SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekoomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Lukman Triatmoko
NIM: 106082002629
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
l a,/
Skripsi
DiajukankepadaFakultasEkoomi dan Bisnis
untuk Meraih Gelar SarjanaEkonomi
Untuk MemenuhiSyarat-syarat
Oleh
Lukman Triatmoko
NIM: 106082002629
Di BawahBimbinsan
Pembimbine2
Pembimbine1
Yessi
Fitri,SE,Ak.M,$i
NIP.19760924
2006A4
2 002
l5 200501
2002
JTJRUSANAKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
'
l-
d
I
1. Nama
: LukmanTriatmoko
2. NIM
:106082002629
3. Jurusan
: Akuntansi
Jakarta,
30Mei 2011
\:*--
l. Prof.DR.AbdulHamid"
MS
NrP.19570617
198503
I 002
2. YessiFini,
SE.,
Ak,M.Si
NIP.19760924
2A0604
2 002
3. ErikaAmelia,
SE.,
M,Si
NIP.19771109
200912
2 001
Ketua
Sekretaris
PengujiAhli
: LukmanTriatmoko
2. NIM
:106082002629
3. Jurusan
: Akuntansi
2. Hepi Prayudiawan.SE.AK. MM
NIP. 19720516
200901I 006
3. Dr. Rini.AK" CA
NrP.197603rs2005012 002
5. Fitri Damayanti.SE.M.Si
NIP. 19810731
2006042 003
T
l
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangandi bawahini,
Nama
LukmanTriatmoko
r06082002629
Fakultas
EkonomidanBisnis
Jurusan
Akuntansi
Denganini menyatakan
bahwadalampenulisanskripsiini, saya:
l. Tidak menggunakanide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan
ggungjawabkan
mempertan
2. Tidak melakukanplagiatterhadapnaskahkarya oranglain
3. Tidak menggunakankarya orang lain tanpa menyebutkansumber asli atau
tanpaijin pemilik karya
4. Tidak melakukanpemanipulasian
danpemalsuan
data
5. Mengerjakansendirikaryaini danmampubertanggung
jawab ataskarya ini
Jikalau di kemudianhari ada tuntutandari pihak lain atas karya saya,dan telah
melalui pembuktianyang dapatdipertanggung-jawabkan,
ternyatasayamemang
ditemukanbukti bahwasayamelanggarpernyataandi atas,maka sayasiap untuk
mengenaisanksiberdasarkan
aturanyang berlakudi FakultasEkonomi dan Bisnis
UIN Syarif HidayatullahJakarta.
Demikianpernyataanini sayaini dengansesungguhnya.
Ciputat,September
2013
Yang Menyatakan,
(Lukman Triatmoko)
NrM. 106082002629
I.
IDENTITAS DIRI
1. Nama
: Lukman Triatmoko
II.
4. Telepon
: 085693316288 / 085777753134
5. Email
: lukman23_triatmoko@yahoo.com
PENDIDIKAN
1. TK Puspa Indah Rempoa Tangerang Selatan Tahun 1992-1993
2. SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta Selatan Tahun 1993-1999
3. SMP YPUI Kebayoran Lama Jakarta Selatan 1999-2002
4. SMA Negeri 29 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2002-2005
5. Pondok Pesantren Nurul Aini Cilandak Jakarta Selatan 2005-2006
6. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2013
vi
III.
4. Pekerjaan
5. Ibu
: Riwen Sanwitana
8. Pekerjaan
9. Anak Ke dari
: 3 dari 3 bersaudara
vii
This study examines the factors that affect the acceptance of Value Added
Tax of Building By Self Efforts. The purpose of this study was to determine the
factors that influence the acceptance of Value Added Tax of Building By Self
Efforts . Subjects in this study is KPP Pratama Pasar Minggu.
Data collection was conducted from July 2013 to August 2013. Method of
data collection was done by direct interview with the Tax Office through KPP
Pratama Pasar Minggu Primary Account Representative.
Based on the research result, it can be concluded that public awareness
can affect the acceptance of Value Added Tax of Building By Self Efforts. and the
collection of Value Added Tax of Building by Self Effots the Fiscal has very
important roles, such as, conducting socialization, assisting tax payers in
calculating the amount Value Added Tax of Building by Self Efforts, warning the
tax payers who have not conducted their obligation, conducting cooperation with
other institutions in optimizing the reception of Value Added Tax by Self Efforts.
Keywords: Factors that influence the acceptance of Value Added Tax by Self
Efforts, socialization of Value Added Tax by Self Efforts Event to taxpayers.
viii
Kata kunci: Faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri, sosialisasi tentang Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri kepada wajib pajak.
ix
KATA PENGANTAR
xi
(Lukman Triatmoko)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
ii
iii
iv
vi
ix
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan
Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
sejarah sebagai pilar utama pembangunan nasional. Oleh karena itu negara
menempatkan perpajakan sebagai perwujudan salah satu kewajiban kenegaraan
dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai peran serta aktif masyarakat
dalam membiayai pembangunan.
Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan
pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam
negeri dan luar negeri, namun demikian sumber dari dalam negeri lebih
diutamakan dari pada luar negeri, dalam peningkatan dana dalam negeri, pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial. Masalah perpajakan bukan hanya
masalah pemerintah saja dan pihak-pihak yang terkait didalamnya akan tetapi
masyarakat juga sangat mempunyai kepentingan yang sama untuk mengetahui
masalah perpajakan di Indonesia.
Penerimaan dari sektor pajak ternyata dapat mengurangi ketergantungan
terhadap finansial eksternal, oleh karena itu negara menetapkan pajak sebagai
penerimaan terbesar di dalam negeri, dan terus meningkatkan pendapatan negara
dari sektor pajak ini. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, sejak akhir
tahun 1983 pemerintah telah menempuh lankah-langkah strategis dengan
melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh. Kemudian sejalan dengan
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 yang mengamanatkan bahwa
sistem dan prosedur perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara terus
disempurnakan dan disederhanakan dan tetap memperhatikan asas keadilan,
pemerataan, manfaat dan kemampuan masyarakat agar tetap menyesuaikan
reformasi
perpajakan
kedua,
yaitu
dengan
mengubah
serta
memenuhi syarat empat sehat lima sempurna. Dan terakhir adalah kebutuhan
papan, kebutuhan papan adalah kebutuhan dimana masyarakat memerlukan
tempat tinggal untuk tempat tinggal keluarga, dan untuk tempat berlindung dari
panas dan hujan.
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini adalah sangat sulitnya
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai masyarakat Indonesia.
Banyak masyarakat yang berpakaian kurang sesuai dengan norma, banyak
masyarakat yang kelaparan, bahkan terkena busung lapar, dan banyak masyarakat
yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Dalam hal ini, penulis lebih menekankan kepada kebutuhan masyarakat
yang menyangkut kebutuhan papannya. Fenomena yang terjadi adalah banyak
masyarakat yang dengan kemampuan terbatas yang ingin mempunyai tempat
sendiri. Mereka yang mempunyai rencana membangun tempat tinggal sendiri
harus mengikuti dengan adanya pengenaan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan membangun tempat tinggal. Mereka berfikir, bahwa untuk melakukan
pembuatan/pembangunan tempat tinggal akan dikenakan pajak. Dan pajak yang
ada dibenak masyarakat adalah menyerahkan uang dalam jumlah besar ke
pemerintah, sedangkan penghasilan masyarakat pada umumnya terbatas, dan
kebutuhan untuk kehidupan sehari-harinya juga sangatlah banyak. Untuk
mengatasi hal tersebut, masyarakat dengan penghasilan yang terbatas tersebut
menggunakan jasa kuli bangunan, atau tukang kayu yang notabenenya bukanlah
Pengusaha Kena Pajak (PKP), mereka melakukan hal tersebut dengan alasan agar
tidak terkena pajak, atau hanya membayar pajak dalam jumlah yang tidak besar
4
atau dengan kata lain menghindari pengenaan pajak terhadap bangunan yang
mereka bangun. Mereka membeli bahan bangunan di matrial atau toko bangunan
sudah terkena PPN, ditambah lagi mereka dikenakan PPN atas kegiatan
membangun sendiri. Upaya yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan
tukang bangunan/tukang kayu yang bukan PKP tidak lain adalah untuk penekanan
biaya semaksimal mungkin. Karena yang mereka fikirkan adalah selain
mempunyai tempat tinggal yang layak, mereka juga harus memenuhi kebutuhan
hidup untuk keluarganya.
Berbeda dengan fenomena disisi lain, yang terjadi pada golongan
masyarakat ekonomi menengah keatas, mereka membangun tempat tinggal
dengan menggunakan jasa kontaktor/developer yang sudah ditetapkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena mereka mempunyai dana yang cukup untuk
membiayai pembangunan tempat tinggalnya, dan untuk membayar pajak kepada
pemerintah.
Selain fenomena yang terjadi pada golongan ekonomi menengah keatas
yang menggunakan jasa kontraktor/developer dalam pengerjaan pembangunan
tempat tinggal mereka, ternyata banyak dari golongan ekonomi menengah keatas
yang dengan adanya Pasal 16C UU PPN, mereka lebih suka/tertarik untuk
pengerjaan pembangunan tempat tinggal mereka dengan menggunakan jasa kuli
bangunan/tukang kayu, karena mereka berpendapat bahwa dengan menggunakan
kuli bangunan/tukang kayu yang notabenenya bukan PKP, mereka akan
membayar pajak yang akan lebih kecil daripada mereka menggunakan jasa
kontraktor dan developer.
5
kegiatan pembangunan di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu juga menjadi
penyebabnya. Fiskus masih sangat kurang dalam hal pengawasan terhadap
kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh wajib pajak dilingkungan kerja
KPP Pratama Pasar Minggu.
Dari uraian tersebut diatas, penulis menyadari bahwa pentingnya
pemahaman tentang pemungutan atas Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul:Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Kegiatan Membangun Sendiri .
B. Perumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah tentang penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terjadi pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Pasar Minggu adalah sebagai berikut:
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, diantaranya:
a. Bagi perkembangan literatur perpajakan.
b. Bagi DJP dan KPP pada umunya, memberikan masukan berupa tindakantindakan yang harus dilakukan selanjutnya yang berhubungan dengan
peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri.
c. Bagi pihak-pihak yang terkait, sebagai referensi bahwa perlu adanya
kerjasama antar instansi untuk tujuan bersama memajukan negara lewat
pajak.
d. Bagi penulis, merupakan tambahan pengetahuan mengenai segala
aktifitas Kantor Pelayan Pajak (KPP) Pratama khususnya yang berkaitan
dengan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pemahaman Tentang Perpajakan
a. Definisi Pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan
tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan
tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan
norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Adapun berbagai definisi mengenai pajak yang dikemukakan oleh
beberapa pakar perpajakan:
1) Menurut Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
10
10
adalah
11
sebagai
alat
untuk
mengatur
atau
melaksanakan
yang
mempunyai
kohir
dan
Menurut Sifatnya
a) Pajak Subyektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri dari wajib pajak.
Contoh: PPh
b) Pajak Obyektif yaitu Pajak yang berpangkal pada obyeknya
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: PPN Ppn BM , PBB dan sebagainya.
Daerah
yaitu
pajak
yang
dipungut
pemerintah
13
suatu
sistem
pemungutan
pajak
yang
memberi
14
suatu
sistem
pemungutan
pajak
yang
memberi
suatu
sistem
pemungutan
pajak
yang
memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya adalah: Wewenang menentukan pajak ada pada pihak
ketiga.
e. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added
Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak
tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
15
16
2)
3) Perkecualian
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena
pajak dan jasa kena pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan
dalam
Pasal
4A
Undang-Undang
No.
8/1983
tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan PPN.
4) Barang tidak kena PPN
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang
menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN.
17
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undangundang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikeakan PPN
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompokkelompok barang sebagai berikut:
a). Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya, meliputi:
i. Minyak mentah.
ii. Gas bumi.
iii. Panas bumi.
iv. Pasir dan kerikil.
v. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara.
vi. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, dan bijih bauksit.
b). Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
meliputi:
i. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras
ketan hitam, atau beras ketan putih dalam bentuk:
i)
ii)
Gilingan.
iii)
iv)
Beras pecah.
18
v)
ii Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning
kemerahan, atau berondong jagung, dalam bentuk:
i) Jagung yang telah dikupas maupun belum.
ii) Jagung tongkol dan biji jagung atau jagung pipilan.
iii) Menir (groats) atau beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk
butiran.
iii Sagu, dalam bentuk:
i) Empulur sagu.
ii) Tepung, tepung kasar, dan bubuk sagu.
iv. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
kuning, atau kedelai hitam, pecah maupun utuh.
v. Garam, baik yang beriodium maupun tidak beriodium, termasuk:
i) Garam meja.
ii) Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kilogram atau lebih,
dengan kadar NaCl 94,7%.
vi. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa boga.
vii. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
19
20
penyelenggaraan
pendidikan
sekolah,
seperti
jasa
21
22
23
Contoh:
1. Pengusaha Kena Pajak A menjual BKP kepada Pegusaha Kena Pajak
B dengan harga jual Rp 25.000.000,00. PPN terutang:
10 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
PPN sebesar Rp 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A. Sedangkan bagi Pengusaha
Kena Pajak B, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
2. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
Rp 15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jendral Bea
dan Cukai adalah:
10 % X Rp 15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00
i. Subjek PPN
Dari ketentuan yang mengatur tentang objek PPN dalam Pasal 4, 16C dan
16D UU PPN 1984 dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1)
2)
24
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan
dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan No. 320/KMK.03/2002 bahwa yang dimaksud
bangun adalah bangunan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
usaha dengan luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih dan
bersifat permanen. Artinya, bangunan dibawah 200m2 tidak terutang PPN.
Yang dimaksud kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun
sendiri bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
usaha dengan luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih.
Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah bangunan permanent yang
kontruksi utamanya terdiri dari:
a) Tembok; dan atau
b) Kayu tahan lama; dan atau
c) Bahan lain yang mempunyai kekuatan sampai 20 (dua puluh) tahun atau
lebih.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap
merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapantahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau
pemborng bukan merupakan kegiatan membangun sendiri sepanjang dapat
dibuktikan bahwa atas kegiatan membangun tersebut telah dipungut PPN.
25
26
tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun. Tempat pajak terutang atas
kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.
4) Subjek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai terutang oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun
27
Contoh:
Tuan Budi melakukan kegiatan membangun sendiri bangunan dengan luas
300m2 yang akan digunakan sebagai rumah tinggal. Seluruh biaya yang
dikeluarkan pada bulan April 2006 (diluar pembelian tanah) adalah Rp
50.000.000,00. PPN yang harus disetorkan adalah:
PPN = ( Rp 50.000.000,00 X 20 % ) X 10 %
= Rp 10.000.000,00 X 10 %
= Rp 1.000.000,00
6)
(KP.PDIP 5.1) atas nama orang pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan
membangun sendiri ke kas negara selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran biaya tersebut.
Kolom NPWP pada SSP agar diisi dengan angka 0 pada 8 digit pertama
dan dengan angka kode Kantor Pelayanan Pajak tempat bangunan tersebut berada
pada tiga digit berikutnya.
7) Kegiatan Membangun Sendiri yang dikenakan PPN
Kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN apabila :
a) Membangun
sendiri
tersebut
dilakukan
tidak
dalam
lingkungan
28
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitia-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
29
No
Peneliti
Judul
Sukardji (2005)
PPN Membangun
Sendiri
Baidowi (2004)
Analisis Implementasi
Kebijakan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Membangun Sendiri
Implementasi
Kebijakan, PPN
Membangun Sendiri
Penerapan Pengenaan
PPN atas Kegiaatan
Membangun
Sendiri,Perwujudan
Keadilan Pajak,
Penghindaran Efek
Pajak Berganda
Subroto (2004)
Persamaan
Perbedaan
Renovasi dalam
pembahasan
peneliti terkena
PPN KMS
30
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Temuan
Priambodo (2003)
Harbrinama (2008)
31
Tabel 2.1
Tabel Lanjutan
C. Kerangka Pemikiran
Model kerangka pemikiran pada penelitian saat ini dapat digambarkan
pada gambar 2.2 berikut ini:
0
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
33
adalah
merupakan
teknik
atau
pendekatan
untuk
hal
ini
penulis
menggunakan
observasi
nonperilaku
(interview)
adalah
komunikasi
dua
arah
untuk
342
Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang langsung didapatkan dalam penelitian di
lapangan. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam dari responden.
Dalam hal ini peneliti langsung mewawancarai petugas KPP Pratama Pasar
Minggu (Bapak Huda), selaku account representative. Selain itu, data juga
didapatkan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
PPN atas kegiatan membangun sendiri. Data didapatkan dari artikel pajak,
jurnal pajak, dan dari situs-situs internet yang berkaitan dengan pajak
terutama PPN atas kegiatan membangun sendiri.
3. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang diteliti adalah pihak-pihak
yang terkait dengan pemungutan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama pada umunya. Pihak yang dimaksud
adalah Pemilik bangunan yang melakukan kegiatan membangun sendiri,
KPP Pratama sebagai pemungut pajak, pemerintah daerah sebagai lembaga
atau instansi yang mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
4. Teknik Analisis
Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisa Logical Framework
Approach (LFA), yaitu jenis khusus model logika atau pendekatan logika
35
3
PURPOSE
Objectivity
Verifiable
Indicators (OVI)
Indikator yang
menunjukkan
kondisi
tercapianya
maksud
program/proyek
Indikator yang
menunjukkan
kondisi
tercapainya
maksud
program/proyek
Means of
Verification
(MOV)
Bukti
fisik/kualitatif
yang digunakan
untuk mengatur
indikator
Important
Assumptions
Asusmsi yang
digunakan dengan
melihat faktor
eksternal
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor
eksternal
Output
Activities
Indikator yang
dicapai dari
kegiatan yang
dilakukan
(termasuk biaya,
SDM, dll)
Sumber: Keerti, The Logical Framework Approach (2013)
36
4
37
5
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, dengan cara wawancara langsung kepada staff
KPP Pratama Pasar Minggu, bagian Pengawasan dan Konsultasi
(WASKON), yang diwakili oleh account representative langsung. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2013.
2. Kontribusi Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri terhadap KPP Pratama Pasar Minggu tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama
Pasar Minggu periode 2010. Data tersebut ditampilkan pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Riset di KPP Pratama Pasar Minggu tahun 2010
TGL
JUMLAH BAYAR
BULAN
MINGGU
JENIS PAJAK
KELAS
13/01/10
30,976,000
PPN
13/01/10
10,200,000
PPN
13/01/10
10,120,000
PPN
13/01/10
32,183,250
PPN
15/01/10
1,000,000
PPN
20/01/10
1,250,000
II
PPN
27/01/10
10,400,000
II
PPN
28/01/10
4,000,000
II
PPN
29/01/10
2,000,000
II
PPN
11/2/2010
53,160,000
PPN
6
38
JUMLAH BAYAR
BULAN
MINGGU
JENIS PAJAK
KELAS
PPN
12/2/2010
1,000,000
15/02/10
1,745,000
PPN
16/02/10
1,250,000
II
PPN
23/02/10
10,000,000
II
PPN
25/02/10
2,000,000
II
PPN
25/02/10
70,720,000
II
PPN
25/02/10
4,000,000
II
PPN
11/3/2010
2,575,000
PPN
15/03/10
2,500,000
PPN
25/03/10
2,000,000
II
PPN
26/03/10
10,300,000
II
PPN
30/03/10
1,000,000
II
PPN
14/04/10
10,150,000
PPN
15/04/10
2,500,000
PPN
16/04/10
24,268,826
II
PPN
29/04/10
2,000,000
II
PPN
30/04/10
2,815,600
II
PPN
30/04/10
1,000,000
II
PPN
30/04/10
1,520,000
II
PPN
30/04/10
1,520,000
II
PPN
4/5/2010
500,000
PPN
10/5/2010
10,150,000
PPN
11/5/2010
13,975,000
PPN
11/5/2010
12,920,000
PPN
12/5/2010
48,930,000
PPN
12/5/2010
500,000
PPN
27/05/10
3,000,000
II
PPN
1/6/2010
2,000,000
PPN
2/6/2010
1,000,000
PPN
15/06/10
15,203,000
PPN
28/06/10
3,000,000
II
PPN
30/06/10
2,000,000
II
5/7/2010
24,464,000
PPN
6/7/2010
69,240,000
PPN
9/7/2010
1,000,000
PPN
15/07/10
49,793,915
PPN
16/07/10
1,000,000
II
PPN
26/07/10
80,927,880
II
PPN
27/07/10
3,000,000
II
PPN
PPN
39
7
JUMLAH BAYAR
29/07/10
2,791,900
28/07/10
18,000,000
6/8/2010
11/8/2010
13/08/10
16/08/10
25/08/10
30/08/10
2/9/2010
3/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
7/9/2010
8/9/2010
12/10/2010
1,000,000
197,783,360
1,000,000
21,664,822
8,000,000
51,870,000
8,000,000
2,000,000
5,000,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000
28,867,818
16,000,000
27/10/10
20,000,000
29/10/10
10/11/2010
29/11/10
Total
1,000,000
69,850,000
52,000,000
BULAN
MINGGU
JENIS PAJAK
KELAS
II
PPN
II
PPN
PPN
PPN
PPN
II
PPN
II
PPN
II
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
PPN
10
PPN
10
II
PPN
10
II
PPN
11
PPN
11
II
PPN
1,188,585,371
40
8
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
kontribusi
penerimaan
Pajak
Tabel 4.2
Hasil Riset di KPP Pasar Minggu tahun 2011
Bulan
Tahun 2011
Januari
Rp 91.592.428
Februari
Rp 22.447.440
Maret
Rp 0
April
Rp 30.000.000
Mei
Rp 96.601.360
Juni
Rp 5.000.000
Juli
Rp 50.000.000
Agustus
Rp 142.488.000
September
Rp 3.759.711
Oktober
Rp 0
November
Rp 4.611.964
Desemeber
Rp 16.158.600
Jumlah
Rp 462.659.503
Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, tahun 2011
Dari data yang disajikan diatas, ternyata penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri pada tahun 2011 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Pasar Minggu mengalami penurunan sebesar Rp 725.925.868 atau
turun 60,074 % dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
941
Tabel 4.3
Hasil Riset di KPP Pasar Minggu tahun 2012
Bulan
Tahun 2012
Januari
Rp 0
Februari
Rp 5.279.040
Maret
Rp 0
April
Rp 295.760.500
Mei
Rp 0
Juni
Rp 9.359.400
Juli
Rp 0
Agustus
Rp 0
September
Rp 0
Oktober
Rp 6.598.000
November
Rp 0
Desemeber
Rp 39.160.000
Jumlah
Rp 356.097.740
Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, tahun 2012
Dari data yang disajikan diatas, ternyata penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri pada tahun 2012 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Pasar Minggu mengalami penurunan sebesar Rp 106.561.763 atau
turun 23,032 % dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu.
1042
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik atau metode Logical
Framework Approach (LFA), yaitu jenis khusus model logika atau pendekatan
logika untuk membantu mengklarifikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi
hubungan kausatif antara input, process, output, outcome dan impact.
Dengan metode Logical Framework Approach (LFA), penulis menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN atas KMS di KPP Pratama
Pasar Minggu, antara lain:
1. Kegiatan membangun di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu,
terutama luas bangunan di bawah 200 m2.
11
43
2. Kesadaran dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan PPN atas KMS
itu sendiri.
3. Kejelian fiskus terhadap kegiatan membangun di wilayah kerja KPP
Pratama Pasar Minggu.
1244
(Waskon),
dan
ditindaklanjuti
oleh
bagian
account
46
14
46
48
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di KPP Pratama
dihadapi dan bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Selain itu penelitian
ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi dan tugas pihak-pihak yang terkait
Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di wilayah kerja KPP
Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan di wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu.
b. Kesadaran wajib pajak di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pasar Minggu perihal peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri.
c. Kejelian fiskus dalam melakukan pengawasan terhadap pembangunan
bangunan yang dilakukan dengan cara membangun sendiri.
17
49
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri yang masuk pada tahun 2010 hanyalah 0,010 %
dari total keseluruhan penerimaan pajak di KPP Pratama Pasar Minggu. Hal ini
menunjukkan kontribusi Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri sangat kecil terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Pasar Minggu.
Oleh karena itu KPP Pratama Pasar Minggu harus melakukan upaya dengan:
1. Memisahkan antara wajib pajak yang sudah mempunyai NPWP dan yang
belum. Jika belum mempunyai, bagian seksi ekstensifikasi akan
menerbitkan NPWP untuk wajib pajak terkait. Jika wajib pajak sudah
mempunyai NPWP, maka wewenangnya dibawah bagian Pengawasan dan
Konsultasi
(Waskon),
dan
ditindaklanjuti
oleh
bagian
account
3. Bekerja sama dengan Pemda dalam hal IMB, agar KPP Pratama Pasar
Minggu mengetahui, berapa jumlah luas bangunan yang di bangun wajib
pajak di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu, apakah wajib pajak
terkena peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri atau tidak.
4. Melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu. Dan
menindaklanjuti bagi yang melanggar peraturan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri.
C. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini ialah:
1. KPP Pratama yang dijadikan objek dalam penelitian ini hanya KPP
Pratama Pasar Minggu
2. Objek penelitian ini hanya berfokus pada satu jenis pajak saja yaitu Pajak
Pertambahan
Nilai
atas
Kegiatan
Membangun
Sendiri
sehingga
D. Saran
Diharapkan untuk penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan
datang dapat menyajikan hasil penelitiaan yang lebih berkualitas dari penelitian
terdahulu, adanya saran-saran mengenai beberapa hal:
53
21
54
22
DAFTAR PUSTAKA
Moses, 2013, artikel perpajakan PPN atas KMS, diakses pada 26 Juli 2013
no name (2012), PPN atas KMS, diakses dari:
http://pajakita.blogspot.com/2010/04/pengenaan-ppn-pasal-16c-ataskegiatan.html (2 Maret 2012,14:42 WIB)
No
http://www.ats-
No
name
(2012),
PPN
atas
KMS,
diakses
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=783 (2
2012, 14:40 WIB)
No
name
(2012),
PPN
atas
KMS,
diakses
dari:
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2010/39~PMK.03~2010Per.HTM (2
Maret 2012,14:38 WIB)
No
name, PPN atas KMS, diakses dari: (2012), http://www.klinikpajak.com/2010/pajak-pertambahan-nilai-atas-kegiatan-membangunsendiri.html (2 Maret 2012, 14:37 WIB)
dari:
Maret
Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
Suara
Merdeka
(2012)
PPN
atas
KMS,
diakses
dari:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/21/159919/PPNatas-Kegiatan-Membangun-Sendiri (2 Maret 2012, 14:16 WIB)
Sukardji, 2009. Pajak Pertambahan Nilai. Edisi revisi 2009. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
54
55