiap masyarakat terdapat tujuan-tujuan
tertentu yang ditanamkan kepada seluruh warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
sarana-sarana yang dapat dipergunakan. Tetapi dalam kenyataan tidak setiap orang dapat
menggunakan sarana-sarana yang tersedia. Hal ini menyebabkan penggunaan cara yang tidak sah
dalam mencapai tujuan. Dengan demikian akan timbul penyimpangan-penyimpangan dalam
mencapai tujuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Robert Merton tidak lagi menekankan pada tidak
meratanya sarana-sarana yang tersedia, tetapi lebih menekankan pada perbedaan-perbedaan
kesempatan dalam mencapai tujuan. Keadaan-keadaan tersebut, tidak meratanya sarana-sarana
serta perbedaan struktur kesempatan, akan menimbulkan frustasi di kalangan para warga yang
tidak mempunyai kesempatan dalam mencapai atujuan. Dengan demikian ketidak puasan,
konflik, frustasi dan penyimpangan muncul karena tidak adanya kesempatan bagi mereka dalam
mencapai tujuan. Situasi ini akan menimbulkan keadaan dimana warga tidak lagi mempunyai
ikatan yang kuat terhadap tujuan serta sarana-sarana atau kesempatan yang terdapat dalam
masyarakat. Inilah yang dinamakan Anomi.

Robert Merton mengemukakan lima unsur teori Anomi, yaitu :


a. Conformity (Konformitas), yaitu suatu keadaan dimana warga masyarakat tetap
menerima tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat karena
adanya tekanan moral;
b. Innovation (Inovasi), yaitu suatu keadaan dimana tujuan yang terdapat dalam masyarakat
diakui dan dipelihara tetapi masyarakat tersebut mengubah sarana sarana yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut;
c. Ritualism (Ritualisme), adalah suatu keadaan dimana warga masyarakat menolak tujuan
yang telah ditetapkan dan memilih sarana-sarana yang ditentukan;
d. Retreatism (Penarikan Diri), yaitu

merupakan keadaan dimana warga masyarakat

menolak tujuan dan sarana-sarana yang telah tersedia dalam masyarakat;


e. Rebelion (Pemberontakan) adalah suatu keadaan dimana tujuan dan sarana-sarana yang
terdapat dalam masyarakat ditolak dan berusaha untuk megganti atau mengubah
seluruhnya3 .
Tabel 2.1
Tujuan Budaya

Sarana Budaya

Conformity

Innovation

Ritualism

Retreatism

Rebelion

Sumber: Data diambil berdasarkan penjelasan kuliah Prof. Dr. Ronny Nitibaskara (diolah)

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2171314-teori-anomi-emile-durkheim-dan/
Diakses pada tanggal 17Juni2014 pukul 13.00
5

Dari penjelasan mengenai teori Anomi diatas, penulis menganalisa bahwa ada 2(dua) unsur yang
cocok atau dapat digunakan untuk komunitas Harley-Davidson, yaitu

Conformity dan

Innovation.

Tujuan Budaya

Sarana Budaya

Conformity

Anggota komunitas biasanya


adalah
Dibentuk selain karena persamaan
hobi, juga untuk menambah wawasan
para

anggotanya,

pengetahuan

berbagi

dan

khususnya

mengenai

menambah

relasi,

pengalaman
otomotif,
mempererat

persaudaraan, menciptakan referral.

orang-orang

mempunyai

yang

kedudukan

dan

pangkat, atau selebriti terkenal,


sehingga banyak akses untuk
melakukan

kegiatan-kegiatan

sosial di tengah masyarakat,


bekerja sama dengan pihak
lainnya seperti donor darah,
membantu

korban

bencana

alam, sahur on the road, dan


lain sebagainya

Innovation

Karena

anggotanya

banyak

orang menengah ke atas dan


terkenal,
Menambah
pengetahuan
menambah
persaudaraan,

wawasan,

umumnya

mereka

berbagi

mempunyai sifat arogan yang

dan

pengalaman,

tinggi, karena mereka biasa

relasi,

mempererat

diperakukan khusus, sehingga

menciptakan referral

dan juga melakukan aksi-aksi sosial.

mereka

sering

melanggar

melanggar aturan yang berlaku,


seperti masuk jalan tol, ngebut
di jalan raya, parkir eksklusif
dipusat perbelanjaan.

BAB 3
Kontradiktif Kehidupan Komunitas Harley-Davidson
3.1

Sejarah Motor Harley-Davidson


Motor Harley-Davidson, sebuah motor gede buatan Amerika Serikat. Motor Harley-

Davidson

didirikan oleh dua orang yaitu William Harley dan Arthur Davidson. Salah satu

pendiri asli dari Harley-Davidson, William Sylvester Harley lahir 29 Desember 1880, di
Milwaukee, Wisconsin Amrika Serikat.

Bersama temannya Arthur Davidson, ia mulai

perlengkapan sepeda dengan mesin bermotor. Keduanya juga berbagi minat yang mendalam
tentang sepeda dan yakin mereka bisa menciptakan jenis baru sepeda mekanik yang akan lebih
mudah untuk digunakan.
Pada tahun 1903 William Harley dan Arthur Davidson serta dua saudara laki-laki dari
Arthur Davidson membentuk Perusahaan Harley Davidson Motor Company, sebuah perusahaan
Produsen sepeda motor yang kelak akan menjadi besar di dunia.

Gambar 3.1 Logo Harley-Davidson


Pada tahun 1907 William Harley menciptakan dan memasang mesin dua-silinder sepeda motor
pertama di dunia, yang kemudian meroket dan membantu pertumbuhan produksi perusahaan.
Saat Perang Dunia I, sepeda motor Harley-Davidson dapat mempermudah pasukan AS dalam
melakukan pengintaian dan pengantaran logistik ke garis terdepan medan pertempuran.

http://kolom-biografi.blogspot.com/2013/02/biografi-william-harley-pendiri-harley.html
diakses pada tanggal 20 Juni 2014, pukul 12.45 di Jakarta.
7

Gambar 3.2 Bentuk Pertama dari Motor Harley-Davidson


3.2

Sejarah perkembangan Harley-Davidson di Indonesia


Setelah berakhirnya perang dunia ke-II dan awal kemerdekaan Republik Indonesia,

masyarakat telah mengenal salah satu kendaraan bermotor roda dua dengan merk HarleyDavidson, yang merupakan peninggalan tentara sekutu dan Belanda di Indonesia. Kendaraan
roda dua Harley-Davidson tersebut pada saat itu umumnya digunakan di lingkungan instansi
Militer dan Kepolisian sebagai kendaraan dinas untuk tugas- tugas pengawalan dan kurir, dan
juga digunakan di perkebunan- perkebunan bekas Belanda yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera.
Berbekal dari pengalaman mereka yang pernah berdinas menggunakan kendaraan motor
besar tersebut dan adanya sekelompok pecinta otomotif kendaraan roda dua serta yang memiliki
kesamaan hobi untuk memelihara dan mengendarai motor besar tersebut maka mereka mulai
mendirikan wadah perkumpulan dalam bentuk klub-klub motor dari berbagai jenis kendaraan
lainnya. Di era tahun 1960-an para pecinta motor besar khususnya Harley-Davidson yang berada
di Jakarta mendirikan klub Harley-Davidson dengan nama Harley-Davidson Club Djakarta
(HCD). Itulah awal terbentuknya organisasi Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) yang ada
pada saat ini, sebuah oganisasi yang bersifat nasional sebagai wadah tunggal dari berbagai klub
Harley-Davidson yang ada.
3.3

Kegiatan Harley-Davidson

Komunitas Harley-Davidson ini mempunyai banyak kegiatan sosial yang sudah teragendakan
dengan baik setiap bulannya, antara lain dengan mengadakan touring-touring kekota-kota di
Pulau Jawa, bahkan antar pulau. Pada saat Jakarta, bahkan daerah lainnya juga terkena banjir,
komunitas ini juga turun tangan membantu para korban banjir dengan memberikan bantuan
langsung berupa makanan, selimut dan obat-obatan. Komunitas Harley-Davidson bersama
8

komunitas dan klub motor lainnya ikut berpartisipasi dalam peringatan HANI 2010 (Hari Anti
Narkoba Internasional) disilang Monas Jakarta.

KETUA Umum Harley Davidson Club

Indonesia (HDCI) Komjen Pol (Purn) Drs Nanan Soekarna mewanti-wanti para anggota HDCI
diseluruh Indonesia untuk pantang melakukan korupsi dan mencoba narkoba. Karena kedua
perilaku tersebut adalah musuh nyata yang dapat menghancurkan citra bangsa Indonesia 5.
Tetapi disamping aksi-aksi sosial yang dilakukan oleh komunias ini, beberapa kejadian
yang dilakukan oleh komunitas ini membuat mayarakat terkadang menjadi antipati terhadap
komunitas Harley-Davidson ini. Misalnya pada kasus aksi konvoi yang dilakukan kelompok
sepeda motor besar ini di jalan tol, karena selain melanggar peraturan dan membahayakan laju
kendaraan

roda

empat,

berpengaruh

juga

terhadap

kelancaran

arus

lalu

lintas.

Kepala PT Jasa Marga Cabang Tol Jakarta-Cikampek, mencatat sebanyak 36 sepeda motor besar
dengan pengawalan aparat berkonvoi bebas di jalur jalan bebas hambatan6. Kecelakaan yang
terjadi salah satunya yang masih kita ingat adalah kecelakaan yang menimpa Sophan Sophiaan,
aktor senior, sutradara dan politikus Indonesia. Sophan tewas dalam kecelakaan saat mengikuti
touring Harley-Davidson dalam rangka menyemarakkan 100 Tahun Kebangkitan Nasional.
Kecelakaan itu terjadi saat rombongan melintasi lubang di perbatasan kedua provinsi itu, Sophan
Sophiaan terjatuh, motor Harley Davidsonnya terguling dan tubuhnya tertimpa motor serta
membentur batu jalanan. Sophan menghembuskan nafasnya sekitar pukul 10.00 WIB. Sabtu
(17/5/2008)7. Kecelakaan lainnya yang menyebabkan tewasnya Parlan Hadi Pranoto (75) terjadi
pada 26 April 2012 silam. Saat itu Parlan dibonceng oleh Petrus menggunakan sepeda motor
Yamaha Mio, yang ketika hendak memotong jalan di Jalan Purworejo KM 6 Sogan, korban
disenggol motor besar Harley Davidson. Akibatnya, korban terjatuh dan meniggal dunia8.

http://www.indopos.co.id/2013/02/hdci-pantang-korupsi-dan-narkoba.htm
Diakses pada tanggal 20Juni2014 pukul 12.45
6
http://www.tempo.co/read/news/2005/08/17/05765390/Ketika-Motor-Besar-Masuk-Jalan-Tol
Diakses pada tanggal 20Juni2014 pukul 13.00
7
http://www.lihat.co.id/2013/04/4-selebritis-yang-meninggal-karena.html
Diakses pada tanggal 20Juni2014 pukul 13.45
8
http://jogja.okezone.com/read/2013/01/15/513/746811/pengendara-harley-maut-hanya-dihukumpercobaan/large
Diakses pada tanggal 20Juni2014 pukul 15.00
9

BAB 4
KESIMPULAN
Sepeda motor Harley-Davidson buatan Amerika dikenal di Indonesia karena peninggalan
tentara sekutu dan Belanda. Harley-Davidson pada saat itu digunakan sebagai kendaraan dinas
untuk tugas- tugas pengawalan dan kurir, juga digunakan di perkebunan- perkebunan bekas
Belanda yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera. Karena memiliki kesamaan hobi untuk
memelihara dan mengendarai motor besar timbullah sekelompok pecinta otomotif kendaraan
roda dua, yang pada akhirnya terbentuklah organisasi Harley Davidson Club Indonesia (HDCI).
Komunitas ini mempunyai banyak kegiatan sosial yang sudah teragendakan dengan baik
setiap bulannya, antara lain dengan mengadakan touring-touring ke kota-kota baik di dalam
Pulau Jawa, maupun antar pulau. Pada saat musibah banjir melanda kota Jakarta dan kota-kota
lainnya, komunitas ini juga turun tangan membantu para korban banjir dengan memberikan
bantuan langsung berupa makanan, selimut dan obat-obatan, juga dengan melakukan pengobtan
gratis bekerja sama dengan pihak terkait.
Didalam Teori

Anomi yang diperkenalkan oleh Robert Merton, keadaan ataupun

kejadian didalam komunitas Harley-Davidson yang dapat dihubungkan, yaitu Conformity dimana
tujuan dan sarana baik yaitu sebagai wadah positif bagi komunitas, disamping itu melakukan aksi
sosial untuk masyarakat; dan Innovation,

yaitu tujuan budaya adalah bahwa dibuatnya

komunitas ini sebagai wadah positif untuk anggotanya, tetapi komunitas ini juga mempunyai
sifat arogansi yang tinggi sehingga sering melanggar aturan yang ada, baik aturan lalu lintas,
maupun aturan lainnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran oleh komunitas ini, seperti
aturan lalu lintas, sebabnya karena Harley-Davidson adalah motor besar dengan mesin besar
dimana akan cepat panas bila berjalan pelan, sehingga pengendara motor ini biasanya akan
melaju dengan kecepatan tinggi dijalan raya, sehingga dapat menyebabkan kecelakaan, baik bagi
pengendaranya maupun pengendara motor atau mobil di dekatnya. Selain itu faktor ketahanan
atau daya tahan tubuh masing-masing anggota berbeda, sehingga menyebabkan kelelahan pada
saat melakukan touring ke daerah-daerah, yang dapat juga menyebabkan kecelakaan.

10

Anda mungkin juga menyukai